Anda di halaman 1dari 42

 

          RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN


(RPP)

A. Identitas Mata Kuliah


Mata kuliah : Asuhan Kebidanan V (Komunitas)
Kode mata kuliah : Bd. 306
Beban studi : 4 SKS (T : 2, P : 2)
Pokok bahasan : Standar Asuhan Kebidanan
Sub pokok bahasan : 1. Pertolongan Pertama Kegawatdaruratan Obstetri
dan Neonatal (PPGDON dan PONED)
Waktu pertemuan : 2 x 50 menit
Pertemuan ke :3
Hari/ Tanggal : Sabtu, 26 Maret 2016
Dosen : Dwi Rohmah I

B. Kompetensi Dasar
Setelah mengikuti mata kuliah ini diharapkan mahasiswa mengetahui dan
mampu memahami standar asuhan kebidanan di masyarakat

C. Indikator
Setelah mengikuti mata kuliah ini, diharapkan mahasiswa mampu :
1. Menjelaskan mengenai Pertolongan Pertama Kegawatdaruratan Obstetri
dan Neonatal
2. Menjelaskan mengenai Pelayanan Obstetri Neonatal Emergensi Dasar

D. Tujuan Pembelajaran
1. Melalui kegiatan ceramah dan tanya jawab mahasiswa mampu
menjelaskan mengenai Pertolongan Pertama Kegawatdaruratan Obstetri
dan Neonatal dengan benar

1
2. Melalui kegiatan ceramah dan Tanya jawab mahasiswa mmpu
menjelaskan mengenai Pelayanan Obstetri Neonatal Emergensi Dasar
dengan benar

E. Metode
1. Ceramah
2. Tanya Jawab

F. Media
1. LCD
2. Laptop

G. Materi
Standar Asuhan Kebidanan PPGDON dan PONED
(Terlampir)

2
H. Kegiatan Belajar Mengajar
Kegiatan Media /
Tahap Kegiatan Dosen Metode Waktu
mahasiswa Alat
Pembukaan 1. Mengucapkan salam Menjawab - Ceramah 15
salam menit
2. Memperkenalkan diri Memperhatikan Laptop, Ceramah
3. Absen Absen LCD
4. Menginformasikan Memperhatikan - -
pokok materi yang
akan diajarkan
5. Apersepsi Memperhatikan Laptop, Ceramah
LCD
6. Menjelaskan tujuan Memperhatikan Laptop, Ceramah
pembelajaran ini LCD
Penyajian 1. Mengidentifikasi Menjawab - Tanya 70
pengertian PPGDON Pertanyaan Jawab menit
dan PONED
2. Meminta mahasiswa Menjawab - Tanya
untuk menyebutkan Pertanyaan Jawab
apa saja
kegawatdaruratan
pada ibu dan Ceramah
neonatus
3. Memberikan Memperhatikan Laptop,
penguatan kepada LCD
mahasiswa yang telah Ceramah
menjawab pertanyaan
4. Menjelaskan Memperhatikan Laptop, Ceramah
mengenai PPGDON LCD
5. Menjelaskan Memperhatikan Laptop, Tanya
mengenai PONED

3
6. Menanyakan kepada LCD jawab
mahasiswa apakah Menjawab -
ada hal-hal yang Pertanyaan
kurang dimengerti Tanya
7. Memberikan Jawab
kesempatan pada Menjawab -
mahasiswa lain untuk Pertanyaan
menjawab pertanyaan Tanya
8. Melakukan Jawab
penguatan dan Memperhatikan -
klarifikasi kepada
mahasiswa yang telah
bertanya
Penutup 1. Melakukan evaluasi Menjawab - - 15
kepada mahasiswa pertanyaan Menit
secara lisan dengan
memberikan
petanyaan terbuka
2. Membuat kesimpulan
tentang materi yang Memperhatikan - Ceramah
telah disampaikan.
3. Memberikan
informasi tentang
Memperhatikan - Ceramah
materi yang akan
datang dan
memberikan tugas
baca.
4. Mengucapkan salam Menjawab - -
penutup. salam

I. Evaluasi
1. Prosedur : Test

4
2. Bentuk : Lisan

J. Referensi
Sumber Utama :
 Indrayani, Djami, Moudy EU. 2013. Asuhan Persalinan dan Bayi Baru Lahir.
Jakarta : TIM

Kementerian Kesehatan. 2011. Buku Saku Pelayanan Kesehatan Neonatal


Esensial. Jakarta: Kemenkes RI

__________________ . 2013. Pedoman Penyelenggaraan Puskesmas Mampu


Poned. Jakarta: Kemenkes RI

__________________ . 2007. Pelatihan Pelayanan Obstetri Neonatal


Emergensi Dasar (Buku Acuan) Jakarta: Kemenkes RI

Manuaba, IBG. 2010. Ilmu Kebidanan, Penyakit kandungan dan KB untuk


Pendidikan Bidan Edisi 2. Jakarta: EGC

Saifudin, A.B. 2009. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal


dan Neonatal. Jakarta

Sumber Tambahan :

Matthews, M. et.al., 2000, Inmpact Managing Complication in Pregnancy and


Childbirth, Departement of Reproductive Health and Research

Linda V. Walsh, 2001, Midwifery Community-Based Care, WB Saunders


Company, Philadelphia

Benette V.R. and Brown, L.K. 2000. Myles Textbook for Midwives. Great
Britain: Bath Press Colour Book Glasgow

Varney. 2008. Varney’s Midwifery, 3rd Edition. Sudbury English :Jones and
Barlet Publishers

Penanggung Jawab

( Dwi Rohmah I)

5
Lampiran I
Standar Pelayanan Kebidanan PPGDON dan PONED

Penilaian Awal Kasus Kegawatdaruratan Obstetri

Dalam menentukan kondisi kasus obstetric yang dihadapi apakah dalam


keadaan gawat darurat atau tidak, harus dilakukan pemeriksaan secra sistematis
meliputi anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan obsterik. Dalam
prakteknya, pemeriksaan sisitematis yang lengkap membutuhkan waktu yang
lama, padahal penilaian harus dilakukan secara cepat, maka dilakukanlah penilian
awal. Penilaian awal ialah langkah pertama untuk menentukan dengan cepat kasus
obstetri yang membutuhkan pertolongan segera dengan mengindentifikasi
penyulit ( komplikasi ) yang dihadapi.
Pemeriksaan yang dilakukan dalam penilaian awal ialah sebagai berikut :
Periksa Pandang
a. Menilai kesadaran penderita : pingsan/koma, kejang-kejang, gelisah,
tampak kesakitan
b. Menilai wajah penderita : pucat, kemerahan, banyak keringat
c. Menilai pernafasan : cepat, sesak nafas.
d. Menilai perdarahan dan kemaluan
Periksa Raba :
a. Kulit : dingin, demam
b. Nadi : lenah/kuat, cepat/normal
c. Kaki/tungkai bawah : bengkak
Tanda vital :
a. Tekanan darah, nadi, suhu, dan pernafasan

Yang termasuk kedalam kegawatdaruratan Obstetri ialah :


a. Perdarahan
1) Kehamilan muda
a) Abortus
b) KET

6
c) Mola
2) Kehamilan Lanjut

a) Plasenta Previa

b) Solusio Plasenta
c) Ruptur Uteri
3) Pasca persalinan
a) Atonia Uteri
b) Retensio Plasenta
c) Sisa Plasenta
d) Inversio Uteri
b. Preeklamsia / eklamsia
c. Sepsis puerperalis
d. Syok (bidang obstetri)

e. Distosia bahu

f. Prolaps talipusat

g. Persalinan macet

Yang termasuk kegawatdaruratan Neonatus :


a. Intrapartum
1) Asfiksia
2) Prolaps tali pusat
3) Presentasi bokong
4) Letak lintang
5) Distosia bahu
b. Pascapersalinan
1) Sepsis Neonatorum
2) Ikterus
3) BBLR
4) Sindrom Gawat Nafas

7
5) Hipotermia/Hipertermia

8
Kegawatdaruratan Obstetri
1. Perdarahan
a. Hamil Muda
1) Kehamilan mola
Pengertian
Hamil mola atau hamil anggur, seringkali tidak ditemukan janin di
dalam rahim, walaupun 'sepertinya' tanda-tanda hamil ada, yaitu perut
membesar, mengidam, dll. Kandungan terisi oleh jaringan berbentuk
gelembung berisi cairan. Gelembung-gelembung ini jumlahnya
banyak, sehingga menyerupai kumpulan buah anggur.

Pemeriksaan fisik
 Umumnya ukuran uterus lebih besar jika dibandingkan dengan usia
kehamilan.
 Tak ada ballottement
 Tidak dijumpai adanya DJJ, walaupun usia kehamilan besar.

Terapi
a) Sebagian hamil mola akan sembuh sendiri setelah pengeluaran
spontan jaringan mola (mirip buah anggur).
b) Secara prinsip, setiap mola harus segera dilakukan evakuasi
secepatnya :
 Evakuasi berencana bila tidak terjadi abortus mola.
 Evakuasi sito bila terjadi abortus mola.
c) Sedapat mungkin dilakukan koreksi terlebih dahulu terhadap
penyulit-penyulit (anemia, dehidrasi, hipertiroid).
d) Biasanya evakuasi dilakukan dengan menggunakan kuret hisap
(suction curettage) dan dilanjutkan dengan kuret tajam setelah itu.
Ssebelum tindakan kuret, untuk membuka serviks biasanya
dilakukan pemasangan batang laminaria atau dengan menggunakan
dilator Hegar.

9
e) Pemberian uterotenika (infuse Oksitosin) bila evakuasi sudah
dimulai.
f) Pada mola yang ukurannya >20mg, biasanya dilakukan kuret
kedua dengan selang waktu 2 minggu.
g) Sekitar 90% wanita yang molanya sudah dikuret tidak
membutuhkan pengobatan lanjutan.
h) Pemeriksaan kadar hCG setiap bulan selama enam bulan pertama
pasca kuret. Pemeriksaan berkala ini penting untuk memastikan
bahwa jaringan mola sudah habis diangkat. Mola yang tersisa bisa
saja berkembang menjadi kanker dan membahayakan penderita.
i) Menunda kehamilan, setidaknya satu tahun setelah hamil mola
terjadi. Pada kasus ini, semua bentuk KB pada dasarnya dapat
diberikan untuk menunda kehamilan, kecuali KB IUD.
j) Walaupun jarang terjadi, mola bisa menyebabkan perforasi uterus
sehingga memerlukan tindakan operatif berupa laparotomi
eksplorasi, bahkan bukan tidak mungkin sampai dilakukan
histerektomi.

Tingkat kewenangan

Tindakan evakuasi mola harus dilakukan oleh seorang spesialis


OBGIN (berencana maupun darurat), demikian pula dengan setiap
tindakan laparatomi atau histerektomi.

2) Abortus

Pengertian

Abortus adalah suatu ancaman atau pengeluaran hasil konsepsi


sebelum janin dapat hidup di luar kandungan, dan sebagai batasan
digunakan kehamilan kurang dari 20 minggu atau berat anak kurang
dari 500 gram.

Jenis dan Penanganan

Abortus pun dibagi bagi lagi menjadi beberapa bagian, antara lain :

a) Abortus Komplet

10
Seluruh hasil konsepsi telah keluar dari rahim pada kehamilan
kurang dari 20 minggu. Apabila pasien mengalami anemia
sedang,berikan tablet Sulfas Feresos 600 mg/hari untuk selama 2
minggu disertai dengan anjuran mengkonsumsi makanan bergizi.

b) Abortus Inkomplet

Sebagian hasil konsepsi telah keluar dari rahim dan masih ada yang
tertinggal. Penangnan yang dapat dilakukan adalah :

 Tentukan besar uterus ,kenali dan atasi setiap komplikasi


misalnya perdarahan hebat,syok,infeksi/sepsis.

 Hasil konsepsi yang terperangkap pada serviks yang disertai


perdarahan hingga ukuran sedang,dapat di keluarkan secara
digital atau cunam ovum, setelah itu evaluasi perdarahan.

 Abortus inkomplit biasanya berbahya,oleh karena itu perlu di


perhatikan.

 Pastikan tidak ada komplikasi berat seperti sepsis,ferporasi


uterus atau cedera intra-abdomen.

 Konseling untuk kontrasepsi pascakeguguran dan pemantaun


lanjut.

c) Abortus Insipiens

Abortus yang sedang mengancam yang ditandai dengan serviks


yang telah mendatar, sedangkan hasil konsepsi masih berada
lengkap di dalam rahim.

d) Abortus Iminens

Abortus tingkat permulaan, terjadi perdarahan per vaginam,


sedangkan jalan lahir masih tertutup dan hasil konsepsi masih baik
di dalam rahim. Penanganan pada abortus Iminens adalah :

 Tidak diperlukan pengobatan medik yang khusus.

11
 Anjurkan untuk tidak melakukan aktifitas fisik secara
berlebihan atau melakukan hubungan seksual

 Bila perdarahan berhenti lakukan asuhan antenatal terjadwal


dan penilaian ulang bila terjadi perdarahan ulang jika
perdarahan lagi. Bila perdarahan terus berlangsung, nilai
kondisi janin,lakukan konfirmasi kemugkinan adanya penyebab
lain,hamil ektopik atau mola.

e) Missed Abortion

Abortus yang ditandai dengan embrio atau fetus terlah meninggal


dalam kandungan sebelum kehamilan 20 minggu dan hasil
konsepsi seluruhnya masih dalam kandungan. Penanganan pada
kasus ini adalah dengan merujuk pasien ke rumah sakit.
Sebelumnya bidan melakukan penilaian awal dan kaji bila terjadi
syok ataupun perdarahan. Penanganan missed abortion adalah
dengan melakukan kuretase.

f) Abortus Habitualis

Abortus yang terjadi sebanyak tiga kali berturut turut atau lebih.
Perlu dilakukan pemeriksaan lebih lanjut untuk mengetahui
penyebab pasti. Pertimbangkan adanya penyakit penyerta pada ibu.

3) Kehamilan Ektopik Terganggu

Pengertian
Kehamilan ektopik adalah kehamilan yang tempat implantasi atau
nidasi melekatnya buah kehamilan di luar tempat yang normal, yakni
di luar rongga rahim. Kehamilan ekstrauterin adalah kehamilan di luar
batas uterus, sedangkan kehamilan heterotopik adalah hamil intrauterin
dan hamil ektopik yang terjadi bersama-sama. Sedangkan yang disebut
sebagai kehamilan ektopik terganggu adalah suatu kehamilan ektopik
yang mengalami abortus ruptur pada dinding tuba

12
Penanganan
Penangnan pada kehamilan ektopik adalah:
 Menegakkan diagnosis kehamilan
 Segera melakukan rujukan sehingga dapat tertolong segera
 Jika perdarahan banyak  dan keluar jaringan mola, atasi syok dan
keadaan umum penderita dengan pemberian cairan dan transfusi
darah.
 Bila ada tanda syok segera lakukan penanganan syok.

b. Hamil Lanjut

Penanganan umum pada kehamilan usia lanjut adalah:

Tujuan

Mengenali dan melakukan tindakan cepat dan tepat perdarahan dalam TM


III kehamilan.

Pernyataan Standar Hasil


- Ibu yang mengalami perdarahan
Bidan mengenali secara tepat pada TM III kehamilan segera
tanda dan gejala Perdarahan mendapat pertolongan yang cepat
pada kehamilan, serta melakukan dan tepat.
pertolongan pertama dan - kematian ibu dan janin akibat
merujuknya. perdarahan dalam kehamilan dan
perdarahan antepartum berkurang.
- meningkatnya pemanfaatan bidan
untuk konsultasi pada keadaan gawat
darurat. pada keadaan gawat
darurat.

Prasyarat
 Bidan memberikan perawatan antenatal rutin kepada ibu hamil
 Ibu hamil mencari perawatan kebidanan jika komplikasi kehamilan terjadi

13
 Bidan sudah terlatih dan terampil untuk :
o Mengetahui penyebab, mengenali tanda – tanda dan penanganan
perdarahan pada trimester III kehamilan.
o Pertolongan pertama pada kegawatdaruratan, termasuk pemberian
cairan IV.
o Mengetahui tanda – tanda dan penanganan syok
 Tersedianya alat / perlengkapan penting misalnya sabun, air bersih yang
mengalir, handuk bersih untuk mengeringkan tangan; alat suntik steril sekali
pakai, jarum IV steril 16 dan 18G, RL / NaCl o,9%, set infuse, 3 pasang
sarung tangan bersih.
 Penggunaan KMS ibu hamil / Kartu Ibu, buku KIA.
 System rujukan yang efektif, termasuk bank darah berjalan dengan baik
untuk ibu yang mengalami perdarahan selama kehamilan.
Proses
Bidan harus :
 Cuci tangan dengan sabun dan air bersih yang
mengalir, kemudian keringkan hingga betul – betul kering dengan handuk
bersih tiap kali sebelum dan melakukan kontak dengan pasien.
Gunakan sarung tangan bersih kapanpun menangani benda yang
terkontaminasi oleh darah atau cairan tubuh.
 memeriksa dan merujuk ibu hamil yang mengalami
perdarahan dari jalan lahir. (semua perdarahan yang bukan show, adalah
kelainan)
 berikan penyuluhan dan nasehat tentang bahaya
perdarahan dari jalan lahir sebelum bayi lahir kepada ibu dan suami /
keluarganya pada setiap kunjungsn.
 Nasehati ibu hamil, suaminya atau keluarganya untuk
memanggil bidan bila terjadi perdarahan atau nyeri hebat di daerah perut
kapanpun dalam kehamilan.
 Lakukan penilaian keadaan umum ibu dan perkiraan
usia kehamilnya.

14
 Jangan melakukan periksa dalam. (perdarahan
pada kehamilan di atas 22 minggu biasanya karena plasenta previa. Periksa
dalam akan memperburuk perdarahan).
 Rujuk ibu yang mengalami perdarahan vagina pada
TM III ke RS terdekat.
 Jika tanda atau gejala syok jelas terlihat harus segera
ditangani. Bila perdarahan hebat lakukan rujukan segera.
o Sebaiknya baringkan ibu dengan dengan posisi miring ke sisi kiri dan
ganjal tungkainya dengan bantal.
o Berikan cairan intravena NaCl 0,9% RL. Infuse diberikan dengan
tetesan cepat sesuia kondisi ibu dengan menggunakan teknik aseptic
mulai IV dengan RL atau NaCl 0,9%, menggunakan jarum berlubang
besar (16 atau 18G).
o Berikan cairan IV dengan tetesan cepat hingga denyut nadi ibu
membaik.
o Damping ibu ke tempat rujukan. Periksa dan catat dengan seksama
TTV (pernafasan, nadi dan TD). Setiap 15 menit sampai tiba di RS.
o Selimuti ibu dan jaga agar tetap hangat selama perjalanan ketempat
rujukan, jangan membuat ibu kepanasan.
 Perkiraan seakurat mungkin jumlah kehilangan darah.
(sering kali perkiraan jumlah kehilangan darah kurang dari jumlah
sebenarnya cara yang lebih tepat untuk memperkirakan kehilangan darah
adalah dengan menimbang semua bahan yang terkena darah).
 Buat catatan lengkap (keterangan mengenai
perdarahan : golongan, jumlah perdarahan dan riwayat tentang kapan
terjadinya perdarahan pergantian cairan). Dokumentasi dengan seksama
semua perawatan yang diberikan.
 Dampingi ibu hamil untuk merujuk ke rumah sakit
dan minta keluarga yang akan menyumbangkan darahnya untuk ikut serta.
 Mengikuti langkah – langkah untuk merujuk.

15
1) Plasenta Previa

Pengertian

Plasenta Previa adalah plasenta yang ada di depan jalan lahir (Prae = di
depan ; vias = jalan). Jadi yang dimaksud plasenta previa ialah
placenta yang implantasinya tidak normal yakni rendah sekali hingga
menutupi seluruh atau sebagian Ostium Internum.

Plasenta previa ialah suatu kehamilan dimana plasenta berimplantasi


abnormal pada segmen bawah rahim (SBR), menutupi ataupun tidak
menutupi ostium uteri internum (OUI), sedangkan kehamilan itu sudah
viable atau mampu hidup di luar rahim (usia kehamilan >20mg dan
atau berat janin >500gr).

Plasenta previa :
 Totalis (seluruhnya tertutupi oleh plasenta).
 Paralisis (hanya sebagian OUI tertutup plasenta).
 Lateralis (apabila hanya tepi plasenta yang menutupi OUI).
 Letak rendah (plasenta berimplantasi di SBR tetapi tidak ada
bagian yang menutupi OUI).

Kriteria diagnose
Gejala utama (dalam anamnesis)
Perdarahan yang berwarna merah segar, tanpa alasan dan tanpa rasa
nyeri merupakan gejala utama.
Gambaran klinik
 Perdarahan yang terjadi bisa sedikit atau banyak. Perdarahan yang
terjadi pertama kali biasanya tidak banyak dan tidak berakibat
fatal. Perdarahan berikutnya hampir selalu lebih banyak dari
sebelumnya. Perdarahan pertama sering terjadi pada triwulan
ketiga.

16
 Pada uterus tidak teraba keras dan tidak tegang
 Bagian terbawah janin biasanya belum masuk pintu atas panggul
dan tidak jarang terjadi letak janin letak lintang atau letak sungsang
 Janin mungkin masih hidup atau sudah mati, tergantung banyaknya
perdarahan.

Tata laksana
Langkah – langkah tata laksana plasenta previa ditentukan oleh
beberapa faktor :
 Usia kehamilan yang berkaitan dengan kematangan paru – paru.
 Banyaknya perdarahan yang terjadi.
 Gradasi dari plasenta previa sendiri.

Oleh karena itu tata laksana plasenta previa dibagi menjadi dua bagian
besar, yaitu :
 Konservatif, yang artinay mempertahankan kehamilan sampai
waktu tertentu.
 Aktif, yang berarti kehamilan itu segera di akhiri.

Usia kehamilan <38 minggu.


 Berikan pematangan paru deksametason injeksi 12mg 3x berselang
8 jam atau Oradekson 5mg 2x selang 8 jam, atau deksametason
24mg single dose.
 Berikan obat tokolitik (papaverin, terbutalin, atau isoksuprina).
 Prinsipnya kehamilan dipertahankan dulu, kecuali jika perdarahan
ulang dilakukan terminasi (SC).
 Plasenta previa lateralis dan plasenta letak rendah masih
dimungkinkan dilahirkan per vaginam, dimana terminasi diawali
dengan amniotomi (pemecahan selaput ketuban) dan dilanjutkan
dengan pemacuan (oksitosin). Bila perdarahan tetap berlangsung
juga, lakukan SC.

17
Usia Kehamilan ≥ 38 minggu
Dilakukan SC, kecuali untuk plasenta previa lateralis dan plasenta
letak rendah dilakukan langkah di atas, bila tetap perdarahan dilakukan
SC.

2) Solusio Plasenta
Pengertian
Solusio plasenta adalah terlepasnya plasenta yang letaknya normal
pada korpus uteri sebelum janin lahir pada kehamilan dengan masa
gestasi di atas 22 minggu atau berat janin di atas 500 gram.

Kriteria diagnosis
Anamnesis
 Perdarahan spontan pervaginam pada kehamilan yang viable
 Disertai kontraksi atau nyeri yang terus-menerus (spastic)
 Darah yang keluar khas berwarna kehitaman
 Ada riwayat trauma atau hipertensi

Pemeriksaan fisik
 Dinding perut teraba tegang dan keras (wooden abdomen),
Seringkali dengan nyeri tekan
 Perdarahan kehitaman berasal dari ostium uteri
 Dengan vaginal toucher teraba kulit ketuban yang tegang

Tata laksana
a) Konservatif
 Hanya untuk solusio plasenta derajat ringan dan janin masih
belum cukup bulan, apalagi jika janin telah meninggal
 Transfuse darah (1x24 jam) bila anemia (Hb <10,0%)
 Apabila ketuban telah pecah, dipacu dengan oksitosin 10 IU
dalam larutan saline 500 cc, kemudian ditunggu sampai lahir
pervaginam

18
 Bila 1 botol tersebut belum lahir, ulangi dengan 1 botol lagi
dan ditunggu sampai lahir. Dengan langkah ini biasanya
sebagian besar kasus dapat diselesaikan dengan baik (90%),
sedangkan bagi yang gagal dapat dilakukan SC emergency.

b) Aktif
 Dilakukan untuk solusio plasenta derajat sedang sampai berat
tanpa memandang usia kehamilan, dimana kala II tidak dapat
diharapkan dalam waktu singkat (maksimal 6 jam).
 Diawali dengan pemecahan ketuban dilanjutkan dengan
pemacuan seperti diatas.
 Tindakan operatif SC dilakukan apabila 6 jam setelah
pemacuan ternyata tidak tercapai kala II dan bayi masih hidup.

c. Pasca Persalinan

1) Atonia Uteri
Pengertian
Atonia uteria (relaksasi otot uterus) adalah Uteri tidak berkontraksi
dalam 15 detik setelah dilakukan pemijatan fundus uteri (plasenta telah
lahir.

Manajemen Atonia Uteri


a) Masase dan kompresi bimanual
Masase dan kompresi bimanual akan menstimulasi kontraksi uterus
yang akan menghentikan perdarahan.
Pemijatan fundus uteri segera setelah lahirnya plasenta (max 15
detik)
Jika uterus berkontraksi
Evaluasi, jika uterus berkontraksi tapi perdarahan uterus
berlangsung, periksa apakah perineum / vagina dan serviks
mengalami laserasi dan jahit atau rujuk segera

19
Jika uterus tidak berkontraksi maka :
 Bersihkanlah bekuan darah atau selaput ketuban dari vagina &
lubang serviks
 Pastikan bahwa kandung kemih telah kosong
 Lakukan kompresi bimanual internal (KBI) selama 5 menit.
 Jika uterus berkontraksi Teruskan KBI selama 2 menit,
keluarkan tangan perlahan-lahan dan pantau kala empat
dengan ketat.
 Jika uterus tidak berkontraksi, maka : Anjurkan keluarga untuk
mulai melakukan kompresi bimanual eksternal; Keluarkan
tangan perlahan-lahan; Berikan ergometrin 0,2 mg LM (jangan
diberikan jika hipertensi); Pasang infus menggunakan jarum
ukuran 16 atau 18 dan berikan 500 ml RL + 20 unit oksitosin.
Habiskan 500 ml pertama secepat mungkin; Ulangi KBI
 Jika uterus berkontraksi, pantau ibu dengan seksama selama
kala empat
 Jika uterus tidak berkontraksi maka rujuk segera

2) Perlukaan jalan lahir


Pengertian
Robekan jalan lahir adalah perlukaan yang terjadi karena proses
persalinan baik normal maupun dengan tindakan (episiotomi, cunam
maupun vacum)

Penatalaksanaan
 Perhatikan keadaan umum pasien
 Observasi dan nilai dimana letak perdarahan
 Bidan hanya boleh melakukan penjahitan luka perineum derajat I
dan II
 Segera lakukan rujukan untuk reparasi, jika perlu dengan bantuan
anasteti umum di kamar operasi.

20
3) Retensio Plasenta
Definisi
Retensio plasenta adalah tertahannya atau belum lahirnya plasenta
hingga atau melebihi waktu 30 menit setelah bayi lahir.

Penanganan Kegawatdaruratan Retensio Plasenta


Hasil
Pernyataan Standar
 Penurunan kejadian
Bidan menngenali retensio perdarahan hebat akibat
plasenta, dan memberikan retensio plasenta.
pertolongan pertama
termasuk plasenta manual  Ibu dengan retensio
dan penanganan perdarahan plasenta mendapatkan
sesuai dengan kebutuhan. penanganan yang cepat dan
tepat.

 Penyelamatan ibu dengan


retensio
plasentameningkat.

Persyarat
a) bidan telah terlatih dan terampil dalam:
 fisiologi dan menajemen aktif kala tiga
 pengendalian dan penanganan perdaraha, termasuk pemberian
oksitosika, cairan IV dan plasenta manual.
b) Tersedianya peralatan dan perlengkapan penting: sabun, air bersih
yang mengalir, handuk bersih untuk mengeringkan tangan, alat suntik
steril sekali pakai, set infuse dengan jarum berukuran 16 atau 18G,
sarung tangan panjang DTT/ steril.
c) Tersedia obat-obat antibiotic dan oksitosika (oksitosin dan metergin)
dan tempat penyimpanannya yang memadai.
d) Adanya partograf dan catatan persalinan / kartu ibu.
e) Ibu, suami dan keluarga diberi tahu tindakan yang akan dilakukan
( informed consent atau persetujuan tindakan medic)

21
f) System rujukan yang efektif, termasuk bank darah berjalan dengan
baik untuk ibu yang mengalami perdarahan pasca persalinan sekunder.

Proses
1. Melaksanakan penatalaksanaan aktif persalinan kal tiga pada semua
ibu yang melahirkan melalui vagina.
2. Amati adanya gejala dan tanda retensio plasenta. ( perdarahan yang
terjadi sebelum plasenta lahir lengkap, sedangkan uterus tidak
berkontaminasi, biasanya disebabkan retensio plasenta. Perdarahan
sesudah plasenta lahir, sedangkan uterus teraba lembek, juga mungkin
disebabkan oleh adanya bagian plasenta/selaput ketuban harus
diperiksa kembali kelengkapannya).
3. Bila plasentanya tidak lahir dalam 15 menit sesudah bayi lahir, ulangi
penatalaksanaan aktif persalinan kala tiga dengan memberikan
oksitosin 10UI IM dan teruskan penegangan tali pusat terkendali
dengan hati-hati. Teruskan melakukan penatalaksanaan aktif persalinan
kala tiga 15 menit atu . lebih, dan jika plasenta masih belum lahir,
lakukan penegangan tali pusat terkendali untuk terakhir kalinya. Jika
plasenta masih juga tetap belum lahir dan ibu tidak mengalami
perdarahan hebat, rujuk segera ke rumah sakit atau puskesmas
terdekat.
4. Bila erjadi perdaraha, maka plasenta harus segera dilahirkan secara
manual. Bila tidak berhasil lakukan rujukan.
5. Berikan cairan IV ; NaCl 0,9% atau RL dengan tetesan cepat jarum
berlubang besar (16 atau 18G) untuk mengganti cairan yang hilang
sampai nadi dan tekanan darah membaik atau kembali normal.
6. Siapkan peralatan untuk melakukan teknik manual, yang HARUS
dilakakukan secara aseptic.
7. Baringkan ibu terlentang dengan lutut ditekuk dan kedua kaki di
tempat tidur.
8. Jelaskan pada ibu apa yang akan dilakukan dan jika ada berikan
Diazepam 10mg IM.

22
9. Cuci tangan sampai kebagian siku dengan sabun, air bersih yang
mengalir dan handuk bersih, gunakan sarung tangan steril/DTT .
10. Masukan tangan kanan dengan kanan dengan hati-hati jaga agar jari-
jari tetap merapat dan melengkung, mengikuti tali pusat sampai
mencapai plasenta. Pegang tali pusat dengan tangan kiri untuk
membantu)
11. Ketika tangan kanan sudah mencapai plasenta, letakkan tangan kiri
diatas fundus agar uterus tidak naik. Dengan tangan kanan yang berada
didalam uterus carilah tepi plasenta terlepas, telapak tangan kanan
menghadap ke atas lalu lakukan gerakan mengikis ke samping untuk
melepaskan plasenta dari dinding uterus.
12. Bila plasenta sudah terlepas dengan lengkap, keluarkan plasenta
dengan hati-hati dan perlahan. (jangan hanya memegang sebagian
plasenta dan menariknya keluar)
13. Bila plasenta telah lahir, segera lakukan masase uterus .
14. Periksa plasenta dengan selaputnya jika tidak lengkap, periksa lagi
kavum uteri dan keluarkan potongan plasenta yang tertinggal, dengan
cara diatas.
15. Periksa robekan terhadap vagina. Jahit robekan, bila perlu. ( penelitian
menunjukan bahwa hanya robekan yang menimbulkan perdarahan
yang perlu dijahit).
16. Bersihkan ibu agar merasa nyaman.
17. Jika tidak yakin plasenta sudah keluar semua atau jika perdarahan tidak
terkendali, maka rujuk ibu ke rumah sakit dengan segera.
18. Buat pencatatan yang akurat.

Ingat
 Sesudah persalinan dengan tindakan plasenta manual, ibu
memerlukan antibiotic berspectrum luas ampisilin 1gr IV;
kemudian di ikuti 500ml peroral setiap 6 jam, dan
metronidazol 500ml peroral setiap 8jam selama 5 hari.

23
 Lakukan test sensivitivitas sebelum memberikan suntikan
ampisilin

d. Pre eklamsia/eklamsia
Merupakan Pre-Eklampsia dan Eklampsia satu kesatuan penyakit,
penyebab kematian ibu utama setelah perdarahan dan infeksi.

Standar penanganan kegawatdaruratan pada eklamsia

Mengenali secara dini tanda-tanda dan gejala – gejala preeklamsia berat


dan memberikan perawatan yang tepat dan memadai. Mengambil tindakan
yang tepat dan segera dalam penanganan kegawatdaruratan bila eklamsia
terjadi.
Hasil
 Penurunan kejadian eklamsia
Pernyataan Standar  Ibu hamil yang mengalami
preeklamsia berat dan
Bidan menngenali secar tepat
eklamsia mendapatkan
dan dini tanda dan gejala
penanganan yang cepat dan
preeklamsia ringan,
tepat
preeklamsia berat dan
 Ibu dengan tanda-tanda
eklamsia.bidan akan
preeklamsia ringan akan
mengambil tindakan yanf
mendapatkan perawatan
tepat, memulai perawatan,
yang tepat dan memadai
merujuk ibu dan / atau
serta pemantauan
melaksanakann penanganan
 Penurunan kesakitan dan
kegawatdaruratan yang tepat.
kematian akibat eklamsia

Prasyarat
a) Kebijakan dan protocol setempat yang mendukung bidan
memberikan pengobatan awal untuk penatalaksanaan kegawat
daruratan preeclampsia berat/eklampsia.
b) Bidan melakukan perawatan antenatal rutin kepada ibu hamil
termasuk pemantauan rutin tekanan darah

24
c) Bidan secara rutin memantau ibu dalam proses persalinan dan
selama periode postpartum terhadap tanda gejala preeclampsia
termasuk pengukuran tekanan darah.
d) Bidan terlatih dan teampil untuk :
Mengenal tanda dan gejala preeklampsia ringan, preeclampsia berat,
dan eklampsia
e) Mendeteksi dan memberikan pertolongan pertama pada
preeclampsia ringan, preeclampsia berat dan eklampsia Tersedia
perlengkapan penting untuk memantau tekanan darah dan
memberikan cairan IV (termasuk tensimeter air raksa, stetoskop, set
infuse dengan jarum berukuran 16 dan 18 G IV, Ringer Laktat atau
NaCl 0,9% alat suntik sekali pakai. Jika mungkin perlengkapan
untuk memantau protein dalam air seni.
f) Tersedia obat anti hipertensi yang dibutuhkan untuk
kegawatdaruratan misalnya Magnesium Sulfat, Calsium Glukonas.
g) Adanya saran pencatatan ; KMS ibu hamil/kartu ibu, buku KIA dan
partograf.

Proses

Bidan harus :
a) Selalu waspada terhadap gejala dan tanda pre eklamsi ringan
(tekanan darah dengan tekanan diastolik 90-110 mmHg dalam dua
pengukuran berjarak 1 jam). Pantau tekanan darah ibu hamil pada
setiap pemeriksaana antenatal, selama proses persalinan, dan masa
nifas. Pantau tekanan darah, urin (untuk mengetahui protein uria) ibu
hamil dan kondisi janin setiap minggu.
b) Selalu waspada terhadap tanda dan gejala preeklamsia berat (tekanan
diatolik >110 mmHg) yaitu : protein dalam air seni, nyeri kepala
hebat, gangguan penglihatan, mengantuk, tidak enak, nyeri
epigastrik.
c) Catat tekanan darah ibu, segeera periksa adanya gejala dan tanda
preeklamsia atau eklamsia. Gejala dan tanda preeklamsia berat (yaitu

25
peningkatan tekanan darah tiba-tiba, tekanan darah yang sangat
tinggi, protein dalam air seni, penurunan jumlah air seni dalam
warna yang menjadi gelap, oedema berat atau edema mendadak pada
wajah atau panggul belakang) memerlukan penanganan yang sangat
cepat karena besar kemungkinan terjadi eklamsia. Kecepatan
bertindak sangat penting.

Penanganan preeklamsia berat dan eklamsia :


 Cari pertolongan segera untuk mengatur rujukan ibu ke rumah salit.
Jelaskan dengan tenang dan secepatnya kepada ibu, suami dan
keluarga tentang apa yang terjadi.
 Beringkan ibu dengan posisi miring ke kiri, berikan oksigen ( 4
sampai 6liter permenit) jika ada.
 Berikan IV RL 500cc dengan jarum berlubang besar ( 16 dan 18 G)
 Jika tersedia, berikan MgSo4 40% Im 10gr ( 5gr IM pada setiap
bokong ) sebelum merujuk.
o Ulangi MgSo4 40% IM, 5gr setiap 4 jam , bergantian tiap
bokong.
o MgSo4 untuk pemberian IM bias dikombinasi dengan 1cc
lidokain 2%
o Jika mungkin, mulai berikan dosis awal larutan MgSo4
20%, 4gr IV 20 menit sebelum pemberian MgSO4 IM.
 Jika terjadi kejang, baringkan ibu pada posisi kiri, dibagian tempat
tidur atau lantai yang aman mencegah ibu terjatuh, tapi jangan
mengikat ibu. Jika ada kesempatan, letakkan benda yang dibungkus
dengan kain lembut diantara gigi ibu. Jangan memaksakan
membuka mulut ibu ketika kejang terjadi. Setelah kejang berlalu,
hisap lendir pada mulut dan tenggorokan ibu bila perlu.
 Pantau dengan cermat tanda dan gejala MgSO4 sebaga berikut:
o Frekuensi pernafasan kurang dari 16 kali permenit
o Pengeluaran air seni kurang dari 30cc perjam selam 4 jam
terkhir

26
o Jangan berikan dosis MgSo4 selanjutnya bila ditemukan
tanda – tanda dan keracunan tersebut diatas.
 Jika terjadi henti nafas (apneu) setelah pemberian MgSo4, berikan
kalsium glukonas 1gr ( 10cc dalam larutan 10 %) IV perlahan lahan
sampai pernafasan mulai lagi. Lakukan ventilasi ibu dengan
menggunakan ambu bag dan masker.
 Bila ibu mengalami koma, pastikan posisi ibu dibaringkan, dengan
kepala sedikit ditengadahkan agar jalan nafas tetap terbuka.
 Catat semua obat yang diberikan, keadaan ibu, termasuk tekanan
darahnya setiap 15 menit .
 Bawa segera ibu kerumah sakit setelah serangan kejang berhenti.
Damping ibu dalam perjalanan dan berrikan obat-obatan lagi jika
perlu. ( jika terjadi kejang lagi, berikan 2gr MgSo4 secara perlahan
dalam 5 menit, tetapi perhatikan jika ada tanda-tanda keracuanan
MgSo4).

e. Syok (Bidang Obstetri)


Pengertian
Syok merupakan kegagalan sistem sirkulasi untuk mempertahankan
perfusi yang adekuat ke organ-organ vital. Syok merupakan suatu kondisi
yang mengancam jiwa dan butuh tindakan segera dan intensif.

Tanda dan Gejala


 Nadi cepat dan lemah (110 kali per menit atu lebih)
 Tekanan darah yang rendah (sistolik kurang dari 90 mmHg)
 Pucat (khususnya pada kelopak mata bagian dalam, telapak tangan,
atau sekitar mulut)
 Keringat atau kulit yang terasa dingin dan lembab karena rangsangan
simpatis yang berlebihan
 Pernafasan yang cepat (30 kali per menit atau lebih)
 Gelisah, bingung, atau hilangnya kesadaran
 Urin yang sedikit (kurang dari 30 ml per jam

27
Penanganan
Tujuan utama pengobatan syok adalah melakukan penanganan awal dan
khusus untuk :
 Menstabilkan konsisi pasien
 Memperbaiki volume cairan dan sirkulasi darah
 Mengefisienkan sistem sirkulasi darah

Penanganan Awal
 Lakukan pemeriksan secara cepat keadaan umum ibu dan harus
dipastikan bahwa jalan nafas bebas
 Pantau tanda vital
 Baringkan ibu tersebut dalam posisi miring untuk meminimalkan
resiko terjadinya aspirasi jika ia muntah dan untuk memastikan jalan
nafasnya terbuka
 Jagalah ibu tersebut tetap hangat tetapi jangan terlalu panas karena hal
ini akan menambah sirkulasi perifernya dan mengurangi aliran darah
ke organ vitalnya
 Naikkan kaki untuk menambah jumlah darah yang kembali ke jantung
(jika memungkinkan tinggikan tempat tidur pada bagian kaki).

Penanganan Khusus
 Mulailah infus IV (2 jika memungkinkan) Ringer Laktat atau
garam fisiologik awalnya dengan kecepatan 1 liter per 15-20 menit
dengan menggunakan kanula atau jarum terbesar (no 16 atau ukuran
yang tersedia). Lakukan pula pengambilan sampel darah jika
memungkinkan. Berikan paling sedikit 2 liter cairan ini pada 1 jam
pertama dan lakukan koreksi terhadap perbaikan jumlah kehilangan
cairan dan pertahankan kecepatan 1 liter dalm waktu 6-8 jam.
 Jika vena tidak dapat dikanulasi, lakukan venous cut down.
 Pantau terus tanda-tanda vital setiap 15 menit dan darah yang
hilang.

28
 Lakukan kateterisasi kandung kemih dan pantau cairan yang
masuk dan jumlah urin yang keluar. Produksi urin harus diukur dan
dicatat.
 Berikan oksigen dengan kecepatan 6-8 liter per menit dengan
sungkup atau kanula hidung.

f. Distosia Bahu

Penatalaksanaan
 Pertama kali yang harus dilakukan bila terjadi distosia bahu adalah
melakukan traksi curam bawah sambil meminta ibu untuk meneran.
 Lakukan episiotomi.

 Setelah membersihkan mulut dan hidung anak, lakukan usaha untuk


membebaskan bahu anterior dari simfsis pubis dengan berbagai
maneuver Mac Robert

g. Prolaps Tali Pusat


Tali pusat terkemuka (diketahui saat ketuban masih utuh) dan tali pusat
menumbung (ketuban sudah pecah) sama bahayanya dan mengancam
kehidupan janin.

Penanganan

29
Perhatikan bila Tali pusat berdenyut
 Beri oksigen 4-6 liter per mnit melalui masker atau kanula nasal
 Posisi ibu Tredelenburg
 Diagnosis tahapan persalinan melalui pemeriksaan dalam segera

Jika ibu dalam persalinan kala 1 :


 Dengan sarung tangan DTT masukkan tangan dalam vagina dan
bagian terendah janin segera didorong ke atas sehingga tahanan pada
tali pusat dapat dikurangi
 Tangan yang lain menhana bagian terendah di suprapubis dan evaluasi
keberhasilan reposisi
 Jika bagian terbawah janin telah terpegang dengan kuat diatas rongga
panggul, keluarkan tangan dari vagina. Letakan tangan tetap diatas
abdomen sampai dilakukan seksio sesarea
 Jika tersedia berikan salbutamol 0,5 mg IV secara perlahan untuk
mengurangi kontraksi rahim
 Segera lakukan seksio sesarea

Jika Ibu pada persalinan kala II


 Pada presentasi kepala lakukan segera persalinan dengan ekstrasi
vakum atau ekstrasi cunam/forceps
 Jika presentasi bokong/sungsang lakukan ekstrasi bokong atau kaki
dan gunakan forceps Piper atau panjang untuk melahirkan kepala
yang menyusul
 Jika letak lintang, siapkan segera seksio sesarea
 Siapkan segera resusitasi neonatus

Jika Tali Pusat Tidak Berdenyut


Jika tali pusat tidak berdenyut berarti janin telah meninggal. Keadaan ini
sudah tidak merupakan tindakan kegawatdaruratan lagi dan lahirkan bayi
sealamiah mungkin tanpa mencederai ibu. Pergunakan waktuntuk
memberikan konseling pada ibu dan keluarganya tentang apa yang terjadi

30
dan tindakan apa yang dilakukan. Diharapkan persalinan dapat
brlangsung spontan pervaginam.

Kegawatdaruratan Neonatus

a. Asfiksia
Pengertian
Asfiksia neonatorum adalah suatu keadaan bayi baru lahir yang gagal bernafas
secara spontan dan teratur segera setelah lahir. Keadaan ini diserta dengan
hipoksia, hiperkapnia, dan asidosis.

Standar Penanganan Asfiksia Neonatorum


Mengenal dengan tepat bayi baru lahir dengan asfiksia neonatorum,
mengambil tindakan yang tepat dan melakukan pertolongan kegawatdaruratan
bayi baru lahir yang mengalami asfiksia neonatorum.

Pernyataan Standar Hasil


Bidan mengenali dengan - Penurunan kematian
tepat bayi baru lahir
bayi akibat asfiksia
dengan asfiksia, serta
melakukan tindakan neonatorum.
secepatnya, memulai
- Penurunan kesakitan
resusitasi bayi baru lahir,
mengusahakan bantuan akibat asfiksia
medis yang diperlukan,
merujuk bayi baru lahir neonatorum
dengan tepat, dan - Meningkatnya
memberikan perawatan
lanjutan yang tepat. pemanfaatan bidan.

Prasarat
1. Bidan sudah dilatih dengan tepat untuk mendampingi persalinan dan
memberikan perawatan bayi baru lahir dengan segera.
2. Ibu, suami dan keluarganya mencari pelayanan kebidanan untuk
kelahiran bayi mereka

31
3. Bidan terlatih dan terampil untuk :
a. Memulai pernafasan pada bayi baru lahir
b. Menilai pernafasan yang cukup pada bayi baru lahir dan
mengidentifikasi bayi baru lahir yang memerlukan resusitasi
c. Menggunakan skor APGAR
d. Melakukan resusitasi pada bayi baru lahir
4. Tersedia ruang hangat, bersih, dan bebas asap untuk persalinan.
5. Adanya perlengkapan dan peralatan untuk perawatan yang aman bagi
bayi baru lahir, seperti air bersih, sabun dan handuk bersih, 2 handuk
atau kain hangat yang bersih (untuk mengeringakn bayi dan untuk
menyelimuti bayi), sarung tangan bersih dan DTT, termometer bersih /
DTT dan jam.
6. Tersedia alat resusitasi dalam keadaan baik termasuk ambu bag bersih
dalam keadaan berfungsi baik, masker DTT (ukuran 0 dan1). Bola
karet penghisap atau penghisap de lee steril/DTT.
7. Kartu ibu, kartu bayi, dan partograf
8. Sistem rujukan untuk perawatan kegawatdaruratan bayi baru yang
efektif

Proses

Bidan harus :
1. Slalu mencuci tangan dan gunakan sarung tangan bersih/DTT sebelum
menangani bayi baru lahir. Ikuti praktek pencegahan infeksi yang baik
pada saat merawat dan melakukan resusitasi pada bayi baru lahir.
2. Selalu waspada untuk melakukan resusitasi bayi baru lahir pada setiap
kelahiran bayi, siapkan semua peralatan yang diperlukan dalam
keadaan bersih, tersedia yang berfungsi dengan baik.
3. Segera setelah bayi baru lahir, nilai keadaan bayi, letakkan diperut
ibu, dan segera keringkan bayi dengan handuk bersih yang hangat.
setelah bayi kering, selimuti bayi termasuk bagian kepalanya dengan
handuk baru yang bersih dan hangat.

32
4. Nilai bayi dengan cepat untuk memastikan bahwa bayi bernafas atau
menangis sebelum menit pertama nilai APGAR, jika bayi tidak
menangis dengan keras, bernafas dengan lemah atau bernafas cepat
dan dangkal, pucat atau biru, dan / atau lemas.
 Baringkan terlentang dengan benar pada permukaan yang datar,
kepala sedikit ditengadahkan agar jalan nafas terbuka. Bayi harus
tetap diselimuti karena hal ini penting sekali untuk mencegah
hipotermi bayi baru lahir.
 Hisap mulut dan kemudian hidung bayi dengan lembut dengan bola
karet penghisap DTT / penghisap Deelee DTT/steril. ( jangan
memasukkan alat terlalu dalam pada kerongkongan bayi.
Penghisapan yang terlalu dalam akan menyebabkan bradikardi,
denyut jantung yang tidak teratur atau spasme pada laring /
tenggorokan bayi).
 Berikan stimulasi taktil dengan lembut pada bayi ( gosok punggung
bayi, atau menepuk dengan lembut atau menyentil kaki bayi,
keduanya aman dan efektif untuk menstimulasi bayi).
 Nilai ulang keadaan bayi. Jika bayi mulai menangis atau bernafas
degan normal, tidak perlu tindakan lanjutan, lanjutkan dengan
perawatan bayi baru lahir normal.
 Jika bayi tetap tidak bernafas dengan normal ( 40 – 60 kali/menit)
atau menangis, teruskan dengan fentilasi.
5. Melakukan ventilasi pada bayi baru lahir
 Letakkan bayi di permukaan yang datar, disellimuti dengan baik
 Periksa kembali posisi bayi barulahir. Kepala HARs sedikit
ditengadahkan.
 Pilih masker ukurannya sesuai ( no 0 untuk bayi yang kecil, no 1
untuk bayi yang cukup bulan). Gunakan ambu bag dan masker atau
sungkup.
 Pasang masker dan periksa perlekatannya. Pada saat dipasang di
muka bayi, masker harus menutupi dagu, mulut dan hidung.
 Lekatkan wajah bayi dan masker

33
 Remas kantung ambu bag atau bernafaslah kedalam sungkup.
 Periksa perlengkapannya dengan cara fentilasi dua kali dan amati
apakah dadanya mengembang. Jika dada bayi mengembang, mulai
fentilasi dengan kecepatan 40-60 kali/menit.
 Jika dada bayi tidak mengembang :
 Perbaiki posisi bayi dan tengadahkan kepala lebih jauh.
Periksa hidung dan mulut apkah ada darah, mukus atau
cairan ketuban, lakukan penghisapan bila perlu.
 Remas kantong ambu bag lebih keras untuk meningkatkan
tekanan ventilasi.
 Ventilasi bayi selama 1 menit, lalu hentikan nilai dengan
cepat apakah bayi bernafas spontan ( 30 – 60 menit) dan
tidak ada pelekukan dada atau dengkuran, tidak diperlukan
resusitasi lebih lanjut. Teruskan dengan langkah awal
perawuzatn sesan bayi baru lahir.
 Jika bayi belum bernafas atau pernafasan lemah, teruskan
ventilasi. Bawa bayi kerumu pusah sakit atau puskesmas –
teruskan ventilasi bayi selama perjalanan.
 Jika bayi mulai menangis, hentikan ventilasi, amati bayi
selama 5 menit. Jika pernafasan sesuai batas normal (30-60
kali/menit), teruskan langkah awal perawatan bayi baru lahir.
 Jika pernafasan bayi kurang dari 30 kali/menit teruskan
venilasi dan bawa ketempat rujukan.
 Jika terjadi perlekukan dada yang sangat dalam, ventilasi
dengan oksigen jika mungkin.
 Segera bawa bayi ke tempat rujukan teruskan ventilasi.
6. Lanjutkan venitilasi sampai tiba di tempat rujukan, atau sampai
keadaan bayi membaik atau selama 30 menit. (membaiknya bayi
ditandai dengan warna kulit bayi merah muda, menangis atau
bernafas spontan).
7. Kompresi dada

34
8. Setelah bayi bernafas normal, periksa suhu. Jika , 360C atau punggung
sangat dingin, lakukan penghangatan yang memadai (dapat dilakukan
dengan metode kangguru.
9. Perhatikan warna kulit bayi, pernafasan, perhatikan warna kulit bayi,
pernafasan dan nadi bayi selama 2 jam, ukur suhu tubuh bayi setiap
jam hingga normal (36,5 – 37,5)
10. Jika kondisinya memburuk rujuk ke fasilitas rujukan terdekat, dengan
tetap melakukan dengan teteap melakukan penghangatan.
11. Pastikan pemantauan yang sering pada bayi selama 24 jam
selanjutnya. Jika tanda – tanda kesulitan bernafas kembali terjadi,
persiapkan untuk membawa bayi segera ke RS yg paling tepat.
12. Ajarkan pada ibu, suami atau keluarganya tentang bahaya dan tanda –
tandanya pada BBL. Anjurkan ibu, suami atau keluarga agar
memperhatikan bayinya baik – baik. Jika ada tanda –tanda sakit atau
kejang, bayi harus segera dirujuk ke RS atau menghubungi bidan
secepatnya.
13. Catat dengan seksama semua perawatan yang diberikan.

b. Tetanus Neonatorum
Definisi
Tetanus Neonatorum adalah penyakit tetanus yang terjadi apda neonatus (bayi
berusia 0-1 bulan). Tetanus sendiri meupakan penyakit toksemia akut yang
menyerang susunan saraf pusat, oleh karena adanya tetanospasmin dari
clostridium tetani. Masa inkubasi berkisar antara 3-14 hari, tetapi bisa kurang
atau lebih. Gejala klinis tetanus neonatorum umumnya muncul pada hari ke 3
sampai hari ke 10

Penanganan
 Menjaga jalan nafas tetap bebas dengan membersihkan jalan nafas.
Pemasangan spatel lidah yang dibungkus dengan kain kasa untuk
mencegah lidah tergigit.

35
 Mengatasi kejang dengan suntikan anti kejang ( Diazepam 0,5 mg/kg IM
atau supositoria), apabila masih kejang ulangi tiap 30 menit. Ditambah
luminal 30 mg IM sampai kejang berhenti.
 Perawatan yang adekuat : kebutuhan oksigen, makanan, keseimbangan
cairan dan elektrolit.
 Penderita/bayi ditempatkan di kamar yang tenang dengan sedikit sinar
mengingat penderita sangat peka akan suara dan cahaya yang dapat
merangsang kejang.
 Mencari tempat masuknya spora tetanus, umumnya di tali pusat atau di
telinga
 Bersihkan tali pusat
 Rujuk ke Rumah Sakit

c. Sindrom Gawat Nafas


Pengertian
Kumpulan gejala yang terdiri dari frekuensi nafas bayi lebih dari 60x/i atau
kurang dari 30x/i dan mungkin menunjukan satu atau lebih dari gejala
tambahan gangguan nafas sebagai berikut:
 Bayi dengan sianosis sentral ( biru pada lidah dan bibir )
 Ada tarikan dinding dada
 Merintih
 Apnea ( nafas berhenti lebih dari 20 detik )

Penatalaksanaan
Penatalaksanaan secara umum :
 Pasang jalur infus intravena, sesuai dengan kondisi bayi, yang paling
sering dan bila bayi tidak dalam keadaan dehidrasi berikan infus dektrosa
5%
o Pantau selalu tanda vital
o Jaga patensi jalan nafas
o Berikan Oksigen (2-3 liter/menit dengan kateter nasal)

36
 Jika bayi mengalami apneu
 Lakukan tindakan resusitasi sesuai tahap yang diperlukan
 Lakukan penilaian lanjut

d. Hipotermia
Suhu bayi baru lahir dapat dikaji diberbagai tempat yaitu suhu rectal dan
axsila tetap dalam rentang 36,5-37,5 ˚C dan suhu kulit abdomen dalam
rentang 36-36,5˚C. suhu ini (rectum) biasanya sedikit lebih tinggi yaitu 0,4˚C.

Penatalaksanaan
Menjaga agar bayi tetap hangat
 Hindari ketersingkapan bayi yang berlebihan
 Suhu kamar min 25C
 Beri pakaian katun dan selimuti bayi
 Hindari suhu terlalu panas
 Ganti pakaian yang basah
 Suhu air mandi 37C

e. Ikterus Neonatorum
Pengertian
Ikterus adalah warna kuning yang tampak pada kulit dan mukosa karena
peningkatan bilirubin. Biasanya mulai tampak pada kadar bilirubin serum > 5
mg/dL. Dikatakan patologis apabila Ikterus klinis terjadi pada 24 jam pertama
kehidupan dan terjadi peningkatan kadar bilirubin serum sebanyak 5mg/dL
atau lebih setiap 24 jam atau Ikterus yang menetap setelah bayi berusia >8
hari (pada Neonatus Cukup Bulan) atau >14 hari (pada Neonatus Kurang
Bulan).

Penatalaksanaan
 cegah agar gula darah tidak turun
 nasehati cara menjaga bayi agar tetap hangat
 Rujuk segera

37
Pelayanan Obstetri Neonatal Emergensi Dasar

a. Pengertian PONED

PONED merupakan kepanjangan dari Pelayanan Obstetri Neonatus Essensial


Dasar. PONED dilakukan di Puskesmas induk dengan pengawasan dokter.
Petugas kesehatan yang boleh memberikan PONED yaitu dokter, bidan,
perawat dan tim PONED Puskesmas beserta penanggung jawab terlatih.

Pelayanan Obstetri Neonatal Esensial Dasar dapat dilayani oleh puskesmas


yang mempunyai fasilitas atau kemampuan untuk penangan kegawatdaruratan
obstetri dan neonatal dasar. Puskesmas PONED merupakan puskesmas yang
siap 24 jam, sebagai rujukan antara kasus-kasus rujukan dari polindes dan
puskesmas. Polindes dan puskesmas non perawatan disipakan untuk
mealkukuan pertolongan pertama gawat darurat obstetri dan neonatal
(PPGDON) dan tidak disiapkan untuk melakukan PONED.

b. Batasan Dalam Poned

Dalam PONED bidan boleh memberikan


1) Injeksi antibiotika
2) Injeksi uterotonika
3) Injeksi sedative
4) Plasenta manual
5) Ekstraksi vacuum
6) Tranfusi darah
c. Indikator Kelangsungan Dari Puskesmas Poned
1) Kebijakan tingkat PUSKESMAS
2) SOP (Sarana Obat Peralatan)
3) Kerjasama RS PONED
4) Dukungan Diskes
5) Kerjasama SpOG
6) Kerjasama bidan desa

38
7) Kerjasama Puskesmas Non PONED
8) Pembinaan AMP
9) Jarak Puskesmas PONED dengan RS

d. Tujuan Poned
PONED diadakan bertujuan untuk menghindari rujukan yang lebih dari 2
untuk memutuskan mata rantai rujukan itu sendiri.

e. Hambatan Dan Kendala Dalam Penyelenggaraan Poned


Hambatan dan kendala dalam penyelenggaraan PONED dan yaitu :
1) Mutu SDM yang rendah
2) Sarana prasarana yang kurang
3) Ketrampilan yang kurang
4) Koordinasi antara Puskesmas PONED dan RS PONEK
dengan Puskesmas Non PONED belum maksimal
5) Kebijakan yang kontradiktif (UU Praktek Kedokteran)
6) Pembinaan terhadap pelayanan emergensi neonatal belum
memadai

f. Tugas Puskesmas Poned


1) Menerima rujukan dari fasilitas rujukan dibawahnya,
Puskesmas pembantu dan Pondok bersalin Desa
2) Melakukan pelayanan kegawatdaruratan obstetrik
neonatal sebatas wewenang
3) Melakukan rujukan kasus secara aman ke rumah sakit
dengan penanganan pra hospital.

g. Syarat Puskesmas Poned


1) Pelayanan buka 24 jam
2) Mempunyai Dokter, bidan, perawat terlatih PONED dan
siap melayani 24 jam
3) Tersedia alat transportasi siap 24 jam

39
4) Mempunyai hubungan kerjasama dengan Rumah Sakit
terdekat dan Dokter Spesialis Obgyn dan spesialis anak sebagai

h. Pelayanan Yang Dilaksanakan


Pelayanan PONED
a. Pelayanan KIA/KB
b. Pelayanan ANC & PNC
c. Pertolongan Persalinan normal
d. Pendeteksian Resiko tinggi Bumil
e. Penatalaksanaan Bumil Resti
f. Perawatan Bumil sakit
g. Persalinan Sungsang
h. Partus Lama
i. KPD
j. Gemeli
k. Pre Eklamsia
l. Perdarahan Post Partum
m. Ab. Incomplitus
n. Distosia Bahu
o. Asfiksia
p. BBLR
q. Hypotermia
r. Komponen pelayanan maternal
1) Pre eklamsia/eklamsia
2) Tindakan obstetri pada pertolongan persalinan
3) Perdarahan postpartum
4) Infeksi nifas
s. Komponen pelayanan neonatal
1) Bayi berat lahir rendah
2) Hipotermi
3) Hipoglikemi
4) Ikterus/hiperbilirubinemia

40
5) Masalah pemberian nutrisi
6) Asfiksia pada bayi
7) Gangguan nafas
8) Kejang pada bayi baru lahir
9) Infeksi neonatal
10) Rujukan dan transportasi bayi baru lahir

41
Evaluasi
1. Apakah singkatan dari PPGDON dan PONED?
2. Apa saja yang termasuk ke dalam kegawatdaruratan maternal?
3. Apa saja yang termasuk ke dalam kegawatdaruratan neonatal?
4. Sebutkan tugas dari puskesmas PONED?
5. Apa saja kewenangna bidan di PONED?

Jawaban
1. Pertolongan pertama kegawatdaruratan obstetric dan neonatal, Pelayanan
Obstetri Neonatal Emergensi Dasar
2. Perdarahan, Preeklamsia/eklamsia, sepsis puerperalis, syok, distosia bahu,
partusmacet, prolaps uteri
3. Asfiksia, prolaps tali pusat, presentasi bokong, letak lintang, distosia bahu,
Ikterus, Sindroma Gawat Nafas
4. Tugas puskesmas PONED:
a) Menerima rujukan dari fasilitas rujukan dibawahnya, Puskesmas pembantu
dan Pondok bersalin Desa
b) Melakukan pelayanan kegawatdaruratan obstetrik neonatal sebatas
wewenang
c) Melakukan rujukan kasus secara aman ke rumah sakit dengan penanganan
pra hospital.
5. Kewenangan bidan di PONED :
a) Injeksi antibiotika
b) Injeksi uterotonika
c) Injeksi sedative
d) Plasenta manual
e) Ekstraksi vacuum
f) Tranfusi darah

42

Anda mungkin juga menyukai