Anda di halaman 1dari 44

LAPORAN PENDAHULUAN CA MAMAE

DI RUANG IBS RUMAH SAKIT UMUM DADI KELUARGA

Untuk Memenuhi Nilai Praktik Klinik Keperawatan Kritis

Disusun oleh:

Sumaizi Indriyani (P1337420216011)

Tingkat 3A

PRODI DIII KEPERAWATAN PURWOKERTO

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN SEMARANG

2019
LAPORAN PENDAHULUAN
CA MAMAE

A. ANATOMI FISIOLOGI
1. ANATOMI

Gambar 1.1 Anatomi Payudara

(Sumber : Irmayanti, 2016)


Pada wanita kelenjar mamae mulai berkembang pada permulaan masa
pubertas (adolesens), pada umur 11-12 tahun. Kelenjar mamae tumbuh
menjadi besar sebelah lateral linea aksilaris anterior/medial ruang
interkostalis III dan sebelah kaudal ruang interkostalis VII-VIII.
Kelenjar mamae terdapat di atas bagian luar fasia torakalis
superfisialis di daerah jaringan lemak subkutis:
1. Ke arah lateral sampai ke linea aksilaris media
2. Melewati linea media mencapai kelenjar mamae sisi yang lain
3. Ke arah bawah mencapai daerah aksila (lipatan ketiak)

1
Kelenjar mamae menyebar di sekitar areola mamae, mempunyai lobus
antara 15-20. Tiap lobus berbentuk pyramid dengan puncak mengarah ke
areola mamae. Masing-masing lobus dibatasi oleh septum yang terdiri dari
jaringan fibrosa yang padat. Serat jaringan ikat fibrosa terbentang dari kulit
ke fasia pektoralis yang menyebar diantara jaringan kelenjar.
Tiap lobus kelenjar mamae mempunyai saluran keluar yang disebut
ductus laktierus yang melebar, disebut sinus laktiferus. Di daerah terminalis
lumen sinus ini mengecil dan bercabang-cabang ke alveoli. Ruangan di antara
jaringan kelenjar dan jaringan fibrosa diisi oleh jaringan lemak yang
membentuk postur dari mamae sehingga permukaan mamae terlihat rata.
Kelenjar-kelenjar mamae dapat dipisahkan dengan mudah dari fasia dan
kedudukan mamae mudah bergeser.
2. FISIOLOGI
Menurut Soetrisno 2010 menjelaskan Secara fisiologi, unit fungsional
terkecil jaringan payudara adalah asinus. Sel epitel asinus memproduksi air
susu dengan komposisi dari unsur protein yang disekresi apparatus golgi
bersama faktor imun IgA dan IgG, unsur lipid dalam bentuk droplet yang
diliputi sitoplasma sel. Dalam perkembangannya, kelenjar payudara
dipengaruhi oleh hormon dari berbagai kelenjar endokrin seperti hipofisis
anterior, adrenal, dan ovarium. Kelenjar hipofisis anterior memiliki pengaruh
terhadap hormonal siklik follicle stimulating hormone (FSH) dan luteinizing
hormone (LH). Sedangkan ovarium menghasilkan estrogen dan progesteron
yang merupakan hormon siklus haid. Pengaruh hormon siklus haid yang
paling sering menimbulkan dampak yang nyata adalah payudara terasa
tegang, membesar atau kadang disertai rasa nyeri. Sedangkan pada masa
pramenopause dan perimenopause sistem keseimbangan hormonal siklus haid
terganggu sehingga beresiko terhadap perkembangan dan involusi siklik
fisiologis, seperti jaringan parenkim atrofi diganti jaringan stroma payudara,
dapat timbul fenomena kista kecil dalam susunan lobular atau cystic change
yang merupakan proses aging. Dimana fungsi dari payudara yaitu
memproduksi ASI, menyalurkan ASI, dan sebagai ekstetika.

2
B. DEFINISI
Ca Mamae adalah sekelompok sel tidak normal pada payudara yang terus
tumbuh berupa ganda. Pada akhirnya sel-sel ini menjadi bentuk benjolan di
payudara. Jika benjolan kanker tidak terkontrol, maka sel-sel kanker bisa
bermetastase pada bagian-bagian tubuh yang lain. Metastase bisa terjadi pada
kelenjar getah bening ketiak ataupun diatas tulang belikat. Selain itu, sel-sel
kanker bisa bersarang ditulang, paru, hati kulit dan bawah kulit. (Erik T, 2015)
Ca Mamae merupakan keganasan pada jaringan payudara yang dapat
berasal dari epitel ductus maupun lobulusnya. (Kemenkes, 2017)
Ca Mamae biasanya terdeteksi pada saat dilakukan pemeriksaan,
sebelum gejala berkembang, atau setelah wanita memperhatikan benjolan.
Sebagian besar massa terlihat saat terjadi benjolan di payudara dimana awalnya
bersifat jinak dan terus berkembang dan menyebar sehingga tidak terkendali.
Analisi mikroskopis payudara diperlukan untuk diagnosis definitis dan untuk
mengetahui tingkat penyebaran (in situ atau invasif) dan ciri jenis penyakitnya.
Analisis mikroskopis jaringan didapat melalui biopsi jarum atau bedah. Biopsi
didasarkan pada klinis pasien individu faktor, ketersediaan perangkat biopsi, dan
sumber daya tertentu (American Cancer Soxiety, 2015).
Pada wanita kelenjar mamae mulai berkembang pada permulaan masa
pubertas (adolesens), pada umur 11-12 tahun. Kelenjar mamae tumbuh menjadi
besar sebelah lateral linea aksilaris anterior/medial ruang interkostalis III dan
sebelah kaudal ruang interkostalis VII-VIII.
Kelenjar mamae terdapat di atas bagian luar fasia torakalis superfisialis
di daerah jaringan lemak subkutis:
1. Ke arah lateral sampai ke linea aksilaris media
2. Melewati linea media mencapai kelenjar mamae sisi yang lain
3. Ke arah bawah mencapai daerah aksila (lipatan ketiak)
Kelenjar mamae menyebar di sekitar areola mamae, mempunyai lobus
antara 15-20. Tiap lobus berbentuk pyramid dengan puncak mengarah ke areola
mamae. Masing-masing lobus dibatasi oleh septum yang terdiri dari jaringan
fibrosa yang padat. Serat jaringan ikat fibrosa terbentang dari kulit ke fasia
pektoralis yang menyebar diantara jaringan kelenjar.

3
Tiap lobus kelenjar mamae mempunyai saluran keluar yang disebut
ductus laktierus yang melebar, disebut sinus laktiferus. Di daerah terminalis
lumen sinus ini mengecil dan bercabang-cabang ke alveoli. Ruangan di antara
jaringan kelenjar dan jaringan fibrosa diisi oleh jaringan lemak yang membentuk
postur dari mamae sehingga permukaan mamae terlihat rata. Kelenjar-kelenjar
mamae dapat dipisahkan dengan mudah dari fasia dan kedudukan mamae mudah
bergeser.
C. EPIDEMIOLOGI
Ca mamae merupakan salah satu jenis kanker terbanyak di Indonesia.
Berdasarkan Pathological Based Registration di Indonesia, kanker payudara
menempati urutan pertama dengan frekuensi relative sebesar 18,6%. (Data
Kanker di Indonesia, 2010). Menurut Hasil Riskesdas tahun 2013 bahwa
estimasi jumlah kasus Ca Mamae di Indonesia sebesar 61.682. Kasus terbanyak
ada di Jawa Tengah yaitu sebesar 11.511. Diperkirakan angka kejadian di
Indonesia sebesar 12/100.000 wanita, sedangkan di Amerika sebesar 92/100.000
wanita dengan mortalitas yang cukup tinggi yaitu 27/100.000 atau 18 % dari
kasus yang ditemukan pada stadium lanjut dimana dalam upaya pengobatan
sudah sulit untuk dilakukan. Oleh karena itu perlu adanya pemahaman tentang
upaya pencegahan, diagnosis dini, pengobatan kuratif maupun paliatif, serta
upaya rehabilitasi yang baik agar pelayanan untuk penderita dapat dilakukan
secara optimal. (Kemenkes, 2017)
D. ETIOLOGI
Ada beberapa penyebab dari Ca Mamae antara lain :
1. Usia
Sekitar 60% terjadi pada usia diatas 60 tahun. Resiko terbesar ditemukan
pada wanita berusia 75 tahun
2. Pernah Ca Mamae
Wanita yang pernah menderita kanker in situ atau kanker invasif memiliki
resiko tertinggi menderita Ca Mamae. Setelah payudara yang terkena
diangkat, maka resiko terjadinya karsinoma pada payudara yang sehat
meningkat sebesar 0,5-1%/tahun
3. Riwayat keluarga menderita kanker payudara

4
Wanita yang ibu, saudara perempuan atau anaknya menderita kanker,
memiliki resiko 3 kali lebih besar untuk menderita Ca Mamae
4. Faktor genetic dan hormonal
Telah ditemukan 2 varian gen yang tampaknya berperan terjadinya kanker
payudara, yaitu BRCA1 dan BRCA2. Jika seorang wanita memiliki salah
satu dari gen tersebut, maka kemungkinan menderita kanker payudara sangat
besar
5. Menarche (menstruasi pertama) sebelum usia 12 tahun, menopause setelah
usia 55 tahun, kehamilan pertama setelah usia 30 tahun atau belum pernah
hamil. Semakin dini menarke, semakin besar resiko Ca Mamae. Resiko
menderita Ca Mamae adalah 2-4 kali lebih besar pada wanita yang
mengalami menarke sebelum usia 12 tahun
6. Pemakaian pil KB atau terapi sulih esterogen
Pil KB bisa sedikit meningkatkan resiko terjadinya Ca mammae, yang
tergantung kepada usia, lamanya pemakaian dan faktor lainnya. Belum
diketahui berapa lama efek pil akan tetap ada setelah pemakaian pil
dihentikan. Terapi sulih estrogen yang dijalani selama lebih dari 5 tahun
tampaknya juga sedikit meningkatkan resiko Ca mammae dan resikonya
meningkat jika pemakaiannya lebih lama.
7. Obesitas pasca menopause
Obesitas sebagai faktor resiko Ca mammae masih diperdebatkan. Beberapa
penelitian menyebutkan obesitas sebagai faktor resiko Ca mammae
kemungkinan karena tingginya kadar estrogen pada wanita yang obes.
8. Pemakaian alkohol
Pemakaian alkoloh lebih dari 1-2 gelas/hari bisa meningkatkan resiko
terjadinya Ca mammae.
9. Bahan kimia
Beberapa penelitian telah menyebutkan pemaparan bahan kimia yang
menyerupai estrogen (yang terdapat di dalam pestisida dan produk industry
lainnya) mungkin meningkatkan resiko terjadinya Ca Mamae
10. DES (dietstilbestrol)

5
Wanita yang mengkonsumsi DES untuk mencegah keguguran memiliki
resiko tinggi menderita Ca Mamae
11. Penyinaran
Pemaparan terhadap penyinaran (terutama penyinaran pada dada), pada masa
kanak-kanak bisa meningkatkan resiko terjadinya Ca Mamae
12. Faktor resiko lainnya
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa kanker Rahim, ovarium dan kanker
usus besar serta adanya riwayat kanker dalam keluarga bisa meningkatkan
resiko terjadinya Ca Mamae (Buku Saku Dokter, 2014).
E. KLASIFIKASI
Klasifikasi Stadium
Stadium Ca mammae ditentukan berdasarkan Sistem Klasifikasi TNM American
Joint Committee on Cancer (AJCC) 2010, Edisi 7, untuk Ca mammae yaitu :
1. Kategori T (Tumor)
TX Tumor primer tidak bisa diperiksa
T0 Tumor primer tidak terbukti
Tis Karsinoma in situ
Tis (DCIS) = ductal carcinoma in situ Tis (LCIS) = lobular carcinoma in situ
Tis (Paget’s) = Paget’s disease pada puting payudara tanpa tumor
T1 Tumor 2 cm atau kurang pada dimensi terbesar
T1mi Mikroinvasi 0.1 cm atau kurang pada dimensi terbesar
c
T1 a Tumor lebih dari 0.1 cm tetapi tidak lebih dari 0.5 cm pada dimensi
terbesar
T1b Tumor lebih dari 0.5 cm tetapi tidak lebih dari 1 cm pada dimensi
terbesar

T1c Tumor lebih dari 1 cm tetapi tidak lebih dari 2 cm pada dimensi terbesar
T2 Tumor lebih dari 2 cm tetapi tidak lebih dari 5 cm padadimensi terbesar
T3 Tumor berukuran lebih dari 5 cm pada dimensi terbesar
T4 Tumor berukuran apapun dengan ekstensi langsung ke dinding dada /
kulit
T4a Ekstensi ke dinding dada, tidak termasuk otot pectoralis
T4b Edema (termasuk peau d’orange) atau ulserasi kulit payudara atau
satellite skin nodules pada payudara yang sama
T4c Gabungan T4a dan T4b
6
T4d Inflammatory carcinoma

Stadium tumor Ca mammae


(Sumber : American Cancer Soxiety, 2015)

2. Kelenjar Getah Bening (KGB) regional (N)


N0: tidak ada metastasis kelenjar limfe regional
N1: metastasis kelenjar limfe regional
N2: Metastasis pada KGB aksila ipsilateral yang terfiksir atau matted, atau KGB
mamaria interna yang terdekteksi secara klinis* jika tidak terdapat metastasis
KGB aksila secara klinis.
N3 : Metastatis pada KGB infraklavikula iplateral dengan atau tanpa keterlibatan
KGB aksila aau pada KGB mamaria interna yang terdeteksi secara klinis dan
jika terdapat metastasi KGB aksila secara klinis atau metastasis pada KGB
supraklivkula ipsilateral dengan atau tanpa keterlibatan KGB kasila atau
mamaria interna.
3. Metastasis Jauh (M)
a. Mx Metastasis jauh tak dapat dinilai
b. M0 Tak ada metastasis jauh
c. M1 Terdapat Metastasis jauh

7
Pengelompokan Stadium
Stadium T N M
Stadium 0 Tis N0 M0
Stadium 1A T1 N0 M0
Stadium 1B T0 N1 M0
T1 NI M0
Stadium IIA T0 N1 M0
T1 N1 M0
T2 N0 M0
Stadium IIB T2 N1 M0
T3 N0 M0
Stadium IIIA T0 N2 M0
T1 N2 M0
T2 N2 M0
T3 N1-N2 M0
Stadium IIIB T4 N1-N2 M0
Stadium IIIC Semua T N3 M0
Stadium IV Semua T Semua N M1

Stadium 0
Dikatakan stadium 0 karena kanker masih berada di pembuluh/saluran payudara
serta kelenjar susu, belum mengalami penyebaran keluar dari area tersebut

Stadium 1
Stadium 1 A

8
Gambar 1.7 Stadium 1 A
(Sumber : Soleha, 2017)
Ukurannya masih sangat kecil dan tidak menyebar serta belum
ditemukannya pada pembuluh getah bening.

Stadium 1B

Gambar 1.8 Stadium 1B


(Sumber : Soleha, 2017)
Kanker payudara stadium 1B berarti bahwa sel kanker payudara dalam
bentuk yang kecil ditemukan pada kelenjar getah bening dekat payudara.
Tidak ada tumor dalam payudara, atau umor memiliki ukuran lebih kecil dari
2cm.
Stadium 2
Stadium 2A

9
10
Gambar 1.9 Stadium 2A
(Sumber : Soleha, 2017)
a. Kanker berukuran lebih kecil dari 2cm, mulai ditemukan titik-titik pada getah
bening di area sekitar ketiak.
b. Kanker telah berukuran 2-5 cm, pada pembuluh getah bening belum terjadi
penyebaran titik-titik sel kanker
c. Titik-titik di pembuluh getah bening ketiak mulai ditemukan namun tidak ada
tanda tumor pada bagian payudara
Stadium 2 B

Gambar 2 Stadium 2B
(Sumber : Soleha, 2017)

a. Kanker berukuran 2-5 cm


b. Titik-titik pembuluh getah bening pada ketiak telah tersebar sel-sel kanker
payudara
c. Tumor telah berukuran 5 cm namun belum terjadi penyebaran

Stadium 3
Stadium 3A

11
Gambar 2.1 Stadium 3A
(Sumber : Soleha, 2017)
Kanker telah berukuran < 5cm dan telah terjadi penyebaran sel-sel kanker
pada titik-titik pembuluh getah bening di ketiak
Atau

Gambar 2.2 Stadium 3A


(Sumber : Soleha, 2017)
Tumor lebih besar dari 5cm dan bentuk kecil sel kanker payudara berada di
kelenjar getah bening.
Atau

12
Gambar 2.3 Stadium 3A
(Sumber : Soleha, 2017)
Tumor lebih dari 5 cm dan telah menyebar ke hingga 3 kelenjar getah bening
di ketiak atau ke kelenjar getah bening di dekat tulang dada
Stadium 3B

Gambar 2.3 Stadium 3B


(Sumber : Soleha, 2017)
Terjadinya pembengkakan pada dinding dada yang juga sudah mulai adanya
luka yang menghasilkan nanah pada dada. Penyebarannya bisa sudah
mengenai getah bening di ketiak dan lengan atas
Stadium 3C

13
Gambar 2.4 Stadium 3C
(Sumber : Soleha, 2017)
Telah dideteksi bahwa sel-sel kanker telah menyebat ke titik-titik pembuluh
getah bening yaitu sekitar 10 area getah bening telah tersebar sel-sel kanker,
tepatnya dibawah tulang selangka.
Stadium 4

Gambar 2.5 Stadium 4


(Sumber : Soleha, 2017)
Tidak diketahui telah berapa ukuran pasti sel kanker pada fase ini. Karena
sel kanker telah menyebar ke jaringan lainnya yang sulit untuk diketahui.
Sel kanker yang menyebar telah mulai menyebar ke berbagai lokasi, seperti
tulang, paru-paru, hati dan juga tulang rusuk.

F. PATOFISIOLOGI
Proses terjadinya kanker payudara dan masing-masing etiologi antara
lain obesitas, radiasi, hyperplasia, optik, riwayat keluarga dengan mengkonsumsi
zat-zat karsinogen sehingga merangsang pertumbuhan epitel payudara dan dapat
menyebabkan kanker payudara. Karsinoma mamae berasal dari jaringan epitel
dan paling sering terjadi di sistem duktal, mula-mula terjadi hyperplasia sel-sel
dengan perkembangan sel-sel atipik. Sel-sel ini akan berlanjut menjadi
carcinoma insitu dan menginvasi stroma. Carsinoma membutuhkan waktu 7

14
tahun untuk bertumbuh dari sel tunggal sampai menjadi massa yang cukup besar
untuk dapat diraba (kira-kira berdiameter 1 cm). Pada ukuran itu kira-kira
seperempat dari carcinoma mamae telah bermetastasis. Carsinoma mamae
bermetastasis dengan penyebaran langsung ke jaringan sekitarnya dan juga
melalui saluran limfe dan aliran darah (Indonesian Cancer Foundation, 2012)

G. PATHWAY

Faktor predisposisi dan resiko tinggi


Hiperplasia pada sel mamae

Mensuplai Mendesak Mendesak sel Mendesak


nutrisi
per ke jaringan sekitar syaraf pembuluh
jaringan ca Menekan jaringan Interupsi sel syaraf darah
pada mamae
Hipermetabolis
nyeri Aliran darah
ke jaringan Peningkatan terhambat
konsistensi mamae
Suplai nutrisi
jaringan lain
Mamae hipoksia
membengkak Ukuran mamae
abnormal
BB turun
Massa tumor
Bakteri 15
Nutrisi kurang mendesak ke Mamae
asimetrik patogen
dari kebutuhan jaringan luar
tubuh
Gangguan
Kecemasan

Resiko
Perfusi jaringan infeksi
terganggu

(Sumber : Soleha, 2017)

H. MANIFESTASI KLINIS
Manifestasi klinis pada klien dengan Ca mamae adalah
a. Teraba adanya massa atau benjolan pada payudara
b. Payudara tidak simetris/mengalami perubahan bentuk dan ukuran karena
mulai timbul pembengkakan
c. Adanya perubahan kulit : penebalan, cekungan, kulit pucat disekitar putting
susu, mengkerut seperti jeruk perut dan adanya ulkus pada payudara
d. Adanya perubahan suhu pada kulit : hangat, kemerahan, panas
e. Ada cairan yang keluar dari puting susu
f. Ada rasa sakit
g. Ada pembengkakan di daerah lengan
h. Adanya rasa nyeri atau sakit di daerah payudara
i. Mulai timbul luka pada payudara dan lama tidak sembuh meskipun sudah
diobati, serta puting susu seperti koreng atau eksim dan tertarik ke dalam

16
j. Metastase (menyebar) ke kelenjar getah bening sekitar dan alat tubuh lain

I. PEMERIKSAAN DIAGNOSIS
1. Fine Needle Aspiration Biopsi (FNAB)

Gambar 1.6 Fine Needle Aspiration Biopsi (FNAB)


(Sumber : Jitendra, 2017)

Prosedur pemeriksaan ini dengan cara menyuntikkan jarum beruk


22–25 gauge melewati kulit atau secara percutaneous untuk mengambil contoh
cairan dari kista payudara atau mengambil sekelompok sel dari massa yang solid
pada payudara. Setelah dilakukan FNAB, material sel yang diambil dari
payudara akan diperiksa di bawah mikroskop yang sebelumnya terlebih dahulu
dilakukan pengecatan sampel. Sebelum dilakukan pengambilan jaringan,
terlebih dulu dilakukan pembersihan pada kulit payudara yang akan diperiksa.
Apabila benjolan dapat diraba maka jarum halus tersebut di masukan ke daerah
benjolan. Apabila benjolan tidak dapat diraba, prosedur FNAB akan dilakukan
dengan panduan dari sistem pencitraan yang lain seperti mammografi atau USG.
Setelah jarum dimasukkan ke dalam bagian payudara yang tidak normal, maka
dilakukan aspirasi melalui jarum tersebut. Pada prosedur FNAB seringkali tidak
dilakukan pembiusan lokal karena prosedur anastesi lebih memberikan rasa sakit
dibandingkan pemeriksaan FNAB itu sendiri. Selain itu, lidokain yang

17
digunakan sebagai bahan anestesi bisa menimbulkan artefak yang dapat terlihat
pada pemeriksaan mikroskopis Hampir semua tumor dapat dilakukan biopsi
aspirasi, baik yang letaknya superfisial palpable ataupun tumor yang terletak di
dalam rongga tubuh unpalpable, dengan indikasi:
a. Membedakan tumor kistik, solid dan peradangan
b. Diagnosis prabedah kanker sebagai pengganti diagnosis potong beku
intraoperatif
c. Diagnosis pertama pada wanita muda yang kurang dari 30 tahun dan
wanita lanjut usia
d.Payudara yang telah dilakukan beberapa kali biopsi diagnostik
e.Penderita yang menolak operasi atau anestesi
f.Nodul–nodul lokal atau regional setelah operasi mastektomi
g.Kasus Ca mammae stadium lanjut yang sudah inoperabel
h.Mengambil spesimen untuk kultur dan penelitian
Prosedur FNAB memiliki beberapa keuntungan antara lain FNAB adalah
metode tercepat dan termudah dibandingkan biopsi eksisi maupun insisi
payudara. Hasil dapat diperoleh dengan cepat sehingga pasien dapat segera
mendapatkan terapi selanjutnya. Keuntungan lain dari metode ini adalah biaya
pemeriksaan lebih murah, rasa cemas dan stress pasien lebih singkat
dibandingkan metode biopsi. Kekurangan dari metode ini hanya mengambil
sangat sedikit jaringan atau sel payudara sehingga hanya dapat menghasilkan
diagnosis berdasarkan keadaan sel. Dari kekurangan tersebut, FNAB tidak
dapat menilai luasnya invasi tumor dan terkadang subtipe kanker tidak dapat
diidentifikasi sehingga dapat terjadi negatif palsu
2. Pemeriksaan Histopatologi
Pemeriksaan ini dapat dilakukan baik dengan menggunakan jarum
yang sangat halus maupun dengan jarum yang cukup besar untuk mengambil
jaringan. Kemudian jaringan yang diperoleh menggunakan metode insisi
maupun eksisi dilakukan pewarnaan dengan Hematoxylin dan Eosin. Metode
biopsi eksisi maupun insisi ini merupakan pengambilan jaringan yang
dicurigai patologis disertai pengambilan sebagian jaringan normal sebagai
pembandingnya. Tingkat keakuratan diagnosis metode ini hampir 100%

18
karena pengambilan sampel jaringan cukup banyak dan kemungkinan
kesalahan diagnosis sangat kecil. Tetapi metode ini memiliki kekurangan
seperti harus melibatkan tenaga ahli anastesi, mahal, membutuhkan waktu
pemulihan yang lebih lama karena harus di insisi, menimbulkan bekas berupa
jaringan parut yang nantinya akan mengganggu gambaran mammografi, serta
dapat terjadi komplikasi berupa perdarahan dan infeksi,
3. Mammografi dan ultrasonografi
Berperan dalam membantu diagnosis lesi payudara yang padat
palpable maupun impalpable serta bermanfaat untuk membedakan tumor
solid, kistik dan ganas. Teknik ini merupakan dasar untuk program skrinning
sebagai alat bantu dokter untuk mengetahui lokasi lesi dan sebagai penuntun
FNAB. Menurut Muhartono (2012), FNAB yang dipandu usg untuk
mendiagnosis tumor payudara memiliki sensitivitas tinggi yaitu 92% dan
spesifisitas 96%. Pemeriksaan ini mempergunakan linear scanner dengan
transduser berfrekuensi 5 MHz. Secara sistematis, scanning dimulai dari
kuadran medial atas dan bawah dilanjutkan ke kuadran lateral atas dan bawah
dengan film polaroid pada potongan kraniokaudal dan mediolateral oblik.
Nilai ketepatan USG untuk lesi kistik adalah 90–95%, sedangkan untuk lesi
solid seperti FAM adalah 75–85%. Untuk mengetahui tumor ganas nilai
ketepatan diagnostik USG hanya 62–78% sehingga masih diperlukan
pemeriksaan lainnya untuk menentukan keganasan pada payudara.
4. MRI (Magnetic Resonance Imaging) dan CT-SCAN
Walaupun dalam beberapa hal MRI lebih baik daripada mamografi,
namun secara umum tidak digunakan sebagai pemeriksaan skrining karena
biayanya mahal dan memerlukan waktu pemeriksaan yang lam. Akan tetapi
MRI dapat dipertimbangkan pada wanita muda dengan payudara yang padat
atau pada payudara dengan implant, dipertimbangkan pasien dengan resiko
tinggi untuk menderita Ca Mamae.
5. USG payudara
USG payudara dapat memberi gambaran jelas mengenai kondisi
jaringan kelenjar susu , tepi, ada tidaknya benjolan, ukuran, bentuk, sifat
tumor, dan lainnya. Ketepatan USG dalam mendiagnosa sekitar 80-85%

19
6. Pemeriksaan Immunohistokimia
Pemeriksaan Imunohistokimia (IHK) adalah metode pemeriksaan
menggunakan antibody sebagai probe untuk mendeteksi antigen dalam
potongan jaringan (tissue sections) ataupun bentuk preparasi sel lainnya. IHK
merupakan standar dalam menentukan subtipe kanker payudara. Pemeriksaan
IHK pada karsinoma payudara berperan dalam membantu menentukan
prediksi respons terapi sistemik dan prognosis.
Pemeriksaan imunohistokimia yang standar dikerjakan untuk karsinoma
payudara adalah :
a. Reseptor hormonal yaitu reseptor esterogen (ER) dan reseptor
progesterone (PR)
b. HER2
c. Ki-67

J. PENATALAKSANAAN FARMAKOLOGI DAN NON FARMAKOLOGI


1. Penatalaksanaan Farmakologi
Obat kemo yang paling umum digunakan untuk Ca mammae dini
meliputi antrasiklin (seperti doxorubicin/Adriamycin dan
epirubicin/Ellence) dan taxanes (seperti paclitaxel/Taxol dan
docetaxel/Taxotere). Ini dapat digunakan dalam kombinasi dengan obat-
obatan tertentu lainnya, seperti fluorouracil (5-FU), siklofosfamid
(Cytoxan), dan carboplatin.Wanita yang memiliki gen HER2 dapat
diberikan trastuzumab (Herceptin) dengan salah satu taxanes. Pertuzumab
(Perjeta) juga dapat dikombinasikan dengan trastuzumab dan docetaxel
untuk kanker HER2 positif. Banyak obat kemoterapi yang berguna dalam
mengobati wanita dengan Ca mammae stadium lanjut, seperti:
a. Docetaxel
b. Paclitaxel

20
c. Agen Platinum (cisplatin, carboplatin)
d. Vinorelbine (Navelbine)
e. Capecitabine (Xeloda)
f. Liposomal doxorubicin (Doxil)
g. Gemcitabine (Gemzar)
h. Mitoxantrone
i. Ixabepilone (Ixempra)
j. Albumin-terikat paclitaxel (menangkap-paclitaxel atau Abraxane)
k. Eribulin (Halaven)
(Samiadi, 2017).
2. Penatalaksanaan Non Farmakologi
Terapi pada Ca mammae harus didahului dengan diagnosa yang
lengkap dan akurat ( termasuk penetapan stadium ). Diagnosa dan terapi
pada Ca mammae haruslah dilakukan dengan pendekatan humanis dan
komprehensif. Terapi pada Ca mammae sangat ditentukan luasnya penyakit
atau stadium dan ekspresi dari agen biomolekuler atau biomolekuler-
signaling. Terapi pada Ca mammae selain mempunyai efek terapi yang
diharapkan, juga mempunyai beberapa efek yang tak diinginkan (adverse
effect), sehingga sebelum memberikan terapi haruslah dipertimbangkan
untung ruginya dan harus dikomunikasikan dengan pasien dan keluarga.
Selain itu juga harus dipertimbangkan mengenai faktor usia, co-morbid,
evidence-based, cost effective, dan kapan menghentikan seri pengobatan
sistemik termasuk end of life isssues.
Pembedahan
Pembedahan merupakan terapi yang paling awal dikenal untuk pengobatan
Ca mammae. Terapi pembedahan dikenal sebagai berikut :
a. Terapi atas masalah lokal dan regional : Mastektomi, breast conserving
surgery, diseksi aksila dan terapi terhadap rekurensi lokal/regional.
b. Terapi pembedahan dengan tujuan terapi hormonal : Ovariektomi,
Adrenalektomi, dsb.
c. Terapi terhadap tumor residif dan metastase.

21
d. Terapi rekonstruksi, terapi memperbaiki kosmetik atas terapi lokal atau
regional dapat dilakukan pada saat bersamaan setelah beberapa waktu
Jenis pembedahan pada Ca mammae:
a. Mastektomi
1) Mastektomi Radikal Modifikasi (MRM)
MRM adalah tindakan pengangkatan tumor payudara dan seluruh
payudara termasuk kompleks puting-areola, disertai diseksi kelenjar
getah bening aksilaris level I sampai II secara en bloc. Indikasi: Ca
mammae stadium I, II, IIIA dan IIIB. Bila diperlukan pada stadium IIIb,
dapat dilakukan setelah terapi neoajuvan untuk pengecilan tumor.
(Kemenkes, 2017)
2) Mastektomi Radikal Klasik (Classic Radical Mastectomy)

Mastektomi radikal adalah tindakan pengangkatan payudara, kompleks


puting-areola, otot pektoralis mayor dan minor, serta kelenjar getah
bening aksilaris level I, II, III secara en bloc. Jenis tindakan ini
merupakan tindakan operasi yang pertama kali dikenal oleh Halsted
untuk Ca mammae, namun dengan makin meningkatnya pengetahuan
biologis dan makin kecilnya tumor yang ditemukan maka makin
berkembang operasi operasi yang lebih minimal. Indikasi:
a) Ca mammae stadium IIIb yang masih operable
b) Tumor dengan infiltrasi ke muskulus pectoralis major
3) Mastektomi dengan teknik onkoplasti
Rekonstruksi bedah dapat dipertimbangkan pada institusi yang mampu
ataupun ahli bedah yang kompeten dalam hal rekonstruksi payudara
tanpa meninggalkan prinsip bedah onkologi. Rekonstruksi dapat
dilakukan dengan menggunakan jaringan autolog seperti latissimus dorsi
(LD) flap atau transverse rectus abdominis myocutaneous (TRAM) flap;
atau dengan prosthesis seperti silikon. Rekonstruksi dapat dikerjakan
satu tahap ataupun dua tahap, misal dengan menggunakan tissue
expander sebelumnya. (Kemenkes, 2017)
4) Mastektomi Simpel

22
Mastektomi simpel adalah pengangkatan seluruh payudara beserta
kompleks puting- areolar,tanpa diseksi kelenjar getah bening aksila.
Indikasi:
a) Tumor phyllodes besar
b) Keganasan payudara stadium lanjut dengan tujuan paliatif
menghilangkan tumor.
c) Penyakit Paget tanpa massa tumor
d) DCIS

5) Mastektomi Subkutan (Nipple-skin-sparing mastectomy)


Mastektomi subkutan adalah pengangkatan seluruh jaringan payudara,
dengan preservasi kulit dan kompleks puting-areola, dengan atau tanpa
diseksi kelenjar getah bening aksila.
Indikasi:
a) Mastektomi profilaktik
b) Prosedur onkoplasti
6) Breast Conserving Therapy (BCT)
Pengertian BCT secara klasik meliputi : BCS (=Breast Conserving
Surgery), dan Radioterapi (whole breast dan tumor sit). BCS adalah
pembedahan atas tumor payudara dengan mempertahankan bentuk
(cosmetic) payudara, dibarengi atau tanpa dibarengi dengan rekonstruksi.
Tindakan yang dilakukan adalah lumpektomi atau kuadrantektomi
disertai diseksi kelenjar getah bening aksila level 1 dan level 2. Tujuan
utama dari BCT adalah eradikasi tumor secara onkologis dengan
mempertahankan bentuk payudara dan fungsi sensasi. BCT merupakan
salah satu pilihan terapi lokal Ca mammae stadium awal. Beberapa
penelitian RCT menunjukkan DFS dan OS yang sama antara BCT dan
mastektomi. Namun pada follow up 20 tahun rekurensi lokal pada BCT
lebih tinggi dibandingkan Mastektomi tanpa ada perbedaan dalam OS.
Sehingga pilihan BCT harus didiskusikan terutama pada pasien Ca
mammae usia muda. Secara umum, BCT merupakan pilihan pembedahan
yang aman pada pasien Ca mammae stadium awal dengan syarat

23
tertentu. Tambahan radioterapi pada BCS dikatakan memberikan hasil
yang lebih baik
Indikasi :
a) Ca mammae stadium I dan II.
b) Ca mammae stadium III dengan respon parsial setelah
terapi neoajuvan
Kontra indikasi :
a) Ca mammae yang multisentris, terutama multisentris yang
lebih dari 1 kwadran dari payudara.
b) Ca mammae dengan kehamilan
c) Penyakit vaskuler dan kolagen (relatif)
d) Tumor di kuadran sentral (relatif)
Syarat :
a) Terjangkaunya sarana mamografi, potong beku, dan
radioterapi.
b) Proporsi antara ukuran tumor dan ukuran payudara yang
memadai.
c) Pilihan pasien dan sudah dilakukan diskusi yang
mendalam (Kemenkes, 2017).
7) Salfingo Ovariektomi Bilateral (SOB)
Salfingo ovariektomi bilateral adalah pengangkatan kedua ovarium
dengan/ tanpa pengangkatan tuba Falopii baik dilakukan secara terbuka
ataupun per- laparaskopi. Tindakan ini boleh dilakukan oleh spesialis
bedah umum atau Spesialis Konsultan Bedah Onkologi, dengan
ketentuan tak ada lesi primer di organ kandungan.
Indikasi :
a) Dilakukan oleh dokter bedah yang kompeten dan mempunyai
timyang berpengalaman.( Spesialis bedah konsultan
onkologi).
b) Karsinoma payudara stadium IV premenopausal dengan
reseptor hormonal positif.

24
Catatan : Stadium IV dengan reseptor hormonal negatif dapat dilakukan
dalam konteks penelitian klinis dan harus mendapatkan ethical clearance
dari lembaga yang berwenang. (Kemenkes, 2017)

8) Metastasektomi
Metastasektomi adalah pengangkatan tumor metastasis pada Ca
mammae. Tindakan ini memang masih terjadi kontroversi diantara para
ahli, namun dikatakan metastasektomi mempunyai angka harapan hidup
yang lebih panjang bila memenuhi indikasi dan syarat tertentu.Tindakan
ini dilakukan pada Ca mammae dengan metastasis kulit, paru, hati, dan
payudara kontralateral.Pada metastasis otak, metastatektomi memiliki
manfaat klinis yang masih kontroversi.
Indikasi:
a) Tumor metastasis tunggal pada satu organ
b) Terdapat gejala dan tanda akibat desakan terhadap organ
sekitar
Syarat:
a) Keadaan umum cukup baik (status performa baik =
skorWHO >3)
b) Estimasi kesintasan lebih dari 6 bulan
c) Masa bebas penyakit > 36 bulan (Kemenkes, 2017)

Terapi Sistemik
1) Kemoterapi
Kemoterapi yang diberikan dapat berupa obat tunggal atau berupa
gabungan beberapa kombinasi obat kemoterapi. Kemoterapi diberikan
secara bertahap biasanya sebanyak 6 – 8 siklus agar mendapatkan efek
yang diharapkan dengan efek samping yang masih dapat diterima. Hasil
pemeriksaan imunohistokimia memberikan beberapa pertimbangan
penentuan regimen kemoterapi yang akan diberikan. Beberapa kombinasi
kemoterapi yang telah menjadi standar lini pertama (first line) adalah :
a) CHF

25
Cyclophospamide100 mg/m2, hari 1 s/d 14 (oral)(dapat diganti
injeksi cyclophosphamide 500 mg/m2, hari 1 & 8 ), Methotrexate 50
mg / m2 IV, hari 1 & 85 Fluoro-uracil 500 mg/m2 IV,hari 1 & 8.
b) CAF
Cyclophospamide 500 mg/m2, hari 1
Doxorubin 50 mg/m2, hari 1
5 Fluoro Uracil 500 mg/m2, hari 1
6 Interval 3 minggu / 21 hari, 6 siklus
c) CEF
Cyclophospamide 500 mg/m2, hari 1
Epirubicin 70 mg/m2, hari 1
5 Fluoro Uracil 500 mg/m2, hari 1
Interval 3 minggu / 21 hari, 6 siklus

Regimen Kemoterapi
1) AC
Adriamicin 80 mg/m2,hari 1
Cyclophospamide 600 mg/m2,hari 1
Interval 3-4 minggu, 4 siklus
2) TA (Kombinasi Taxane – Doxorubicin)
Paclitaxel 170 mg/m2, hari 1
Doxorubin 90 mg/m2, hari 1
3) ACT
TC
Cisplatin 75 mg/m2 IV, hari 1
Docetaxel 90 mg/m2, hari 1
Interval 3 minggu / 21 hari, 6 siklus
4) Pilihan kemoterapi kelompok HER 2 negatif
Dose Dence AC + paclitaxel
Docetaxel cyclophospamide
5) Pilihan kemoterapi HER 2 positif
AC (Antharacycline) + TH (Taxotere dan Herceptin)

26
TCH (Taxotere, Carboplatin, Herceptin)

2) Terapi hormonal
Pemeriksaan imunohistokimia memegang peranan penting dalam
menentukan pilihan kemo atau hormonal sehingga diperlukan validasi
pemeriksaan tersebut dengan baik. Terapi hormonal diberikan pada
kasus-kasus dengan hormonal positif. Terapi hormonal bisa diberikan
pada stadium I sampai IV. Pada kasus kanker dengan luminal A
(ER+,PR+,Her2-) pilihan terapi ajuvan utamanya adalah hormonal bukan
kemoterapi. Kemoterapi tidak lebih baik dari hormonal terapi..Pilihan
terapi tamoxifen sebaiknya didahulukan dibandingkan pemberian
aromatase inhibitor apalagi pada pasien yang sudah menopause dan
Her2-.Lama pemberian ajuvan hormonal selama 5-10 tahun. (Kemnkes,
2017)
3) Terapi target
Pemberian terapi anti target hanya diberikan di rumah sakit tipe A/B.
Pemberian anti-Her2 hanya pada kasus-kasus dengan pemeriksaan IHK
yang Her2 positif. Pilihan utama anti-Her2 adalah herceptin, lebih
diutamakan pada kasus-kasus yang stadium dini dan yang mempunyai
prognosis baik (selama satu tahun: tiap 3 minggu). Penggunaan anti
VEGF atau m-tor inhibitor belum direkomendasikan. (Kemnkes, 2017)
4) Radioterapi
Radioterapi merupakan salah satu modalitas penting dalam tatalaksana
Ca mammae. Radioterapi dalam tatalaksana Ca mammae dapat diberikan
sebagai terapi kuratif ajuvan dan paliatif.
Radioterapi Kuratif Ajuvan
Radioterapi pasca BCS (radioterapi seluruh payudara)
Indikasi
Radioterapi seluruh payudara pada pasca BCS diberikan pada semua
kasus Ca mammae (ESMO Level 1, grade A). Hal ini disebabkan
radioterapi pada BCS meningkatkan kontrol lokal dan mengurangi angka
kematian karena Ca mammae dan memiliki kesintasan yang sama

27
dengan pasien Ca mammae stadium dini yang ditatalaksana dengan
MRM. Radioterapi seluruh payudara dapat diabaikan pada pasien Ca
mammae pasca BCS berusia > 70 tahun dengan syarat: (ESMO Level 2,
grade B, NCCN kategori 1). Reseptor estrogen +Klinis N0 T1 yang
mendapat terapi hormonal (Kemenkes, 2017)

ASUHAN KEPERAWATAN CA MAMMAE

A. PENGKAJIAN CA MAMMAE (CARSINOMA MAMMAE)/ KANKER PAYUDARA


1. Identitas Klien
Nama, umur (usia lebih dari 50 tahun beresiko terkena Ca mamae), jenis kelamin
(jenis kelamin perempuan sangat beresiko terkena Ca mammae dibandingkan
dengan laki-laki), agama, pendidikan, alamat, No. RM, pekerjaan, status
perkawinan (wanita yang belum menikah memiliki resiko untuk terkena Ca
Mamae) tanggal MRS, tanggal pengkajian, dan sumber informasi.
2. Riwayat Kesehatan
a. Diagnosa Medik : Ca Mamae
b. Keluhan Utama :
Terasa nyeri dan adanya benjolan pada payudara
c. Riwayat Penyakit Sekarang :
1) Biasanya klien timbul benjolan pada payudara dan benjolan ini makin lama
makin mengeras
2) Terasa nyeri pada payudara jika benjolan semakin membesar
3) Kulit payudara mengerut seperti kulit jeruk
d. Riwayat Kesehatan Terdahulu :
1) Penyakit yang pernah dialami
Pasien pernah mengalami penyakit yang sama sebelumnya seperti penyakit
payudara jinak, hyperplasisa tipikal, dan pernah mengalami sakit bagian
dada sehingga mendapatkan terapi penyinaran
2) Alergi (obat, makanan, plester,dll)
Tidak ada

28
3) Imunisasi
Imunisasi lengkap
4) Kebiasaan/pola hidup/life style
Kebiasaan makan tinggi lemak
5) Obat-obat yang digunakan
Biasanya klien mempunyai riwayat pemakaian kontrasepsi oral
e. Riwayat Penyakit Keluarga
Wanita yang ibu, saudara perempuan atau anaknya menderita kanker, memiliki
resiko 3 kali lebih besar untuk menderita Ca mammae. Adanya keluarga yang
mengalami ca adanya keluarga yang mengalami ca mammae berpengaruh pada
kemungkinan klien mengalami ca mammae atau pun keluarga klien pernah
mengidap penyakit kanker lainnya, seperti kanker ovarium dan kanker serviks
Genogram :
Ibunya menderita ca mamae, maka resiko besar untuk anak perempuannya
menderita ca mamae
3. Pemeriksaan Fisik
a. Kepala
Normal, kepala umumnya bulat dengan tonjolan frontal di bagian anterior dan
oksipital dibagian posterior.
b. Mata
Mata simetris kanan dan kiri. Konjungtiva anemis disebabkan oleh nutrisi yang
tidak adekuat
c. Telinga
Terlihat bersih dan tidak ada gangguan
d. Hidung
Biasanya hidung kurang bersih, nampak secret, adanya pernafasan cuping
hidung yang disebabkan oleh sesak nafas karena kanker sudah bermetastase ke
paru
e. Mulut
Mukosa bibir tampak pucat dan kurang bersih. Biasanya gusi klien mudah
terjadi perdarahan akibat rapuhnya pembuluh darah. Lidah terlihat tampak pucat
dan kurang bersih. Mukosa bibir kering, tidak ada gangguan perasa

29
f. Leher
Biasanya terdapat pembesaran getah bening
g. Dada
Adanya kelainan kulit berupa Peu d’ orange (Nampak seperti kulit jeruk),
dumpling, ulserasi atau tanda-tanda radang
h. Mamae
1) Inspeksi
Terdapat benjolan yang menekan payudara, adanya ulkus dan berwarna merah,
dan payudara mengerut seperti kulit jeruk
2) Palpasi
Terasa benjolan keras dan teraba pembengkakan dan teraba pembesaran kelenjar
getah bening diketiak
i. Abdomen
1) Inspeksi
Tidak ada pembesaran
2) Palpasi
Biasanya tidak terdapat bising usus
3) Perkusi
Biasanya hepar dan lien tidak teraba
4) Auskultasi
Tympani
j. Urogenital
Biasanya genitalia bersih dan tidak ada gangguan
k. Ekstremitas
Biasanya terjadi edema pada ekstremitas atas
l. Kulit dan kuku
Terjadi perubahan kelembapan kulit, dan turgor kulit tidak elastis
4. Pengkajian 11 Pola Fungsional Gordon
a. Persepsi Kesehatan & Pemeliharaan Kesehatan
Biasanya klien menganggap benjolan di payudara adalah hal yang biasa dan
tidak perlu untuk dibawa ke dokter
b. Pola Nutrisi/metabolic

30
Biasanya klien mengalami gangguan dalam pemenuhan nutrisi karena klien
susah makan dan akibatnya klien tidak dapat memenuhi kebutuhan nutrisinya.
Adanya penurunan berat badan
c. Pola Eliminasi
BAB dan BAK klien lebih sedikit dari biasanya karena klien sulit makan
d. Pola Aktivitas & Latihan (saat sebelum sakit dan saat di RS)
Adanya gangguan dalam melakukan aktivitas sehari-hari karena adanya rasa
nyeri pada payudara

Aktivitas Harian (Activity Daily Living)

Kemampuan perawatan diri 0 1 2 3 4

Makan / minum

Toileting

Berpakaian

Mobilitas di tempat tidur

Berpindah

Ambulasi / ROM

Ket : 0: tergantung total, 1: bantuan petugas dan alat, 2: bantuan petugas, 3:


bantuan alat, 4: mandiri
e. Pola Tidur & Istirahat
Biasanya klien mengalami gangguan tidur dikarenakan nyeri pada payudara
yang ia rasakan
f. Pola Kognitif & Perceptual
Biasanya klien mengalami pusing pasca bedah sehingga ada komplikasi pada
kognitif, sensorik maupun motorik
g. Pola Persepsi dan Konsep Diri
Organ payudara merupakan alat vital bagi manusia. Kelainan atau kehilangan
bahkan adanya gangguan mengakibatkan klien tidak percaya diri, malu dan
kehilangan haknya sebagai wanita
h. Pola Seksual & Reproduksi

31
Biasanya ada sedikit gangguan dalam kebutuhan reproduksinya dan biasanya
kurang puas
i. Pola Peran & Hubungan
Ada gangguan dalam hubungan dengan keluarga maupun orang lain. Gangguan
peran pun ada karena klien tidak dapat melakukan perannya seperti biasa
j. Pola Manajemen Koping & Stress
Biasanya klien akan mengalami stress yang berlebihan dan ada keputusasaan
k. Sistem Nilai & Keyakinan
Aktivitas spiritual pasien mengalami penurunan khusunya dalam melaksanakan
ibadah akibat dari nyeri dan ketidakmampuan melakukan aktivitas

5. Pemeriksaan Diagnostik
a. Biopsi payudara (jarum atau eksisi)
Biopsy ini memberikan diagnosa definitife terhadap massa dan berguna untuk
klasifikasi histologi pentahapan, dan selaksi terapi yang tepat.

b. Foto thoraks
Foto thorak dilakukan untuk mengkaji adanya metastase.
c. CT scan dan MRI
CT scan dan MRI teknik scan yang dapat mendeteksi penyakit payudara,
khususnya massa yang lebih besar, atau tumor kecil, payudara mengeras yang
sulit diperiksa dengan mammografi
d. Ultrasonografi (USG)
Ultrasonografi dapat membantu dalam membedakan antara massa padat dan
kista dan pada wanita yang jaringan payudaranya keras; hasil komplemen dari
e. Mammografi.
Mammografi Mammografi memperlihatkan struktur internal payudara, dapat
untuk mendeteksi kanker yang tak teraba atau tumor yang terjadi pada tahap
awal.
f. Sinar X dada

32
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN CA MAMMAE (CARSINOMA MAMMAE)/
KANKER PAYUDARA
1. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan pembedahan, mis;
anoreksia
2. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan proses pembedahan
3. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan pengangkatan bedah jaringan
4. Ansietas berhubungan dengan diagnosa, pengobatan, dan prognosanya
5. Kurang pengetahuan tentang Kanker mammae berhubungan dengan kurang
pemajanan informasi
6. Gangguan body image berhubungan dengan kehilangan bagian dan fungsi tubuh
7. Potensial disfungsi seksual berhubungan dengan kehilangan bagian tubuh,
perubahan dalam citra diri

C. PERENCANAAN KEPERAWATAN CA MAMMAE (CARSINOMA MAMMAE) /


KANKER PAYUDARA
DIAGNOSA KEP. NOC NIC
Nutrisi kurang dari NOC : NIC :
kebutuhan tubuh v  Nutritional Status : Nutrition Management
berhubungan dengan food and Fluid Intake §  Kaji adanya alergi makanan
pembedahan, mis; Kriteria Hasil : §  Kolaborasi dengan ahli gizi
anoreksia v  Adanya peningkatan untuk menentukan jumlah
berat badan sesuai kalori dan nutrisi yang
dengan tujuan dibutuhkan pasien.
v  Berat badan ideal §  Anjurkan pasien untuk
sesuai dengan tinggi meningkatkan intake Fe
badan §  Anjurkan pasien untuk
v  Mampu meningkatkan protein dan
mengidentifikasi vitamin C
kebutuhan nutrisi §  Berikan substansi gula
v  Tidak ada tanda §  Yakinkan diet yang dimakan
tanda malnutrisi mengandung tinggi serat untuk
v  Tidak terjadi mencegah konstipasi

33
penurunan berat badan §  Berikan makanan yang
yang berarti terpilih ( sudah dikonsultasikan
dengan ahli gizi)
§  Ajarkan pasien bagaimana
membuat catatan makanan
harian.
§  Monitor jumlah nutrisi dan
kandungan kalori
§  Berikan informasi tentang
kebutuhan nutrisi
§  Kaji kemampuan pasien
untuk mendapatkan nutrisi
yang dibutuhkan

Nutrition Monitoring
§  BB pasien dalam batas
normal
§  Monitor adanya penurunan
berat badan
§  Monitor tipe dan jumlah
aktivitas yang biasa dilakukan
§  Monitor interaksi anak atau
orangtua selama makan
§  Monitor lingkungan selama
makan
§  Jadwalkan pengobatan  dan
tindakan tidak selama jam
makan
§  Monitor kulit kering dan
perubahan pigmentasi
§  Monitor turgor kulit
§  Monitor kekeringan, rambut

34
kusam, dan mudah patah
§  Monitor mual dan muntah
§  Monitor kadar albumin, total
protein, Hb, dan kadar Ht
§  Monitor makanan kesukaan
§  Monitor pertumbuhan dan
perkembangan
§  Monitor pucat, kemerahan,
dan kekeringan jaringan
konjungtiva
§  Monitor kalori dan intake
nuntrisi
§  Catat adanya edema,
hiperemik, hipertonik papila
lidah dan cavitas oral.
§  Catat jika lidah berwarna
magenta, scarlet

Gangguan rasa nyaman NOC : NIC :


nyeri berhubungan dengan v  Pain Level, Pain Management
proses pembedahan v  Pain control, §  Lakukan pengkajian nyeri
v  Comfort level secara komprehensif termasuk
Kriteria Hasil : lokasi, karakteristik, durasi,
v  Mampu mengontrol frekuensi, kualitas dan faktor
nyeri (tahu penyebab presipitasi
nyeri, mampu §  Observasi reaksi nonverbal
menggunakan tehnik dari ketidaknyamanan
nonfarmakologi untuk §  Gunakan teknik komunikasi
mengurangi nyeri, terapeutik untuk mengetahui
mencari bantuan) pengalaman nyeri pasien
v  Melaporkan bahwa §  Kaji kultur yang
nyeri berkurang mempengaruhi respon nyeri

35
dengan menggunakan §  Evaluasi pengalaman nyeri
manajemen nyeri masa lampau
v  Mampu mengenali §  Evaluasi bersama pasien dan
nyeri (skala, intensitas, tim kesehatan lain tentang
frekuensi dan tanda ketidakefektifan kontrol nyeri
nyeri) masa lampau
v  Menyatakan rasa §  Bantu pasien dan keluarga
nyaman setelah nyeri untuk mencari dan menemukan
berkurang dukungan
v  Tanda vital dalam    §  Kontrol lingkungan yang
rentang normal dapat mempengaruhi nyeri
seperti suhu ruangan,
pencahayaan dan kebisingan
§  Kurangi faktor presipitasi
nyeri
§  Pilih dan lakukan
penanganan nyeri
(farmakologi, non farmakologi
dan inter personal)
§  Kaji tipe dan sumber nyeri
untuk menentukan intervensi
§  Ajarkan tentang teknik non
farmakologi
§  Berikan analgetik untuk
mengurangi nyeri
§  Evaluasi keefektifan kontrol
nyeri
§  Tingkatkan istirahat
§  Kolaborasikan dengan
dokter jika ada keluhan dan
tindakan nyeri tidak berhasil
§  Monitor penerimaan pasien

36
tentang manajemen nyeri

Analgesic Administration
§  Tentukan lokasi,
karakteristik, kualitas, dan
derajat nyeri sebelum
pemberian obat
§  Cek instruksi dokter tentang
jenis obat, dosis, dan frekuensi
§  Cek riwayat alergi
§  Pilih analgesik yang
diperlukan atau kombinasi dari
analgesik ketika pemberian
lebih dari satu
§  Tentukan pilihan analgesik
tergantung tipe dan beratnya
nyeri
§  Tentukan analgesik pilihan,
rute pemberian, dan dosis
optimal
§  Pilih rute pemberian secara
IV, IM untuk pengobatan nyeri
secara teratur
§  Monitor vital sign sebelum
dan sesudah pemberian
analgesik pertama kali
§  Berikan analgesik tepat
waktu terutama saat nyeri hebat
§  Evaluasi efektivitas
analgesik, tanda dan gejala
(efek samping)
Kerusakan integritas kulit NOC : Tissue Integrity NIC : Pressure Management

37
berhubungan dengan : Skin and Mucous Anjurkan pasien untuk
pengangkatan bedah Membranes menggunakan pakaian yang
jaringan Kriteria Hasil : longgar
v  Integritas kulit yang Hindari kerutan padaa tempat
baik bisa tidur
dipertahankan (sensasi, Jaga kebersihan kulit agar
elastisitas,    tetap bersih dan kering
temperatur, hidrasi, Mobilisasi pasien (ubah posisi
pigmentasi) pasien) setiap dua jam sekali
v  Tidak ada luka/lesi Monitor kulit akan adanya
pada kulit kemerahan
v  Perfusi jaringan baik  Oleskan lotion atau
v  Menunjukkan minyak/baby oil pada derah
pemahaman dalam yang tertekan
proses perbaikan kulit Monitor aktivitas dan
dan mencegah mobilisasi pasien
terjadinya sedera Monitor status nutrisi pasien
berulang
v  Mampu melindungi
kulit dan
mempertahankan
kelembaban kulit dan
perawatan alami
Ansietas  berhubungan NOC : NIC :
dengan  diagnosa, v  Anxiety control Anxiety Reduction
pengobatan, dan v  Coping (penurunan kecemasan)
prognosanya . Kriteria Hasil : ·         Gunakan pendekatan
v  Klien mampu yang menenangkan
mengidentifikasi dan ·         Nyatakan dengan jelas
mengungkapkan gejala harapan terhadap pelaku pasien
cemas ·         Jelaskan semua prosedur
v  Mengidentifikasi, dan apa yang dirasakan selama

38
mengungkapkan dan prosedur
menunjukkan tehnik ·         Temani pasien untuk
untuk mengontol memberikan keamanan dan
cemas mengurangi takut
v  Vital sign dalam ·         Berikan informasi
batas normal faktual mengenai diagnosis,
v  Postur tubuh, tindakan prognosis
ekspresi wajah, bahasa ·         Dorong keluarga untuk
tubuh dan tingkat menemani anak
aktivitas menunjukkan ·         Lakukan back / neck rub
berkurangnya ·         Dengarkan dengan
kecemasan penuh perhatian
·         Identifikasi tingkat
kecemasan
·         Bantu pasien mengenal
situasi yang menimbulkan
kecemasan
·         Dorong pasien untuk
mengungkapkan perasaan,
ketakutan, persepsi
·         Instruksikan pasien
menggunakan teknik relaksasi
·         Barikan obat untuk
mengurangi kecemasan
Kurang pengetahuan NOC : Teaching : Dissease Process
tentang penyakit, v  Kowlwdge : disease- Kaji  tingkat pengetahuan klien
perawatan,pengobatan process dan keluarga tentang proses
kurang paparan terhadap v  Kowledge : health penyakit
informasi Behavior -Jelaskan tentang patofisiologi
Kriteria Hasil : penyakit, tanda dan gejala serta
v  Pasien dan keluarga penyebabnya
menyatakan -Sediakan informasi tentang

39
pemahaman tentang kondisi klien
penyakit, kondisi,-Berikan informasi tentang
prognosis dan program perkembangan klien
pengobatan -Diskusikan perubahan gaya
v  Pasien dan keluarga hidup yang mungkin
mampu melaksanakan diperlukan untuk mencegah
prosedur yang komplikasi di masa yang akan
dijelaskan secara benar datang dan atau kontrol proses
v  Pasien dan keluarga penyakit
mampu menjelaskan-Jelaskan alasan dilaksanakannya
kembali apa yang tindakan atau terapi
dijelaskan perawat/tim-Gambarkan komplikasi yang
kesehatan lainnya mungkin terjadi
-Anjurkan klien untuk mencegah
efek samping dari penyakit
-Gali sumber-sumber atau
dukungan yang ada
-Anjurkan klien untuk
melaporkan tanda dan gejala
yang muncul pada petugas
kesehatan
Gangguan body          Diskusikan dengan klien
image 1)      Klien tidak malu
berhubungan dengan dengan keadaan atau orang terdekat respon
kehilangan bagian dan dirinya. klien terhadap penyakitnya.
fungsi tubuh 2)      Klien dapat Rasional : membantu dalam
menerima efek memastikan masalah untuk
pembedahan. memulai proses pemecahan
masalah
         Tinjau ulang efek
pembedahan
Rasional : bimbingan antisipasi
dapat membantu pasien

40
memulai proses adaptasi.
         Berikan dukungan emosi
klien.
Rasional : klien bisa menerima
keadaan dirinya.
         Anjurkan keluarga klien
untuk selalu mendampingi
klien.
Rasional : klien dapat merasa
masih ada orang yang
memperhatikannya.

D. EVALUASI
Menurut Nursalam (2011) evaluasi keperawatan terdiri dari dua jenis yaitu:
1. Evaluasi formatif. Evaluasi ini disebut juga evaluasi berjalan dimana evaluasi
dilakukan sampai dengan tujuan tercapai.
2. Evaluasi somatif merupakan evaluasi akhir dimana dalam metode evaluasi ini
menggunakan SOAP.

DAFTAR PUSTAKA

Administrator. (2012). Kanker Payudara. https://bukusakudokter.org/2012/11/04/ca-


mamae-kanker-payudara/.

American Cancer Society. (2015). Breast cancer facts and figure 2015-2016. Diambil
dari https://www.cancer.org/content/dam/cancer-org/research/cancer-facts-and-
statistics/breast-cancer-facts-and-figures/breast-cancer-facts-and-figures-2015-
2016.pdf
Bioherbaka. (2016). Tinjauan Medis: Cara Mengencangkan Payudara.
http://bioherbaka.com/tinjauan-medis-cara-mengencangkan-payudara.html

41
Buku saku dokter. (2017).Ca mammae atau Ca mammae. Diambil dari
https://bukusakudokter.org/2012/11/04/ca-mamae-kanker-payudara/ [Diakses pada
8 Januari 2018].
Bulechek, Gloria M., Howard K. Butcher., Joanne M. Dochterman., cheryl M. Wagner.
(2013). Nursing Interventions Classification (NIC). 6th Edition. Singapore:
Mosby, Elsevier Inc. Terjemahan oleh Nurjannah, Intansari., Roxsana Devi
Tumanggor. Nursing Interventions Classification (NIC). Edisi Ke-6. Indonesia:
CV Mocomedia.

Erik, T. (2015). Kanker, Antioksidan dan Terapi Komplementer. Jakarta: Gramedia.

Irmayanti, U. 2016. Anatomi Fisiologi Masa Nifas. Diambil dari


https://sites.google.com/site/ulfhairmayyy05/anatomi-dan-fisiologi-payudara
Kementerian Kesehatan RI. (2017). Panduan Penatalaksanaan Kanker Payudara.
http://kanker.kemkes.go.id/guidelines/PPKPayudara.pdf.

Kementerian Kesehatan RI. (2015). Situasi Penyakit Kanker.


https://www.google.co.id/url?
sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=1&cad=rja&uact=8&ved=0ahUKEw
j11KP54dHYAhVEro8KHSwAB-UQFggoMAA&url=http%3A%2F
%2Fwww.depkes.go.id%2Fdownload.php%3Ffile%3Ddownload%2Fpusdatin
%2Fbuletin%2Fbuletin-kanker.pdf&usg=AOvVaw35Jb54sFMKwOES38rnotah

Konsula Amarta Nusantara. (2016). Kanker Payudara.


https://www.konsula.com/blog/kanker-payudara/komplikasi-kanker-payudara/.

Lusiana, Bidan. (2017). Patofisiologi dan Proses Terjadinya Sel-Sel Kanker Payudara.
https://bidanlusiana.com/kanker-payudara/patofisiologi-kanker-payudara/.

Modern Cancer Hospital Guangzhou. (2015). Diagnosis Kanker Payudara.


http://www.asiancancer.com/indonesian/cancer-diagnosis/breast-cancer-
diagnosis/.

Moorhead, Sue., Marion Johnson., Meridean L. Maas., Elizabeth Swanson. 2013.


Nursing Outcomes Classification (NOC). 5th Edition. Singapore: Mosby,
Elsevier Inc. Terjemahan oleh Nurjannah, Intansari., Roxsana Devi Tumanggor.

42
Nursing Outcomes Classification (NOC). Edisi Ke-5. Indonesia: CV
Mocomedia.

Pandik. (2018). Laporan Pendahuluan Ca Mamae (Carsinoma Mamae) / Kanker


Payudara.
https://www.academia.edu/14732106/LAPORAN_PENDAHULUAN_CA_MA
MMAE_CARSINOMA_MAMMAE_KANKER_PAYUDARA?auto=download.

Samiadi, Lika Aprilia. (2017). Komplikasi Pengobatan Kanker Payudara.


https://hellosehat.com/pusat-kesehatan/kanker-payudara/komplikasi-pengobatan-
kanker-payudara/. [diakses tanggal 9 Januari 2018].

Syaiffudin. (2010). Anatomi Fisiologi: Kurikulum Berbasis Kompetensi Untuk


Keperawatan & Kebidanan, Ed. 4. Jakarta : EGC.

43

Anda mungkin juga menyukai