DosenPengampu:
DisusunOleh :
Derisman (PO7120118026)
Tingkat IIIA
A. Definisi Triase
B. Triase Bencana
Kriteria Deskripsi
Merah Korban dalam kondisi kritis dan membutuhkan pertolongan segera
Kuning Korban tidak dalam kondisi kritis namun membutuhkan pertolongan
segera
Hijau Trauma minor dan masihmampu berjalan (walking wounded)
Hitam Meninggal
C. Jenis – Jenis Triase di indonesia dan di berbagai negara
Triase rumah sakit bertujuan menetapkan kondisi yang paling mengancam nyawa agar
dapat mengerahkan segala daya upaya dan fokus untuk melakukan pertolongan medis
pada pasien sampai keluhan pasien dan semua parameter hemodinamik terkendali.Prinsip
yang dianut adalah bagaimana agar pasien mendapatkan jenis dan kualitas
pelayananmedik yang sesuai dengan kebutuhan klinis (prinsip berkeadilan) dan
penggunaansumber daya unit yang tepat sasaran (prinsip efisien).
1. Merah: Kode warna merah diberikan kepada pasien yang jika tidak diberikan
penanganan dengan cepat maka pasien pasti akan meninggal, dengan syarat pasien
tersebut masih memiliki kemungkinan untuk dapat hidup. Contohnya seperti pasien
dengan gangguan pernapasan, trauma kepala dengan ukuran pupil mata yang tidak
sama, dan perdarahan hebat.
2. Kuning: Kode warna kuning diberikan kepada pasien yang memerlukan perawatan
segera, namun masih dapat ditunda karena ia masih dalam kondisi stabil. Pasien
dengan kode kuning masih memerlukan perawatan di rumah sakit dan pada kondisi
normal akan segera ditangani. Contohnya seperti pasien dengan patah tulang di
beberapa tempat, patah tulang paha atau panggul, luka bakar luas, dan trauma kepala.
3. Hijau: Kode warna hijau diberikan kepada mereka yang memerlukan perawatan
namun masih dapat ditunda. Biasanya pasien cedera yang masih sadar dan bisa
berjalan masuk dalam kategori ini. Ketika pasien lain yang dalam keadaan gawat
sudah selesai ditangani, maka pasien dengan kode warna hijau akan ditangani.
Contohnya seperti pasien dengan patah tulang ringan, luka bakar minimal, atau luka
ringan.
4. Hitam: Kode warna hitam diberikan kepada pasien yang setelah diperiksa tidak
menunjukkan tanda-tanda kehidupan. Misalnya, mereka yang masih hidup namun
mengalami cedera yang amat parah sehingga meskipun segera ditangani, pasien tetap
akan meninggal.
Triase Indonesia
Sistim triase modern rumah sakit yang saat ini berkembang disusun sedemikian
rupa untuk membantu mengambil keputusan yang konsisten. Semua metode triase lima
level menetapkan petugasyang melaksanakan triase adalah perawat yang sudah terlatih.
Namun tidak menutup kemungkinan dokter terlatih yang melakukan triase untuk
kondisi-kondisi unit gawat darurat khusus (pusat rujukan nasional, pusat rujukan trauma).
Triase Australia
Sekitar tahun 1980an dimulai konsep triase lima tingkat di Rumah Sakit
Ipswich, Queensland, Australia.6Konsep yang sama juga dikembangkan di rumah sakit Box
Hill, Victoria, Australia. Pembagian tingkatan ini berdasarkan tingkat kesegeraan (urgency)
dari kondisi pasien. Validasi sistim triase ini menunjukkan hasil yang lebih baik
dan konsisten dibandingkan triase konvensional dan mulai di adopsi unit gawat
darurat di seluruh Australia. Sistim nasional ini disebut dengan National Triage
Scale(NTS) dan kemudian berubah nama menjadi Australia Triage Scale(ATS).
Australian Triage Scale(ATS) mulai berlaku sejaktahun 1994, dan terus mengalami
perbaikan. Saat ini sudah ada kurikulum resmi dari kementerian kesehatan Australia
untuk pelatihan ATS sehingga dapat diterapkansesuai standaroleh perawat-perawat
triase. Konsep ATS ini kemudian menjadi dasar berkembangnya sistim triase di Inggris
dan Kanada.
Di Australia, proses triase dilakukan oleh perawat gawat darurat. Karena triase sangat
diperlukan untukalur pasien dalam UGD yang lancar dan aman, Australia memiliki pelatihan
resmi triase untuk perawat dan dokter. Tujuan pelatihan adalah untuk meningkatkan
konsistensi peserta dalam menetapkan kategori triase dan menurunkan lama pasien berada di
UGD.
Triase Kanada
Triase Kanada disebut dengan The Canadian Triage and Acuity Scale (CTAS).
Pertama kali dikembangkan tahun 1990 oleh dokter yang bergerak dibidang gawat
darurat. Konsep awal CTAS mengikuti konsep ATS, dimana prioritas pasien disertai
dengan waktu yang diperlukan untuk mendapatkan penanganan awal. CTAS juga
dilengkapi dengan rangkuman keluhan dan tanda klinis khusus untuk membantu petugas
melakukan identifikasi sindromyang dialami pasien dan menentukan level triase.
Metode CTAS juga mengharuskan pengulangan triase (re-triage) dalam jangka waktu
tertentu atau jika ada perubahan kondisi pasien ketika dalam observasi.
Triase Inggris
Triase Inggris disebut juga dengan Manchester Triage Scale(MTS). Metode ini
digunakan terutama di Inggris dan Jerman. Ciri khas MTS adalah identifikasi sindrom
pasien yang datang ke unit gawat darurat diikuti oleh algoritma untuk mengambil
keputusan. Berdasarkan keluhan utama pasien, ditetapkan 52 algoritma contohnya
algoritma trauma kepala, dan algoritma nyeri perut. Dalam tiap algoritma ada
diskriminator yang menjadi landasan pengambilan keputusan, diskriminator tersebut
adalah kondisi klinis yang merupakan tanda vital seperti tingkat kesadaran, derajat
nyeri, dan derajat obstruksi jalan nafas.
Ketika ada pasien yang datang ke unit gawat darurat, petugas triase akan
menentukan keluhan utama yang pasien atau pengantar sampaikan lalu menyesuaikan
masalah yang disampaikan dengan algoritma yang ada, dan melakukan pengambilan
keputusan sesuai yang telah ditetapkan dalam masing-masing algoritma.
Triase Amerika Serikat disebut juga dengan Emergency Severity Index (ESI)
dan pertama kali dikembangkan di akhir tahun 90an.Ditandai dengan dibentuknyaJoint
Triage Five Level Task Forceoleh The Emergency Nursing Association(ENA) dan
American College of Physician(ACEP) untuk memperkenalkan lima kategori triase
untuk menggantikan tiga kategori sebelumnya. Perubahan ini berdasarkan pertimbangan
kebutuhan akan presisi dalam menentukan prioritas pasien diUGD, sehingga pasien
terhindar dari keterlambatan pengobatan akibat kategorisasi terlalu rendah, atau
sebaliknya pemanfaatan UGD yang berlebihan untuk pasien yang non urgen akibat
kategorisasi terlalu tinggi.
Metode ESImenentukan prioritas penanganan awal berdasarkan sindrom yang
menggambarkan keparahan pasien dan perkiraan kebutuhan sumber daya unit gawat
darurat yang dibutuhkan (pemeriksaan laboratorium, radiologi, konsultasi spesialis
terkait, dan tindakan medik di unit gawat darurat).
Apabila ada pasien baru datang ke unit gawat darurat, maka petugas triase akan
melakukan dua tahap penilaian, tahap pertama adalah menentukan keadaan awal pasien
apakah berbahaya atau tidak, bila berbahaya maka kondisi pasien termasuk level 1
atau 2.
https://www.researchgate.net/profile/Hadiki_Habib/publication/311715654_Triase_M
odern_Rumah_Sakit_dan_Aplikasinya_di_Indonesia/links/58576da608aeff086bfbd53d/Trias
e-Modern-Rumah-Sakit-dan-Aplikasinya-di-Indonesia.pdf
http://eprints.ums.ac.id/id/eprint/44692h.
https://id.scribd.com/document/355662084/Jenis-Jenis-Triage-New
https://www.sciencedirect.com/science/article/abs/pii/S0965230205000706