Anda di halaman 1dari 15

RANGKUMAN REVIEW INTRANATAL CARE

Oleh Indah Husnul Hotima, 1706978061, Mahasiswa Program Profesi Ners FIK UI
202, Stase Maternitas, indahhusnul16@gmail.com

1. Empat komponen penilaian saat mengobservasi kontraksi pada kala I


persalinan
Kala I persalinan berlangsung dari mulainya kontraksi hingga servix berdilatasi
maksimal. Kontraksi akan mulai ketika otot di abdomen ibu semakin kencang dan
kemudian menurun (1 durasi kontraksi). Pastikan tangan berada pada fundus dan
raba kontraksi dengan telapak tangan. Kontraksi diperiksa selama 10 menit .
Menurut Lowdermilk et al (2016), hal-hal yang perlu dinilai pada saat observasi
kontraksi kala I persalinan adalah:
a. Kekuatan kontraksi
Pada monitor, hal tersebut dapat dilihat dari tinggi gelombang. Jika penilaian
dilakukan secara manual, berikan kontraksi ringan jika rahim tidak terasa lebih
dari sedikit tegang, berikan kontraksi sedang jika rahim terasa kencang, dan
kuat jika rahim terasa sekeras papan kayu pada puncak kontraksi. Setelah
memperkirakan intensitas dan durasi kontraksi, periksa kembali fundus pada
akhir kontraksi, untuk memastikan bahwa kondisnya santai dan menjadi lembut
saat disentuh lagi. Ini menunjukkan bahwa rahim tidak kontraksi kontinyu
tetapi menyediakan waktu relaksasi selama pembuluh darah dapat mengisi
untuk memasok janin dengan oksigen yang cukup.
b. Frekuensi kontraksi
Waktu frekuensi kontraksi dihitung dari awal satu kontraksi ke awal berikutnya.
Minimalisir sentuhan pada perut pasien saat menghitung kontraksi atau
memperkirakan kekuatannya secara manual.
c. Durasi kontraksi
Untuk menentukan panjang kontraksi dengan monitor, cukup amati strip irama
dan hitung selang waktu kontraksi (Pillitteri, 2010). Untuk menentukan awal
kontraksi tanpa monitor, dengan merasakan ketegangan dan kenaikan fundus
yang berlanjut yang menyertai kontraksi pasien. Hal tersebut dilakukan untuk
meraba tegangan sekitar 5 detik sebelum pasien tersebut mampu merasakan
kontraksi. (Kontraksi dapat teraba saat tekanan intrauterin mencapai kira-kira
20 mmHg. Rasa sakit pada kontraksi biasanya tidak terasa sampai tekanan
mencapai kira-kira 25 mmHg).
d. Ritme kontraksi atau ada/tidaknya relaksasi

2. Karakteristik kontraksi pada fase laten dan fase aktif kala I persalinan
(Kurniarum, 2016; Osmosis, 2021)

Fase Laten (0-3 cm) Fase Aktif (4-10 cm)

Dimulai pad awal, menyebabkan Setelah lewat 8 jam muncul


penipisan dan pembukaan servix secara kontraksi yang regular. Durasi
bertahap kontraksi sekitar 1+ menit dan
terjadi kontraksi setiap 3-5 menit.
Pembukaan sudah 3-6 cm

Kontraksi masih bersifat irregular Pembukaan diatas 6 cm biasanya


pada awal. Durasi kontraksi sekitar 30 kontraksi lebih adekuat dan intens.
detik dan terjadi kontraksi setiap 5-30 Durasi kontraksi sekitar 60-90 detik
menit dan terjadi kontraksi setiap 30 detik-
2 menit dan kadang overlapping.
Harusnya dalam 10 menit sekitar 5
kali kontraksi.

Pembukaan service kurang dari 4 cm Umumnya ketuban sudah pecah

Biasanya berlangsung sampai dengan 8 Servix membuka dari 4 ke 10 cm


jam
biasanya dengan kecepatan 1 cm
atau lebih perjam hingga
permbukaan lengkap (10 cm)
3. Berapa lama rentang waktu fase laten dan fase aktif kala I persalinan pada
ibu primipara dan multipara
(Durham & Chapman, 2014)
a. Fase laten; 9-19 jam pada primipara, 6-14 jam pada multipara
b. Fase transisi: rata-rata 2 jam pada primipara dan 1-2 jam pada multipara
c. Fase aktif: rata-rata 5 jam pada primipara dan 2-3 jam pada multipara

4. Apa yang terjadi dan dampaknya jika nyeri persalinan tidak ditangani/
dikelola dengan baik terhadap ibu bersalin dan janinnya
(Kurniarum, 2016; Pillitteri, 2014)
Proses persalinan diawali dengan kontraksi rahim yang menimbulkan rasa nyeri
dan tidak nyaman pada ibu yang akan melahirkan. Rasa nyeri pada persalinan
adalah manifestasi dari adanya kontraksi (pemendekan) otot rahim. Kontraksi
inilah yang menimbulkan rasa sakit pada pinggang, daerah perut dan menjalar ke
arah paha. Kontraksi ini menyebabkan adanya pembukaan mulut rahim (serviks).
Dengan adanya pembukaan servik ini maka akan terjadi persalinan.
Bila rasa nyeri tidak diatasi, ibu akan mengalami beberapa hal, antara lain:
a. Nyeri yang tidak teratasi dapat menyebabkan nyeri kronik, post-partum stress
syndrome, pengeluaran adrenalin yang dapat memperpanjang waktu persalinan
(Ashagrie, Fentie, & Kassahun, 2020).
b. Stress menyebabkan pelepasan katekolamin yang mengakibatkan berkurangnya
aliran darah ke uterus, menyebabkan uterus kekurangan oksigen. Hal ini dapat
mengurangi suplai oksigne ke janin
c. Peningkatan curah jantung karena adanya pelepasan katekolamin akibar nyeri
dari kontraksi otot abdomen dan uterus
d. Peningkatan denyut jantung dan tekanan darah
e. Ketidaknyamanan yang dirasakan oleh ibu
f. Kemampuan ambulasi menurun dan menarik diri
g. Munculnya rasa cemas, perubahan mood, menjadi sensitif
h. Saat nyeri terjadi karena fase dilatasi servix, bloody show akan meningkat
akibat ruptur pembuluh darah kapiler di serviks dan segmen bawah uterus
i. Kelelahan berlebih pascamelahirkan

Manajemen nyeri selama persalinan dapat dilakukan dengan :


a. Melakukan ambulasi dan mengatur posisi ibu
Sering mengubah posisi (setiap 30 menit) duduk, berjalan, berlutut, berdiri,
berbaring, berdiri dengan tangan dan lutut, dan menggunakan bola bersalin
membantu menghilangkan rasa sakit
b. Akupuntur dan Akupresur
Akupunktur dan akupresur dapat digunakan untuk menghilangkan rasa sakit
selama persalinan. Meskipun studi penelitian terkontrol dari metode ini
terbatas, ada bukti yang memadai bahwa keduanya berguna dalam
menghilangkan rasa sakit yang terkait dengan persalinan dan kelahiran. Namun,
kedua metode memerlukan pelatihan, dokter bersertifikat, dan orang tersebut
tidak tersedia di banyak fasilitas persalinan

Akupunktur melibatkan stimulasi titik-titik pemicu utama dengan jarum.


Akupresur melibatkan penerapan jari yang kuat atau pijat pada titik pemicu
yang sama untuk mengurangi rasa sakit sensasi. Besarnya tekanan itu penting.
Intensitas tekanan ditentukan oleh kebutuhan wanita. Memegang dan meremas
tangan seorang wanita di persalinan dapat memicu titik yang paling umum
digunakan untuk keduanya.
c. Hipnotis 5 Jari
d. Sentuhan Terapeutik dan Pijatan
e. Teknik Tarik Napas Dalam

Dampak jika nyeri selama persalinan tidak dikelola dengan baik diantaranya
adalah rasa tidak nyaman pada ibu yang dapat mengakibatkan pula rasa cemas
akan persalinan yang dilalui.
5. Tanda - tanda kala II persalinan yang dapat dinilai/ diobservasi melalui
inspeksi vulva / perineum
(Kurniarum, 2016)
Persalinan kala II dimulai dengan pembukaan lengkap dari serviks dan berakhir
dengan lahirnya bayi. Proses ini berlangsung 2 jam pada primipara dan 1 jam pada
multipara. Tanda-tanda bahwa kala IIpersalinan sudah dekat adalah:
a. Ibu ingin meneran
b. Inspeksi: Perineum menonjol, vulva vagina dan sphincter anus membuka
c. Jumlah pengeluaran air ketuban meningkat
d. His lebih kuat dan lebih cepat 2-3 menit sekali
e. Pembukaan lengkap (10 cm)
f. Pada Primigravida berlangsung rata-rata 1.5 jam dan multipara rata-rata 0.5 jam

6. Pada saat periksa dalam 7 komponen yang harus dinilai dan


didokumentasikan penolong partus
Periksa dalam dilakukan setiap 4 jam sekali. Periksa dalam meliputi (Rachmawati
et al, n.d):
a. Porsio: Teraba atau tidak (tipis/tebal/lunak/kenyal)
b. Pembukaan (berapa cm)
c. Ketuban (utuh/tidak utuh)
d. Persentasi: kepala atau yang lain, jika kepala pastikan yang teraba ubun-ubun
kecil berada di depan
e. Penurunan presentasi (terletak pada hodge I/II/III/IV)
f. Ada atau tidaknya hambatan jalan lahir
g. Ada atau tidaknya lendir, darah, atau meconium
7. Indikator kemajuan proses persalinan yang harus dipantau dan
didokumentasikan penolong partus

Kondisi ibu dan janin selama proses persalinan perlu dipantau untuk melihat
kemajuan dari proses persalinan. Pada kala I, komponen yang perlu dikaji secara
berkala meliputi suhu, nadi, pernafasan, tekanan darah, berkemih, detak jantung
janin, kontraksi, dan perineum (Pilliteri, 2013).

Pada kala II, komponen pemeriksaan mirip dengan kala I, namun dilakukan dalam
interval lebih pendek. Menurut Kurniarum (2016), kemajuan persalinan yang perlu
dikaji pada kala II meliputi:

8.

Indikasi dilakukan amniotomi


Amniotomi adalah sebuah tindakan melukai atau mencederai kantung amnion
untuk mempercepat proses pecahnya ketuban. Cairan amnion harusnya berwarna
jernih. Jika ad aba tidak enak atau keruh, menandakan bahwa terjadi indeksi,
sedangkan cairan berwarna hijau mengindikasikan meconium sekunder dan
mengalami hipoksia, hamil berkepanjangan, ada tekanan pada tali pusat,
intrauterine growth restriction, hipertensi maternal, diabetes atau korioamnionitis
(Ricci, Kyle, & Carman, 2013). Pelaksanaan amniotomi dapat mengurangi waktu
bersalin KALA II sebanyak 2 jam tanpa penggunaan oksitosin (Lowdermilk,
Perry, Cashion, & Alden, 2016).
9. Indikasi dilakukan episiotomi
Episiotomi adalah insisi pada perineum yang dilakukan untuk memberikan lebih
banyak ruang untuk presentasi janin saat persalinan. Terdapat dua jenis episiotomi
yaitu sebagai berikut:
a. Midline episiotomy: Insisi yang dilakukan pada garis tengah dengan posisi
memanjang langsung dari batas bawah vagina menuju anus (Leifer, 2019).
Insisi ini lebih mudah sembuh dan menyebabkan ketidaknyamanan yang lebih
kecil, namun kemungkinan insisi robe kearah anus lebih tinggi.
b. Medilateral episiotomy: Insisi yang dilakukan pada sudut 45 derajat di sebelah
kiri maupun kanan (Leifer, 2019). Episiotomi ini dilakukan pada janin yang
besar. Insisi dari episiotomi ini membutuhkan waktu yang lebih lama untuk
sembuh (kurang lebih 3 minggu) dan menyebabkan nyeri yang lebih besar.

Episiotomi tidak dilakukan pada setiap persalinan melainkan hanya pada kasus-
kasus tertentu yaitu sebagai berikut (Dutta, 2015):
a. Perineum kaku sehingga dapat menyebabkan keterlambatan turunnya presentasi
janin. Hal ini biasanya ditemukan pada lansia primigravida.
b. Pencegahan perineum ruptur yang dapat disebabkan oleh bayi yang berukuran
besar, face to pubis, kepala bayi tidak fleksi, presentasi breech, dan distosia
bahu yaitu keadaan dimana bahu anterior janin membentur simfisis ibu setelah
melahirkan vertex
c. Persalinan operatif (perlu bantuan alat) seperti persalinan forceps dan
persalinan ventouse

Episiotomi harus dilakukan pada saat yang tepat. Episiotomi dapat menyebabkan
perdarahan jika dilakukan pada waktu yang terlalu cepat, dan akan menyebabkan
laserasi (sobekan) jika dilakukan terlalu lama. Indikasi sudah waktunya dilakukan
episiotomi yaitu sebagai berikut:
a. Jarak kepala dan perineum menipis (3 cm sampai 4 cm kepala terlihat)
b. Perineum meregang
c. Perineum menipis dan sianosis

10. Beda pemeriksaan bugar dan apgar pada BBL


a. BUGAR: Penilaian kondisi bayi 30 detik pertama terdiri dari penilaian tonus
otot, warna kulit, dan menangis. setelah penilaian BUGAR pada 30 detik
pertama, dilanjutkan pada penilaian APGAR pada menit pertama dan kelima
pada bayi baru lahir (Ramdhani, Aris et al, 2020).
b. APGAR: Apgar dinilai pada 1 menit dan 5 menit bayi baru lahir.
 A = appearance (warna)
 P = pulse (denyut jantung)
 G = grimace (iritabilitas refleks)
 A = activity (tonus otot)
 R = respiratory (pernapasan)

Semakin tinggi skor, semakin baik kondisi bayi baru lahir. Jika skor Apgar ≥8
poin, tidak diperlukan intervensi selain mendukung upaya pernapasan normal
dan mempertahankan termoregulasi. Skor 4 hingga 7 poin menandakan
kesulitan sedang, dan skor 0 hingga 3 poin menunjukkan kesulitan berat dalam
menyesuaikan diri dengan kehidupan ekstrauterin (Pillitteri, 2014).
11. Tanda-tanda kala III persalinan yang harus diobservasi
a. Tanda-Tanda Pelepasan Plasenta (Leifer, 2019)
Pelepasan plasenta pada umumnya terjadi beberapa menit setelah persalinan.
Pada saat plasenta mulai lepas dari dinding uterus, uterus akan terus
berkontraksi sampai uterus dikeluarkan dari rahim. Proses ini berlangsung
selama 5-30 menit secara spontan setelah persalinan bayi. Tanda-tanda
pelepasan plasenta sudah mulai terjadi yaitu sebagai berikut:
• Rahim semakin naik ke atas dan membulat
• Perpanjangan tali pusat
• Perdarahan (kurang lebih 500 ml). Perdarahan tidak boleh lebih dari 500 ml
• Teraba kontraksi
b. Observasi plasenta (Leifer, 2019)
• Pengukuran tali pusat
• Insersi
• Terdapat 2 arteri dan 1 vena
• Keutuhan kotiledon berdasarkan mekanisme persalinan plasenta (matthew-
duncan/schultze) (Dutta, 2015)
- Matthew-Duncan (marginal separation)
Pelepasan plasenta dimulai dari bagian pinggir atau batas karena bagian
tersebut lebih banyak tidak tersangga. Kontraksi uterus yang terus
bertambah menyebabkan lebih banyak area plasenta terlepas. Pelepasan
jenis ini lebih umum ditemukan.
- Schultze (central separation)
Pelepasan plasenta dimulai dari bagian tengah yang menyebabkan
terbukanya beberapa sinus uterus dan akumulasi darah di belakang
plasenta (retroplacental hematoma). Seiring dengan bertambahnya
kontraksi, pelepasan semakin berjalan maju dengan difasilitasi oleh berat
plasenta dan darah retroplasenta hingga plasenta terlepas secara
keseluruhan.

12. Bagaimana manajemen aktif kala III persalinan (Chapman & Durham, 2010)
a. Kaji tanda vital ibu setiap 15 menit.
b. Dorong pasien untuk bernapas dengan kontraksi dan rileks di antara kontraksi.
c. Dorong interaksi ibu-bayi dengan memberikan kontak langsung pada bayi baru
lahir, jika bayi baru lahir stabil
d. Berikan obat pereda nyeri sesuai indikasi.
e. Dokumentasi persalinan meliputi ringkasan persalinan, ringkasan persalinan
untuk ibu dan bayi, informasi bayi, resusitasi bayi dan dokumentasi personel
yang hadir.
f. Jelaskan semua prosedur yang akan datang.
g. Tetap bersama ibu dan keluarganya

13. Bagian maternal plasenta yang harus dikaji


Periksa keutuhan serta berat plasenta. Umumnya plasenta beratnya sekitar
seperenam dari berat bayi (Pilliteri, 2014). Plasenta bagian maternal berwarna
merah gelap/merah marun, serta terdapat lobus dan kotiledon yang lengkap
(Mosbah, 2020).
14. Komponen pemantauan kala IV persalinan yang harus dinilai dan
didokumentasikan penolong partus
a. Kontraksi rahim, perlu dilakukan massage uterus agar rahim terus berkontraksi
untuk mencegah terjadinya atonia uteri
b. Perdarahan
c. Kandung kemih, perlu untuk selalu dikosongkan. Kandung kemih yang penuh
akan mendorong uterus ke atas dan menghalangi kontraksi uterus
d. Luka jahitan: REEDA: Redness (R), edema (E), ecchymosis (memar) (E),
discharge (D), and approximation (keutuhan garis jahitan) (A)
e. Keadaan umum ibu

15. Pengisian partograf


Informasi tentang Ibu  Nama, umur

 Gravida (kehamilan) , para (kelahiran) , abortus


(keguguran)

 Nomor catatan medis/nomor puskesmas

 Tanggal dan waktu mulai dirawat (atau jika di rumah,


tanggal dan waktu penolong persalinan mulai merawat ibu)

Lengkapi bagian awal (atas) partograf secara teliti pada saat


memulai asuhan persalinan. Waktu kedatangan (tertulis
sebagai “jam”) dan perhatikan kemungkinan ibu datang
dalam fase laten persalinan. Tidak kalah penting, catat waktu
terjadinya pecah ketuban.

Kondisi Bayi Kolom pertama adalah digunakan untuk mengamati kondisi


janin.yang diamati dari kondisi bayi adalah DJJ, air ketuban
dan penyusupan (kepala janin)

a. DJJ

Menilai dan mencatat denyut jantung janin (DJJ) setiap 30


menit (lebih sering jika ada tanda-tanda gawat janin). Tiap
kotak menunjukkan waktu 30 menit. Skala angka di
sebelah kolom paling kiri menunjukkan DJJ. Catat DJJ
dengan memberi tanda titik pada garis yang sesuai dengan
angka yang menunjukkan DJJ. Kemudian hubungkan titik
yang satu dengan titik lainnya dengan garis tidak terputus.
Kisaran normal DJJ 110-160 x/menit.

b. Warna dan Adanya Air Ketuban

Menilai air ketuban dilakukan bersamaan dengan periksa


dalam. Warna air ketuban hanya bisa dinilai jika selaput
ketuban telah pecah. Lambang untuk menggambarkan
ketuban atau airnya:

U: selaput ketuban utuh (belum pecah)


J: selaput ketuban telah pecah dan air ketuban jernih
M: selaput ketuban telah pecah dan air ketuban bercampur
meconium
D: selaput ketuban telah pecah dan air ketuban bercampur
darah
K: selaput ketuban telah pecah dan air ketuban kering
(tidak mengalir lagi)
Mekonium dalam air ketuban tidak selalu berarti gawat
janin. Merupakan indikasi gawat janin jika juga disertai
DJJ di luar rentang nilai normal.
c. Penyusupan (Molase) Tulang Kepala
Penyusupan tulang kepala merupakan indikasi penting
seberapa jauh janin dapat menyesuaikan dengan tulang
panggul ibu. Semakin besar penyusupan semakin besar
kemungkinan disporposi kepal panggul. Lambang yang
digunakan:
0: tulang –tulang kepala janin terpisah, sutura mudah
dipalpasi
1: tulang-tulang kepa janin sudah saling bersentuhan
2: tulang-tulang kepala janin saling tumpang tindih tapi
masih bisa dipisahkan
3: tulang-tulang kepala janin saling tumpang tindih dan
tidak dapat dipisahkan
Kontraksi Uterus Terdapat lima kotak mendatar untuk kontraksi. Pemeriksaan
dilakukan setiap 30 menit, raba dan catat jumlah dan durasi
kontaksi dalam 10 menit. Misal jika dalam 10 menit ada 3
kontraksi yang lamanya 20 setik maka arsirlah angka tiga
kebawah dengan warna arsiran yang sesuai untuk
menggambarkan kontraksi 20 detik (arsiran paling muda
warnanya).
Obat-obatan atau cairan Catat obat dan cairan yang diberikan di kolom yang sesuai.
yang diberikan Untuk oksitosin dicantumkan jumlah tetesan dan unit yang
diberikan
Kondisi Ibu Catat nadi ibu setiap 30 menit dan beri tanda titik pada kolom
yang sesuai. Ukur tekanan darah ibu tiap 10 menit dan beri
tanda ↕ pada kolom yang sesuai. Temperatur dinilai setiap
dua jam dan catat di tempat yang sesuai.
Volume Urine, Protein, Lakukan tiap 2 jam jika memungkinkan.
dan Aseton

Data Lain  Data informasi umum


 KALA I
 KALA II
 KALA III
 KALA IV
 Bayi Baru Lahir
Diisi dengan tanda centang ( √ ) dan diisi titik yang
disediakan. Lihat contoh pengisian partograf.

REFERENSI
Ashagrie, H. E., Fentie, D. Y., & Kassahun, H. G. (2020). A review article on
epidural analgesia for labor pain management: A systematic review.
International Journal of Surgery Open, (24), 100-104.
https://doi.org/10.1016/j.ijso.2020.04.007.
Dutta, D. (2015). DC Dutta's textbook of obstetrics including perinatology and
contraception. India: Jaypee Brothers Medical Publishers.
Karjatin, A. (2016). Keperawatan maternitas . Jakarta: Kementerian Kesehatan
Republik Indonesia.
Kurniarum, A. (2016). Asuhan Kebidanan Persalinan dan Bayi Baru Lahir. Jakarta:
Pusdik SDM Kesehatan Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.
Leifer, G. (2018). Introduction to maternity and pediatric nursing. Philadelphia:
Saunders.
Lowdermilk, D. L., Perry, S. E., Cashion, K., & Alden, K. R. (2016). Maternity &
women's healh care (11th ed.). St. Louis: Elsevier.
Murray, S., & McKinney, E. (2014). Foundations of maternal-newborn and women's
health nursing (6th ed.). St. Louis, Missouri: Elsevier.
Leifer, G. (2019). Introduction to maternity and pediatric nursing. Saint Louis:
Elsevier.
Pillitteri, A. (2014). Maternal and Child Health Nursing Care of the Childbearing
and Childrearing Family (7th ed.). Los Angeles: Lippincott Williams &
Wilkins.
Ramdhani, A., Istikarini, I., Susiyanti, R., Asih, D., Rahayu, M., & Hanjari, R.
(2018). Buku saku praktik klinik keperawatan edisi 2. Jakarta Selatan:
Penerbit Salemba Medika.
Ricci, S. C., Kyle, T., & Carman, S. (2013). Maternity and pediatric nursing (2nd
ed.). Philadelphia: Wolters Kluwer Health Lippincott Williams & Wilkins.
WHO. (2003). Essential Antenatal, Perinatal and Postpartum Care. Copenhagen:
World Health Organization.

Anda mungkin juga menyukai

  • HGFGHJK, BFGHJK
    HGFGHJK, BFGHJK
    Dokumen4 halaman
    HGFGHJK, BFGHJK
    indah
    Belum ada peringkat
  • Hgfdse 5 Thfgik
    Hgfdse 5 Thfgik
    Dokumen21 halaman
    Hgfdse 5 Thfgik
    indah
    Belum ada peringkat
  • Dbddeueuwik
    Dbddeueuwik
    Dokumen6 halaman
    Dbddeueuwik
    indah
    Belum ada peringkat
  • Ftgyujkil
    Ftgyujkil
    Dokumen6 halaman
    Ftgyujkil
    indah
    Belum ada peringkat
  • Fgtgyhjk
    Fgtgyhjk
    Dokumen4 halaman
    Fgtgyhjk
    indah
    Belum ada peringkat
  • DCJXN
    DCJXN
    Dokumen6 halaman
    DCJXN
    indah
    Belum ada peringkat
  • CSKZX
    CSKZX
    Dokumen18 halaman
    CSKZX
    indah
    Belum ada peringkat
  • Leaflet Mual
    Leaflet Mual
    Dokumen2 halaman
    Leaflet Mual
    indah
    Belum ada peringkat
  • Leatlet Kebutuhan Gizi Ibu Hamil
    Leatlet Kebutuhan Gizi Ibu Hamil
    Dokumen2 halaman
    Leatlet Kebutuhan Gizi Ibu Hamil
    indah
    Belum ada peringkat
  • Csjkan
    Csjkan
    Dokumen6 halaman
    Csjkan
    indah
    Belum ada peringkat
  • HJ
    HJ
    Dokumen3 halaman
    HJ
    indah
    Belum ada peringkat
  • GFDDFGHJ
    GFDDFGHJ
    Dokumen3 halaman
    GFDDFGHJ
    indah
    Belum ada peringkat
  • Hgytr
    Hgytr
    Dokumen5 halaman
    Hgytr
    indah
    Belum ada peringkat