LAPORAN PENDAHULUAN
Pengkajian Muskuloskeletal
Oleh Indah Husnul Hotima, 1706978061, Mahasiswa S1 Reguler FIK UI 2017, PKMB III-C,
indah.husnul@ui.ac.id
Pengkajian muskuloskeletal merupakan pengkajian yang menilai sistem otot, sistem tulang,
dan sistem persendian tubuh (Santun, Heryati, Manurung, & Raenah, 2006). Pengkajian
muskuloskeletal antara lain adalah ROM. Range of Motion (ROM) adalah jumlah
pergerakkan maksimal pada persendian yang berasal dari salah satu bidang tubuh seperti
sagittal, transversal, atau frontal (Perry, A. G., Potter, P. A., & In Ostendorf, W., 2018).
Tujuan Pengkajian :
1. Mengetahui gangguan pada sendi seperti ketidakstabilan, rasa kaku, pembengkakan.
2. Mengetahui tingkat fungsi sendi dan mobilitas ekstremitas yang sakit
3. Mengetahui komplikasi vaskular akibat imobilitas.
Indikasi:
1. Stroke atau penurunan tingkat kesadaran
2. Salah satu efek yang ditimbulkan pada anestesi umum adalah efek anesthesia yaitu
analgesia yang di sertai hilangnya kesadaran
3. Kelemahan otot
4. Klien dengan tirah baring lama
Kontra indikasi:
1. Trombus/emboli pada pembuluh darah
2. Kelainan sendi atau tulang
3. Klien fase imobilisasi karena kasus penyakit (jantung)
4. Trauma medulla spinalis atau trauma system saraf pusat
Daftar Pustaka
Anggriani, Zulkarnain, Sulaimani, & Gunawan, R. (2018). Pengaruh ROM (range of motion)
terhadap kekuatan otot ekstremitas pada pasien stroke non hemoragic. Jurnal Riset
Hesti Medan, 64-72.
Novieastari, E., & Supartini, Y. (2015). Keperawatan dasar: Manual keterampilan klinis.
Singapore: Elsevier Singapore Pte Ltd.
Perry, A. G., Potter, P. A., & In Ostendorf, W. (2018). Clinical nursing skills & techniques. St.
Louis Mosby: Elsevier.
Santun, Heryati, Manurung, S., & Raenah, E. (2006). Klien gangguan sistem muskuloskeletal:
Seri asuhan keperawatan. Jakarta: EGC.
Sriyanti, C. (2016). Modul Bahan Ajar Cetak Keperawatan: Praktikum kebutuhan dasar
manusia I. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia: Pusdik SDM Kesehatan.
Uustal, H. & Baerga, E. (2004). Assitive devices-Almbulation aids. September, 21, 2020.
http://www.ncbi.nlm.nih.gov
White, L., Duncan, G., & Baumle, W. (2011). Foundations of Maternal & Pediatric Nursing
(3rd ed.). USA: Delmar Cengage Learning.
Williams, L. S., & Hopper, P. D. (2011). Understanding Medical Surgical Nursing (4th ed.).
Philadelphia: F.A Davis Company.
PENGKAJIAN MUSKULOSKELETAL
Tujuan Pembelajaran
Bila dihadapkan pada pasien/boneka peraga, mahasiswa dengan tepat mampu melakukan
pengkajian muskuloskeletal yang benar dan sistematis terdiri dari anamnesa pasien, rentang
pergerakan sendi dan penggunaan alat bantu mobilisasi sehingga nantinya hasil
pemeriksaan tersebut dapat digunakan untuk mengidentifikasi masalah keperawatan.
REVIEW
Rentang pergerakan sendi (Range of motion)
Definisi: Rentang pergerakan sendi tubuh (Williams & Hopper, 2017); Jumlah gerakan
maksimum yang tersedia pada sambungan (sendi) pada salah satu dari tiga bidang tubuh,
yaitu sagital, transversal, dan frontal.
ROM Aktif
Definisi: Gerakkan yang akan dilakukan oleh orang itu sendiri tanpa bantuan orang lain
ROM Pasif
Definisi: Gerakkan yang dilakukan dengan bantuan orang lain atau alat untuk mengeluarkan
energinya melalui Latihan pergerakkan sendi
Sumber:
Perry, A. G., Potter, P. A., & In Ostendorf, W. (2018). Clinical nursing skills & techniques.
8th ed. St. Louis Mosby
Penilaian
No Langkah Prosedur
K TK Ket.
Tentukan kebutuhan pengkajian status muskuloskeletal
1
pasien
Perawat memperkenalkan diri dan klarifikasi kebutuhan dan
2
masalah pasien
Identifikasi pasien (sambil mengecek ulang gelang pasien)
Mengidentifikasi pasien bertujuan untuk memastikan bahwa
3
pasien yang akan diperiksa adalah orang yang benar
sehingga dapat menerima intervensi yang tepat
Jelaskan kepada pasien prosedur yang akan dilakukan dan
tanyakan hal-hal yang belum jelas bagi pasien
4 Penjelasan prosedur tindakan dapat meningkatkan
kerjasama pasien saat prosedur dilakukan dan pasien akan
merasa aman dan nyaman
Cuci tangan dan (gunakan APD jika diperlukan)
5 Mencuci tangan dan menggunakan APD dapat mencegah
penyebaran mikroorganisme serta infeksi
Tutup tirai di sekitar tempat tidur dan tutup pintu jika
memungkinkan
6
Menjaga privasi pasien sehingga pasien merasa nyaman dan
rileks saat diperiksa
Menyiapkan peralatan
7 Memastikan bahwa semua peralatan yang dibuthkan untuk
melakukan prosedur pengkajian lengkap
ANAMNESA
Tulang
Apakah terdapat nyeri tulang? Apakah nyeri
mempengaruhi pergerakan?
Apakah terdapat deformitas? Deformitas karena
trauma atau injury? Apakah mempengaruhi range of
motion?
Apakah terdapat nyeri punggung? Dibagian punggung
yang mana?
8
Apakah terasa kebas?
Pengkajian fungsional (aktivitas sehari-hari)
Apakah sendi (tulang, otot) ada masalah dalam
melakukan kegiatan sehari-hari? Jika iya kegiatan
yang bagaimana? Mandi? Toilet? Berpakaian?
Makan? Mobilisasi? Komunikasi?
Perilaku self care? Apakah ada bahaya lingkungan
yang berpengaruh terhadap otot dan sendi?
6
Tempomandibular joint
Posisikan pasien duduk, kemudian inspeksi daerah
anterior telinga, letakkan jari tangan di depan telinga
dan instruksikan pasien untuk membuka dan
menutup mulut dan rasakan pergerakan mandibula
Kemudian lepaskan jari tangan tadi dan minta pasien
untuk membuka mulut, memajukan rahang dan
gerakkan ke kiri dan kanan
Cervical spine
Inspeksi dari kepala hingga leher (normal: straight
dan headerect
12
Palpasi spinous process dan sternomastoid, trapezius,
paraveterbral muscle (normal: firm, tidak ada spasme
dan nyeri)
ROM
- Gerakkan dagu ke arah dada dan kemudian kearah
atas
- Gerakkan kepala kekiri dan kanan
- Letakkan tangan examiner di salah satu pipi pasien
kemudian intruksikan pasien untuk memberikan
dorongan dimana examiner melakukan tahanan
dan cek apakah pasien bisa melawan tahanan
Ekstrimitas atas
Bahu
Inspeksi dan bandingkan anterior dan posterior bahu,
cek ukuran, kontur, dan bandingkan antara sisi kanan
dan kiri (normal: tidak ada kemerahan, atropi,
deformitas, dan kemerahan)
Palpasi kedua bahu, dan catat jika ditemukan
spasme, bengkak, kemerahan, atropi dan nyeri. Mulai
dari calvikula, kemudian ke sendi acromioclavicular,
skapula, greater tubercle, humerus, subacromial
bursa, bicep grooves dan sendi glenohumeral
ROM
- Posisikan pasien berdiri dengan tangan berada
disisi badan kemudian angkat kedua tangan ke
atas hingga 180 derajat kemudian turunkan
hingga kebelakang sisi terjauh (hiperekstensi)
- Merotasi tangan ke dalam dan letakkan
dibelakang punggung dengan posisi 90 derajat
- Gerakkan tangan keatas hingga kedua telapak
tangan bersentuhan diatas kepala (abduksi)
- Simpul kedua tangan dengan posisi tangan di
belakang kepala dengan siku fleksi dan rotasi
posterior (external rotasi)
Siku
Inspeksi ukuran dan kontur kedua siku dengan posisi
fleksi dan ekstensi, cek olecranon bursa
Palpasi, fleksikan tangan dengan siku 70 derajat,
gunakan salah satu tangan examiner untuk
menopang tangan pasien, kemudian tangan satunya
lagi mempalpasi olecranon process (cek adanya
bengkak, nodul dan nyeri)
ROM
- Tekuk dan luruskan tangan
- Bolak balik telapak tangan (pronasi dan supinasi)
- Kaji ketahanan otot dengan posisi tangan fleksi,
kemudian examiner menarik tangan pasien,
dimana pasien berusaha menahan tahanan
tersebut
13 Ekstrimitas bawah
Panggul
Inspeksi send panggul saat pasien berdiri tegak
Palpasi, pasien dengan posisi supine palpasi sendi
panggul, sendi harus stable dan tidak ada nyeri
ataupun krepitasi
ROM
- Tekuk kaki dengan lutut ekstensi (fleksi panggul)
- Tekuk lutut, dimana posisi lutut mengarah ke
dada, kaki yang lain lurus (fleksi panggul 120
derajat)
- Tekuk lutut dan kemudian rotasikan kekanan dan
kiri (rotasi internal dan eksternal)
9
14 Tulang belakang
Inspeksi pasien dengan posisi tegak lurus, perhatikan
posisi bahu, skapula, iliak dan gluteal fold
Palpasi spinous processes (normal: straight dan tidak
lembek)
ROM
- Menekuk badan seperti posisi rukuk dengan jari
tangan menyentuh kaki
- Rotasikan badan kekiri dan kanan
- Miringkan badan kekiri dan kanan
17 Terminasi pasien
18 Lakukan pendokumentasian dan pelaporan
Catatan:
K= Kompeten, TK=Tidak Kompeten, Ket=Keterangan
REFLEKSI
Tuliskan pengalaman Saudara setelah mengikuti praktikum dan melakuka redemontrasi
dibawah ini
1. Deskripsi:
2. Perasaan:
3. Evaluasi:
4. Analisis:
5. Kesimpulan:
6. Tindak lanjut:
Tujuan Pembelajaran
Bila dihadapkan pada pasien, mahasiswa dengan tepat mampu mengidentifikasi
penggunaan alat bantu mobilisasi yang tepat. Sehingga nantinya diharapkan penggunaan
alat bantu mobilisasi dapat digunakan secara maksimal.
Definisi
Alat bantu mobilisasi merupakan alat bantu eksternal yang didesain dan dibuat untuk
membantu seseorang untuk melakukan mobilisasi
Tujuan
Penggunaan alat bantu mobilisasi bertujuan untuk mempertahankan atau meningkatkan
fungsi dan kemandirian individu, selain itu juga membantu mencegah gangguan dan kondisi
kesehatan sekunder
Indikasi
- Fraktur
- Stroke
11
- Tirah baring
- Pemulihan otot ekstremitas bawah
Kontraindikasi
- Pasien dengan kelemahan otor yang berat
- Pasien bedrest
- Post operasi
Manfaat peggunaan alat bantu
1. Memudahkan pasien belajar mobilisasi dan aktivitas secara mandiri
2. Menjaga kesejajaran tubuh pasien
3. Mengembalikan fungsi otot
Sumber:
White, L., Duncan, G., & Baumle, W. (2013). Medical-surgical nursing an integrated
approach. USA: Cengage Learning
Masalah keperawatan
1. Kerusakan mobilitas fisik
2. Resiko jatuh
3. Resiko cidera
4. Nyeri
12
13
14
Tipe jalan dengan kruk
1. Four poin gait/full weight bearing
_______________________________________________________________________________________________________________
_______________________________________________________________________________________________________________
15
_______________________________________________________________________________________________________________
_______________________________________________________________________________________________________________
____________________________________________________________________________________________________________
____________________________________________________________________________________________________________
16
Pengukuran kruk
Underarm cructh Forearm cructh
Walker
Fungsi: Alat yang digunakan untuk klien bertumpu dan berpegangan tangan dalam melakukan mobilisasi dengan 4 kaki sebagai penumpu
(Puspasari, 2014).
Indikasi
- Pasien yang membutuhkan kekuatan lengan dan keseimbangan
- Ketidakmampuan klien dalam menahan beban pada 1 kaki (kelemahan unilateral/bilateral)
Kelebihan
- Bisa menyesuaikan tinggi alat dengan klien
- Mampu memperbaiki keseimbangan dengan meningkatkan area dasar penunjang berat badan dan keseimbangan
- Menurunkan risiko jatuh
Kekurangan
17
- Jika alat bantu tidak dipasangkan dengan benar dapat menyebabkan jatuh dan cedera
Daftar Pustaka
Anggriani, Zulkarnain, Sulaimani, & Gunawan, R. (2018). Pengaruh ROM (range of motion) terhadap kekuatan otot ekstremitas pada pasien
stroke non hemoragic. Jurnal Riset Hesti Medan, 64-72.
Novieastari, E., & Supartini, Y. (2015). Keperawatan dasar: Manual keterampilan klinis. Singapore: Elsevier Singapore Pte Ltd.
Perry, A. G., Potter, P. A., & In Ostendorf, W. (2018). Clinical nursing skills & techniques. St. Louis Mosby: Elsevier.
Santun, Heryati, Manurung, S., & Raenah, E. (2006). Klien gangguan sistem muskuloskeletal: Seri asuhan keperawatan. Jakarta: EGC.
18
1. Standard walker Alat bantu standar - Pasien yang perlu Kelebihan:
mobilisasi yang menopang beban - Jenis alat bantu jalan yang paling stabil
biasanya digunakkan berat badannya - Mudah dilipat dan mudah diangkut
untuk pasien lansia sendiri secara Kekurangan:
signifikan - Mengganggu pergerakkan jalan klien
- Alat ini perlu diangkat di setiap langkah sehingga
menjadi lambat mobilisasi dan risiko jatuh saat
mengangkat
- Pasien cepat lelah
Kelebihan
2. General folding Memberikan - Pasien yang
keseimbangan saat membutuhkan - Mudah dilipat dan fleksibel
mobilisasi dan stabil tumpuan pada alat - Bahan alat ringan
dalam berjalan - Tidak memiliki - Penyimpanan tidak memakan tempat
kemampuan atau Kekurangan
kekuatan untuk
- Klien yang kelelahan karena perlu mengangkat
memakai walker yang
beroda walker
- Klien dengan risiko jatuh ketika mengangkat walker
3. Triangle-3 walker
Membantu klien Kelebihan
- Klien dengan kelemahan
melakukan mobilisasi - Tidak butuh banyak usaha dalam mengangkat
kekuatan tubuh bagian
tanpa mengeluarkan atas walker
- Pasien mampu - Fleksibel dan mudah berputar
usaha mengangkat - Lebih ringan dari four wheeled walker
mengontrol tubuh tanpa
walker terlalu bertumpu pada Kekurangan
Untuk memudahkan walker
- Tidak dianjurkan pada klien yang membutuhkan
4. Four wheeled walker pasien berpindah di tumpuan pada walker
belokkan dan alat tidak - Butuh alat bantu jalan
19
perlu diangkat jika ingin tapi bukan mengangkat Kelebihan:
berbelok. Biasanya pasien - Mudah digunakan
digunakan pada pasien - Memiliki 4 roda
PPOK, gagal jantung, Kekurangan
dan lainnya - Adanya roda membuat pasien perlu memiliki
(Hernandez, 2015) kekuatan otot perut dan keseimbangan untuk
mencegah jatuh/tergelincir
Untuk mobilisasi tanpa
5. Bariatric walker
perlu menaruh seluruh
- Pasien yang masih
beban pada alat belum stabil dalam Kelebihan:
berjalan - Mudah digunakan
- Tidak perlu menitik - Membantu pola jalan normal
bebankan pada alat - Memiliki roda sehingga bias ke segala arah
Kekurangan
- Mudah membuat pasien kehilangan kestabilan
tubuh
- Adanya roda membuat pasien perlu memiliki
Untuk membantu
6. Wheelchair kekuatan otot perut dan keseimbangan untuk
pengguna berpindah mencegah jatuh/tergelincir
- Tidak bisa berjalan
tempat
- Memiliki kelemahan Kelebihan
otot pada ekstremitas - Perawatan sederhana
bawah - Bisa digunakan kapanpun
- Orang lanjut usia - Mudah digunakan (mandiri atau bantuan orang
lain)
Kekurangan
- Didorong secara manual dengan tangan
- Membutuhkan tenaga yang banyak
- Tidak bisa digunakanpada orang yang cacat
20
bagian tangan kecuali dibantu orang lain
Sumber:
Hernandez, C. R. (2015). Elder care a resource for interprofessional providers: Hartford Geriatric Nursing Initiative. Arizona: University of
Arizona.
21