Anda di halaman 1dari 7

Keperawatan Gawat Daruat

DosenPengampu:

Sukma Wicaturatmashudi, M. Kep, Sp. KMB

DisusunOleh :

Derisman (PO7120118026)

Tingkat IIIA

PRODI DIII KEPERAWATAN


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PALEMBANG
TAHUN AJARAN 2019/2020
JENIS – JENIS TRIAGE DI DALAM DAN DI LUAR NEGERI

A. Definisi Triase

Triase adalah proses pengambilan keputusan yang kompleks dalam rangka


menentukan pasien mana yang berisiko meninggal,berisiko mengalami kecacatan, atau
berisiko memburuk keadaan klinisnya apabila tidak mendapatkan penanganan medis segera,
dan pasien mana yang dapat dengan aman menunggu. Berdasarkan definisi ini, proses triase
diharapkan mampu menentukan kondisi pasien yang memang gawat darurat, dan kondisi
yang berisiko gawat darurat.

Untuk membantu mengambil keputusan, dikembangkan suatu sistim penilaian kondisi


medis dan klasifikasi keparahan dan kesegeraan pelayanan berdasarkan keputusan yang
diambil dalam proses triase. Penilaian kondisi medis triase tidak hanya melibatkan komponen
topangan hidup dasar yaitu jalan nafas (airway), pernafasan (breathing) dan sirkulasi
(circulation)atau disebut juga ABC approach, tapi juga melibatkan berbagai keluhan pasien
dan tanda-tanda fisik. Penilaian kondisi ini disebut dengan penilaian berdasarkan kumpulan
tanda dan gejala (syndromic approach).Contoh sindrom yang lazim dijumpai di unit gawat
darurat adalah nyeri perut, nyeri dada, sesak nafas, dan penurunan kesadaran.

B. Triase Bencana

Triase konvensional yang dikembangkan di medan perang dan medan bencana


menetapkan sistim pengambilan keputusan berdasarkan keadaan hidup dasaryaitu ABC
approachdan fokus pada kasus-kasus trauma. Setelahkriteria triaseditentukan, maka
tingkat kegawatan dibagi dengan istilah warna, yaitu warna merah, warna kuning,
warna hijau dan warna hitam. Penyebutan warna ini kemudian diikuti dengan
pengembangan ruang penanganan medis menjadi zona merah, zona kuning, dan zona
hijau(tabel 1).Triase bencana bertujuan untuk mengerahkan segala daya upaya yang ada
untuk korban-korban yang masih mungkin diselamatkan sebanyak mungkin (do the most
good for the most people).

1. Tabel Triase Bencana

Kriteria Deskripsi
Merah Korban dalam kondisi kritis dan membutuhkan pertolongan segera
Kuning Korban tidak dalam kondisi kritis namun membutuhkan pertolongan
segera
Hijau Trauma minor dan masihmampu berjalan (walking wounded)
Hitam Meninggal
C. Jenis – Jenis Triase di indonesia dan di berbagai negara

Triase rumah sakit bertujuan menetapkan kondisi yang paling mengancam nyawa agar
dapat mengerahkan segala daya upaya dan fokus untuk melakukan pertolongan medis
pada pasien sampai keluhan pasien dan semua parameter hemodinamik terkendali.Prinsip
yang dianut adalah bagaimana agar pasien mendapatkan jenis dan kualitas
pelayananmedik yang sesuai dengan kebutuhan klinis (prinsip berkeadilan) dan
penggunaansumber daya unit yang tepat sasaran (prinsip efisien).

Jenis – Jenis triase di Rumah Sakit meliputi :

1. Merah: Kode warna merah diberikan kepada pasien yang jika tidak diberikan
penanganan dengan cepat maka pasien pasti akan meninggal, dengan syarat pasien
tersebut masih memiliki kemungkinan untuk dapat hidup. Contohnya seperti pasien
dengan gangguan pernapasan, trauma kepala dengan ukuran pupil mata yang tidak
sama, dan perdarahan hebat.
2.  Kuning: Kode warna kuning diberikan kepada pasien yang memerlukan perawatan
segera, namun masih dapat ditunda karena ia masih dalam kondisi stabil. Pasien
dengan kode kuning masih memerlukan perawatan di rumah sakit dan pada kondisi
normal akan segera ditangani. Contohnya seperti pasien dengan patah tulang di
beberapa tempat, patah tulang paha atau panggul, luka bakar luas, dan trauma kepala.
3. Hijau: Kode warna hijau diberikan kepada mereka yang memerlukan perawatan
namun masih dapat ditunda. Biasanya pasien cedera yang masih sadar dan bisa
berjalan masuk dalam kategori ini. Ketika pasien lain yang dalam keadaan gawat
sudah selesai ditangani, maka pasien dengan kode warna hijau akan ditangani.
Contohnya seperti pasien dengan patah tulang ringan, luka bakar minimal, atau luka
ringan.
4. Hitam: Kode warna hitam diberikan kepada pasien yang setelah diperiksa tidak
menunjukkan tanda-tanda kehidupan. Misalnya, mereka yang masih hidup namun
mengalami cedera yang amat parah sehingga meskipun segera ditangani, pasien tetap
akan meninggal.
Triase Indonesia

Sistim triase modern rumah sakit yang saat ini berkembang disusun sedemikian
rupa untuk membantu mengambil keputusan yang konsisten. Semua metode triase lima
level menetapkan petugasyang melaksanakan triase adalah perawat yang sudah terlatih.
Namun tidak menutup kemungkinan dokter terlatih yang melakukan triase untuk
kondisi-kondisi unit gawat darurat khusus (pusat rujukan nasional, pusat rujukan trauma).

Beberapa karakteristik pasien di Indonesia yang berbeda dengan diluar negeri


antara lain di Indonesia kasus-kasus berat diantar ke IGD oleh keluarga atau
pendamping, bukan dengan ambulans medik, sehingga perlu ada evaluasi singkat
mengenai keluhan utama pasien atau mekanisme trauma, pasien yang datang ke
IGD memiliki komorbid lebih banyak, cara menyampaikan keluhan berbeda-beda
tergantung dari latar belakang budaya, serta banyak dijumpai kasus penyakit tropik dan
infeksi seperti demam berdarah dengue, demam typhoid, malaria, chikunguya, dan
leptospirosis.

Triase Australia

Sekitar tahun 1980an dimulai konsep triase lima tingkat di Rumah Sakit
Ipswich, Queensland, Australia.6Konsep yang sama juga dikembangkan di rumah sakit Box
Hill, Victoria, Australia. Pembagian tingkatan ini berdasarkan tingkat kesegeraan (urgency)
dari kondisi pasien. Validasi sistim triase ini menunjukkan hasil yang lebih baik
dan konsisten dibandingkan triase konvensional dan mulai di adopsi unit gawat
darurat di seluruh Australia. Sistim nasional ini disebut dengan National Triage
Scale(NTS) dan kemudian berubah nama menjadi Australia Triage Scale(ATS).
Australian Triage Scale(ATS) mulai berlaku sejaktahun 1994, dan terus mengalami
perbaikan. Saat ini sudah ada kurikulum resmi dari kementerian kesehatan Australia
untuk pelatihan ATS sehingga dapat diterapkansesuai standaroleh perawat-perawat
triase. Konsep ATS ini kemudian menjadi dasar berkembangnya sistim triase di Inggris
dan Kanada.

Di Australia, proses triase dilakukan oleh perawat gawat darurat. Karena triase sangat
diperlukan untukalur pasien dalam UGD yang lancar dan aman, Australia memiliki pelatihan
resmi triase untuk perawat dan dokter. Tujuan pelatihan adalah untuk meningkatkan
konsistensi peserta dalam menetapkan kategori triase dan menurunkan lama pasien berada di
UGD.
Triase Kanada

Triase Kanada disebut dengan The Canadian Triage and Acuity Scale (CTAS).
Pertama kali dikembangkan tahun 1990 oleh dokter yang bergerak dibidang gawat
darurat. Konsep awal CTAS mengikuti konsep ATS, dimana prioritas pasien disertai
dengan waktu yang diperlukan untuk mendapatkan penanganan awal. CTAS juga
dilengkapi dengan rangkuman keluhan dan tanda klinis khusus untuk membantu petugas
melakukan identifikasi sindromyang dialami pasien dan menentukan level triase.
Metode CTAS juga mengharuskan pengulangan triase (re-triage) dalam jangka waktu
tertentu atau jika ada perubahan kondisi pasien ketika dalam observasi.

Pengambilan keputusan dalam sistim CTAS berdasarkan keluhan utama pasien,


dan hasil pemeriksaan tanda vital yang meliputi tingkat kesadaran, nadi, pernafasan,
tekanan darah, dan nyeri. Penilaian dilakukan selama 2-5 menit, namun bila pasien
dianggap kategori CTAS 1 dan 2, maka harus segera dikirim ke area terapi.

Triase Inggris

Triase Inggris disebut juga dengan Manchester Triage Scale(MTS). Metode ini
digunakan terutama di Inggris dan Jerman. Ciri khas MTS adalah identifikasi sindrom
pasien yang datang ke unit gawat darurat diikuti oleh algoritma untuk mengambil
keputusan. Berdasarkan keluhan utama pasien, ditetapkan 52 algoritma contohnya
algoritma trauma kepala, dan algoritma nyeri perut. Dalam tiap algoritma ada
diskriminator yang menjadi landasan pengambilan keputusan, diskriminator tersebut
adalah kondisi klinis yang merupakan tanda vital seperti tingkat kesadaran, derajat
nyeri, dan derajat obstruksi jalan nafas.

Ketika ada pasien yang datang ke unit gawat darurat, petugas triase akan
menentukan keluhan utama yang pasien atau pengantar sampaikan lalu menyesuaikan
masalah yang disampaikan dengan algoritma yang ada, dan melakukan pengambilan
keputusan sesuai yang telah ditetapkan dalam masing-masing algoritma.

Triase Amerika Serikat

Triase Amerika Serikat disebut juga dengan Emergency Severity Index (ESI)
dan pertama kali dikembangkan di akhir tahun 90an.Ditandai dengan dibentuknyaJoint
Triage Five Level Task Forceoleh The Emergency Nursing Association(ENA) dan
American College of Physician(ACEP) untuk memperkenalkan lima kategori triase
untuk menggantikan tiga kategori sebelumnya. Perubahan ini berdasarkan pertimbangan
kebutuhan akan presisi dalam menentukan prioritas pasien diUGD, sehingga pasien
terhindar dari keterlambatan pengobatan akibat kategorisasi terlalu rendah, atau
sebaliknya pemanfaatan UGD yang berlebihan untuk pasien yang non urgen akibat
kategorisasi terlalu tinggi.
Metode ESImenentukan prioritas penanganan awal berdasarkan sindrom yang
menggambarkan keparahan pasien dan perkiraan kebutuhan sumber daya unit gawat
darurat yang dibutuhkan (pemeriksaan laboratorium, radiologi, konsultasi spesialis
terkait, dan tindakan medik di unit gawat darurat).

Apabila ada pasien baru datang ke unit gawat darurat, maka petugas triase akan
melakukan dua tahap penilaian, tahap pertama adalah menentukan keadaan awal pasien
apakah berbahaya atau tidak, bila berbahaya maka kondisi pasien termasuk level 1
atau 2.

Pasien dikelompokkan kedalam level 1 apabila terjadi ganggguan di tanda vital


yang mengancam nyawa seperti henti jantung paru dan sumbatan jalan nafas. Pasien
dengan tanda vital tidak stabil dan sindrom yang potensial mengancam akan
dikelompokkan ke level 2 seperti nyeri dada tipikal, perubahan kesadaran mendadak,
nyeri berat, curiga keracunan, dan gangguan psikiatri dengan risiko membahayakan diri
pasien atau orang lain.Pasien yang tidak memenuhi kriteria level 1 dan 2 akan
memasuki tahap penilaian kedua yaitu perkiraan kebutuhan pemakaian sumber daya
UGD (pemeriksaan laboratorium, pemeriksaan radiologi, tindakan atau terapi intravena)
dan pemeriksaan tanda vital lengkap. Apabila saat triase diperkirakan pasien yang
datang tidak membutuhkan pemeriksaan penunjang dan terapiintravena, maka pasien
termasuk kategori 5, apabila pasien diperkirakan perlu menggunakan satu sumber daya
UGD (laboratorium atau x ray atau EKG, atau terapi intravena) maka termasuk
kategori 4, apabila pasien diperkirakan membutuhkan lebih dari satu sumber daya
UGD untuk mengatasi masalah medisnya, maka akan masuk kategori 3 (apabila
hemodinamik stabil) atau kategori 2 (apabila hemodinamik tidak stabil).Analisis sistematik
yang dilakukan Christ menunjukkan bahwa ESI dan CTAS adalah sistim triase yang
memiliki reliabilitas paling baik.
DAFTAR PUSTAKA

https://www.researchgate.net/profile/Hadiki_Habib/publication/311715654_Triase_M
odern_Rumah_Sakit_dan_Aplikasinya_di_Indonesia/links/58576da608aeff086bfbd53d/Trias
e-Modern-Rumah-Sakit-dan-Aplikasinya-di-Indonesia.pdf

http://eprints.ums.ac.id/id/eprint/44692h.

https://id.scribd.com/document/355662084/Jenis-Jenis-Triage-New

https://www.sciencedirect.com/science/article/abs/pii/S0965230205000706

Australian Government Department of Health and Aging. Emergency Triage


Education Kit. Department of Health and Aging. 2009

Anda mungkin juga menyukai