Anda di halaman 1dari 3

LONG TERN COMPLICATIONS OF DIABETES MELLITUS (Article Review)

By : David M Nathan
1. Retinophaty
a. Retinophaty merupakan komplikasi yang menyerang pada retina mata
b. Biasanya diderita pada penderita DM tipe 1.
c. Retinophaty merupakan komplikasi yang paling sering terjadi pada
penderita DM
d. Terdapat 2 jenis gangguan retinophaty ini, yaitu non proliferative dan
proliferative
e. Retinophaty proliferative menyebabkan kebutaan.
f. Prevalensi retinophaty mencapai >90% setelah 20 tahun menderita DM
2. Nephrophaty
a. Merupakan komplikasi yang menyerang ginjal
b. Paling mematikan, walaupun yang paling banyak adalah retinophaty
c. Nephrophaty diderita 35-45% pada IDDM, dan <20% pada NIDDM
d. 5 tahun pertama, komplikasi ini berkembang dari microalbuminuria, di
tahap ini terjadi glumerolus hyperfiltration, lalu pada tahap akhir akan
terjadi over proteinuria (stage ini sering menyebabkan hipertensi)
e. Dari ketiga tahap diatas biasanya terjadi setelah 17-23 tahun menderita
DM
3. Neurophaty
a. Merupakan komplikasi yg menyerang syaraf sensoris
b. Biasanya pasien DM akan merasakan kebas pada kakinya
c. Neurophaty ini akan mempengaruhi gastric, cardiac function dan
vascular
d. Impotensi adalah komplikasi yang paling sering ditemukan pada
autonomic neurophaty ini, >50% pria yang terkena
4. Cardiovascular Disease
a. Penyakit ini merupakan komplikasi IDDM atau NIDDM dan bisa juga
bukan merupakan komplikasi
b. Data yang ada, komplikasi ini diderita paling sering pada NIDDM
c. Untuk coronary artery disease, paling sering diderita pada usia muda
yang menderita diabetes, daripada non diabetes
The Onset of Diabetes and Poor Metabolic Control Increase Gingival
Bleeding in Children and Adolescent in Insulint-dependent Diabetes
Mellitus
By : Kaisa M Karjailainen , dkk
1. Gingival health (BOP) dan oral hygiene (plak index) diteliti pada 2
kelompok anak-anak dan remaja dengan diabetes mellitus IDDM.
2. Kelompok 1 = Terdiri dari 12 anak-anak dan remaja yang baru saja
terdiagnosa IDDM. Rentang usia 6,3-14 tahun yang terdiri dari 5 laki-alki
7 perempuan. Mereka diteliti pada hari ketiga setelah awal-awal
memeriksakan ke RS, selanjutnya diteliti pada 2 minggu dan 6 minggu
setelahnya, setelah menjalani terapi insulin.
3. Pendarahan gingiva menurun pada 2 minggu terapi insulin, dan tetap
pada level yang sama setelah 1 bulan diperiksa kemudian, sementara
gula darah dalam kategori baik
4. Kelompok 2 = Anak-anak dan remaja IDDM (terdiri dari 44 laki-laki dan
36 perempuan, kisaran usia 11,7-18,4 tahun ) yang sudah menderita DM
dengan durasi rata-rata 6 tahunan. Mereka diperiksa 2x ada setiap
interval 3 bulan.
5. Subjek dengan DM tidak terkontrol (Hemoglobin glycosylated, HbA 13%)
terjadi pendarahan gingiva dengan nilai yang lebih tinggi. ( 46,3% pada
pemeriksaan 1 dan 41,7% pada pemeriksaan kedua), disbanding dengan
yang HbAnya 10% dengan BOP masing-masing 35,2% dan 26,9%.
6. Ketidak seimbangan metabolisme gula darah yang terkait dengan DM
merupakan predisposisi terjadinya pendarahan gingiva.
7. Peningkatan pendarahan gingiva yang berhubungan dengan
hiperglikemia, menunjukkan bahwa perubahan biologis terkait
hiperglikemia, yang menurunkan resistensi host terhadap plak
sepertinya telah terjadi.
8. Meskipun tidak semua gingivitis tidak berkembang menjadi
periodontitis destruktif, pencegahan inflamasi gingiva harus ditekankan,
terutama pada anak-anak dan remaja yang memiliki gula darah tidak
terkontrol.
9. Pada kedua kelompok studi, hubungan antara peningkatan pendarahan
gingiva dengan hiperglikemia , tidak ada hubungannya dengan
perubahan atau perbedaan jumlah plak.
10. Hiperglikemia akan menginduksi kelainan darah. Termasuk peningkatan
viskositas darah, penurunan deformabilitas eritrosit dan meningkatkan
agregasi trombosit yang selanjutnya akan meningkatkan hipoksia
jaringan. Peningkatan agregasi trombosit ini akan meningkatkan reaksi
inflamasi.

Anda mungkin juga menyukai