Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN PENDAHULUAN

STASE KEPERAWATAN JIWA


“DEFISIT PERAWATAN DIRI”

Dosen Pembimbing : Ns. Faisal Kholid Fahdi, M.Kep

Disusun Oleh:

Yossy Wulandari (I1031171032)

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS TANJUNGPURA

PONTIANAK

2020/2021
1. Definisi
Perawatan diri adalah salah satu kemampuan dasar manusia dalam
memenuhi kebutuhannya guna mempertahankan kehidupannya, kesehatan, dan
kesejahteraan sesuai kondisi kesehatannya, pasien dinyatakan terganggu
keperawatan dirinya jika tidak dapat memenuhi perawatan diri. Defisit
perawatan diri adalah gangguan kemampuan untuk melakukan aktifitas
perawatan diri (mandi, berhias, makan, toileting) (Keliat, 2014).
Defisit perawatan diri adalah gangguan kemampuan untuk melakukan
atau menyelesaikan aktifitas perawatan diri untuk diri sendiri; mandi; berpakaian
dan berhias untuk diri sendiri aktifitas makan sendiri; dan aktifitas eliminasi
sendiri (Herdman, 2012).
Menurut Sutejo (2017) Defisit perawatan diri adalah keadaan seseorang
mengalami kelainan dalam kemampuan untuk melakukan atau menyelesaikan
aktivitas kehidupan sehari-hari secara mandiri. Tidak ada keinginan Pasien
untuk mandi secara teratur, tidak menyisir rambut, pakaian kotor, bau badan,
bau napas, dan penampilan tidak rapi. Defisit Perawatan Diri merupakan salah
satu masalah yang timbul pada Pasien gangguan jiwa. Adapun jenis-jenis
perawatan diri antara lain :
1. Kurang perawatan diri : Mandi / kebersihan
2. Kurang perawatan diri (mandi) adalah gangguan kemampuan untuk
melakukan aktivitas mandi/kebersihan diri.
3. Kurang perawatan diri : Mengenakan pakaian / berhias.
4. Kurang perawatan diri (mengenakan pakaian) adalah gangguan kemampuan
memakai pakaian dan aktivitas berdandan sendiri.
5. Kurang perawatan diri : Makan
6. Kurang perawatan diri (makan) adalah gangguan kemampuan untuk
menunjukkan aktivitas makan.
7. Kurang perawatan diri : Toileting
8. Kurang perawatan diri (toileting) adalah gangguan kemampuan untuk
melakukan atau menyelesaikan aktivitas toileting sendiri.
2. Etiologi, Faktor Predisposisi dan Presipitasi
Berikut beberapa faktor yang menjadi penyebab terjadinya defisit perawatan
diri: (Yusuf, 2015).
1. Faktor predisposisi
a. Perkembangan
Keluarga terlalu melindungi dan memanjakan klien sehingga
perkembangan inisiatif terganggu.
b. Biologis
penyakit kronis yang menyebabkan klien tidak mampu melakukan
perawatan diri.
c. Kemampuan realistis menurun
Klien gangguan jiwa dengan kemampuan realitas yang kurang
menyebabkan ketidakpedulian dirinya dan lingkungan termasuk
perawatan diri.
d. Sosial
Kurang dukungan dan latihan kemampuan perawatan diri dari
lingkungannya. Hal ini berkaitan dengan situasi lingkungan yang
dapat mempengaruhi latihan kemampuan dalam perawatan diri.
2. Faktor presipitasi
a. Body image
Gambaran individu terhadap dirinya sangat mempengaruhi
kebersihan diri misalnya dengan adanya perubahan fisik sehingga
individu tidak peduli dengan kebersihan dirinya.
b. Praktik social
Usia anak-anak seringkali dimanja dalam kebersihan diri, maka
kemungkinan akan terjadi perubahan pola personal hygiene dalam
perkembangannya.
c. Status sosial ekonomi
Perawatan diri membutuhkan perlengkapan seperti sabun, pasta gigi,
sikat gigi, shampoo, alat mandi yang semuanya memerlukan biaya
untuk menyediakannya. Sehingga mereka dengan kesulitan ekonomi
seringkali juga mengalami kesulitan dalam memenuhi kebutuhan
perawatan dirinya.
d. Pengetahuan
Pengetahuan perawatan diri sangat penting karena pengetahuan yang
baik pada individu dapat meningkatkan kesehatannya. Seperti pada
pasien pasca bedah yang harus menjaga kebersihan luka pasca
bedahnya.
e. Budaya
Ada budaya tertentu dimasyarakat yang melarang individu yang sakit
untuk mandi.
f. Kebiasaan seseorang
Kebiasaan seseorang tentu berbeda dalam menggunakan produk
tertentu dalam perawatan diri, seperti penggunaan alat mandi.
g. Kondisi fisik atau perilaku
Seseorang dalam kondisi tertentu atau sakit mengalami kemunduran
dalam kemampuan untuk melakukan perawatn diri dan memerlukan
bantuan untuk melakukannya.

3. Tanda dan Gejala


Adapun tanda dan gejala pada pasien dengan defisit perawatan diri ditinjau
dari berbagai aspek kehidupan, diantaranya: (Hidayati, 2017).
1. Fisik
Bau badan, pakaian kotor, rambut dan kulit kotor, kuku panjang, gigi
kotor disertai mulut bau, dan penampilan tidak rapi.
2. Psikologis
Aspek psikologis menunjukkan sikap malas, tidak ada inisiatif, menarik
diri, isolasi diri, merasa tidak berdaya, rendah diri dan merasa hina.
3. Psikomotor
Interaksi dan kegiatan klien kurang, tidak mampu berperilaku sesuai
norma, cara makan tidak teratur, BAK dan BAB tidak sesuai tempatnya,
gosok gigi dan mandi tidak mampu mandiri.
4. Afektif
Berdasarkan aspek afektif, klien merasa bosan, lambat dalam
menghabiskan waktu, afek tumpul dan kurang motivasi untuk perawatan
diri.
5. Kognitif
Daya konsentrasi menurun, pikiran inkoheren, gangguan halusinasi dan
disorientasi.

4. A. Pengkajian Keperawatan Jiwa yang di Kaji


menurut prabowo (2014) isi dari pengkajian tersebut adalah
1. Identitas pasien
2. Keluhan utama/alas an masuk
3. Tipe keluarga
4. Suku bangsa
5. Agama
6. Status social dan ekonomi
7. Aktivitasrekreasi keluarga
8. Riwayat keluarga tahap perkembangan
a. Tahap perkembangan keluarga saat ini
b. Tahap keluarga yang belum tercapai
c. Riwayat keluarga inti
d. Riwayat keluarga sebelumnya
9. Data lingkungan
a. Karakteristik rumah
b. Karakteristiktetangga dan komunitas RW
c. mobilitas geografis keluarga
d. Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat
10. Struktur keluarga
a. Sistem pendukung keluarga
b. Pola komunikasi keluarga
c. Struktur kekuatan keluarga
d. Struktur peran
e. Nilai dan norma keluarga
11. Fungsi keluarga
a. Fungsi afektif
b. Fungsi sosialisasi
c. Fungsi perawatan kesehatan
d. Fungsi reproduksi
e. Fungsi ekonomi
12. Factor predisposisi
a. Riwayat gangguan jiwa
b. Pengobatan
c. Aniaya
d. Anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa
e. Pengalaman masa lalu yang kurang menyenangkan
13. Pengkajian fisik
14. Pengkajian psikososial
a. Genogram
b. Konsep diri
1. Gambaran diri
2. Identitas diri
3. Peran
4. Ideal diri
5. Harga diri
c. Hubungan social
1. Pasien tidak mempunyaiorang yang berarti untuk mengadu atau
meminta dukungan
2. Pasien merasa berada dilingkungan yang mengancam
3. Keluarga kurang memberikan pengarahan kepada klien
4. Pasien sulit berinteraksi karena berperilaku kejam dan
mengeksploitasi orang lain
d. Spiritual
1. Falsafah hidup
2. Konsep kebutuhan dan praktek keagamaan
15. Status mental
a. Penampilan
b. Pembicaraan
c. Aktivitas motoric
d. Alam perasaan
e. Afek
f. Interaksi selama wawancara
g. Persepsi
h. Proses piker
i. Isi piker
j. Tingkat kesadaran
k. Memori
l. Tingkat konsentrasi dan berhitung
m. Kemampuan menilai
n. Daya tilikdiri
16. Kebutuhan persiapan pulang
a. Makan
b. Buang air besar dan buang air kecil
c. Mandi
d. Berpakaian
e. Istirahat dan tidur
f. Penggunaan obat
g. Pemeliharaan kesehatan
h. Aktivitas didalam rumah
i. Aktivitas diluar rumah
17. Mekanisme koping
18. Masalah psikososial dan lingkungan
19. Kurang pengetahuan
20. Aspek medik
B. Pohon Masalah

5. Diagnosa Keperawatan
a. Isolasi Sosial
b. Defisit Perawatan Diri
c. Harga Diri Rendah

6. Rencana Tindakan Keperawatan


Adapun tindakan keperawatan untuk pasien (Dermawan & Rusdi, 2013)
1. Tujuan:
Pasien mampu melakukan kebersihan diri secara mandiri
Pasien mampu melakukan berhias/berdandan secara mandiri
Pasien mampu melakukan makan dengan baik
Pasien mampu melakukan BAB/BAK secara mandiri
2. Tindakan Keperawatan
Melatih pasien cara-cara perawatan kebersihan diri
Untuk melatih pasien dalam menjaga kebersihan diri, keluarga dapat
melakukan tahapan tindakan yang meliputi:
a. Menjelaskan pentingnya menjaga kebersihan diri
b. Menjelaskan alat-alat untuk menjaga kebersihan diri
c. Menjelaskan cara-cara melakukan kebersihan diri
3. Melatih pasien mempraktekkan cara menjaga kebersihan diri
Melatih pasien berdandan/berhias Sebagai perawat dapat melatih pasien
berdandan. Untuk pasien laki-laki tentu harus dibedakan dengan wanita.
Untuk pasien laki-laki latihannya meliputi:
a. Berpakaian
b. Menyisir rambut
c. Bercukur
Untuk pasien wanita latihannya meliputi:
a. Berpakaian
b. Menyisir rambut
c. Berhias
4. Melatih pasien makan secara mandiri, untuk melatih makan pasien perawat
dapat melakukan tahapan sebagai berikut:
a. Menjelaskan cara mempersiapkan makan
b. Menjelaskan cara makan yang tertib
c. Menjelaskan cara merapikan peralatan makan setelah makan
d. Praktek makan sesuai dengan tahapan makan yang baik
5. Menganjurkan pasien melakukan BAB/BAK secara mandiri , melatih pasien
untuk BAB dan BAK secara mandiri
sesuai tahapan berikut:
a. Menjelaskan tempat BAB/BAK yang sesuai
b. Menjelaskan cara membersihkan diri setelah BAB dan BAK
c. Menjelaskan cara membersihkan tempat BAB/BAK

7. Referensi Laporan Pendahuluan


Dermawan, D., & Rusdi. (2013). Konsep dan Kerangka Kerja Asuhan
Keperawatan Jiwa. Yogyakarta : Gosyen Publishing.
Herdman. (2012). Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta : Nuha Medika.
Hidayati, Reny Tjahja. (2017). Pengaruh Terapi Kognitif dan Perilaku terhadap
Peningkatan Keapuan Perawatan Diri pada Klien Skizofrenia dengan
Defisit Perawatan Diri. Surabaya : Fakultas Keperawatan Universitas
Airlangga.
Kirana, Wahyu & Djoko Priyono. (2018). Modul Keperawatan Jiwa dengan
Metode Pembelajaran Kooperatif. Program Studi Keperawatan Fakultas
Kedokteran Universitas Tanjungpura.
Keliat, Budi Anna & Akemat. (2014). Model Praktik Keperawatan Jiwa. Jakarta
: EGC.
Sutejo. (2017). Keperawatan Kesehatan Jiwa Prinsip dan Praktik Asuhan
Keperawatan Jiwa. Yogyakarta : Pustaka Baru Press.
Yusuf, Ah., Fitryasari., Rizky PK., Nihayati., & Hanik Endang. (2015). Buku
Ajar Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta :Salemba Medika.

Anda mungkin juga menyukai