Anda di halaman 1dari 13

KATA PENGANTAR

Assalamualikum wr wb Puji sukur kehadirat ALLAH S.W.T yang maha


kuasa dengan rahmat dan taupik hidayah-Nya kita tetap sehat menjalani kan
aktivitas kita sebagaimahasiswa yakni menuntut ilmu. Sebelumnya saya
berterimakasih kepada teman-teman kelompok kami yang berantusias dalam
membuat tugas ini, karena dengan adanya tugas ini kami menjadi tahu tentang
isi dari tugas ini, dan juga saya berterimakasih juga kepada dosen kami yang
selalu tetap mensupot kami dalam peroses pembelajaran ini.Dan mungkin jika
ada kata-kata yang kurang berkenan dalam penulisanmakalah ini atupun ada
yang kurang tepat dalam penyusunan tugas ini maupunsalah ,mohon di maklumi
karana kami ini masih dalam tahap peroses pembelajaran.Mudah-mudahan
tugas ini bisa bermanfaat untuk teman-teman saya yang membacanya, dan
terimakasih. Wassalamu’alaikum wr wb

Gombong, 24 Oktober 2023


BAB 1

PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Rumah sakit merupakan instansi pelayanan yang memberikan pelayanan
personal bersifat utama meliputi pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat
darurat. Instalasi Gawat Darurat (IGD) merupakan instalasi yang memberikan
pelayanan pertama kali pada pasien yang mengalami ancaman mortalitas dan
abnormalitas secara terpadu (Permenkes, 2010), yan
merupakan pintu pertama masuknya pasien gawat darurat sehingga diperlukan
perawat Instalasi Gawat Darurat yang memiliki kemampuan mengatasi
kegawatdaruratan pasien untuk segera memberikan penanganan agar dapat
menyelamatkan nyawa pasien dan mencegah terjadinya kecacatan lebih lanjut
(Undang-Undang Republik Indonesia, 2009). Tujuan pelayanan di Instalasi
Gawat Darurat yaitu tercapainya kepuasan pasien dan keluarga dalam
mendapatkan pelayanan yang cepat, tepat dan benar. Tujuan tersebut akan
tercapai jika
didukung oleh sumber daya manusia yang mencukupi dan perencanaan
manajemen yang profesional. Instalasi gawat darurat dikelola untuk menangani
pasien gawat darurat mengancam jiwa yang melibatkan tenaga profesional
terlatih serta didukung dengan peralata khusus, sehingga perawat dalam
memberikan pelayanan pasien secara cepat dan tepat.

Ketepatan pelayanan di Instalasi Gawat Darurat harus didukung dengan


pelaksanaan triage yang benar (Merihot, 2012). Triage merupakan suatu
kegiatan yang bertujuan untuk memilih dan memilah pasien yang akan masuk ke
Instalasi Gawat Darurat, dari proses memilah dan memilih pasien yang masuk
IGD akan dikategorikan kedalam pasien true emergency dan false emergency
(Conrad, 2012). Penerapan konsep triage yang baik diperlukan kesiapan dan
peran perawat IGD dalam menangani kondisi kegawatdaruratan. Salah satu
peran perawat IGD adalah melakukan triage. Pada kegiatan triage perawat
bertanggung jawab penuh dalam pengambilan keputusan segera (decision
making), melakukan pengkajian resiko, pengkajian sosial, diagnosis, dan
menentukan prioritas serta merencanakan tindakan berdasarkan tingkat urgency
pasien (Sands, 2009).
Tujuan pelayanan di Instalasi Gawat Darurat yaitu tercapainya kepuasan
pasien dan keluarga dalam mendapatkan pelayanan yang cepat, tepat dan
benar. Tujuan tersebut akan tercapai jika didukung oleh sumber daya manusia
yang mencukupi dan perencanaan manajemen yang profesional. Instalasi gawat
darurat dikelola untuk menangani pasien gawat darurat mengancam jiwa yang
melibatkan tenaga profesional terlatih serta didukung dengan peralatan khusus,
sehingga perawat dalam memberikan pelayanan pasien secara cepat dan tepat.
Ketepatan pelayanan di Instalasi Gawat Darurat harus didukung dengan
pelaksanaan triage yang benar (Merihot, 2012). Triage merupakan suatu
kegiatan yang bertujuan untuk memilih dan memilah pasien yang akan masuk ke
Instalasi Gawat Darurat, dari proses memilah dan memilih pasien yang masuk
IGD akan dikategorikan kedalam pasien true emergency dan false emergency
(Conrad, 2012). Penerapan konsep triage yang baik diperlukan kesiapan dan
peran perawat IGD dalam menangani kondisi kegawatdaruratan. Salah satu
peran perawat IGD adalah melakukan triage. Pada kegiatan triage perawat
bertanggung jawab penuh dalam pengambilan keputusan segera (decision
making), melakukan pengkajian resiko, pengkajia sosial, diagnosis, dan
menentukan prioritas serta merencanakan tindakan berdasarkan tingkat urgency
pasien (Sands, 2009) PRINSIP DAN TIPE TRIAGE “Time Saving is Life Saving
(waktu keselamatan adalah keselamatan hidu) The Right Patient, to The Right
Place at The Right Time, with The Right Care Provider”.

1. Triase seharusnya dilakukan segera dan tepat waktuKemampuan


berespon dengan cepat terhadap kemungkinan penyakit
yangmengancam kehidupan atau injuri adalah hal yang terpenting di
departemenkegawatdaruratan.
2. Pengkajian seharusnya adekuat dan akuratKetelitian dan keakuratan
adalah elemen yang terpenting dalam proses interview.
3. Keputusan dibuat berdasarkan pengkajianKeselamatan dan perawatan
pasien yang efektif hanya dapat direncanakan bilaterdapat informasi yang
adekuat serta data yang akurat.
4. Melakukan intervensi berdasarkan keakutan dari kondisiTanggung jawab
utama seorang perawat triase adalah mengkaji secara akuratseorang
pasien dan menetapkan prioritas tindakan untuk pasien tersebut.
Haltersebut termasu intervensi terapeutik, prosedur diagnostic dan tugas
terhadapsuatu tempat yang diterima untuk suatu pengobatan.
5. Tercapainya kepuasan pasien:
 Perawat triase seharusnya memenuhi semua yang ada di atas
saat menetapkan hasil secara serempak dengan pasien
 Perawat membantu dalam menghindari keterlambatan
penanganan yang dapat menyebabkan keterpurukan status
kesehatan pada seseorang yang sakit dengankeadaan kritis.
 Perawat memberikan dukungan emosional kepada pasien dan
keluarga atau temannya.

Menurut Brooker, 2008. Dalam prinsip triase diberlakukan system


prioritas, prioritas adalah penentuan/penyeleksian mana yang harus didahulukan
mengenai penanganan yang mengacu pada tingkat ancaman jiwa yang timbul
dengan seleksi pasien berdasarkan :
a. Ancaman jiwa yang dapat mematikan dalam hitungan menit
b. Dapat mati dalam hitungan jam
c. Trauma ringan
d. Sudah meninggal
Pada umumnya penilaian korban dalam triage dapat dilakukan dengan :
a. Menilai tanda vital dan kondisi umum korban .
b. Menilai kebutuhan medis
c. Menilai kemungkinan bertahan hidup
d. Menilai bantuan yang memungkinkane.Memprioritaskan penanganan
definitive
e. Tag warna

KLASIFIKASI DAN PENENTUAN PRIORITAS


Berdasarkan Oman (2008), pengambilan keputusan triage didasarkan
pada keluhan utama, riwayat medis, dan data objektif yang mencakup keadaan
umum pasien serta hasil pengkajian fisik yang terfokus. Menurut Comprehensive
Speciality Standart, ENA tahun1999, penentuan triase didasarkan pada
kebutuhan fisik, tumbuh kembang dan psikososial selain pada factor-faktor yang
mempengaruhi akses pelayanan kesehatan sertaalur pasien lewat system
pelayanan kedaruratan. Hal-hal yang harus dipertimbangkanmencakup setiap
gejala ringan yang cenderung berulang atau meningkat keparahannya.Beberapa
hal yang mendasari klasifikasi pasien dalam system triage adalah kondisiklien
yang meliputi :
a. Gawat, adalah suatu keadaan yang mengancam nyawa dan kecacatan
yangmemerlukan penanganan dengan cepat dan tepat.
b. Darurat, adalah suatu keadaan yang tidak mengancam nyawa tapi
memerlukan penanganan cepat dan tepat seperti kegawatan.
c. Gawat darurat, adalah suatu keadaan yang mengancam jiwa disebabkan
olehgangguan ABC (Airway / jalan nafas, Breathing / Pernafasan,
Circulation /Sirkulasi), jika tidak ditolong segera maka dapat meninggal
atau cacat (Wijaya, 2010

PROSES TRIAGE
Proses triage dimulai ketika pasien masuk ke pintu UGD. Perawat triage
harus mulai memperkenalkan diri, kemudian menanyakan riwayat singkat dan
melakukan pengkajian,misalnya terlihat sekilas kearah pasien yang berada di
brankar sebelum mengarahkanke ruang perawatan yang tepat.Pengumpulan
data subjektif dan objektif harus dilakukan dengan cepat, tidak lebih dari 5 menit
karena pengkajian ini tidak termasuk pengkajian perawat utama. Perawat triage
bertanggung jawab untuk menempatkan pasien di area pengobatan yang
tepat,misalnya bagian trauma dengan peralatan khusus, bagian jantung dengan
monitor jantungdan tekanan darah, dll. Tanpa memikirkan dimana pasien
pertama kali ditempatkan setelah triage, setiap pasien tersebut harus dikaji ulang
oleh perawat utama sedikitnyasekali setiap 60 menit.
Untuk pasien yang dikategorikan sebagai pasien yang mendesak atau
gawat darurat, pengkajian dilakukan setiap 15 menit/lebih bila perlu. Setiap
pengkajian ulang harus didokumentasikan dalam rekam medis. Informasi baru
dapat mengubah kategorisasi keakutan dan lokasi pasien di area pengobatan.
Misalnya kebutuhan untuk memindahkan pasien yang awalnya berada di area
pengobatan minor ke tempat tidur bermonitor ketika pasien tampak mual atau
mengalami sesak nafas, sinkope, atau diaphoresis (Iyer, 2004).Bila kondisi
pasien ketika datang sudah tampak tanda-tanda objektif bahwa ia mengalami
gangguan pada airway, breathing, dan circulation, maka pasien ditangani terlebih
dahulu. Pengkajian awal hanya didasarkan atas data objektif dan data
subjektifsekunder dari pihak keluarga. Setelah keadaan pasien membaik, data
pengkajiankemudian dilengkapi dengan data subjektif yang berasal langsung dari
pasien (data primer).

B. TUJUAN
Tujuan dari pembuatan makalah ini yaitu untuk memenuhi tugas mata kuliah
keperawatan gawat darurat dan untuk tujuan umumnya agar kita mengetahui
gambaran pelaksanaan triage di Rumah Sakit serta mengetahui gambaran
respon time dalam melayani pasien baru.
C. MANFAAT
1. Bagi mahasiswa
Manfaat penulisan makalah inidiharapkan dapat menambah wawasan dan
literatur referensi bagi mahasiswa tentang triage dan respon time di ruang
Instalasi Gawat Darurat.
2. Bagi Rumah sakit
Rumah Sakit Manfaat dari hasil penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan
kemampuan kinerja perawat terutama di ruang Instalasi Gawat Darurat sehingga
terselenggara pelayanan cepat, responsif, tepat dan mampu menyelamatkan
pasien gawat darurat di Rumah sakit.
BAB II

ANALISA FORMAT PENGKAJIAN TRIASE


a. Standar Dokumentasi Pengkajian Triase
Dokumentasi Triage
Dokumen adalah suatu catatan yang dapat dibuktikan atau dijadikan bukti
dalam persoalan hukum. Sedangkan pendokumentasian adalah pekerjaan
mencatat atau merekam peristiwa dan objek maupun aktifitas pemberian jasa
(pelayanan) yang dianggap berharga dan penting. Dokumentasi asuhan dalam
pelayanan keperawatan adalah bagian dari kegiatan yang harus dikerjakan oleh
perawat setelah memberi asuhan kepada pasien.
Dokumentasi merupakan suatu informasi lengkap meliputi status
kesehatan pasien, kebutuhan pasien, kegiatan asuhan keperawatan serta
respons pasien terhadap asuhan yang diterimanya. Dengan demikian
dokumentasi keperawatan mempunyai porsi yang besar dari catatan klinis pasien
yang menginformasikan faktor tertentu atau situasi yang terjadi selama asuhan
dilaksanakan. Disamping itu catatan juga dapat sebagai wahana komunikasi dan
koordinasi antar profesi (Interdisipliner) yang dapat dipergunakan untuk
mengungkap suatu fakta aktual untuk dipertanggung jawabkan.
Dokumentasi asuhan keperawatan merupakan bagian integral dari
asuhan keperawatan yang dilaksanakan sesuai standar. Dengan demikian
pemahaman dan ketrampilan dalam menerapkan standar dengan baik
merupakan suatu hal yang mutlak bagi setiap tenaga keperawatan agar mampu
membuat dokumentasi keperawatan secara baik dan benar.
Dokumentasi yang berasal dari kebijakan yang mencerminkan standar
nasional berperan sebagai alat manajemen resiko bagi perawat UGD. Hal
tersebut memungkinkan peninjau yang objektif menyimpulkan bahwa perawat
sudah melakukan pemantauan dengan tepat dan mengkomunikasikan
perkembangan pasien kepada tim kesehatan. Pencatatan, baik dengan
computer, catatan naratif, atau lembar alur harus menunjukkan bahwa perawat
gawat darurat telah melakukan pengkajian dan komunikasi, perencanaan dan
kolaborasi, implementasi dan evaluasi perawatan yang diberikan, dan
melaporkan data penting pada dokter selama situasi serius. Lebih jauh lagi,
catatan tersebut harus menunjukkan bahwa perawat gawat darurat bertindak
sebagai advokat pasien ketika terjadi penyimpangan standar perawatan yang
mengancam keselamatan pasien. (Anonimous,2002).
Dokumentasi secara akurat dalam rekam medis adalah salah satu cara
terbaik bagi perawat klinis untuk membela diri dari tuntutan hukum karena
kelalain dalam pemberian perawatan. Dokumentasi yang berasal dari kebijakan
yang mencerminkan standar nasional berperan sebagai alat manajemen risiko
bagi perawat UGD. Hal tersebut memungkinkan peninjau yang objektif
menyimpulkan bahwa perawat sudah melakukan pemantauan dengan tepat dan
mengomunikasikan perkembangan pasien kepada tim kesehatan.
Dalam Dokumentasi triage terdiri dari lima yaitu pengkajian, diagnosa, intervensi,
implementasi dan evaluasi.
1. Pengkajian
Pengkajian dilakukan untuk mengetahui keadaan dan menentukan prioritas
perawatan berdasarkan kebutuhan fisik dan psikologis, serta factor-faktor lain
yang mempengaruhi pasien sepanjang sisterm tersebut.
Area pengkajian pertama harus selalu pengkajian system kardiovasculer dan
respirasi, termasuk tanda vital. Pengkajian tersebut adalah pengkajian utama
yang dimandatkan pada semua perawat gawat darurat untuk dilakukan pada
semua pasien, tanpa memperdulikan keluhannya. Pemeriksaan umum dapat
dilakukan secara bersamaan dengan pemeriksaan utama, meluas ke area
seperti tingkat kesadaran, kualitas bicara, organisasi pikiran, tampilan umum
(msl. pakaian, hygiene, warna kulit, ekspresi wajah, postur, aktivitas motorik pada
saat pasien duduk atau dilepas pakaiannya, bau kulit atau bau nafasnya), Dan
tingkat distress. Satu aspek yang sangat penting dari pengkajian adalah
pembentukan hubungan terapiutik.
2. Diagnosa
Setelah melakukan pengkajian perawat harus menentukan diagnose untuk
merencanakan tindakan keperawatan. Menurut nanda diagnose keputusan klinik
tentang respon individu, keluarga dan masyarakat tentang masalah kesehatan
actual atau potensial, sebagai dasar seleksi intervensi keperawatan untuk
mencapai tujuan asuhan keperawatan yang sesuai.
3. Intervensi
Standar praktik ENA yang berkaitan dengan perencanaan menyatakan
“perawat gawat darurat harus merumuskan rencana asuhan keperawatan yang
komprehensif untuk pasien UGD dan kolaborasi dan perumusan keseluruhan
rencana perawatan pasien” (ENA,1995b)
Dalam intervensi di triage elemen penting dari perencanaan adalah kesiapan.
Perawatan harus memastikan alat-alat medis dan suplai barang-barang tersebut
tersedia dan berfungsi dengan baik sehingga tidak akan terjadi keterlambatan
dalam pemberian perawatan pada pasien.
4. Implementasi
Standar praktik ENA yang berkaitan dengan implementasi menyatakan,
“perawat gawat darurat harus mengimplementasikan rencana perawatan
berdasarkan data pengkajian, diagnosis keperawatan, dan diagnosis medis”.
(ENA, 1995b)
Dalam implementasi di triage , perawat harus memiliki kompetensi dalam
memberikan perawatan di UGD yang mencakup tindakan penyelamatan nyawa
dan alat gerak. Perawat yang memiliki kompetensi harus mampu mengantisipasi
kebutuhan keahlian khusus sesuai yang diindikasikan oleh situasi klinis, dan
perawat harus berusaha dan mendokumentasikan semua upaya tersebut.
5. Evaluasi
Pernyataan standar ENA yang berkaitan dengan evaluasi dan memodifikasi
rencana perawatan berdasarkan respon pasien yang dapat diobservasi dan
pencapaian tujuan pasien”(ENA, 1995b) Pada tahap pengkajian, pada proses
triase yang mencakup dokumentasi :
a. Waktu dan datangnya alat transportasi
b. Keluhan utama (misal. “Apa yang membuat anda datang kemari?”)
c. Pengkodean prioritas atau keakutan perawatan
d. Penentuan pemberi perawatan kesehatan yang tepat
e. Penempatan di area pengobatan yang tepat (msl. kardiak versus trauma,
perawatan minor versus perawatan kritis)
Permulaan intervensi (misal. balutan steril, es, pemakaian bidai, prosedur
diagnostik seperti pemeriksaan sinar X, elektrokardiogram (EKG), atau Gas
Darah Arteri (GDA)) (ENA, 2005).

KOMPONEN DOKUMENTASI TRIASE


a. Tanggal dan waktu tiba
b. Umur pasien
c. Waktu pengkajian
d. Riwayat alergi
e. Riwayat pengobatan
f. Tingkat kegawatan pasien
g. Tanda - tanda vital
h. Pertolongan pertama yang diberikan
i. Pengkajian ulang
j. Pengkajian nyeri
k. Keluhan utama
l. Riwayat keluhan saat ini
m. Data subjektif dan data objektif
n. Periode menstruasi terakhir
o. Imunisasi tetanus terakhir
p. Pemeriksaan diagnostik
q. Administrasi pengobatan
r. Tanda tangan registered nurse
Rencana perawatan lebih sering tercermin dalam instruksi dokter serta
dokumentasi pengkajian dan intervensi keperawatan daripada dalam tulisan
rencana perawatan formal (dalam bentuk tulisan tersendiri). Oleh karena itu,
dokumentasi oleh perawat pada saat instruksi tersebut ditulis dan
diimplementasikan secara berurutan, serta pada saat terjadi perubahan status
pasien atau informasi klinis yang dikomunikasikan kepada dokter secara
bersamaan akan membentuk “landasan” perawatan yang mencerminkan
ketaatan pada standar perawatan sebagai pedoman.
Dalam implementasi perawat gawat darurat harus mampu melakukan dan
mendokumentasikan tindakan medis dan keperawatan, termasuk waktu, sesuai
dengan standar yang disetujui. Perawat harus mengevaluasi secara kontinu
perawatan pasien berdasarkan hasil yang dapat diobservasi untuk menentukan
perkembangan pasien ke arah hasil dan tujuan dan harus mendokumentasikan
respon pasien terhadap intervensi pengobatan dan perkembangannya. Standar
Joint Commision (1996) menyatakan bahwa rekam medis menerima pasien yang
sifatnya gawat darurat, mendesak, dan segera harus mencantumkan kesimpulan
pada saat terminasi pengobatan, termasuk disposisi akhir, kondisi pada saat
pemulangan, dan instruksi perawatan tindak lanjut. Proses dokumentasi triage
menggunakan sistem SOAPIE, sebagai berikut :
1) S: data subjektif
2) O : data objektif
3) A : analisa data yang mendasari penentuan diagnosa keperawatan
4) P : rencana keperawatan
5) I : implementasi, termasuk di dalamnya tes diagnostic
6) E : evaluasi / pengkajian kembali keadaan / respon pasien terhadap
pengobatan dan perawatan yang diberikan (ENA, 2005)

b. Komponen Pengkajian triase sesuai IGD RS PKU Muhammadiyah


Gombong
Komponen pengkajian triase di IGD RS PKU Muhammadiyah Gombong terdapat
di RM 3.3 yang berisikan:
1. Identitas Pasien yang terdiri dari:
- No RM
- Nama
- Tanggal Lahir
- Alamat
- NIK
2. Tanggal masuk
3. Jam masuk
4. Keluhan utama
5. Tanda vital yang meliputi: GCS, pupil, reflek cahaya, TD, nadi, suhu,
pernafasan, SPO2, akral, berat badan
6. Status alergi
7. Gangguan perilaku
8. Triase : P1: Emergency(merah)
P2: Potensial emergency(kuning)
P3: Non Emergency(hijau)
P0: Death on arrival(hitam)
9. Respon time:P1: segera(0 menit)
P2: 10 menit
P3: 30-60 menit
10. Kontak awal pasien:
- Cara masuk:Jalan,brankar,kursi roda,gendong
- Sudah terpasang :
- Alasan kedatangan:dating sendiri,polisi,rujukan,dijemput…dll
- Kendaraan:ambulance,bukan ambulance
- Identitas pengantar:nama,no telp
- Kasus:Trauma,non trauma
11. Mekanisme trauma:
- KLL Tunggal:tempat kejadian,tgl kejadian,waktu kejadian
- KLL ganda:dicantumkan lawannya
- Jatuh dari ketinggian,jelaskan
- luka bakar,jelaskan
- trauma lainnya
12. Tanggal dilakukan pengkajian
13. Jam dilakukan pengkajian
14. Petugas triase:nama dan tanda tangan

c. Kelebihan format pengkajian triase yang dimiliki IGD Rumah Sakit PKU
Muhammadiyah Gombong adalah:
d. Kekurangan format pengkajian triase yang di miliki IGD Rumah Sakit PKU
Muhammadiyah Gombong adalah:
1. Belum tercantum Riwayat imunisasi
2. Belum tercantum label triase sehingga sulit untuk membedakan pasien
termasuk kategori P1/P2/P3 walaupun sudah ada lembar observasi yang
warnanya sesuai kategori triase pasien
3. belum dicantumkan untuk pasien obstetri/pasien hamil
4. belum dicantumkan status psikologis pasien:marah,takut,cemas,gelisah
5. belum ada evaluasi SOAP sesuai SDKI,SLKI
BAB III
A. KESIMPULAN
Triage adalah usaha pemilahan korban sebelum ditangani, berdasarkan
tingkat kegawatdaruratan trauma atau penyakit dengan mempertimbangkan
prioritas penanganan dan sumber daya yang ada.
Prinsip dalam pelaksanaan triase : 1 Triase harus cepat dan tepat ; 2
Pemeriksaan harus adekuat dan akurat; 3 Keputusan yang diambil berdasarkan
pemeriksaan; 4 Memberikan intervensi berdasarkan keakutan kondisi; 5
Kepuasan pasien tercapai.
Saat pasien masuk ke UGD, perawat harus mengidentifikasi 3 aspek
penting yaitu, airway (jalan nafas), Breating (pola nafas) dan Circulation
(sirkulasi). Untuk mencapai tujuan itu, perawat harus menyelesaikan dengan
cepat dan tepat dengan waktu tidak lebih dari 5 menit.
Pada tahap pengkajian, pada proses triase yang mencakup
dokumentasi ;1 Waktu dan datangnya alat transportasi; 2 Keluhan utama (misal.
“Apa yang
membuat anda datang kemari?”); 3 Pengkodean prioritas atau keakutan
perawatan; 4 Penentuan pemberi perawatan kesehatan yang tepat; 5
Penempatan di area pengobatan yang tepat (msl. kardiak versus trauma,
perawatan minor versus perawatan kritis).
B. SARAN
Sebagai penyusun makalah ini, kami menyarankan kepada para
pembaca khususnya kepada para perawat agar lebih mendalami materi yang
telah dipaparkan dalam makalah ini agar dapat berguna dalam kehidupan sehari-
hari maupun saat berada di lapangan sehingga dapat menerapkan keperawatan
kegawatdaruratan.

Anda mungkin juga menyukai