Anda di halaman 1dari 7

STANDAR PROFESI PERWAT DAN

STANDAR ASUHAN KEPERAWATAN

1. Standar profesi perawat


Pasal 24 ayat (1) PP 23/1996 Tentang Tenaga Kesehatan menentukan bahwa

perlindungan hokum diberikan kepada tenaga kesehatan yang melakukan

tugas yang sesuai dengan standar profesi tenaga kesehatan. Standar profesi

merupakan ukuran kemampuan rata-rata tenaga kesehatan dalam menjalankan

pekerjaannya.

Sampai saat ini perawat belum pempunyai standar profesi yang dapat

berfungsi sebagai sarana perlindungan hokum. Dengan memenuhi standar

profesi dalam melaksanakan tugasnya, perawat terbatas dari pelanggaran kode

etik. Sebagai tolak ukur kesalahan perawat dalam melaksanakan tugasnya,

dapat dipergunakan pendapat “LEENEN” sebagai standar pelaksanaan profesi

keperawatan, yang meliputi :


a. Terapi harus dilakukan dengan teliti,
b. Harus sesuai dengan ukuran ilmu pengetahuan keperawatan,
c. Sesuai dengan kemampuan rata-rata yang dimiliki oleh perawat

dengan
Kategori keperawatan yang sama.
d. Dengan sarana dan upaya yang wajar dan sesuai dengan tujuan

konkret upaya pelayanan kesehatan yang dilakukan.Dengan demikian,

manakala perawat telah berupaya dengan sungguh-sungguh, sesuai dengan


kemampuan dan pengalaman rata-rata seorang perawat dengan kualifikasi

yang sama, maka dia telah bekerja dengan memenuhi standar profesi.
2. Standar asuhan keperawatan
Standar Asuhan Perawat yang disusun oleh Tim Depertemen

Kesehatan Republik Indonesia diberlakukan sebagai Standar Asuhan

Perawatan di Rumah Sakit berdasarkan Keputusan Direktur Jendral Pelayanan

Medik Nomor Y.M.00.03.2.6.7637, pada tanggal 18 Agustus 1993. Keputusan

ini mengacu pada Sistem Kesehatan Nasional dan UU 23/1992.

Standar Asuhan Perawatan terdiri dari delapan standar yang harus dipahami

dan dilaksaakan oleh perawat dalam memberikan pelayanan kesehatan,

khususnya pelayanan keperawatan, yaitu :


Standar I : Berisi filsafah keperawatan. Falsafah adalah pandangan

hidup, anggapan, gagasan, dan sikap batin yang paling umum yang dimiliki

oleh orang atau masyarakat. Falsafah keperawatan berisi nilai-nilai yang

dijadikan pedoman dan harus ada dalam asuhan keperawatan.


Standar II : Berisi tujuan asuhan keperawatan. Tujuan asuhan

keperawatan pada dasarnya adalah meningkatkan status kesehatan, mencegah

penyakit, memperbaiki status kesehatan, dan membantu pasien mengatasi

masalah kesehatan.
Standar III : Mnenentukan pengkajian keperawatan. Untuk

memberikan asuhan keperawatan yang paripurna diperlukan data yang

lengkap dan dikumpulkan secara terus-menerus, tentang keadaan pasien untuk

menentukan kebutuhan asuhan keperawatan.


Standar IV : Tentang diagnose keperawatan. Diagnose ini dirumuskan

berdasarkan data status kesehatan pasien yang dihasilkan pada fase pengkajian
untuk menentukan kebutuhan asuhan keperawatan. Data dianalisis dan

dibandingkan dengan norma yang berlaku dan pola fungsi kehidupan pasien.
Standar V : Tentang perencanaan keperawatan. Perencanaan

keperawatan disusun berdasarkan diagnose keperawatan. Di dalamnya

menunjukkan prioritas masalah, tujuan yang ingin dicapai dalam asuhan

keperawatan berikut rencana tindakan yang akan dilakukan perawat untuk

mencapainya. Tindakan yang direncanakan didalamnya hanyalah tindakan

yang bersifat care yang merupakan kewenangan perawat.


Standar VI : Menentukan intervensi keperawatan, Intervensi

keperawatan merupakan pelaksanaan tindakan yang telah ditentukan dalam

rencana keperawatan. Implementasi atas rencana keperawatan dalam sebuah

asuhan keperawatan dengan maksud mengupayakan pemenuhan kebutuhan

pasien secara maksimal yang mencakup aspek peningkatan, pemeliharaan,

serta pemulihan kesehatan dengan mengikutsertakan pasien dan keluarganya.

Hal ini berbeda dengan pelayanan medis oleh dokter berupa penyembuhan

penyakit yang diupayakan dengan tindakan medic tertentu berupa pengobatan

atau tindakan lain (aspek kuratif).


Standar VII : Menentukan evaluasi keperawatan. Evaluasi dilakukan

dengan melibatkan pasien dan tenaga kesehatan lain. Hal itu dilakukan secara

periodic, sistematis, dan berencana untuk menilai perkembangan pasien

setelah dilakukannya tindkan keperawatan yang telah direncanakan dan

dilaksanakan dalam asuhan keperawatan. Hasilnya dipergunakan sebagai

dasar pertimbangan bagi tindakan kperawatan selanjutnya, apakah rencana


yang telah disusun dilanjutkan pelaksanaanya atau diadakan perubahan

apabila dipertimbangkan jika rencana tetap dijalankan tujuan tidak tercapai.

Standar VIII : Tentan catatan asuhan keperawatan. Setiap informasi tentang

pasien yang berkaitan tentang kondisi kesehatan, analisis perawat dan

kesimpulannya, rencana dan tujuan tindakan serta implementasi dari rencana

beserta hasilnya harus dicatat.

PEDOMAN TRIASE

Pengertian dan definisi Triase

Triase Adalah Proses khusus Memilah dan memilih pasien berdasarkan

beratnya penyakit menentukan prioritas perawatan gawat medik serta prioritas

transportasi. artinya memilih berdasarkan prioritas dan penyebab ancaman hidup.

Triase/Triage merupakan suatu sistem yang digunakan dalam mengidentifikasi

korban dengan cedera yang mengancam jiwa untuk kemudian diberikan prioritas

untuk dirawat atau dievakuasi ke fasilitas kesehatan.

Tujuan Triase perawatan gawat darurat

1. Identifikasi cepat korban yang memerlukan stabilisasi segera, Ini lebih

ke perawatan yang dilakukan di lapangan.


2. Identifikasi korban yang hanya dapat diselamatkan dengan

pembedahan
3. Untuk mengurangi jatuhnya korban jiwa dan kecacatan. Inilah tiga

alasan dan tujuan dilakukannya triase gawat darurat PPGD

Prinsip-prinsip Triase dan Tata cara melakukan Triase

Triase dilakukan berdasarkan observasi Terhadap 3 hal, yaitu :

1. Pernafasan ( respiratory)
2. Sirkulasi (perfusion)
3. Status Mental (Mental State)

Dalam pelaksanaannya biasanya dilakukan Tag label Triase (Label Berwarna) yang

dipakai oleh petugas triase untuk mengidentifikasi dan mencatat kondisi untuk

tindakan medis terhadap korban.

Pengelompokan Triase berdasarkan Tag label

1. Prioritas Nol (Hitam)

Pasien meninggal atau cedera Parah yang jelas tidak mungkin untuk

diselamatkan. pengelompokan label Triase

2. Prioritas Pertama (Merah)


Penderita Cedera berat dan memerlukan penilaian cepat dan tindakan

medik atau transport segera untuk menyelamatkan hidupnya. Misalnya penderita


gagal nafas, henti jantung, Luka bakar berat, pendarahan parah dan cedera kepala

berat.
3. Prioritas kedua (kuning)

Pasien memerlukan bantuan, namun dengan cedera dan tingkat yang

kurang berat dan dipastikan tidak akan mengalami ancaman jiwa dalam waktu

dekat. misalnya cedera abdomen tanpa shok, Luka bakar ringan, Fraktur atau

patah tulang tanpa Shok dan jenis-jenis penyakit lain.

4. Prioritas Ketiga (Hijau)

Pasien dengan cedera minor dan tingkat penyakit yang tidak

membutuhkan pertolongan segera serta tidak mengancam nyawa dan tidak

menimbulkan kecacatan. Nah mungkin anda masuk dalam kategori yang ini,

jadi Jangan marah-marah dan jangan heran kenapa anda tidak langsung

mendapatkan perawatan di Ruang UGD sementara mereka harus menolong

pasien lain yang lebih parah.

Klasifikasi Triase

Triase di tempat

Dilakukan Di tempat korban di temukan atau pada tempat penampungan,

triase ini dilakukan oleh tim pertolongan pertama sebelum korban dirujuk ke tempat

pelayanan medik lanjutan.

Triase Medic
Dilakukan pada saat Korban memasuki Pos pelayanan medik lanjutan yang

bertujuan Untuk menentukan tingkat perawatan dan tindakan pertolongan yang di

butuhkan oleh korban. atau triase ini sering disebut dengan Triase Unit gawat darurat

Triase Evakuasi

Triase ini ditunjukkan pada korban yang dapat dipindahkan pada rumah sakit

yang telah siap menerima korban. seperti Bencana massal contohnya Saat Tsunami,

Gempa bumi, atau bencana besar lain. Next artikel Bantuan Hidup Dasar

Anda mungkin juga menyukai