Anda di halaman 1dari 6

NAMA : SITI NURAZIZAH

NIM 0432950421093
MATA KULIAH : PSIKOSOSIAL DAN BUDAYA DALAM KEPERAWATAN
SEMESTER : 1, KELAS ALIH JENJANG

KASUS PEMICU III


Tn. D seorang yang pendiam dan pemalu. Beliau bertingkah laku seperti wanita. Tn. D akan
marah bila ada orang yang memanggilnya bapak atau om. Tn D senang berteman dengan
perempuan. Masalah apa yang kita temukan pada Tn. D ? Rencana dan tindakan keperawatan
apa yang dapat dilakukan untuk kasus ini?

JAWAB
Diagnosa Keperawatan
Gangguan identitas diri berhubungan dengan gangguan orientasi sosial ditandai dengan
Subyektif :
- Marah bila ada orang yang memanggilnya bapak atau
om Obyektif :
- Pendiam dan pemalu
- Bertingkah laku seperti wanita
- Senang berteman dengan perempuan

Kriteria Hasil
Luaran Utama :
Klien mampu mempertahankan keutuhan persepsi terhadap diri dengan kriteria hasil :
- Perilaku konsisten meningkat ditandai dengan :
 Hubungan yang efektif meningkat
 Strategi koping efektif meningkat
 Penampilan peran efektif meningkat
- Perasaan fluktuatif terhadap diri menurun ditandai dengan :
 Kebingungan dengan nilai-nilai budaya menurun
 Kebingungan dengan tujuan hidup menurun
 Kebingungan dengan jenis kelamin menurun
 Kebingungan dengan nilai-nilai ideal menurun
- Persepsi terhadap diri membaik

Luaran Tambahan :
Pengenalan dan penerimaan diri terhadap aspek seksual membaik ditandai dengan :
- Menunjukan pendirian seksual yang jelas
- Integritas orientasi seksual ke dalam kehidupan sehari hari meningkat
- Menyusun batasan- batasan sesuai dengan jenis kelamin
- Pencarian dukungan social
- Verbalisasi hubungan harmonis
- Verbalisasi hubungan seksual sehat

Intervensi Keperawatan :
1. Orientasi realita (meningkatkan kesadaran terhadap identitas diri, waktu dan lingkungan)
Observasi :
- Monitor perubahan orientasi
- Monitor perubahan kognitif dan
perilaku Terapeutik :
- Perkenalkan nama saat memulai interaksi
- Orientasikan orang, tempat dan waktu
- Hadirkan realita (mis. beri penjelasan alternative, hindarkan perdebatan)
- Sediakan lingkungan dan rutinitas secara konsisten
- Atur stimulus sensorik dan lingkungan (mis. Kunjungan, pemandangan, suara,
pencahayaan, bau dan sentuhan
- Gunakan symbol dalam mengorientasikan lingkungan (mis. Tanda, gambar, warna)
- Libatkan dalam kelompok orientasi
- Beri waktu istirahat dan tidur yang cukup, sesuai kebutuhan
- Fasilitasi akses informasi (mis. Kacamata, surat kabar, radio), jika
perlu Edukasi :
- Anjurkan keluarga dalam perawatan orientasi realita
- Ajarkan keluarga dalam perawatan orientasi realita

2. Promosi kesadaran diri (meningkatkan pemahaman dan mengeksplorasi pikiran, perasaan,


motivasi dan perilaku
Observasi :
- Identifikasi keadaan emosional saat ini
- Identifikasi respon yang ditujukan berbagai
situasi Terapeutik :
- Diskusikan nilai-nilai yag berkontribusi terhadap konsep diri
- Diskusikan tentang pikiran, perilaku atau respon terhadap kondisi
- Ungkapkan penyangkalan tentang kenyataan
- Motivasi dalam meningkatkan kemampuan belajar
Edukasi :
- Anjurkan mengenali pikiran dan perasaan tentang diri
- Anjurkan menyadari bahwa setiap orang unik
- Anjurkan mengungkapkan perasaan (mis. Marah atau depresi)
- Anjurkan meminta bantuan orang lain, sesuai kebutuhan
- Anjurkan mengubah pandangan diri sebagai korban
- Anjurkan mengidentifikasi perasaan bersalah
- Anjurkan mengidentifikasi situasi yang memicu kecemasan
- Anjurkan mengevaluasi kembali persepsi negative tentang diri
- Anjurkan dalam mengekespresikan diri dengan kelompok sebaya
- Ajarkan cara membuat prioritas hidup
- Latih kemampuan positif diri yang dimiliki

3. Promosi Koping (upaya kognitif dan perilaku untuk menilai dan merespon stressor dan/atau
kemampuan menggunakan sumber-sumber yang ada
Observasi :
- Identifikasi kegiatan jangka pendek dan panjang sesuai tujuan
- Identifikasi kemampuan yang dimiliki
- Identifikasi sumber daya yang tersedia untuk memenuhi tujuan
- Identifikasi pemahaman proses penyakit
- Identifikasi dampak situasi terhadap peran dan hubungan
- Identifikasi metode penyelesaian masalah
- Identifikasi kebutuhan dan keinginan terhadap dukungan
social Terapeutik :
- Diskusikan perubahan peran yang dialami
- Gunakan pendekatan yang tenang dan meyakinkan
- Diskusikan alasan mengkritik diri sendiri
- Diskusikan untuk mengklarifikasi kesalahpahaman dan mengevaluasi perilaku sendiri
- Diskusikan konskuensi tidak menggunakan rasa bersalah dan rasa malu
- Diskusikan risiko yang menimbulkan bahaya pada diri sendiri
- Fasilitasi dalam memperoleh informasi yang dibutuhkan
- Berikan pilihan realistis mengenai aspek-aspek tertentu dalam perawatan
- Motivasi untuk menentukan harapan yang realistis
- Tinjau kembali kemampuan dalam pengambilan keputusan
- Hindari mengambil keputusan saat pasien berada dibawah tekanan
- Motivasi terlibat dalam kegiatan social
- Motivasi mengidentifikasi system pendukung yang tersedia
- Perkenalkan dengan orang atau kelompok yang berhasil mengalami pengalaman sama
- Dukung penggunaan mekanisme pertahanan yang tepat
- Kurangi rangsangan lingkungan yang
mengancam Edukasi :
- Anjurkan menjalin hubungan yang memiliki kepentingan dan tujuan yang sama
- Anjurkan penggunaan sumber spiritual, jika perlu
- Anjurkan mengungkapkan perasaan dan persepsi
- Anjurkan keluarga terlibat
- Anjurkan membuat tujuan yang lebih spesifik
- Ajarkan cara memecahkan masalah secara konstruktif
- Latih penggunaan teknik relaksasi
- Latih keterampilan social, sesuai kebutuhan
- Latih mengembangkan penilaian obyektif
4. Manajemen Perilaku Seksual (mengiidentifiaksi dan mengelola perilaku seksual yang tidak
diterima secara social)
Observasi :
- Identifikasi penyimpangan perilaku seksual
- Identifikasi harapan perilaku atau verbalisasi seksual kepada orang atau objek lain
- Identifikasi perasaan tentang situasi krisis atau trauma masa lalu
- Monitor perilaku seksual yang
sesuai Terapeutik :
- Hindari menempatkan teman sekamar dengan kesulitan komunikasi, riwayat
penyimpangan aktivitas seksual, atau risiko tinggi (mis. Anak kecil)
- Tempatkan pada ruang tersendiri jika sangat berisiko perilaku seksual menyimpang
- Batasi mobilitas fisik (mis. Pembatasan area)
- Gunakan pendekatan tenang dan mudah dipahami saat merespon verbalisasi dan perilaku
seksual menyimpang
- Berikan kegiatan pengalihan
- Beri konsekuensi jika melakukan penyimpangan perilaku seksual
Edukasi :
- Informasikan konsekuensi perilaku dan verbalisasi seksual yang menyimpang
- Ajarkan keterampilan social yang sesuai
- Edukasi seks sesuai tingkat perkembangan

Referensi :

Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI). (2017). Standar Diagnosis Keperawatan


Indonesia, Definisi dan Indikator Diagnostik Edisi 1. Jakarta: Dewan Pengurus Pusat
Persatuan Perawat Nasional Indonesia.
Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI). (2018). Standar Intervensi Keperawatan
Indonesia Definisi dan Tindakan Keperawatan Edisi 1 Cetakan II. Jakarta: Dewan
Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia.
Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI). (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia
Definisi dan Kriteria Hasil Keperawatan Edisi 1 Cetakan II. Jakarta: Dewan Pengurus
Pusat Persaatuan Perawat Nasional Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai