Anda di halaman 1dari 3

Manajemen Triase, initial assessment dan secondary survey

Oleh Indah Husnul Hotima, 1706978061, mahasiswa S1 Reguler FIK UI 2017,


Praktikum Kritis & Gawat Darurat- C, indah.husnul@ui.ac.id

Kemampuan berpikir kritis dan penentuan keputusan (decision making)


perawat berperan penting dalam pemberian asuhan perawatan bagi pasien di ruang
gawat darurat. Menurut PMK RI Nomor 47 tahun 2018 tentang Pelayanan
Kegawatdaruratan, perawat yang bekerja di unit kegawatdaruratan merupakan
perawat yang memiliki kompetensi kegawatdaruratan yang diperoleh dari
pelatihan terstandar. Disamping itu, perawat juga harus meningkatkan skill terkait
penanganan pasien triase, pemahaman kasus, penetapan kriteria
kegawatdaruratan, dan meningkatkan peran kolaboasi.

Emergency Nurses Association (2010) mengemukakan bahwa triase adalah


sebuah proses seleksi pasien ketika mereka hadir di UGD untuk menerima
perawatan. Triase dapat diartikan sebagai metode yang memprioritaskan
perawatan pasien sesuai dengan jenis penyakit atau cedera yang dialami dan
urgensi kondisi pasien [ CITATION Tsc15 \l 1057 ].
Proses triase dimulai dengan penilaian di seluruh ruangan untuk
mengumpulkan informasi penting tentang status kesehatan pasien. ENA telah
menetapkan pedoman untuk triase berdasarkan sistem lima tingkat, yaitu:
[ CITATION How10 \l 1057 ]
1. Tingkat I: Resusitasi. Mencakup pasien yang membutuhkan perawatan segera
dan perhatian medis, seperti orang dengan henti jantung paru, trauma mayor.
2. Tingkat II: Emergent. Pasien ini membutuhkan perawatan segera penilaian dan
pengobatan cepat. Pasien yang mungkin diperiksa sebagai tingkat II termasuk
mereka dengan cedera kepala, nyeri dada dan cedera kekerasan seksual.
3. Tingkat III: Mendesak. Pasien ini membutuhkan perhatian cepat tetapi dapat
menunggu selama 30 menit untuk penilaian dan pengobatan. Pasien tersebut
mungkin melapor dengan tanda-tanda infeksi, gangguan pernapasan.
4. Tingkat IV: Kurang mendesak. Pasien dalam kategori triase ini bisa tunggu
hingga 1 jam untuk penilaian dan pengobatan. Mereka termasuk orang-orang
dengan sakit telinga, sakit punggung kronis dan sakit kepala ringan.
5. Tingkat V: Nonurgent. Pasien ini dapat menunggu hingga 2 jam untuk
penilaian dan pengobatan. Mereka dengan sakit tenggorokan, kram menstruasi.

Proses triase sangat penting untuk menentukan tanda bahaya korban,


perawat triase juga harus mempersiapkan dan menilai prioritas dengan benar
dan tepat. Pelaksanaan triase dapat digunakan dengan cara berikut:

A. Pemilihan korban yang dapat ditunda pertolongannya. Penolong


mengelompokkan para korban yang masih mampu berjalan dan
memberi label warna HIJAU, kemudian mengarahkan ke pos
pertolongan yang sesuai.
B. Pemeriksaan pernafasan. Penolong mendatangi para korban yang
tidak mampu berjalan dan melakukan penilaian pernafasan secara
sistematis. Apabila korban tidak bernafas, bersihkan dan buka jalan
nafas. Apabila korban masih tidak bernafas, maka beri label
warna HITAM.
C. Penilaian sirkulasi. Penolong memeriksa nadi karotis pada korban.
Jika nadi tidak teraba, beri label warna MERAH dan jika nadi teraba
lanjutkan ke langkah nomor 4 di bawah.
D. Penilaian mental. Disini korban masih memiliki nafas yang cukup dan
sirkulasi yang baik. Penolong cukup memeriksa mental korban
dengan cara memerintah secara sederhana. Jika korban mampu
mengikutinya, maka berikan label warna KUNING dan apabila
korban tidak mampu mengikuti perintah, maka berikan label
warna MERAH.

Pertolongan awal dalam kegawatdaruratan perlu dilakukan initial assessment


atau penilaian awal pada pasien. Menurut Emergency Nurses Association (2010),
Initial Assessment adalah pendekatan sistematis untuk mengidentifikasi sifat dari
setiap klien yang mengalami penyakit atau cedera, tingkat keparahan masalah,
kebutuhan, dan respon klien terhadap intervensi diberikan. Penilaian ini dilakukan
dengan cepat dan akurat terkait kondisi yang mengancam nyawa, mengidentifikasi
tanda atau gejala suatu penyakit atau cedera serta menentukan prioritas perawatan
[ CITATION How10 \l 1057 ]. HIRAID (History, Identify Red Flags, Assessment,
Interventions, Dignostics; reassessment and communication) merupakan sebuah
kerangka pengkajian awal yang dilakukan setelah tahap triase [ CITATION Mun14 \l
1057 ]. Selanjutnya, dilakukan secondary survey yang bertujuan untuk
mengidentifikasi penyakit atau cedera. Komponennya terdiri dari FGHI yang
meliputi full set of vital signs, give comfort measures, history, pengkajian head-
to-toe, dan inspeksi permukaan posterior (Emergency Nurses Association, 2010).
Sebagai seorang perawat, khususnya pada bidang kegawatdaruratan untuk
lebih memahami konsep dari triase ini. Selain itu, penilaian atau pengkajian gawat
darurat perlu dilakukan juga untuk menilai penyakit atau cedera yang di alami
oleh pasien. Oleh sebab itu, disini kemampuan profesional perawat sangat di
butuhkan untuk melakukan triase, penilaian atau pengkajian untuk menyampaikan
informasi atau mengumpulkan informasi yang benar dan tepat.

Daftar Pustaka

Howard, P. K., & Steinmann, R. A. (2010). Sheehy's emergency nursing:


Principles and practice (6th ed). Philadelphia: Elsevier Mosby.

Munroe, B., Buckley, T., Curtis, K., Murphy, M., & Strachan, L. (2014).
HIRAID: An evidence-informed emergency nursing assessment
framework. Australia Emergency Nursing Journal , 83-97.

Tscheschlog, B. A., & Jauch, A. (2015). Emergency nursing made incredibly


easy! (2th ed). Philadelphia: Wolters Kluwer Health.

Anda mungkin juga menyukai