Bab I - 1
Bab I - 1
PENDAHULUAN
pasca reformasi dihadapkan pada persoalan korupsi yang telah mengakar dan
sebagai sesuatu yang lumrah dan wajar. Ibarat candu, korupsi telah menjadi
barang bergengsi yang apabila tidak dilakukan akan membuat stress para
menjadi kebiasaan dan berujung pada sesuatu yang sudah terbiasa untuk
pesimis dan putus asa terhadap upaya penegakkan hukum dalam menumpas
koruptor di Indonesia1.
Dengan melihat latar belakang timbulnya korupsi, salah satu faktor yang
1
Muhammad Yamin, 2012, Tindak Pidana Khusus, Pustaka Setia, Bandung, h. 193
1
memperlemah atau menghancurkan lembaga sosial politik, tetapi juga
lembaga-lembaga hukum2.
itu dengan tidak ada kecualinya”. Sebagai Basic Law (hukum dasar) Undang-
2
Chaerudin, Syaiful Ahmad Dinar dan Syarif Fadillah, 2009, Strategi Pencegahan dan
Penegakan Hukum Tindak Pidana Korupsi, Refika Aditama, Bandung, h. 1-2
3
Chaerudin, Syaiful Ahmad Dinar dan Syarif Fadillah, Op Cit, h. 3
2
dalam pasal 13 berbunyi; “dalam mengemban Tugasnya Kepolisian
2. Menegakan hukum,
sendiri atau orang lain atau suatu korporasi yang dapat merugikan keuangan
kewenangan, kesempatan atau sarana yang ada padanya karena jabatan atau
Negara”.
4
Adami Chazawi, 2016, Hukum Pidana Korupsi di Indonesia, RajaGrafindo Persada, Jakarta, h.
25
3
Sebagian besar masyarakat masih sangat percaya korupsi masih
pendapat yang dilakukan pada pertengahan Februari 2007 oleh sebuah media
yang terjadi belakangan ini. Delegitimasi lembaga KPK terus menerus terjadi
seolah ada skenario yang dilakukan secara “terencana dan sistematis” dengan
harus terus menerus ditingkatkan, tetapi juga tidak dapat diingkari, KPK telah
4
serta punya integritas dan kredibilitas di dalam percepatan pemberantasan
korupsi.
hukum dan politik penegakan hukum secara lebih kongkrit dan tegas serta
tindak korupsi secara lebih komprehensif, efisien dan efektif tidak terjadi.
tetapi juga telah menjelajah dan merasuk makin dalam pada ruang-ruang
mengikat bagi orang banyak pada tataran strategis atau bersifat garis besar
yang dibuat oleh pemegang otoritas publik6. Wacana yang paling mutakhir
6
Surya Fermana, 2009, Kebijakan Publik, Sebuah Tinjauan Filosofis, Yogyakarta: Ar-Ruzz
Media, h. 5
5
oleh majelis hakim khusus tipikor”. Usulan pasal dalam revisi UU Tindak
Korupsi tersebut adalah salah satu kata kunci utama yang dapat
yakni lembaga negara utama (main state‟s organ) dan lembaga negara
Indonesia.
budaya. Indonesia bagaikan surga bagi para koruptor. Hal ini terlihat dengan
7
Syed Hussain Alatas, 1987, Korupsi Sifat, Sebab dan Fungsi. LP3S, Jakarta, h. 87
6
diletakkannya Indonesiapada perigkat kelima dari 146 negara terkorup yang
Korupsi adalah salah satu penyakit masyarakat yang sama dan jenis
terbawah sekalipun.
8
Jawade Hafidz Arsyad, 2013, Korupsi dalam Perspentif Hukum Administrasi Negara, Sinar
Grafika, Jakarta, 9
7
2. Lembaga pemerintahan yang menangani tindak pidana korupsi belum
korupsi
Korupsi.
penegakan hukum terhadap tindak pidana korupsi sudah sering kita dengat
9
Monang Siahaan, 2014, Perjalanan Komisi Pemberantasan Korupsi Penuh Onak Duri, Elex
Media Komputindo, Kompas Gramedia Group, Jakarta, h. 35
8
Pemberantasan Korusi ini adalah dalam hal pencegahan atau preventif
Oleh karena itu, dalam penelitian ini penulis tertarik untuk meneliti
B. Rumusan Masalah
kasus, dapat diperoleh tujuan yang ingin dicapai. Berikut merupakan yang
C. Tujuan Penelitian
9
1. Untuk mengetahui dan menganalisis Faktor apa saja yang menyebabkan
Negara.
menambah atau melengkapi hukum pidana korupsi yang telah ada dalam
10
tindak pidana korupsi telah mengalami kemajuan yang luar biasa dan
pidana korupsi
Pidana Kosupsi
10
Adami Chazawi, Op Cit, h.389
11
dengan undang-undang nomor 20 tahun 2001 tentang Perubahan atas
Pemberantasan Korupsi:
penuntutan.
telah ada dan dalam keadaan tertentu dapat mengambil alih tugas
12
dan wewenang penyelidikan, penuidikan dan penuntutan
kejaksaan.
corruptus yang artinya merusak, tidak jujur, dapat disuap. Korupsi juga
11
Alfitra, 2011, Hukum Pembuktian dalam Beracara Pidana, Perdata dan Korupsi di
Indonesia, Edisi Revisi, Jakarta: Raih Asa Sukses, h. 146
12
Evi Hartanti, 2005, Tindak Pidana Korupsi, Jakarta: Sinar Grafika, h. 89
13
Pengertian tindak pidana korupsi menurut Pasal 2 Undang-
memperkaya diri sendiri atau orang lain atau suatu korporasi yang
orang yang dengan tujuan menguntungkan diri sendiri atau orang lain
sarana yang ada padanya karena jabatan atau kedudukan yang dapat
korupsi diatur di dalam Pasal 55 KUHP ayat (1) yang menyebut bahwa
menyuruh, melakukan dan yang turut serta melakukan perbuatan dan (2)
14
keterangan, sengaja menganjurkan orang lain supaya melakukan
perbuatan.
dengan kewajibannya.
melakukan perbuatan memperkaya diri sendiri atau orang lain atau suatu
penjara paling singkat 4 (empat) tahun dan paling lama 20 (dua puluh)
tahun dan denda paling sedikit Rp. 200.000.000,- (dua ratus juta rupiah)
15
Pasal 3 Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 jo Undang-
seumur hidup atau pidana penjara paling singkat 1 (satu) tahun dan
paling lama 20 (dua puluh) tahun dan atau denda paling sedikit Rp.
nama suatu korporasi diatur bahwa pidana pokok yang dapat dijatuhkan
ayat (1) sampai dengan ayat (5) Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999
a. Dalam hal tindak pidana korupsi dilakukan oleh atau atas nama suatu
16
maupun berdasarkan hubungan lain, bertindak dalam lingkungan
sebagai berikut :
suatu korporasi;
17
Menurut Shed Husein Alatas ada beberapa ciri korupsi yakni
sebagai berikut :
a. Korupsi senantiasa melibatkan lebih dari satu orang. Hal ini tidak
kerahasiaannya
pembenaran hukum
13
Shed Husein Alatas dalam Evi Hartanti, Op Cit, h. 11
18
Bila ditinjau dari jenisnya, J. Soewartojo membagi korupsi dalam
komisi dalam kredit bank, komisi dalam tender proyek, imbalan jasa
sebagainya;
c. Pungutan liar jenis pungutan tidak sah yang dilakukan oleh PEMDA,
uang;
pembayaran uang atau jaa lain sebagai ganti atau timbale balik
langsung
19
g. Nepotisme, yaitu orang yang berkuasa memberikan kekuasaann dan
Jinayah. Berikut ini akan dibahas beberapa jenis tindak pidana (korupsi)
14
Ibid
20
terdiri dari agama, jiwa, akal, kehormatan atau nasab, harta kekayaan
5. Pengertian Perilaku
Perilaku berasal dari kata “peri” dan “laku”. Peri berarti cara
insting.
15
http://www.definisi-pengertian.com/2015/04/definisi-dan-pengertian-perilaku-konsep.html,
diakses 16 Maret 2017
21
b. daya rangsangan (stimulasi) terhadap seseorang yang ditanggapi,
menjadi 2, yaitu bentuk pasif (tanpa tindakan nyata atau konkret) dan
hidup. Perilaku adalah suatu aksi dan reaksi suatu organisme terhadap
lingkungannya. Hal ini berarti bahwa perilaku baru berwujud bila ada
oleh beberapa faktor yang berasal dari diri individu itu sendiri, antara lain
22
yang dihasilkan. Perpindahan ini dilakukan oleh susunan syaraf pusat
sebagainya.
Para psikolog telah membedakan perilaku dan sikap sebagai dua gejala
yang dapat berbeda satu sama lainnya. Lapiere ) telah meneliti dan
23
Mueler menegaskan bahwa makna behaviour adalah perilaku aktual
untuk setiap individu, yakni perilaku itu ada penyebabnya, dan terjadinya
tidak dengan spontan, dan mengarah kepada suatu sasaran baik secara
hak dan kewajiban, kebebasan dan tanggung jawab baik pribadi maupun
24
lingkungan dari luar / faktor ekstrinsik atau exciting condition. Oleh
berhubungan dengan orang lain. Istilah Budaya berasal dari kata Culture
kebudayaan, berasal dari kata latin "colere" yang berarti mengolah atau
filsafat serta ilmu pengetahuan, baik yang berwujud murni, maupun yang
immaterial culture).
16 16
http://www.definisi-pengertian.com/2015/04/definisi-dan-pengertian-perilaku-konsep.html,
diakses 16 Maret 2017
25
Dalam konteks ini, hasil rasa masyarakat mewujudkan norma-
pergaulan hidup. 17
sebagai berikut :
politisi maupun pegawai negeri, serta pihak lain yang terlibat dalam
26
pengadaan barang dan jasa tertentu (umumnya dilakukan
kolusi19.
19
https://id.wikipedia.org/wiki/Kolusi.html, diakses 16 Maret 2017
27
c. Nepotisme berarti lebih memilih saudara atau teman akrab
saudara.
28
kekasih gelapnya, menjadi kardinal; Farnese kemudian menjadi
Kardinal.
pemberantasan korupsi akan lebih berdaya guna dan berhasil guna jika
pidana menurut wujud atau sifatnya adalah bertentangan dengan tata atau
20
https://id.wikipedia.org/wiki/Nepotisme.,.html, diamses 16 Maret 2017
21
Juni Sjafrien Jahja, 2013, Prinsip Kehati-hatian dalam Memberantas Manajemen Koruptif pada
Pemerintahan dan Korporasi, Visimedia, Jakarta, h. 81
29
ketertiban yang dikehendaki oleh hukum, mereka adalah perbuatan yang
bahwa ruang lingkup korupsi tidak akan jauh dan selalu berkutat pada
22
Moeljatno, 2009, Asas-asas Hukum Pidana, Jakarta: Rineka Cipta, hal. 3
23
Yudi Kristiana, 2006, Independensi Kejaksaan dalam Penyidikan Korupsi, Citra Adtya
Bandung, h. 12
30
korupsi sangatlah luas (multidimensi) yaitu bisa di bidang moral, sosial,
supaya insaf dan dapat menjadi anggota masyarakat yang baik. 25 Inilah
31
memungkinkan penegakan hukum dijalankam maupun memberikan
26
Satjipto Rahardjo, 2009. Penegakan Hukum, Yogyakarta : Genta Publishing. h. 31
27
Satjipto Raharjo, Op cit, h 24.
28
Karjadi, 1978. Polisi (Filsafat dan Perkembangan Hukumnya). Bogor Politea, h. 36
32
Salah satu ciri kehidupan masyarakat yang kompleks adalah
dapat disamakan begitu saja dengan yang terjadi pada 100 tahun yang
lalu. Dibanding dengan keadaan sekarang, apa yang terjadi pada waktu
itu dapat disifatkan sebagai sangat sederhana, dengan ruang lingkup yang
sangat kecil.
tata kerja dan struktur yang sederhana. Pada waktu dibicarakan tentang
hukumnya pun masih bersifat intin, lebih personal. Sifat tersebut jelas
berikut :30
29
William Shrode & Voich, 1974. Organization and Management – Basic Systems Conncept,
Tallahassee. Fl. Florida State University. hl. 4
30
Paingot Rambe Manalu dkk, 2010, Hukum Acara Pidana dari Segi Pembelaan, CV Novindo
Pustaka Mandiri, Jakarta, h. 6-8
33
semua orang adalah sama di muka hukum dan tanpa diskriminasi
dapat disamakan begitu saja dengan yang terjadi pada 100 tahun yang
lalu. Dibanding dengan keadaan sekarang, apa yang terjadi pada waktu
itu dapat disifatkan sebagai sangat sederhana, dengan ruang lingkup yang
sangat kecil.
tata kerja dan struktur yang sederhana. Pada waktu dibicarakan tentang
hukumnya pun masih bersifat intin, lebih personal. Sifat tersebut jelas
34
tidak akan dapat dilekatkan pada cara-cara penyelenggaran hukum pada
organisasi.
struktur organisasi
31
William Shrode & Voich, 1974. Organization and Management – Basic Systems Conncept,
Tallahassee. Fl. Florida State University. Hal. 4
35
kepolisian, pemasyarakatan dan juga Badan Peraturan Perundang-
maka kita sudah mulai turun dari peringkat pembicaraan hukum yang
tujuan hukum. Misalnya keadilan, kini tidak lagi merupakan konsep yang
36
abstrak, melainkan benar-benar diberikan kepada anggota masyarakat
kepolisian32).
lain.
lainnya.
32)
Satjipto Rahardjo, Op cit. h. 13-15
37
bertugas untuk mewujudkan ide-ide serta konsep-konsep menjadi
organisasi
38
c. Mengembangkan nilai-nilainya sendiri. Pengembangan nilai-nilai
33
Ibid. h. 18
39
tugasnya tanpa memperhatikan lingkungan melainkan dituntut untuk
40
7. Teori Yang Digunakan
tangan.
34
Ibid. hal. 311
41
Secara moral politik setidaknya ada empat alasan utama
1) Kepastian hukum
3) Legitimasi demokrasi
guru besar dari Berlin. Tetapi konsep negara hukum itu sendiri
35
Jimly Asshidiqie, Cita Negara Hukum Indonesia Kontemporer, http://www.economic-
law.net/jurnal/citranegarahukumindonedia.doc, diakses 10 Maret 2017
36
Franz Magnis Suseno, 1994, Etika Politik : Prinsip-prinsip Moral Dasar Kenegaraan Modern,
Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, h. 295
42
konsep negara hukum lahir sebagai reaksi terhadap konsep
b. Teori Kewenangan
37
CST. Kansil, 2001. Ilmu Negara, Pradnya Paramita, Jakarta, h. 138
38
Franz Magnis Suseno, Op Cit. h. 298
43
Unsur-unsur yang tercantum dalam teori kewenangan
hubungan hukumnya39.
c. Teori Peran
39
Salim HS dan Erlies Septiana Nurbani, 2013, Penerapan Teori Hukum pada Penelitian Tesis
dan Disertasi, Buku Kedua, RajaGrafindo Persada, Jakarta, h. 183
40
Ibid, h. 189
41
Salim HS dan Erlies Septiana Nurbani, Op Cit, h. 141
44
Peran adalah seperangkat tingkat yang diharapkan dimiliki
E. Metode Penelitian
1. Tipe Penelitian
yang berkenaan dengan masalah yang diteliti. Dengan kata lain penelitian
ini hanya terbatas pada penggambaran satu atau lebih mengenai Peran
2. Metode Pendekatan
42
Departmen Pendidikan dan Kebudayaan, 1989, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Balai Pustaka,
Jakarta, hal. 667
43
Selly Wehmeier dkk, 2000, Oxford Advanced Lerarner’s Dictionary of Current English,
Amerika Serikat: Oxford University Press, h. 1268
44
Soerjono Soekanto, 1982, Penelitian Hukum Normatif Suatu Tinjauan Singkat, Rajawali.,
Jakarta, h. 56
45
kepustakaan adalah penelitian hukum yang dilakukan dengan cara
sebagai berikut :
Korupsi.
45
Salim HS dan Erlies Septiana Nurbani, Op Cit, h. 12
46
7) Instruksi Presiden Republik Indonesia nomor 5 Tahun 2004.
Yudikatif), yakni
1) Makalah-makalah
terdiri dari
1) Kamus Hukum
berupa bahan hukum primer, bahan hukum sekunder dan bahan hukum
47
permasalahan penelitian yakni Peran Komisi Pemberantasan Korupsi
a. Studi Pustaka
b. Teknik Observasi
pada objek penelitian yang terdiri dari satu buku standar. Peranan
46
Syaifuddin Azwar, 2004, Metode Penelitian . Pustaka pelajar, Yogyakarta, h. 104.
48
peneliti sebagai pengamat dalam hal ini tidak sepenuhnya sebagai
c. Teknik Dokumentasi
kondisi yang sekarang ini terjadi atau ada. Dengan kata lain penelitian
47
LJ. Moloeng, 2010, Metode Penelitian Kualitatif, Remaja Rosdakarya, Bandung, h.177
48
Riduan, op.cit, h. 77
49
Nana Syaodih Sukmadinata, 2004, Penelitian dalam Pendidikan, Kurikulum dan
Pembelajaran, PPs UPI, Bandung, h. 242
50
Mardalis, 1999, Metode Penelitian Suatu Pendekatan Proposal¸Bumi Aksara, Jakarta, h. 26
49
deskriptif kualitatif dirancang untuk mengumpulkan informasi tentang
yang diselidiki.52
F. Sistematika Penulisan
Penulisan
50
menyebabkan maraknya perilaku KKN di Indonesia yang dilakukan para
karakter manusia anti KKN dan 3) Peran KPK dalam pencegahan perilaku
G. Originalitas Penelitian
Metode
No Judul Penelitian Penulis Perumusan Masalah
Penelitian
1 Fungsi Komisi Ketut Maha 1. Apakah ada pengaturan yang Perundang-
Pemberantasan Korupsi Agung, harmonis dan terkorelasi tentang undangan
dalam Penyitaan Aset Universitas penyitaan aset tersangka korupsi
Tindak Pidana Korupsi Udayana diduga pula melakukan tindak pidana
terkait dengan denpasar, pencucian uang dalam perspektif
Pencucian Uang Bali tahun perundang-undangan Indonesia,
2015 2. Apakah dasar pertimbangan
penyidikan Komisi Pemberantasan
Korupsi dalam penyiotaan aset
koruptor yang jumlah nilainya
dianggap tidak logis atau tanpa batas?
2. Implementasi Fungsi Melani 1. Bagaimanakah implementasi fungsi Yuridis
Pencegahan Komisi Darman, pencegahan Komisi Pemberantasan Normatif
Pemberantasan Korupsi Universitas Korupsi dalam pemberantasan tindak
dalam Pemberantasan Andalas pidana Korupsi? 2. Apa kendala-
Tindak Pidana Korupsi Padang kendala dalam implementasi fungsi
Sumatera pencegahan Komisi Pemberantasan
Barat, tahun Korupsi dalam pemberantasan tindak
2014 pidana Korupsi?
3. Eksistensi Komisi Ernny 1. Bagaimanakah konsekuensi Yuridis
Pemberantasan Korupsi Apriyanti kedudukan Komisi Pemberantasan Normatif
sebagai State Auxiliry Slakay Korupsi sebagai State auxiliry Body
Body dalam Sistem Universitas dalam sistem Ketatanegaraan di
Ketatanegaraan di Atma Jaya Indonesia? 2. Apa kendala-kendala
Indonesia Yogyakarta dalam kedudukan Komisi
tahun 2015 Pemberantasan Korupsi sebagai State
auxiliry Body dalam sistem
Ketatanegaraan di Indonesia?
51