0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
16 tayangan3 halaman
Dokumen tersebut membahas tentang manajemen triase, penilaian awal (initial assessment), dan pengkajian sekunder (secondary survey) yang dilakukan oleh perawat di ruang gawat darurat. Triase adalah proses penentuan prioritas pasien berdasarkan tingkat keparahan kondisinya dengan menggunakan sistem lima tingkat. Setelah triase, perlu dilakukan initial assessment untuk mengidentifikasi masalah utama pasien dan kebutuhannya. Selanjutnya dilakukan
Dokumen tersebut membahas tentang manajemen triase, penilaian awal (initial assessment), dan pengkajian sekunder (secondary survey) yang dilakukan oleh perawat di ruang gawat darurat. Triase adalah proses penentuan prioritas pasien berdasarkan tingkat keparahan kondisinya dengan menggunakan sistem lima tingkat. Setelah triase, perlu dilakukan initial assessment untuk mengidentifikasi masalah utama pasien dan kebutuhannya. Selanjutnya dilakukan
Dokumen tersebut membahas tentang manajemen triase, penilaian awal (initial assessment), dan pengkajian sekunder (secondary survey) yang dilakukan oleh perawat di ruang gawat darurat. Triase adalah proses penentuan prioritas pasien berdasarkan tingkat keparahan kondisinya dengan menggunakan sistem lima tingkat. Setelah triase, perlu dilakukan initial assessment untuk mengidentifikasi masalah utama pasien dan kebutuhannya. Selanjutnya dilakukan
Kemampuan berpikir kritis dan penentuan keputusan (decision making)
perawat berperan penting dalam pemberian asuhan perawatan bagi pasien di ruang gawat darurat. Menurut PMK RI Nomor 47 tahun 2018 tentang Pelayanan Kegawatdaruratan, perawat yang bekerja di unit kegawatdaruratan merupakan perawat yang memiliki kompetensi kegawatdaruratan yang diperoleh dari pelatihan terstandar. Disamping itu, perawat juga harus meningkatkan skill terkait penanganan pasien triase, pemahaman kasus, penetapan kriteria kegawatdaruratan, dan meningkatkan peran kolaboasi.
Emergency Nurses Association (2010) mengemukakan bahwa triase adalah
sebuah proses seleksi pasien ketika mereka hadir di UGD untuk menerima perawatan. Triase dapat diartikan sebagai metode yang memprioritaskan perawatan pasien sesuai dengan jenis penyakit atau cedera yang dialami dan urgensi kondisi pasien [ CITATION Tsc15 \l 1057 ]. Proses triase dimulai dengan penilaian di seluruh ruangan untuk mengumpulkan informasi penting tentang status kesehatan pasien. ENA telah menetapkan pedoman untuk triase berdasarkan sistem lima tingkat, yaitu: [ CITATION How10 \l 1057 ] 1. Tingkat I: Resusitasi. Mencakup pasien yang membutuhkan perawatan segera dan perhatian medis, seperti orang dengan henti jantung paru, trauma mayor. 2. Tingkat II: Emergent. Pasien ini membutuhkan perawatan segera penilaian dan pengobatan cepat. Pasien yang mungkin diperiksa sebagai tingkat II termasuk mereka dengan cedera kepala, nyeri dada dan cedera kekerasan seksual. 3. Tingkat III: Mendesak. Pasien ini membutuhkan perhatian cepat tetapi dapat menunggu selama 30 menit untuk penilaian dan pengobatan. Pasien tersebut mungkin melapor dengan tanda-tanda infeksi, gangguan pernapasan. 4. Tingkat IV: Kurang mendesak. Pasien dalam kategori triase ini bisa tunggu hingga 1 jam untuk penilaian dan pengobatan. Mereka termasuk orang-orang dengan sakit telinga, sakit punggung kronis dan sakit kepala ringan. 5. Tingkat V: Nonurgent. Pasien ini dapat menunggu hingga 2 jam untuk penilaian dan pengobatan. Mereka dengan sakit tenggorokan, kram menstruasi.
Proses triase sangat penting untuk menentukan tanda bahaya korban,
perawat triase juga harus mempersiapkan dan menilai prioritas dengan benar dan tepat. Pelaksanaan triase dapat digunakan dengan cara berikut:
A. Pemilihan korban yang dapat ditunda pertolongannya. Penolong
mengelompokkan para korban yang masih mampu berjalan dan memberi label warna HIJAU, kemudian mengarahkan ke pos pertolongan yang sesuai. B. Pemeriksaan pernafasan. Penolong mendatangi para korban yang tidak mampu berjalan dan melakukan penilaian pernafasan secara sistematis. Apabila korban tidak bernafas, bersihkan dan buka jalan nafas. Apabila korban masih tidak bernafas, maka beri label warna HITAM. C. Penilaian sirkulasi. Penolong memeriksa nadi karotis pada korban. Jika nadi tidak teraba, beri label warna MERAH dan jika nadi teraba lanjutkan ke langkah nomor 4 di bawah. D. Penilaian mental. Disini korban masih memiliki nafas yang cukup dan sirkulasi yang baik. Penolong cukup memeriksa mental korban dengan cara memerintah secara sederhana. Jika korban mampu mengikutinya, maka berikan label warna KUNING dan apabila korban tidak mampu mengikuti perintah, maka berikan label warna MERAH.
Pertolongan awal dalam kegawatdaruratan perlu dilakukan initial assessment
atau penilaian awal pada pasien. Menurut Emergency Nurses Association (2010), Initial Assessment adalah pendekatan sistematis untuk mengidentifikasi sifat dari setiap klien yang mengalami penyakit atau cedera, tingkat keparahan masalah, kebutuhan, dan respon klien terhadap intervensi diberikan. Penilaian ini dilakukan dengan cepat dan akurat terkait kondisi yang mengancam nyawa, mengidentifikasi tanda atau gejala suatu penyakit atau cedera serta menentukan prioritas perawatan [ CITATION How10 \l 1057 ]. HIRAID (History, Identify Red Flags, Assessment, Interventions, Dignostics; reassessment and communication) merupakan sebuah kerangka pengkajian awal yang dilakukan setelah tahap triase [ CITATION Mun14 \l 1057 ]. Selanjutnya, dilakukan secondary survey yang bertujuan untuk mengidentifikasi penyakit atau cedera. Komponennya terdiri dari FGHI yang meliputi full set of vital signs, give comfort measures, history, pengkajian head- to-toe, dan inspeksi permukaan posterior (Emergency Nurses Association, 2010). Sebagai seorang perawat, khususnya pada bidang kegawatdaruratan untuk lebih memahami konsep dari triase ini. Selain itu, penilaian atau pengkajian gawat darurat perlu dilakukan juga untuk menilai penyakit atau cedera yang di alami oleh pasien. Oleh sebab itu, disini kemampuan profesional perawat sangat di butuhkan untuk melakukan triase, penilaian atau pengkajian untuk menyampaikan informasi atau mengumpulkan informasi yang benar dan tepat.
Daftar Pustaka
Howard, P. K., & Steinmann, R. A. (2010). Sheehy's emergency nursing:
Principles and practice (6th ed). Philadelphia: Elsevier Mosby.
Munroe, B., Buckley, T., Curtis, K., Murphy, M., & Strachan, L. (2014). HIRAID: An evidence-informed emergency nursing assessment framework. Australia Emergency Nursing Journal , 83-97.
Tscheschlog, B. A., & Jauch, A. (2015). Emergency nursing made incredibly