Kajian PPDK 214 - 2007
Kajian PPDK 214 - 2007
Oleh :
Kelompok Kerja Penyempurnaan Petunjuk Penyelenggaraan
Dewan Kerja Pramuka Penegak dan Pramuka Pandega
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah
kajian dan usulan ini, oleh karena itu kritik dan saran yang membangun sangat
penyusun harapkan. Semoga tulisan ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan
Pramuka Pandega.
Penyusun,
ii
DAFTAR ISI
iii
DAFTAR TABEL
iv
KAJIAN
PETUNJUK PENYELENGGARAAN DEWAN KERJA
KWARTIR NASIONAL GERAKAN PRAMUKA
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Gerakan Pramuka adalah organisasi yang dibentuk oleh pramuka untuk
menyelenggarakan pendidikan kepramukaan. Fungsi Gerakan Pramuka adalah
sebagai wadah untuk mencapai tujuan pramuka melalui pendidikan dan pelatihan
pramuka, pengembangan pramuka, pengabdian masyarakat dan orang tua dan
permainan yang berorientasi pada pendidikan. Tujuan dibentuknya Gerakan
Pramuka untuk membentuk setiap pramuka agar memiliki kepribadian yang
beriman, bertakwa, berakhlak mulia, berjiwa patriotik, taat hukum, disiplin,
menjunjung tinggi nilai-nilai luhur bangsa, dan memiliki kecakapan hidup sebagai
kader bangsa dalam menjaga dan membangun Negara Kesatuan Republik
Indonesia, mengamalkan Pancasila, serta melestarikan lingkungan hidup (UU
Nomor 12 Tahun 2010).
Kecakapan hidup sebagai kader bangsa terdiri dari berbagai keterampilan baik
keterampilan untuk bertahan hidup maupun keterampilan untuk mengelola dan
memimpin. Kwartir sebagai pengelola kegiatan kepramukaan di setiap wilayah
membentuk Dewan Kerja Pramuka Penegak dan Pramuka Pandega untuk
memfasilitasi Pramuka khususnya Pramuka Penegak dan Pramuka Pandega guna
memberikan bekal keterampilan dalam mengelola dan memimpin (Keputusan
Munas Nomor 11/Munas/2013).
Dewan Kerja Pramuka Penegak dan Pramuka Pandega (Dewan Kerja)
merupakan wadah pembinaan dan pengembangan kaderisasi kepemimpinan
ditingkat Kwartir yang beranggotakan Pramuka Penegak dan Pramuka Pandega
Putri Putra, bersifat kolektif kolegial yang merupakan bagian integral dari
Kwartir, berkedudukan sebagai badan kelengkapan Kwartir yang diberi
wewenang dan kepercayaan untuk mengelola Pramuka Penegak dan Pramuka
Pandega. Sebagai pengelola pembinaan Pramuka Penegak dan Pramuka Pandega,
1
2
Dasar Pelaksanaan
1. Undang – Undang Republik Indonesia Nomor : 12 Tahun 2010 tentang
Gerakan Pramuka
2. Keputusan Musyawarah Nasional Gerakan Pramuka Nomor : 11/Munas/2013
tentang Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga.
3. Keputusan Kwartir Nasional Nomor : 176 Tahun 2013 tentang Petunjuk
Penyelenggaraan Pola dan Mekanisme Pembinaan Pramuka Penegak dan
Pramuka Pandega.
4. Keputusan Kwartir Nasional Nomor : 214 Tahun 2007 tentang Petunjuk
Penyelenggaraan Dewan Kerja
5. Hasil Sidang Paripurna Pramuka Penegak dan Pramuka Pandega Kwartir
Nasional Gerakan Pramuka tahun 2014.
6. Keputusan Kwartir Nasional No 086 tahun 2015 tentang pembentukan
kelompok kerja pembaharuan ppdk.
3
Rumusan Permasalahan
1. Apa urgensi adanya Dewan Kerja Pramuka Penegak dan Pramuka
Pandega?
2. Bagaimana pelaksanaan Petunjuk Penyelenggaraan Dewan Kerja di setiap
Kwartir Daerah?
3. Bagaimana kaitan Undang – Undang Gerakan Pramuka, Anggaran Dasar
dan Anggaran Rumah Tangga Gerakan Pramuka, Pola dan Mekanisme
Pembinaan Pramuka Penegak dan Pramuka Pandega dengan Petunjuk
Penyelenggaraan Dewan Kerja?
4
Metode Penelitian
Kajian ini merupakan kajian kualitatif deskriptif terhadap Undang-Undang
Gerakan Pramuka, Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga Gerakan
Pramuka, Petunjuk Penyelenggaraan Pola dan Mekanisme Pembinaan Pramuka
Penegak dan Pramuka Pandega dan Petunjuk Penyelenggaraan Dewan Kerja. Data
yang diperoleh berasal dari Dewan Kerja se-Indonesia. Pengumpulan data
dilakukan dengan cara menyebarkan kuisioner, wawancara dan diskusi serta studi
pustaka. Kajian ini dilakukan pada bulan April s.d. Juni 2015. Data tersebut akan
memberikan gambaran pencapaian dan evaluasi pelaksanaan Petunjuk
Pelaksanaan Dewan Kerja Pramuka Penegak dan Pramuka Pandega serta saran
perbaikannya.
BAB II
DASAR TEORI
Gerakan Pramuka
Gerakan Pramuka pertama kali dibentuk berdasarkan Keputusan Presiden
Nomor 238 Tahun 1981. Dalam keputusan tersebut seluruh organisasi kepanduan
melebur menjadi satu yaitu Gerakan Praja Muda Karana atau Gerakan Pramuka.
Gerakan Pramuka juga merupakan satu-satunya badan di wilayah NKRI yang
diperbolehkan menyelenggarakan kepramukaan bagi anak dan pemuda Indonesia.
Organisasi lain yang menyerupai, yang sama dan sama sifatnya dengan Gerakan
Pramuka dilarang adanya. Perkembangan yang terjadi di Indonesia sangat
mempengaruhi Gerakan Pramuka hingga pada tahun 2010 Rancangan Undang -
Undang Gerakan Pramuka disahkan menjadi Undang – Undang Gerakan Pramuka
(Pusdiklatda DIY, 2011).
Gerakan Pramuka adalah organisasi yang dibentuk oleh pramuka untuk
menyelenggarakan pendidikan kepramukaan. Fungsi Gerakan Pramuka adalah
sebagai wadah untuk mencapai tujuan pramuka melalui pendidikan dan pelatihan
pramuka, pengembangan pramuka, pengabdian masyarakat dan orang tua dan
permainan yang berorientasi pada pendidikan. Tujuan dibentuknya Gerakan
Pramuka untuk membentuk setiap pramuka agar memiliki kepribadian yang
beriman, bertakwa, berakhlak mulia, berjiwa patriotik, taat hukum, disiplin,
menjunjung tinggi nilai-nilai luhur bangsa, dan memiliki kecakapan hidup sebagai
kader bangsa dalam menjaga dan membangun Negara Kesatuan Republik
Indonesia, mengamalkan Pancasila, serta melestarikan lingkungan hidup. Gerakan
Pramuka dikelola oleh kwartir yang dipimpin secara kolektif pada setiap tingkatan
wilayah (UU Nomor 12 Tahun 2010).
Anggota Gerakan Pramuka adalah warga negara Republik Indonesia yang
terdiri dari anggota biasa (anggota muda dan anggota dewasa) dan anggota
kehormatan (anggota yang diangkat karena jasanya kepada Gerakan Pramuka).
Anggota muda adalah anggota Gerakan Pramuka yang berusia 7 – 25 tahun
disebut peserta didik. Anggota muda terdiri dari pramuka siaga (7 – 10 tahun),
5
6
dewasa yang memberikan saran mengenai sasaran pada aspirasi dan rasa percaya
diri terhadap pilihan pekerjaan saat ini.
Penegak dikiaskan sebagai masa pemuda menegakkan kemerdekaan bangsa
yaitu peristiwa-peristiwa yang terjadi di sekitar tahun 1945. Peristiwa tersebut
berlanjut ke masa mengisi kemerdekaan dengan memandegani
(memprakarsai/memelopori) pembangunan bangsa yang merupakan kiasan dasar
dari golongan pandega (Kwarnas, 2011a).
Satuan terkecil golongan penegak disebut sangga, terdiri dari 4 – 8 orang.
Ambalan adalah wadah pembinaan bagi pramuka penegak di gugus depan.
Ambalan terdiri dari 3 – 4 sangga dan dipimpin oleh seorang pradana. Setiap
pramuka penegak wajib menempuh Syarat Kecakapan Umum (SKU) Penegak
Bantara dan Penegak Laksana (Kwartir Nasional, 2011a). Syarat Kecakapan
Umum merupakan kurikulum pendidikan kepramukaan yang diperuntukkan bagi
peserta didik untuk mencapai tingkat tertentu dalam setiap jenjang (Keputusan
Munas Nomor 11/Munas/2013).
Pandega adalah anggota muda Gerakan Pramuka yang berusia 21 – 25 tahun,
yang bisa juga disebut sebagai Senior Rover, merupakan masa awal dewasa (early
adulthood) menurut Teori Jean Peaget (Piaget, J., 2000). Pembinaan Pramuka
Pandega dilakukan mulai dari tingkat gugusdepan dalam satuan yang disebut
Racana.
Masa usia ini (Pandega) merupakan masa perkembangan yang bermula pada
akhir usia belasan tahun atau awal usia dua puluhan tahun dan yang berakhir pada
usia tiga puluhan tahun. Ini adalah masa pembentukan kemandirian pribadi, masa
mempersiapkan untuk berkarir, dan membentuk ideologi pribadi yang di
dalamnya juga meliputi penerimaan terhadap nilai dan sistem etik (Kwarnas,
2011b).
Selama masa dewasa, dunia sosial dan personal dari individu menjadi lebih
luas dan kompleks dibandingkan dengan masa-masa sebelumnya. Pada masa
dewasa ini, individu memasuki peran kehidupan yang lebih luas. Pola dan tingkah
laku sosial orang dewasa berbeda dalam beberapa hal dari orang yang lebih muda.
Perbedaan tersebut tidak disebabkan oleh perubahan fisik dan kognitif yang
9
12
13
bidang. Pembidangan yang sudah berjalan ada 4 bidang yaitu bidang kajian
kepramukaan, kegiatan kepramukaan, pengabdian masyarakat dan evaluasi dan
pengembangan.
Secara keanggotaan, banyak anggota Dewan Kerja yang tidak aktif di
gugusdepan dan tidak ber-TKU. Sebagai Dewan Kerja seharusnya sudah
mencapai kualifikasi minimal yang ditetapkan oleh Kwartir di setiap
golongannya. Untuk golongan penegak minimal penegak bantara dan untuk
golongan pandega harus ber-TKU pandega. Tidak aktifnya anggota Dewan Kerja
di gugusdepan dan adanya anggota yang tidak ber-TKU bisa disebabkan karena
tingginya aktivitas diDewan Kerja, belum memiliki gugusdepan baru karena harus
pindah gugusdepan atau proses pencapaian SKU yang terlampau sulit dan lama.
Pelaksanaan PPDK masih kurang maksimal karena pemahaman PPDK
masih beragam sehingga implementasinya masih beragam sesuai dengan
pemahaman masing-masing. Bimbingan berupa pembinaan dari kwartir juga
masih diperlukan untuk mengkondisikan dan mensikronkan pembinaan yang ada
di gugusdepan dengan perencanaan yang telah dibuat oleh Dewan Kerja selaku
pengelola pramuka penegak dan pramuka pandega.
Penjenjangan Dewan Kerja hendaknya bisa terlaksana sehingga proses
pembinaan di dalamnya bisa berjalan. Hal tersebut akan sulit dilakukan apabila
masa bakti yang berlaku adalah sama dengan masa bakti kwartir dan masa usia
yang terbatas. Perlu ada penjelasan yang lebih detil terkait dengan PPDK.
Contohnya pemilihan langsung ketua DKD di Musppanitra menimbulkan
kesulitan dalam proses penggantian ketua karena dipilih secara langsung di
Musppanitra.
Perlu ada penjelasan khusus terkait sangga kerja dan kelompok kerja untuk
membantu Dewan Kerja dalam menjalankan tugas pokok dan fungsinya.
Pemahaman rencana kerja dan program kerja oleh anggota Dewan Kerja masih
kurang sehingga kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan hanya berdasarkan pada
program kerja yang telah disepakati tanpa melihat rencana kerja.
15
Wilayah Kalimantan
Kondisi geografis yang cukup sulit membuat mobilisasi dan komunikasi
jarak jauh antar Dewan Kerja menjadi terbatas. Kurangnya pramuka penegak dan
pramuka pandega yang berminat untuk bergabung dalam Dewan Kerja.
Pemahaman PPDK masih belum merata dan perlu diberi pemahaman lebih
detil tentang poin-poin yang tercantum dalam PPDK. Satuan-satuan giat tidak ada
karena pemahaman PPDK masih kurang. Perlu ada tambahan pemahaman bagi
anggota dewasa terkait bagaimana dinamika koordinasi Dewan Kerja di tingkat
kwartir.
Wilayah Sulawesi
Secara garis besar Dewan Kerja di wilayah Sulawesi dapat
mengimplementasikan Petunjuk Penyelenggaraan Dewan Kerja. Kendala yang
dihadapi rekan-rekan Dewan Kerja di Sulawesi saat ini adalah cepatnya proses
regenerasi Dewan Kerja karena apabila seorang anggota telah menyelesaikan
pendidikan menengah akan pindah ke daerah lain untuk melanjutkan ke
pendidikan yang lebih tinggi atau bekerja. Akses transportasi dan media untuk
melakukan kegiatan sosialisasi, monitoring dan evaluasi sudah ada namun perlu
adanya peningkatan sehingga komunikasi dapat berjalan lebih mudah.
Pemahaman antar Dewan Kerja baik daerah maupun cabang masih belum
merata. Hal tersebut bisa disebabkan karena faktor teknis, seperti lokasi yang
sangat jauh, keterbatasan waktu luang untuk berkunjung atau melakukan kegiatan
monitoring, dan/atau faktor non teknis seperti ketersediaan bahan bacaan atau
sumber belajar. Peranan Kwartir dalam dinamika Dewan Kerja sangat besar
sehingga dinamika Dewan Kerja sendiri sangat tergantung pada kondisi
Kwartirnya. Usia matang anggota Dewan Kerja di Sulawesi adalah 26 tahun.
Faktor yang menyebabkan hal tersebut adalah kurangnya kegiatan pendidikan dan
pelatihan.
Banyak anggota Dewan Kerja yang melewati batas usia karena kaderisasi
sangat sulit dan kondisi Kwartir yang mendukung hal tersebut. Aktivitas DKC dan
DKR sangat minim bahkan tidak ada. Hal tersebut dikarenakan faktor geografis
dan ekonomi yang cukup sulit. Belum mampu membuat konsep dan pemahaman
keorganisasian masih kurang.
17
Dewan Kerja memiliki tujuan yang sama, yaitu menghasilkan suatu kebijakan
bagi pembinaan Pramuka Penegak dan Pramuka Pandega.
Anggota Dewan Kerja adalah Pramuka Penegak dan Pramuka Pandega
dipilih oleh musyawarah Pramuka Penegak dan Pramuka Pandega kwartir yang
bersangkutan dan dilantik oleh ketua kwartir yang bersangkutan. Ayat tersebut
telah menjelaskan bahwa anggota Dewan Kerja adalah Pramuka Penegak dan
Pramuka Pandega dan menurut Undang-Undang Gerakan Pramuka, Pramuka
Penegak dan Pramuka Pandega adalah anggota Gerakan Pramuka yang berusia 16
– 25 tahun.
Masa bakti Dewan Kerja berpengaruh pada dinamika anggotanya. Saat ini,
masa bakti Dewan Kerja sama dengan masa bakti kwartirnya. Masa bakti kwartir
(kwartir ranting, kwartir cabang, kwartir daerah dan kwartir nasional) adalah 5
tahun. Anggota Dewan Kerja adalah Pramuka Penegak dan Pramuka Pandega
yang berstatus sebagai siswa, mahasiswa dan bekerja. Masa bakti yang sangat
lama memungkinkan anggota Dewan Kerja untuk alih golongan dari golongan
penegak ke golongan pandega. Perpindahan golongan ini tidak dapat berjalan
sesuai dengan Pola Pembinaan Pramuka Penegak dan Pramuka Pandega karena
berbagai alasan.
Masa bakti 5 tahun juga berpengaruh pada pola regenerasi Dewan Kerja.
Anggota Dewan Kerja Nasional, Daerah dan Cabang diharapkan pernah menjadi
anggota Dewan Kerja di tingkat kwartir yang lebih rendah (Kwartir Daerah,
cabang dan ranting). Pola tersebut tidak dapat berlangsung apabila Dewan Kerja
tidak dapat mengoptimalkan Pergantian Antar Waktu (PAW). PAW
memungkinkan suatu Dewan Kerja untuk melakukan penerimaan anggota baru
untuk menggantikan anggota yang berhenti atau naik ke Dewan Kerja di kwartir
yang lebih tinggi.
Peran serta Dewan Kerja sebagai pengelola Pramuka Penegak dan
Pramuka Pandega diakomodir oleh kwartir dengan menempatkan ketua dan wakil
ketua Dewan Kerja sebagai ex-officio andalan. Kebijakan pembinaan Pramuka
Penegak dan Pramuka Pandega dapat disampaikan secara langsung oleh Dewan
Kerja melalui ketua dan wakil ketuanya yang berperan sebagai andalan kwartir.
21
Peran ini pula yang seharusnya dapat dimanfaatkan oleh anggota dewasa untuk
melakukan proses kaderisasi kepemimpinan.
Bab VI tentang musyawarah, rapat kerja, dan hal-hal yang mendesak pada
pasal 70 tentang peserta musyawarah nasional menyebutkan pada ayat (2) utusan
pusat terdiri dari sebanyak-banyaknya sepuluh orang yang diberi kuasa oleh ketua
Kwartir Nasional, di antaranya unsur pimpinan, Pusat Pendidikan dan Pelatihan
Kepramukaan tingkat Nasional, dan Dewan Kerja Nasional. Ayat (3) utusan
daerah terdiri dari sebanyak-banyaknya sepuluh orang yang diberi kuasa oleh
ketua kwartir daerah, di antaranya unsur pimpinan, pusat pendidikan dan pelatihan
kepramukaan tingkat daerah, dan dewan kerja daerah. Pasal 71 tentang peninjau
musyawarah nasional ayat (1) musyawarah nasional dapat dihadiri oleh peninjau
yang terdiri dari :
a. unsur majelis pembimbing;
b. unsur andalan;
c. unsur dewan kerja;
d. anggota kehormatan.
Pasal 79 tentang peserta musyawarah daerah pada ayat (2) menerangkan
utusan daerah terdiri dari sebanyak-banyaknya delapan orang yang diberi kuasa
oleh ketua kwartir daerah, di antaranya adalah unsur pimpinan, pusat pendidikan
dan pelatihan kepramukaan tingkat daerah, dan dewan kerja daerah. Ayat (3)
utusan cabang terdiri dari sebanyak-banyaknya delapan orang yang diberi kuasa
oleh ketua kwartir cabang, diantaranya adalah unsur pimpinan, pusat pendidikan
dan pelatihan kepramukaan tingkat cabang, dan dewan kerja cabang.
Pasal 80 tentang peninjau musyawarah daerah ayat (1) musyawarah daerah
dapat dihadiri oleh peninjau yang terdiri dari :
a. unsur majelis pembimbing;
b. unsur andalan;
c. unsur dewan kerja;
d. anggota kehormatan.
Pasal 88 tentang peserta musyawarah cabang menerangkan pada ayat (2)
utusan cabang terdiri dari sebanyak-banyaknya tujuh orang yang diberi kuasa oleh
22
ketua kwartir cabang, di antaranya adalah unsur pimpinan, pusat pendidikan dan
pelatihan kepramukaan tingkat cabang, dan dewan kerja cabang. Ayat (3) utusan
ranting terdiri dari sebanyak-banyaknya tujuh orang yang diberi kuasa oleh ketua
kwartir ranting, di antaranya adalah unsur pimpinan dan dewan kerja ranting.
Pasal 89, tentang peninjau musyawarah cabang, pada ayat (1)
menerangkan musyawarah cabang dapat dihadiri oleh peninjau yang terdiri dari :
a. unsur manjelis pembimbing;
b. unsur andalan;
c. unsur dewan kerja;
d. anggota kehormatan.
Pasal 97, tentang peserta musyawarah ranting, ayat (2) utusan ranting
terdiri dari sebanyak-banyaknya enam orang yang diberi kuasa oleh ketua kwartir
ranting, di antaranya adalah ketua dewan kerja ranting. Ayat (3) utusan gugus
depan terdiri dari sebanyak-banyaknya empat orang yang diberi kuasa oleh ketua
gugus depan, di antaranya adalah seorang wakil Pramuka Penegak dan Pramuka
Pandega.
Pasal 98 tentang peninjau musyawarah ranting menyebutkan pada ayat (1)
musyawarah ranting dihadiri oleh peninjau yang terdiri dari :
a. unsur majelis pembimbing;
b. unsur andalan;
c. unsur dewan kerja;
d. anggota kehormatan.
Pasal 70, 71, 79, 80, 89, 97 dan 98 menjelaskan mengenai peran serta
Dewan Kerja dalam musyawarah yang diselenggarakan oleh kwartir. Pasal
tersebut menekankan bahwa Dewan Kerja sebagai badan kelengkapan merupakan
salah satu unsur penentu kebijakan kwartir.
Pasal 112 tentang Musyawarah Pramuka Penegak dan Pramuka Pandega
ayat (1) menyebutkan bahwa musyawarah Pramuka Penegak dan Pramuka
Pandega putri putra (Musppanitra) diselenggarakan sebagai wahana
permusyawaratan untuk menampung aspirasi Pramuka Penegak dan Pramuka
Pandega dalam penyelenggaraan kegiatan pembinaan Pramuka Penegak dan
23
Dewan Kerja dipilih langsung dalam Musppanitra maka penggantiannya pun juga
harus melalui Musppanitra. Musppanitra yang diselenggarakan di luar waktu yang
sudah ditetapkan disebut Musppanitra Luar Biasa. Tidak semua kwartir dapat
memberikan fasilitas kepada Dewan Kerja untuk menyelenggarakan Musppanitra
Luar Biasa. Anggota Dewan Kerja merupakan perwakilan dari setiap wilayah
sehingga penggantian ketua (apabila tidak dilakukan secara langsung) dapat
dilakukan dalam forum internal Dewan Kerja. Pemilihan pengurus dewan kerja
dilakukan oleh formatur bersama dengan Dewan Kerja terpilih.
Musyawarah merupakan budaya leluhur yang hingga saat ini digunakan
sebagai media untuk mengambil keputusan. Dalam musyawarah, setiap keputusan
diambil berdasarkan pertimbangan dari peserta, tidak hanya pertimbangan dari
pimpinan rapat, tetapi juga dari peserta. Setiap keputusan dalam Musppanitra
hendaknya diputuskan melalui proses musyawarah, apabila dalam musyawarah
belum dapat memunculkan keputusan, maka dilakukan pelobian untuk
membicarakan permasalahan dengan pihak-pihak yang terkait. Pemungutan suara
merupakan langkah terakhir untuk mengambil keputusan apabila proses
musyawarah dan lobi tidak dapat menemukan penyelesaian. Pemungutan suara
yang dilakukan hendaknya bersifat rahasia dan secara tidak langsung.
Penyelenggaraan musyawarah luar biasa dijelaskan pada pasal 115 – 117.
Dalam pasal tersebut dijelaskan bahwa :
a. Musyawarah luar biasa diselenggarakan apabila ada hal-hal yang bersifat
mendesak di luar waktu penyelenggaraan musyawarah.
b. Musyawarah luar biasa diselenggarakan atas prakarsa kwartir atau atas
usul dari sekurang-kurangnya dua pertiga jumlah kwartir jajaran di
bawahnya/gugus depan, yang diajukan secara tertulis kepada kwartir yang
bersangkutan dengan disertai alasan yang jelas.
c. Musyawarah luar biasa diselenggarakan selambat-lambatnya enam bulan
setelah usul tertulis diterima kwartir yang bersangkutan.
d. Musyawarah luar biasa dinyatakan sah jika dihadiri sekurang-kurangnya
oleh dua pertiga jumlah kwartir jajawan di bawahnya/gugus depan/yang
berhak hadir.
26
dan/atau penelitian
evaluatif mengenai
penyelenggaraan
program pembinaan
Pramuka Penegak dan
Pandega di seluruh
Indonesia
f. Menyelenggarakan
sistem pemantauan yang
tepat guna dengan
melibatkan seluruh
Dewan Kerja dalam satu
kesatuan sistem
dan pengawasan,
pengorganisasian,
pelaksanaan, penilaian,
pengadaan dan distribusi
b. Mengembangkan sub
sistim perencanaan
program, dari tingkat
nasional sampai dengan
tingkat
Ambalan/Racana,
sehingga gerak dan
langkah Dewan kerja
berlangsung secara
bersama atas satu tujuan
bersama
c. Mengembangkan sistem
supervisi yang meliputi
usaha bimbing dan
pengawas teknis
pelaksanaan program
secara terpadu, yang
melibatkan tidak saja
unsur Dewan Kerja,
tetapi juga unsur diluar
Dewan Kerja yang tugas
dan fungsinya berkaitan
erat dengan usaha
pembinaan dan
pengembangan Pramuka
Penegak dan Pandega.
d. Meningkatkan usaha
pembinaan wilayah
dalam usaha
meningkatkan
kemampuan Dewan
Kerja merata ke seluruh
Indonesia, sehingga
secara bertahap
pengembangan Pramuka
Penegak dan Pandega
dapat memperoleh
kemajuan yang
mengembirakan
e. Mengembangkan proyek
percontohan yang
mengarah pada usaha
pengembangan Pramuka
Penegak dan Pandega,
yang kemudian
dikembangkan ke
31
seluruh Indonesia
Pelaksanaan program pembinaan tidak terlepas dari cara yang digunakan untuk
melaksanakannya. Keputusan Kwartir Nasional Nomor 080 tahun 1988 menjelaskan
bagaimana sistem yang digunakan untuk melaksanakan suatu program. Sistem
tersebut terdiri dari :
a. sub sistem manajemen
b. sub sistem perencanaan program
c. sub sistem supervisi.
Pembinaan wilayah dilakukan untuk meningkatkan kemampuan Dewan Kerja agar
kemampuan Dewan Kerja dapat merata dan terdapat perkembangan Pramuka
Penegak dan Pramuka Pandega yang baik. Sampai saat ini pembinaan wilayah belum
dapat berjalan maksimal. Hal tersebut dapat dilihat dari hasil kajian Dewan Kerja
Daerah yang belum dapat memberikan gambaran jelas bagaimana kondisi di
wilayahnya. Perlu adanya bimbingan dari masing-masing koordinator wilayah untuk
meningkatkan kemampuan Dewan Kerja tersebut.
Pembinaan juga dilakukan dengan cara membuat proyek percontohan untuk
mengembangkan pembinaan Pramuka Penegak dan Pramuka Pandega kemudian dari
proyek tersebut dapat dikembangkan di seluruh Indonesia sesuai dengan karakter dan
kemampuan setiap wilayah.
Keputusan Kwartir Nasional Nomor 176 tahun 2013 tidak menjelaskan mengenai
pengembangan sistem.
3. Wadah Dewan Kerja adalah wadah Dewan Kerja Pramuka
Pembinaan di Kwartir yang Penegak dan Pandega
beranggotakan Pramuka adalah wadah pembinaan
Penegak dan Pandega yang dan pengembangan
dipilih dalam Musyawarah kaderisasi kepemimpinan di
Pramuka Penegak dan tingkat kwartir.
Pandega Puteri Putera, sesuai
petunjuk Penyelenggaraan
Dewan Kerja
Keputusan Kwartir Nasional Nomor 080 tahun 1988 dan Keputusan Kwartir Nasional
Nomor 176 tahun 2013 menjelaskan bahwa Dewan Kerja adalah wadah pembinaan di
tingkat kwartir namun penekanan kedua keputusan tersebut berbeda. Keputusan
Kwartir Nasional Nomor 080 tahun 1988 menekankan pada keanggotaan Dewan
Kerja, sedangkan Keputusan Kwartir Nasional Nomor 176 tahun 2013 menekankan
pada tujuan dibentuknya Dewan Kerja yaitu wadah pembinaan dan pengembangan
kaderisasi kepemimpinan.
4. Pengorganisasi - Pramuka Penegak dan Tidak diatur
an dan Pandega Puteri Putera di
pengelolaan beri kesempatan
pembinaan menerapkan kemampuan
dan keterampilan
berorganisasi dan
mengembangkan
kepemimpinan di Dewan
Kerja
- Pengelola pembinaan
Dewan Kerja adalah
Kwartir
- Kesinambungan
32
pembinaan dalam
Pramuka Penegak dan
Pramuka Pandega (Bina
Satuan)
- Dalam rangka
pengembangan
kepemimpinan
dibentuklah Dewan Kerja
yang bertugas membantu
kwartir. Untuk itu
diperlukan kemampuan
merencanakan,
melaksanakan, dan
mengadakan evaluasi
kegiatan yang sesuai
dengan aspirasi mudanya.
Keputusan Kwartir Nasional Nomor 080 tahun 1988 menjelaskan mengenai fungsi
dibentuknya Dewan Kerja, yaitu sebagai wadah untuk menerapkan kemampuan dan
keterampilan berorganiasi dan pengembangan kepemimpinan dan memiliki tugas
untuk membantu kwartir. Kemampuan yang harus dimiliki oleh Dewan Kerja untuk
menunjang hal tersebut adalah perencanaan, pelaksanaan dan melakukan evaluasi
kegiatan. Pembinaan Dewan Kerja dikelola oleh kwartir dan Dewan Kerja merupakan
bagian dari Bina satuan.
Keputusan Kwartir Nasional Nomor 176 tahun 2013 tidak menjelaskan mengenai
pengorganisasian dan pengolaan pembinaan Dewan Kerja.
5. Pembinaan Sasaran Pembinaan Pembinaan di kwartir
Dewan Kerja Pembinaan Dewan Kerja dilaksanakan oleh pimpinan
Pramuka Penegak dan kwartir yang berfungsi
Pandega oleh Kwartir yang sebagai pembimbing,
bersangkutan diarahkan penasehat, narasumber,
untuk mencapai sasaran : pendukung sarana dan
a. Peningkatan prasarana kegiatan,
kemampuan motivator dan konsultan
pengelolaan organisasi Dewan Kerja Pramuka
Gerakan Pramuka. Penegak dan Pandega
b. Penyempurnaan sarana
perangkat kerja staf
kwartir Gerakan
Pramuka serta satuan-
satuan Gerakan
Pramuka.
c. Kesinambungan
pemupukan
kepemimpinan, daya
kreasi, idealisme, dan
patriotisme bagi
kepentingan Gerakan
Pramuka, keluarga,
masyarakat, bangsa,
dan negara.
33
b. Tanggung jawab
pembinaan Dewan
Kerja
Kwartir di semua
jajaran Gerakan
Pramuka bertanggung
jawab atas
kelangsungan proses
pendidikan bagi
Pramuka Penegak dan
Pandega di wilayah
kerjanya. Sedang
Dewan Kerja Pramuka
Penegak dan Pandega
bertanggung jawab atas
teknis pelaksanaan
program pembinaan
dan pengembangan
Pramuka Penegak dan
Pandega di wilayah
kerjanya, sesuai dengan
yang digariskan oleh
kwartir.
Koordinasi Pembinaan
a. Koordinasi dilakukan
oleh Dewan Kerja
apabila yang
dikoordinasikan :
1) Unsur dari dalam
Kwartir
2) Dewan Kerja dalam
wilayah kerja
Dewan Kerja yang
bersangkutan
3) Unsur dari Pramuka
Penegak dan
Pandega sendiri
4) Koordinasi antara
Dewan Kerja yang
setingkat dapat
dilakukan oleh
salah satu Dewan
Kerja, berdasarkan
kesepakatan mereka
dengan
sepengetahuan dan
persetujuan kwartir.
b. Wadah mekanisme
koordinasi :
35
1) Rapat Konsultasi,
untuk
membicarakan suatu
masalah tertentu
yang berhubungan
dengan tugas Dewan
Kerja, dan perlu
dikonsultasikan
dengan kwartir atau
pihak lain
2) Rapat Koordinasi,
membahas
pelaksanaan tugas
Dewan Kerja yang
perlu
dikoordinasikan
dengan pihak lain
3) Rapat Pengurus
Harian, untuk
menentukan
kebijaksanaan teknis
pelaksanaan tugas
sehari-hari Dewan
Kerja
Pembinaan Dewan Kerja dijelaskan kedua keputusan tersebut. Keputusan Kwarnas
Nomor 080 tahun 1988 menjelaskan secara rinci mengenai sasaran pembinaan,
bagaimana proses, pelaksanaan, tanggung jawab pembinaan dan koordinasi
pembinaan.
Keputusan Kwarnas Nomor 176 tahun 2013 tidak menjelaskan sasaran dan proses
pembinaan Dewan Kerja. Keputusan tersebut menjelaskan bahwa pembinaan Dewan
Kerja dilaksanakan oleh pimpinan kwartir dengan fungsi sebagai pembimbing,
penasihat, narasumber, pendukung sarana dan prasarana kegiatan, motivator dan
konsultan.
Pelaksanaan pembinaan Dewan Kerja pada Keputusan Kwarnas Nomor 080 tahun
1988 tidak ditekankan pada unsur tertentu dalam kwartir sehingga seluruh unsur
kwartir dapat berperan dalam proses pembinaan Dewan Kerja, sedangkan dalam
Keputusan Kwarnas Nomor 176 tahun 2013 memberikan penekanan pada unsur
pimpinan kwartir untuk melaksanakan proses pembinaan. Adanya penekanan tersebut
mempersempit peranan unsur lain dalam kwartir untuk melakukan pembinaan
terhadap Dewan Kerja.
6. Mekanisme a. Hubungan antara Dewan Tidak diatur
hubungan Kerja dengan kwartir
dilakukan baik lisan
maupun tertulis, yang
meliputi hubungan
informasi, konsultasi,
dan koordinasi.
b. Hubungan antara Dewan
Kerja dengan Dewan
Kerja yang setingkat,
36
PPDK yang dibahas pada kajian ini adalah Keputusan Kwarnas Nomor
131 Tahun 2003 dan Keputusan Kwarnas Nomor 214 Tahun 2007. Perbandingan
kedua keputusan kwarnas tersebut tersaji dalam tabel di bawah ini.
Keputusan Kwarnas Nomor 131 tahun 2003 menekankan bahwa tugas pokok
Dewan Kerja pada pengelolaan pembinaan Dewan Kerja dengan melaksanakan
keputusan Musppanitra, mengelola kegiatan Pramuka Penegak dan Pramuka
Pandega di kwartirnya, mendukung Dewan Kerja dan wadah pembinaan
Pramuka Penegak dan Pramuka Pandega di wilayahnya secara koordinatif dan
konsultatif dan menyelenggarakan Musppanitra serta melaksanakan tugas – tugas
kwartir. Keputusan Kwartir Nasional Nomor 214 tahun 2007 tidak
42
Pramuka menyebutkan bahwa masa bakti Dewan Kerja sama dengan masa bakti
kwartirnya. Dalam pelaksanaannya, anggota Dewan Kerja mengalami kesulitan
karena masa bakti yang panjang menghambat proses regenerasi anggota dan
penjenjangan Dewan Kerja tidak dapat dilaksanakan.
Anggota Dewan Kerja yang berada di tingkat cabang, daerah dan nasional
diharapkan pernah menjadi Dewan Kerja di tingkat ranting, cabang dan daerah.
Penjenjangan ini dimaksudkan agar anggota yang bersangkutan paham mengenai
tugas dan peranannya dalam pembinaan Pramuka Penegak dan Pramuka
Pandega. Semakin rendah tingkat kwartirnya, Dewan Kerja banyak berperan
dalam hal-hal operasional kegiatan pembinaan dan semakin tinggi tingkat
kwartirnya, Dewan Kerja lebih banyak berperan dalam hal konsepsional.
Pembagian peran ini dimaksudkan agar setiap jajaran Dewan Kerja dapat
bersinergi dalam pembinaan Pramuka Penegak dan Pramuka Pandega. Dewan
Kerja Ranting dan Dewan Kerja Cabang lebih mudah mengamati proses
pembinaan yang ada di gugusdepan dan dapat memberikan masukan kepada
daerah dan nasional untuk membuat kebijakan yang sesuai dengan perkembangan
dinamika Pramuka Penegak dan Pramuka Pandega di daerah tersebut.
Saat ini pemahaman pembagian peran ini belum dipahami sepenuhnya oleh
Dewan Kerja. Dewan Kerja di tingkat daerah dan nasional seringkali masih fokus
pada pelaksanaan kegiatan operasional dan kurang memperhatikan dinamika
pembinaan yang terjadi di wilayah masing-masing. Banyak fenomena di
masyarakat yang luput dari pengamatan dan penanganan oleh Dewan Kerja.
Wilayah Tidak dijelaskan a. Wilayah Kerja adalah wilayah
Kerja berlakunya kewenangan Dewan
Kerja.
b. Wilayah Kerja Dewan Kerja
sama dengan wilayah kerja
Kwartirnya,
Keputusan Kwarnas Nomor 214 tahun 2007 menjelaskan lebih rinci mengenai
wilayah kerja Dewan Kerja, yaitu sama dengan wilayah kerja kwartirnya.
Hubung Hubungan kerja adalah interaksi Hubungan kerja adalah interaksi
an Kerja yang dilakukan oleh Dewan yang dilakukan oleh Dewan Kerja
Kerja dalam melaksanakan tugas dalam melaksanakan tugas
pokoknya pokoknya
Hubung Bentuk hubungan kerja Dewan Bentuk hubungan kerja Dewan
an Kerja Kerja dengan Pimpinan Kwartir Kerja dengan kwartir dalam
dengan dalam kedudukannya sebagai kedudukannya sebagai badan
(Pimpin bagian dari Kwartir adalah kelengkapan Kwartir adalah
an) hubungan koordinasi, konsultasi, hubungan kordinasi, konsultasi, dan
Kwartir
dan informasi dalam informasi dalam merencanakan,
merencanakan, mengorganisasikan, melaksanakan
mengorganisasikan, dan mengevaluasi pelaksanaan
melaksanakan, dan tugas pokoknya.
mengevaluasi pelaksanaan tugas
pokoknya.
Hubung Hubungan antar Dewan Kerja a. Hubungan antar Dewan Kerja
45
Kerja. Administrasi yang dimaksud oleh Keputusan Kwarnas Nomor 131 tahun
2003 berbeda dengan Keputusan Kwarnas Nomor 214 tahun 2007. Administrasi
yang dimaksud Keputusan Kwarnas Nomor 131 tahun 2003 meliputi administrasi
kesekretariatan dan administrasi keuangan, sedangkan administrasi yang
dimaksud Keputusan Kwarnas Nomor 214 tahun 2007 hanya meliputi
administrasi kesekretariatan saja dan administrasi keuangan dijelaskan dalam
poin terpisah.
Keuang Tidak dibahas Keuangan diperoleh, dikelola dan
an dipertanggungjawabkan oleh
Dewan Kerja dalam menjalankan
fungsi dan tugas pokoknya.
Sumber Keuangan :
a. Keuangan Dewan Kerja
diperoleh dari :
1) Kwartir
2) Iuran peserta kegiatan
3) Usaha dana Dewan
Kerja
b. Sumber dana yang berasal
dari luar Kwartir, harus
sepengetahuan Kwartir
Pengelolaan
a. Dana yang digunakan untuk
kegiatan Dewan Kerja
dikelola oleh Dewan Kerja
yang bersangkutan, sesuai
sistem yang berlaku di
Kwartirnya.
b. Dalam pengelolaan dana
kegiatan, Dewan Kerja
senantiasa melakukan
koordinasi dan konsultasi
dengan Kwartir.
Pertanggungjawaban
Pertanggungjawaban
pengelolaan dana disusun oleh
Dewan Kerja dan disampaikan
kepada Kwartir.
sepengetahuan Kwartir.
Poin ini merupakan penjelasan rinci Keputusan Kwarnas Nomor 214 tahun 2007
mengenai pengelolaan administrasi keuangan.
Musppa a. Musyawarah Pramuka a. Musyawarah Pramuka Penegak
nitera Penegak dan Pandega Puteri dan Pramuka Pandega Puteri
Putera yang disingkat Putera yang disingkat
Musppanitera adalah suatu Musppanitera adalah suatu
forum atau tempat forum atau tempat pertamuan
pertemuan bagi Pramuka bagi Pramuka Penegak dan
Penegak dan Pramuka Pramuka Pandega Puteri Putera
Pandegaputeri putera di tiap sebagai wahana
jajaran Kwartir sebagai permusyawaratan untuk
wahana permusyawaratan menampung aspirasi Pramuka
untuk menampung aspirasi Penegak dan Pramuka Pandega
Pramuka Penegak dan di tingkat Kwartirnya.
Pramuka Pandega di tingkat b. Hasil Musppanitera merupakan
Kwartirnya. bagian dari rencana kerja
b. Hasil Musppanitera Kwartir.
merupakan bagian Rencana
Kerja Kwartir.
Cukup jelas
Jenis a. Musppanitera a. Musppanitera adalah
Musppa 1) Musppanitera adalah Musppanitera yang
nitera Musppanitra yang diselenggarakan dalam keadaan
diselenggarakan dalam terpenuhi kuorum dan tepat
keadaan terpenuhinya waktu.
korum b. Musppanitera Luar Biasa
2) Kuorum 1) Musppanitera Luar Biasa
a) Kuorum adalah adalah Musppanitera yang
jumlah utusan yang diselenggarakan antara dua
seharusnya hadir Musppanitera karena ada
dalam Musppanitera hal-hal yang bersifat khusus.
sehingga 2) Musppanitera Luar Biasa
Musppanitera dilaksanakan atas usul
memiliki keabsahan Dewan Kerja yang
b) Kuorum terpenuhi bersangkutan atau usul dari
apabila dihadiri oleh sedikitnya dua pertiga
lebih dari setengah jumlah utusan yang
jumlah utusan yang seharusnya hadir.
seharusnya hadir.
b. Musppanitera Luar Biasa Tidak dijelaskan mengenai kuorum
1) Musppanitera luar biasa
adalah Musppanitera
yang diselenggarakan
antara dua Musppanitera
karena ada hal-hal yang
48
bersifat khusus.
2) Musppanitera luar biasa
dilaksanakan atas usul
Dewan Kerja
bersangkutan atau usul
dari sedikitnya dua
pertiga jumlah perutusan
yang seharusnya hadir.
Kekuoruman Musppanitera harus dijelaskan seperti pada Keputusan Kwarnas
Nomor 131 tahun 2003 agar jalannya Musppanitera benar-benar diikuti oleh
seluruh perwakilan Pramuka Penegak dan Pramuka Pandega di kwartir tersebut.
Kehadiran tersebut tidak hanya pada awal dan akhir saja, tetapi juga pada setiap
acara Musppanitera.
Pelaksa Pelaksanaan Musppanitera Pelaksanaan Musppanitera
naan berdasarkan Keputusan Kwartir berdasarkan Keputusan Kwartir
Musppa
nitera
Cukup jelas
Tingkat a. Di tingkat Nasional a. Di tingkat Kwartir Nasional
dan diselenggarakan diselenggarakan Musppanitera
Waktu Musppanitera Tingkat Tingkat Nasional selanjutnya
Pelaksa Nasional selanjutnya disebut Musppanitera Nasional
naan disebut Musppanitera yang diselenggarakan setiap 5
Musppa
Nasional yang (lima) tahun sekali.
nitra
diselenggarakan setiap 3 b. Di tingkat Kwartir Daerah
(tiga) tahun sekali. diselenggarakan Musppanitera
b. Di tingkat Daerah Tingkat Daerah selanjutnya
diselenggarakan disebut Musppanitera Daerah
Musppanitera Tingkat yang diselenggarakan setiap 5
Daerah selanjutnya disebut (lima) tahun sekali.
Musppanitera Daerah yang c. Di tingkat Kwartir Cabang
diselenggarakan setiap 3 diselenggarakan Musppanitera
(tiga) tahun sekali. Tingkat Cabang selanjutnya
c. Di tingkat Cabang disebut Musppanitera Cabang
diselenggarakan yang diselenggarakan setiap 5
Musppanitera Tingkat (lima) tahun sekali.
Cabang selanjutnya disebut d. Di tingkat Kwartir Ranting
Musppanitera Cabang yang diselenggarakan Musppanitera
diselenggarakan setiap 2 Tingkat Ranting selanjutnya
(dua) tahun sekali. disebut Musppanitera Ranting
d. Di tingkat Ranting yang diselenggarakan setiap 3
diselenggarakan (tiga) tahun sekali.
Musppanitera Tingkat
Ranting selanjutnya disebut
Musppanitera Ranting yang
diselenggarakan setiap 2
49
Musppanitera dilaksanakan 1 kali pada masa bakti, yaitu pada akhir masa bakti.
Masa bakti Dewan Kerja mengikuti masa bakti kwartirnya, sehingga pelaksanaan
Musppanitera Dewan Kerja di seluruh jajaran kawrtir adalah 5 tahun sekali.
Penyele a. Penyelenggara a. Penyelenggara adalah Dewan
nggara Musppanitera adalah Kerja yang bersangkutan.
Dewan Kerja yang b. Hal-hal yang berkenaan dengan
bersangkutan. pelaksanaan Musppanitera
b. Hal-hal yang berkenaan diatur oleh penyelenggara
dengan pelaksanaannya dengan persetujuan Kwartir.
diatur lebih lanjut dengan
eprsetujuan Kwartir
Cukup jelas
Peserta a. Peserta adalah utusan yang a. Peserta adalah utusan yang
Musppa mempunyai hak dan mempunyai hak dan
nitera kewajiban untuk mengikuti kewajiban untuk mengikuti
Musppanitera, Musppanitera,
b. Peserta Musppanitera b. Peserta Musppanitera Nasional
Nasional adalah : adalah :
1) Anggota Dewan Kerja 1) Anggota Dewan Kerja
Nasional Nasional
2) Utusan Dewan Kerja 2) Utusan Dewan Kerja
Daerah Daerah
c. Peserta Musppanitera c. Peserta Musppanitera Daerah
Daerah adalah : adalah :
1) Anggota Dewan Kerja 1) Anggota Dewan Kerja
Daerah Daerah
2) Utusan Dewan Kerja 2) Utusan Dewan Kerja
Cabang Cabang
d. Peserta Musppanitera d. Peserta Musppanitera Cabang
Cabang adalah : adalah :
1) Anggota Dewan Kerja 1) Anggota Dewan Kerja
Cabang Cabang
2) Utusan Dewan Kerja 2) Utusan Dewan Kerja
Ranting Ranting
e. Peserta Musppanitera e. Peserta Musppanitera Rantiing
Rantiing adalah : adalah :
1) Anggota Dewan Kerja 1) Anggota Dewan Kerja
Ranting Ranting
2) Utusan Dewan Ambalan 2) Utusan Dewan Ambalan
dan atau Dewan Racana dan atau Dewan Racana
f. Apabila dalam suatu Kwartir
Ranting tidak terdapat Dewan
Kerja Ranting, maka utusan
Dewan Ambalan dan Dewan
50
Kwartir yang
mendapat mandat
dari Kwartir.
b) Penasihat formatur
mempunya tugas
untuk memberikan
saran, usul dan
pendapat kepada
Formatur.
c) Penasihat Formatur
tidak memiliki hak
suara.
d) Penasihat Formatur
bertanggung jawab
kepada Kwartir.
5) Pengangkatan anggota
disahkan dengan surat
keputusan Kwartir.
Terdapat perbedaan sistematika penulisan antara Keputusan Kwarnas Nomor 131
tahun 2003 dengan Keputusan Kwarnas Nomor 214 tahun 2007. Keputusan
Kwarnas Nomor 131 tahun 2003 memasukkan formatur dalam mekanisme
pemilihan anggota sehingga dalam memahami sistem pemilihan anggota Dewan
Kerja dapat lebih runtut dan jelas, sedangkan Keputusan Kwarnas Nomor 214
tahun 2007 membahas formatur dalam bab yang berbeda dari mekanisme
pemilihan anggota sehingga dalam memahami sistem pemilihan anggota tidak
dapat runtut.
Keputusan Kwarnas Nomor 131 tahun 2003 mengatur mengenai mekanisme
pemilihan langsung ketua dewan kerja, sedangkan Keputusan Kwarnas Nomor
214 tahun 2007 tidak mengatur mengenai mekanisme pemilihan ketua. Adanya
mekanisme pemilihan ketua secara langsung memberikan kesempatan kepada
seluruh Pramuka Penegak dan Pramuka Pandega di wilayah tersebut memberikan
pandangan dan penilaian terhadap calon yang akan mereka pilih.
Jumlah anggota formatur pada Keputusan Kwarnas Nomor 131 tahun 2003
sebanyak 5 orang, sedangkan pada Keputusan Kwarnas Nomor 214 tahun 2007
berjumlah 7 orang dengan memperhatikan pemerataan perwakilan masing-
masing wilayah.
Keangg Mutasi anggota Penggantian Ketua dan Mutasi
otaan a. Mutasi anggota adalah Anggota
(Mutasi perpindahan fungsi dan a. Penggantian Ketua
Anggota kedudukan anggota dalam Penggantian Ketua dilakukan
dan pelaksanaan tugasnya di apabila Ketua Dewan Kerja:
Penggan
Dewan Kerja. 1) Menikah
tian
Ketua) b. Mutasi anggota dapat 2) Meninggal Dunia
dilakukan pada seluruh 3) Berhalangan tetap,
anggota. sehingga tidak
c. Tata cara mutasi disusun memungkinkan untuk
56
Keputusan Kwarnas Nomor 214 tahun 2007 tidak mengatur mengenai Pengurus
Harian karena Pengurus Dewan Kerja dianggap sudah cukup untuk menjalankan
tugas harian Dewan Kerja. Pembidangan pada Keputusan Kwarnas Nomor 131
tahun 2003 tidak diatur secara rinci bidang-bidang yang harus dibentuk oleh
Dewan Kerja dan setiap Dewan Kerja dibebaskan untuk membentuk bidang
sesuai dengan kebutuhan Dewan Kerja tersebut. Keputusan Kwarnas Nomor 214
61
tahun 2007 mengatur tentang pembidangan dalam Dewan Kerja dan dijelaskan
pula penekanan tugas masing-masing bidang. Aplikasi pembidangan Dewan
Kerja belum sesuai dengan yang diharapkan karena masih banyak Dewan Kerja
yang tidak paham penekanan masing-masing bidang dan tidak semua Dewan
Kerja dapat menyelenggarakan bidang-bidang tersebut.
Jenis Tidak ada penjelasan jenis rapat a. Rapat Pleno
Rapat Rapat pleno merupakan
forum tertinggi di dalam
Dewan Kerja dalam
pengambilan keputusan
untuk merumuskan
kebijakan yang akan
diambil yang wajib dihadiri
oleh seluruh anggota Dewan
Kerja.
b. Rapat Pimpinan
Rapat Pimpinan adalah
rapat yang dihadiri oleh
pimpinan Dewan Kerja
untuk menentukan rumusan
pelaksanaan kebijakan yang
telah digariskan dalam rapat
pleno.
c. Rapat Bidang
Rapat bidang adalah rapat
yang dilaksanakan oleh
anggota bidang untuk
menjabarkan kebijakan
Dewan Kerja sesuai dengan
bidangnya.
d. Rapat Koordinasi dan
Konsultasi
Rapat koordinasi dan
konsultasi dilaksanakan
oleh Dewan Kerja untuk
membahas hal-hal yang
mendukung pelaksanaan
tugas pokoknya,.baik
dengan pihak kwartir
maupun di luar Gerakan
Pramuka
Penjelasan penyelenggaraan rapat dalam Dewan Kerja membantu berjalannya
mekanisme pengambilan keputusan berdasarakan musyawarah mufakat.
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
KESIMPULAN
Kesimpulan kajian Petunjuk Penyelenggaraan Dewan Kerja ini adalah :
1. Dewan Kerja sangat dibutuhkan oleh Kwartir sebagai badan kelengkapan
yang bertugas untuk mengelola pembinaan Pramuka Penegak dan Pramuka
Pandega yang memiliki dinamika sangat beragam.
2. Dewan Kerja juga merupakan wadah kaderisasi kepemimpinan baik bagi
Gerakan Pramuka maupun masyarakat.
3. Pelaksanaan Keputusan Kwartir Nasional Nomor 214 tahun 2007 tentang
Petunjuk Penyelenggaraan Dewan Kerja belum dapat maksimal karena
terdapat perbedaan pemahaman di setiap Dewan Kerja dan tidak semua
Dewan Kerja melaksanakan keputusan tersebut dengan optimal.
4. Pramuka Penegak dan Pramuka Pandega yang berminat untuk bergabung di
Dewan Kerja tidak banyak.
5. Adanya produk hukum baru sebagai dasar penyelenggaraan Gerakan
Pramuka, yaitu Undang – Undang Nomor 12 tahun 2010 tentang Gerakan
Pramuka, Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga Gerakan Pramuka
dan Petunjuk Penyelenggaraan Pola dan Mekanisme Pembinaan Pramuka
Penegak dan Pramuka Pandega, sehingga perlu dilakukan kajian dan
penyesuaian terhadap penyelenggaraan Dewan Kerja Pramuka Penegak dan
Pramuka Pandega.
6. Undang – Undang Gerakan Pramuka, Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah
Tangga Gerakan Pramuka dan Pola Pembinaan Pramuka Penegak dan
Pramuka Pandega memberikan kesempatan bagi Pramuka Penegak dan
Pramuka Pandega untuk mengelola sendiri pembinaannya dengan bimbingan
anggota dewasa dan PPDK saat ini perlu dilakukan penyempurnaan sesuai
dengan hasil kajian ini.
62
63
SARAN
Saran berdasarkan hasil kajian Petunjuk Penyelenggaraan Dewan Kerja adalah :
1. Mendorong setiap Kwartir untuk membentuk dan lebih memperhatikan
pembinaan Dewan Kerja di Kwartir masing-masing.
2. Melakukan sosialisasi dan diskusi rutin dengan seluruh anggota Dewan
Kerja untuk membentuk kesepahaman terkait penyelenggaraan Dewan
Kerja.
3. Menyempurnakan Petunjuk Penyelenggaraan Dewan Kerja berdasarkan
hasil kajian Undang – Undang Gerakan Pramuka, Anggaran Dasar dan
Anggaran Rumah Tangga Gerakan Pramuka dan Petunjuk Penyelenggaraan
Pola dan Mekanisme Pembinaan Pramuka Penegak dan Pramuka Pandega.
BAB V
PENUTUP
Keputusan Kwartir Nasional Nomor 080 tahun 1988 tentang Pola dan Mekanisme
Pembinaan Pramuka Penegak dan Pramuka Pandega.
Pusdiklatda DIY. 2011. Buku Kursus Pembina Pramuka Mahir Tingkat Dasar.
Yogyakarta : Kwartir Daerah Gerakan Pramuka DIY.
Turner dan Helms. 2005. Lifespan Development Fifth Edition. USA : Holt,
Rinehart, Winston.
64