Anda di halaman 1dari 17

aṣ-ṣibyān Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini

Vol.4, No.1, Juni 2019, 1-17


(P) ISSN. 2541-5549 (E) ISSN. 2685-1326

PERAN KELUARGA DALAM MEMBIASAKAN KERJA SAMA


ANAK MELALUI BERMAIN DI KP. PARAKAN DS. BANYUMAS
PANDEGLANG
Heni Septiani
PIAUD UIN Sultan Maulana Hasanuddin Banten
henihenoy@gmail.com

Abstrak: Tujuan penelitian ini adalah: untuk mengetahui peran keluarga dalam
membentuk kerja sama anak dan untuk mengetahui hambatan keluarga dalam membentuk
kerja sama anak di kp. Parakan. Metode penelitian yang digunakan yaitu metode
kualitatif deskriptif, data penelitian diperoleh dengan menggunakan teknik observasi,
wawancara dan dokumentasi. Objek penelitian adalah anak usia 4-5 tahun dan orang tua
anak. Teknis analisis data dalam penelitian ini ada beberapa tahapan diantaranya:
pengumpulan data, reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan. Hasil
penelitian menunjukan bahwa dalam membentuk kerja sama anak yang diterapkan oleh
orang tua di kp. Parakan dengan cara merintah anak atau mencontohkan untuk saling
membantu dalam segala kegiatan. Simpulannya yaitu peran keluarga dalam membentuk
kerja sama anak dengan cara saling membantu, saling gotong royong, dan saling berbagi.
Namun, peran orang tua dalam memperhatikan anak ketika sedang bermain perlu
ditingkatkan lagi, karena dengan bermain bersama nilai kerja sama anak itu sangat
dibutuhkan. Dan hambatan yang dialami yaitu karena kondisi prilaku anak yang masih
belum stabil dan orang tua harus terus membiasakannya dalam menghadapi prilaku anak
tersebut. Saran untuk peran keluarga dalam menumbuhkan rasa kerja sama anak perlu di
sesuaikan sesuai indikator kemampuan, dan harus tetap memperhatikan anak, dan perlu di
stimulasi seperti mengenalkan permainan-permainan yang bersifat kelompok,
menunjukkan rasa kasih sayang, menunjukkan sikap gotong royong, sikap saling berbagi,
dan sikap kesungguhan hati dalam membantu orang lain sehingga kemampuan kerja sama
anak dengan temannya berkembang dengan optimal.
Kata kunci: peran keluarga, membiasakan kerja sama anak, melalui bermain

THE ROLE OF THE FAMILY IN UNDERSTANDING CHILDRED’S


COOPERATION THROUGH PLAY IN KP. PARAKAN DS. BANYUMAS
PANDEGLANG

Abstract: The purpose of this study were: to determine the role of the family in
forming children's cooperation and to determine family barriers in forming
children's cooperation in kp. Parakan. The research method used is descriptive
qualitative method, The research data were obtained using observation, interview
and documentation techniques. The object of research is children aged 4-5 years
and parents of children. The data analysis technique in this study has several
Heni Septiani PERAN KELUARGA DALAM MEMBIASAKAN KERJA SAMA ANAK
MELALUI BERMAIN DI KP. PARAKAN DS. BANYUMAS PANDEGLANG

stages including: data collection, data reduction, data presentation and drawing
conclusions. The results showed that in forming children's cooperation that was
implemented by parents at the Kp. Parakan by ordering the child or giving an
example to help each other in all activities. The conclusion is the role of the
family in forming children's cooperation by helping each other, mutual
cooperation, and sharing. However, the role of parents in paying attention to
their children while playing needs to be improved, because by playing together
the value of children's cooperation is very much needed. And the obstacles
experienced are due to the condition of the child's behavior which is still unstable
and parents must continue to get used to it in dealing with the child's behavior.
Suggestions for the role of the family in fostering a sense of children's
cooperation need to be adjusted according to the indicators of ability, and must
continue to pay attention to children, and need to be stimulated such as
introducing group games, show affection, show mutual cooperation, an attitude of
sharing, and an attitude of sincerity in helping others so that the child's ability to
work together with their friends develops optimally.
Keywords: Family Role, Familiarize Children's Cooperation, Through Play

Pendahuluan
1. Latar Belakang
Anak usia dini adalah sosok individu yang sedang menjalani suatu proses
perkembangan dengan pesat dan fundamental bagi kehidupan selanjutnya. Anak
usia dini berada pada rentang usia 0-6 tahun. Pada masa ini adalah masa golden
age yaitu masa peka anak untuk menerima rangsangan atau stimulasi di
lingkungan sekitar anak, baik yang berkaitan dengan aspek moral agama, sosial
emosional, bahasa, kognitif, dan fisik motorik. Potensi-potensi tersebut distimulus
dan dikembangkan agar anak dapat berkembang secara optimal. Anak usia dini
juga disebut sebagai masa kritis, sebab jika dalam masa ini anak kurang mendapat
perhatian dalam hal pendidikan, perawatan, pengasuhan, dan layanan kesehatan
serta kebutuhan gizinya dikhawatirkan anak tidak dapat tumbuh dan berkembang
secara optimal.
Anak merupakan pribadi yang unik dalam melewati berbagai tahap
perkembangan kepribadiannya. Maka lingkungan yang diupayakan yang dapat
memberikan kesempatan pada anak untuk mengeksplorasi berbagai pengalaman
dengan berbagai suasana. “Pendidikan anak usia dini bertugas upaya
menstimulus, membimbing, mengasuh dan pemberian kegiatan pembelajaran

2
PERAN KELUARGA DALAM MEMBIASAKAN KERJA SAMA ANAK MELALUI BERMAIN
DI KP. PARAKAN DS. BANYUMAS PANDEGLANG Heni Septiani

yang akan menghasilkan anak dengan kemampuan dan keterampilan anak”


(Yuliani Nurani Sujiono,2013).
Keluarga adalah lingkungan yang sangat dekat dengan anak, keluarga memiliki
peranan dan fungsi yang besar dalam mendukung perkembangan anak secara
optimal. Keluarga adalah pendidik bagi anak, terutama orang tua. Karena dari
dalam keluargalah semuanya dimulai. Khususnya cara orang tua dalam mengasuh
anak, jika orang tua memberikan sikap yang positif maka akan memberikan
dampak yang positif dan baik terhadap perilaku anak. Tetapi sebaliknya jika sikap
orang tua yang memberikan sikap acuh pada anak maka anak cenderung tidak
bertanggung jawab serta memiliki perilaku yang kurang baik.
Peran keluarga dalam menumbuhkan rasa kerja sama anak ketika bermain
sangatlah penting, terutama pada anak usia dini. Kemampuan bekerja sama
merupakan salah satu kemampuan dalam pola perilaku sosial. Anak yang
memiliki kemampuan sosial yang baik dapat dilihat dari seberapa dekat dia bisa
berteman atau bersahabat, seberapa mudah dia akrab dengan orang lain dan jarang
memiliki konflik dengan temannya. Anak yang memiliki kemampuan sosial yang
rendah menunjukkan sebaliknya, yaitu anak seperti kekurangan teman atau sering
menyendiri, sulit untuk akrab dengan orang lain. Pada dasarnya anak ini bukan
anak nakal yang tidak memiliki perasaan, tetapi hanya memperlihatkan
kemampuan sosial yang kurang berkembang secara optimal.
Kemampuan bekerja sama harus mulai ditumbuh kembangkan ke diri anak
sejak usia dini. Hal ini penting karena semakin banyak kesempatan yang anak
miliki untuk melakukan suatu hal bersama-sama, semakin cepat anak belajar
melakukannya dengan cara bekerja sama. Pada proses bekerja sama, anak dapat
mengembangkan kemampuan sosial emosional juga seperti bagaimana anak bisa
berbagi, bertanggung jawab, saling membantu, dan berinteraksi dalam
menyelesaikan tugas bersama.
Mengingat kemampuan bekerja sama anak sangat penting melalui kegiatan
bermain. Kegiatan bermain sebenarnya merupakan sarana untuk bersosialisasi
atau bergaul serta berbaur dengan orang lain. Dalam bermain bersama ditandai
dengan adanya kerja sama atau pembagian tugas dan pembagian peran antar
anak-anak yang terlibat dalam permainan untuk mencapai satu tujuan tertentu.
Anak bermain berarti anak dapat bekerja sama, namun perkembangannya
tergantung peran orang tua yang mendorong memberi kesempatan dan
mengarahkan agar anak mau bekerja sama dengan baik bersama temannya.

3
aṣ-ṣibyān Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini
Vol.4, No.1, Juni 2019, 1-17
(P) ISSN. 2541-5549 (E) ISSN. 2685-1326

Berdasarkan hasil observasi di Kp. Parakan ketika anak-anak bermain


kemampuan bekerja sama anak masih kurang optimal. Anak masih sering berebut
Heni Septiani PERAN KELUARGA DALAM MEMBIASAKAN KERJA SAMA ANAK
MELALUI BERMAIN DI KP. PARAKAN DS. BANYUMAS PANDEGLANG
mainan dengan teman sebayanya serta tidak mau berbagi mainan, masih sering
meninggalkan temannya ketika sedang bermain, masih sering bertengkar, hal
tersebut disebabkan karena anak masih belum optimal dalam menstabilkan rasa
sosialnya dan kebersamaannya. Mereka masih perlu sosialisasi terhadap teman
sebayanya. Serta peran keluarga dalam membiasakan kerja sama dengan anak
masih kurang optimal, seharusnya di dalam keluarga anak perlu pembiasaan
berbagi agar anak terbiasa berbagi hal apapun dengan teman sebayanya. Hal-hal
yang bisa dilakukan di rumah untuk membangun kebiasaan berbagi dengan anak
misalnya membantu orang tua agar anak dapat meningkatkan rasa kerja sama.
Kesadaran orang tua masih kurang bahwa pentingnya anak memiliki sifat kerja
sama saat bermain harus diberi contoh terlebih dahulu oleh orang tua ketika
dirumah, sehingga anak terbiasa bekerja sama dengan baik.
Mengenai masalah yang dialami anak-anak diatas, maka peneliti memfokuskan
pada pola prilaku sosial anak yaitu kerja sama anak. Seperti anak dapat mengajak
temannya untuk bermain bersama, dapat meminta mainan pada temannya dengan
rasa sopan, dapat berbagi mainan, dapat membantu teman dalam hal apa saja,
dapat menghargai dan berempati juga mampu untuk bekerja sama dalam sebuah
tim.
Berkenaan dengan fenomena diatas maka peneliti tertarik untuk melakukan
penelitian tentang “Peran Keluarga dalam Membiasakan Kerja Sama Anak
Melalui Kegiatan Bermain di Kp. Parakan Ds. Banyumas Pandeglang”.
2. Tujuan Penelitian
Berdasarkan permasalahan yang dipaparkan pada rumusan masalah, tujuan
penulis dalam penelitian ini adalah: Bagaimana peran keluarga dalam membentuk
kerjasama anak di keluarga Kp. Parakan? Dan bagaimana faktor pendukung dan
penghambat keluarga dalam membentuk kerjasama anak di keluarga Kp.
Parakan?
Metode
Pada penelitian ini, metode yang digunakan adalah metode kualitatif.
Metode penelitian kualitatif sering disebut metode penelitian naturalistic
karena penelitiannya di lakukan pada kondisi yang alamiah (natural
setting). Penelitian kualitatif deskriptif adalah proses pengumpulan data
yang dilakukan dengan cara penelitian, observasi untuk mencapai tujuan-
tujuan tertentu. Pengumpulan data yang dilakukan menggunakan metode-
metode ilmiah, yang bersifat deskriptif.
Penelitian ini sesuai dengan metode kualitatif deskriptif. Data yang
dikumpulkan adalah berupa kata-kata, gambar, dan bukan angka-angka.

5
PERAN KELUARGA DALAM MEMBIASAKAN KERJA SAMA ANAK MELALUI BERMAIN
DI KP. PARAKAN DS. BANYUMAS PANDEGLANG Heni Septiani
Selain itu, semua yang dikumpulkan berkemungkinan menjadi kunci
terhadap apa yang diteliti. Dengan demikian laporan penelitian akan berisi
kutipan-kutipan data untuk memberikan gambaran penyajian laporan
tersebut. Data tersebut berasal dari naskah wawancara, catatan laporan,
photo, dokumen pribadi, dan dokumentasi lainnya.
1. Lokasi Penelitan
Dalam penelitian ini penulis melakukan penelitian di Kp. Parakan Ds.
Banyumas Pandeglang Banten.
2. Tekhnik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data adalah cara yang dipakai untuk
mengumpulkan informasi atau fakta-fakta dilapangan. Teknik pengumpulan
data merupakan langkah yang paling starategis dalam penelitian. Teknik
penelitian yang digunakan adalah Observasi, Wawancara, dan
Dokumentasi.
Observasi
Observasi merupakan cara yang sangat baik untuk meneliti perilaku
manusia. Dalam konteks penelitian kualitatif, observasi dimaksudkan
sebagai kegiatan yang dilakukan secara terencana untuk menggambarkan
peristiwa dan perilaku (Jafar Ahiri, 2008).
Kegiatan observasi meliputi melakukan pengamatan, pencatatan secara
sistematik kejadian-kejadian perilaku, objek-objek yang dilihat dan hal-hal
lain yang diperlukan dalam mendukung penelitian yang sedang dilakukan.
Pada tahap awal observasi dilakukan secara umum, peneliti mengumpulkan
data atau informasi sebanyak mungkin. Tahap selanjutnya peneliti harus
melakukan observasi yang terfokus, yaitu mulai mereduksi data atau
informasi yang diperlukan sehingga peneliti dapat menemukan pola-pola
perilaku yang terus menerus terjadi.
Langkah-langkah observasi yang dilakukan peneliti yaitu terjun
langsung ke lapangan dan mengamati kegiatan bermain anak terlebih
dahulu ketika anak sedang bermain dengan teman-temannya, di amati
bagaimana kerja sama anak ketika anak sedang bermain dengan temannya,
setelah itu mengamati prilaku kerja sama anak dengan keluarga ketika di
dalam rumah dan mengamati peran keluarga dalam menumbuhkan kerja
sama kepada anak.
Dalam penelitian ini, observasi dilakukan dengan mengamati secara
langsung untuk mengetahui prilaku sosial kerja sama anak.

6
Heni Septiani PERAN KELUARGA DALAM MEMBIASAKAN KERJA SAMA ANAK
MELALUI BERMAIN DI KP. PARAKAN DS. BANYUMAS PANDEGLANG
Wawancara
Wawancara merupakan pertemuan dua orang untuk bertukar informasi
dan ide melalui Tanya jawab, sehingga dapat dikontruksikan makna dalam
suatu topik tertentu (Sugiyono, 2016).
Langkah-langkah wawancara yang dilakukan oleh peneliti yaitu
melakukan tanya jawab dengan narasumber yang mendukung penelitian ini.
Adapun narasumber dalam penelitian ini terdiri dari bapak kepala Desa
Banyumas, ketua RT 004 Kp. Parakan dan para orang tua yang diteliti.
Wawancara yang dilakukan kepada kepala desa mengenai profil Desa
Banyumas. Wawancara yang dilakukan kepada bapak ketua RT 004 Kp.
Parakan mengenai gambaran umum Kp. Parakan, dan wawancara dilakukan
pula kepada orang tua tentang gambaran proses mengenai peran keluarga
dalam membiasakan kerja sama anak.
Untuk mendapatkan hasil dari permasalahan ini, peneliti menyiapkan
pedoman lembar wawancara berisi pertanyaan-pertanyaan yang diajukan
kepada informan dengan tujuan untuk memudahkan dalam melakukan
wawancara, pengelolaan data dan informasi terkait peran keluarga dalam
membiasakan kerja sama anak melalui bermain.
Dokumentasi
Melalui kajian dokumen adalah teknik pengumpulan data dan informasi
melalui pencarian dan penemuan bukti-bukti. Dokumen bisa berbentuk
tulisan, gambar atau karya-karya monumental dari seseorang (Sugiyono,
2016).
Dokumentasi ini digunakan sebagai data pendukung hasil wawancara
dan observasi yang bertujuan agar dalam observasi dan wawancara tidak
menyimpang dari permasalahan yang akan diteliti. Dalam hal ini peneliti
melakukan dokumentasi berupa gambaran umum seperti profil Kp. Parakan,
profil Desa Banyumas, sejarah desa, visi, misi, program kerja desa, data
anak dan orang tua, serta struktur desa dan foto-foto kegiatan berupa
tentang kegiatan-kegiatan apa saja yang dilakukan anak dalam kerja sama
nya ketika bermain, dan peran keluarga dalam membiasakan kerja sama
anak.
Dengan dokumentasi ini, peneliti dapat memperoleh data atau informasi
dari berbagai sumber tertulis atau dari dokumen yang ada pada informan,
yang berhubungan dengan masalah yang diteliti sehingga dapat mendukung
dan menambah kepercayaan dan pembuktian suatu masalah.

7
PERAN KELUARGA DALAM MEMBIASAKAN KERJA SAMA ANAK MELALUI BERMAIN
DI KP. PARAKAN DS. BANYUMAS PANDEGLANG Heni Septiani
3. Analisis Data
Teknik analisis data di lapangan yang digunakan penulis yakni dengan
model Miles dan Huberman yaitu analisis data kualitatif dilakukan secara
interaktif dan berlangsung secara terus menerus sampai tuntas, sehingga
data dianggap kredibel. Adapun langkah-langkah dalam analisis data dalam
penelitian ini, yaitu: Data Reducation (Reduksi Data), Data Display
(Penyajian Data), Conclusion Drawing/verification (Penarikan Kesimpulan
dan verifikasi).
Data Reduction (Reduksi Data)
Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok,
memfokuskan hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya. Dengan
demikian data yang telah direduksi akan memberikan gambaran yang lebih
jelas, dan mempermudah peneliti untuk mengumpulkan data mengenai
“Peran Keluarga dalam Membiasakan Kerja Sama Anak Melalui Kegiatan
Bermain”.
Data Display (Penyajian Data)
Setelah data direduksi, maka langkah selanjutnya adalah mendisplaykan
data atau menyajikan data. Tujuannya adalah untuk menyederhanakan
informasi, dari informasi yang kompleks ke informasi yang sederhana,
sehingga mudah dipahami maknanya.
Conslusion Drawing/verification (Penarikan Kesimpulan/verifikasi)
Metode ini digunakan untuk mengklarifikasi data yang diperoleh untuk
disimpulkan. Proses analisis dimulai dengan menelaah data yang tersedia
dari berbagai sumber yaitu dari wawancara, pengamatan yang sudah
dituliskan dalam catatan lapangan, dokumentasi pribadi, dokumentasi resmi,
gambar, foto dan sebagainya.
Hasil Penelitian dan Analisis

Pada hasil penelitian ini, peneliti akan fokus membahas pada Peran
Keluarga dalam Membiasakan Kerja Sama anak dalam kegiatan Bermain di
kp. Parakan Pandeglang Banten. Dimana data tersebut peneliti dapatkan
dari hasil observasi, wawancara, dan dokumentasi untuk mengambil suatu
keputusan yang objektif dan berfungsi sebagai fakta. Berikut ini hasil
observasi dan wawancara kepada lima orang tua anak yang akan diteliti
yaitu Ibu Yuliani, Ibu Fadlah, Ibu Jumiati, Ibu Adah, dan Ibu Bainatu.

8
Heni Septiani PERAN KELUARGA DALAM MEMBIASAKAN KERJA SAMA ANAK
MELALUI BERMAIN DI KP. PARAKAN DS. BANYUMAS PANDEGLANG
Peran Keluarga dalam Membentuk Kerja Sama Anak di Keluarga
Kp.Parakan
Wawancara dengan Ibu Yuliani orang tua dari Marwah tentang
mengajarkan anak agar saling membantu menyatakan bahwa:
“Membiasakan anak agar saling membantu yang dilakukan di dalam rumah
biasanya membiasakan dengan cara merintahnya, misalnya ketika sedang
masak ada bumbu yang kurang saya merintah anak ke warung. Dengan cara
seperti itu secara tidak langsung mengajarkan anak saling membantu
terhadap keluargaWawancara guru mata pelajaran Pendidikan Agama
Islam.”
Wawancara dengan Ibu Siti Fadlah orang tua dari Fajri mengenai
mengajarkan anak agar saling membantu menyatakan bahwa: “Saya
membiasakan minta tolong dalam kehidupan sehari-hari, jadi saya minta
fajri membantu dalam merapihkan di dalam rumah sesuai dengan
kemampuannya, misalnya ketika rumah sedang acak-acakan bekas ia
bermain saya minta ia yang merapihkan nya sendiri agar ia merasa
bertanggung jawab dan hal lain dalam membantu di keluarga biasanya
dengan cara merintahnya juga agar anak terbiasa dalam saling membantu
selalu bersikap baik juga terhadap temannya.”

Gambar : Zulfan dan Kaka nya saling membantu akan merapihkan


mainan bersama.
Zulfan dan kaka nya sedang bermain mobil-mobilan bersama dengan
riang gembira seperti gambar di atas. Setelah asyik bermain kaka nya
memberi contoh agar zulfan membantu dan bertanggung jawab untuk
merapihkan mainan bersama kaka nya. Dengan kaka nya memberi contoh
sikap saling membantu merapihkan mainan tersebut maka akan membuat
zulfan terbiasa untuk melakukannya dan setiap kegiatan yang dilakukan
bersama-sama akan cepat selesai.
9
PERAN KELUARGA DALAM MEMBIASAKAN KERJA SAMA ANAK MELALUI BERMAIN
DI KP. PARAKAN DS. BANYUMAS PANDEGLANG Heni Septiani
Menurut Ibu Bainatu orang tua dari Zulfan menyatakan bahwa
mengajarkan saling membantu kepada anak dengan cara memberikan
contoh terlebih dahulu bagaimana sikap saling membantu akan membuat
segalanya jadi lebih mudah. Selain diberikan contoh kita sebagai orang tua
juga harus membiasakan anak agar saling tolong menolong terhadap
sesama.
Hasil wawancara tersebut dapat diperkuat dengan pernyataan orang tua
mengenai mengajarkan anak agar saling membantu, yaitu dengan
pernyataan sebagai berikut:
Menurut Ibu Adah Saodah orang tua dari Yazid menyatakan bahwa: “Di
kasih pengertian kepada anak dengan cara dibiasakan nya, diberi contoh
juga karena saya tidak hanya memerintah kepada anak tapi biasanya saya
ikut serta dalam aktivitas yang membutuhkan kerjasama atau saling
membantu, sehingga anak akan lebih mengerti dalam arti saling membantu
itu.”
Seperti gambar dibawah ini yang dilakukan ibu Adah Saodah dalam
mengajarkan anak agar dapat saling membantu yaitu mencontohkannya dan
ikut serta dalam aktivitas tersebut, ibu Adah sedang membersihkan halaman
rumah Yazid dan kaka nya ikut membantu untuk membuang sampah yang
sedang di sapu oleh ibu nya.

Gambar : Yazid sedang membantu ibunya membersihkan halaman


rumah.
Sedangkan menurut Ibu Jumiati orang tua dari Putri menyatakan:
“Menanamkan sikap saling membantu sama hal nya dengan kerja sama
dalam anggota keluarga itu dengan cara-cara sederhana dulu, seperti
misalnya putri kan mempunyai adik masih bayi nah biasanya saya meminta
bantuan putri untuk menjaga adiknya ketika saya sedang memasak dengan
seperti itu putri membantu saya dalam menjaga adiknya.”
10
Heni Septiani PERAN KELUARGA DALAM MEMBIASAKAN KERJA SAMA ANAK
MELALUI BERMAIN DI KP. PARAKAN DS. BANYUMAS PANDEGLANG
Berdasarkan wawancara dan observasi yang telah dilakukan oleh peneliti
dalam hal mengajarkan anak agar saling membantu, maka peneliti
menyimpulkan bahwa hasil wawancara dari beberapa informan
mengajarkan anak agar saling membantu dengan cara dibiasakan atau
memerintahnya sebagai perbuatan bantu-membantu atau perbuatan yang
dilakukan bersama-sama. Dengan membantu orang lain dalam kehidupan
sehari-hari akan menumbuhkan rasa kerja sama pada diri anak.
Hasil wawancara dengan beberapa informan mengenai cara membentuk
kerja sama anak di dalam keluarga, menurut Yuliani, Siti Fadlah, ibu
Bainatu, Ibu Adah menyatakan bahwa cara membentuk kerja sama dalam
kehidupan sehari-hari dengan membiasakan anak agar saling membantu,
saling gotong royong ketika di rumah baik dengan kaka nya, atau dengan
ibu bapak nya. Sedangkan menurut ibu Jumiati orang tua Putri menyatakan
bahwa cara membentuk kerja sama dalam kehidupan sehari-hari dengan
mencontohkan nya dalam pekerjaan rumah, misalnya seperti yang saya
katakan sebelumnya kerja sama membantu ibu, sebagai anak bentuk kerja
sama dirumah paling membantu orang tua yang sedang melakukan
pekerjaan dirumah salah satunya dengan menjaga adiknya, karena dengan
bermain bersama adik adalah salah satu cara kerja sama anak menolong
orang tua, dengan hal itu melatih anak juga untuk mengetahui tanggung
jawab, dan melatih kepekaan terhadap saling membantu menumbuhkan rasa
kerja sama anak dengan orang lain.
Dari hasil observasi dan wawancara yang sudah dilakukan oleh peneliti
dan telah dipaparkan diatas, maka peneliti menyimpulkan bahwa peran
keluarga dalam membentuk kerja sama anak di Kp. Parakan yaitu dengan
dibiasakannya saling membantu, saling gotong royong antar sesama
keluarga sudah berkembang baik.
Dengan kegiatan bekerja sama maka pekerjaan akan menjadi lebih
ringan, cepat selesai dan menumbuhkan semangat gotong-royong, tolong-
menolong pada masing-masing anak. Mengingat kemampuan bekerja sama
dipengaruhi oleh lingkungan sosial anak, baik lingkungan keluarga,
masyarakat, dan sekolah. Dalam membiasakan kerja sama bagi anak usia
dini dapat melatih kepekaan anak, melatih kemampuan anak untuk
berkomunikasi, melatih anak menjalin hubungan dengan orang lain, dan
melatih anak untuk dapat menghargai orang lain, dalam melatih
kemampuan kerja sama anak usia dini tersebut dapat dilakukan melalui
kegiatan bermain.

11
PERAN KELUARGA DALAM MEMBIASAKAN KERJA SAMA ANAK MELALUI BERMAIN
DI KP. PARAKAN DS. BANYUMAS PANDEGLANG Heni Septiani
Membiasakan kemampuan kerja sama dalam kegiatan bermain ini sangat
diperlukan. Karena di dalam bermain dapat melatih anak agar saling
berinteraksi, adanya prilaku saling berbagi, saling menghargai, dan saling
membantu antara satu sama lain didalamnya. Setiap permainan yang anak
lakukan ini ditandai dengan adanya kerjasama atau pembagian tugas dan
pembagian peran diantara anak yang terlibat di dalam suatu permainan.
Seperti gambar dibawah ini:

Gambar : Bermain Menyusun Jalan untuk Mobil-mobilan (Bermain


Jenis Konstruktif)
Fajri, Putri, dan Marwah sedang melakukan jenis permainan konstruktif.
Bermain kontrukstif adalah permainan membangun, membentuk, dan
menyusun (Pupung Puspa Andriani dan Anik Lestaningrum, 2018). Seperti
gambar tersebut anak sedang menyusun bungkus rokok supaya menjadi
jalanan mobil-mobilan, untuk menyusun jalanan tersebut tentu bukan hal
yang mudah bagi anak. Tentu saja anak harus berimajinasi, berbagi ide, dan
saling membantu untuk menyelesaikan suatu permainan ini. “Bermain dapat
mengembangkan keterampilan sosial emosional, kognitif dalam
pembelajaran terdapat berbagai kegiatan yang memiliki dampak dalam
perkembangan anak, sehingga dapat diidentifikasikan bahwa fungsi bermain
antara lain untuk mencerdaskan otot pikiran, mengasah panca indra, sebagai
media terapi, memacu kreatifitas, melatih intelektual, menemukan sesuatu
yang baru, dan untuk melatih empati” (Djoko Adi Walujo, 2017). Dengan
anak bermain bersama tersebut anak meningkatkan keterampilan dan
mengembangkan kemampuan dalam diri anak yang menimbulkan imajinasi,
rasa sosialisasi, serta kesenangan dan kepuasan. Melalui permainan yang
anak lakukan tersebut tanpa kita sadari kemampuan kerja sama anak pun
terbentuk, dengan adanya kerja sama peran antar anak-anak yang terlibat
dalam permainan itu dapat mencapai satu tujuan tertentu yaitu menyusun
jalanan mobil-mobilan dari bungkus rokok dapat terselesaikan.
12
Heni Septiani PERAN KELUARGA DALAM MEMBIASAKAN KERJA SAMA ANAK
MELALUI BERMAIN DI KP. PARAKAN DS. BANYUMAS PANDEGLANG
Penghambat dan Pendukung Keluarga dalam Membentuk Kerja
Sama Anak di Keluarga Kp. Parakan
Hasil wawancara dengan beberapa informan yaitu orang tua anak di Kp.
Parakan mengenai hambatan dalam membentuk kerja sama anak, sebagai
berikut: hasil wawancara dengan Siti Fadlah orang tua dari fajri menyatakan
bahwa: “hambatan yang dialami dalam membentuk kerja sama dengan anak
yaitu anak suka menolak atau tidak mau ketika orang tua meminta bantuan,
namun itu tergantung dengan mood anak. Jika mood anak nya sedang baik
pasti akan melakukannya namun ketika anak sedang mood nya kurang baik
gitu ya kadang tidak mau.” Yuliani orang tua dari marwah pun sependapat
dengan Siti Fadlah bahwa hambatan nya yaitu anak suka menolak jika
mood nya lagi kurang baik.
Wawancara menurut Jumiati orang tua dari putri menyatakan bahwa:
“Suka susah diajak kerja sama jika tidak ada rayuan terlebih dahulu,
mungkin karena umur nya yang masih kecil namun saya selalu
mengupayakan agar ia tetap bisa saling membantu saling kerja sama atau
bareng-bareng terutama dengan temannya.
Sedangkan menurut Bainatu orang tua Zulfan bahwa: “hambatan yang
dialami dalam membiasakan kerja sama anak yaitu karena kenakalan dan
kemalasannya, terkadang ketika anak sedang bermain sedikit susah diatur
juga makanya ketika zulfan bermain selalu didampingi oleh kaka nya, agar
anak bisa bekerja sama entah dalam hal saling berbagi meminjamkan
mainan atau hal lainnya.”
Menurut Adah orang tua dari Yazid bahwa: “hambatan yang dialami
dalam membentuk kerja sama yaitu anak sering bertengkar dengan kaka
nya, itu yang menjadi hambatan tapi ketika anak bermain dengan teman nya
sikap anak selalu baik dan kerja sama nya sudah lumayan baik juga.”
Dari hasil wawancara yang sudah dilakukan peneliti dan telah
dipaparkan, maka peneliti menyimpulkan bahwa hambatan yang dialami
orang tua dalam membentuk kerja sama anak yaitu dari kondisi prilaku anak
yang belum stabil dalam hal saling membantu, saling bergotong royong di
rumah jika tidak ada perintah dari orang tua dalam membiasakannya. Tetapi
ketika anak bermain, sikap kerja sama anak dengan temannya sudah
berkembang dengan baik.
Dan hasil wawancara dengan beberapa informan yaitu orang tua anak
mengenai faktor pendukung dalam membentuk kerja sama anak, dapat
disimpulkan bahwa menurut para orang tua faktor pendukung dalam

13
PERAN KELUARGA DALAM MEMBIASAKAN KERJA SAMA ANAK MELALUI BERMAIN
DI KP. PARAKAN DS. BANYUMAS PANDEGLANG Heni Septiani

membiasakan kerja sama anak yaitu dengan cara bermain, dimana anak
dapat menyelesaikan suatu tugas bersama untuk mencapai suatu permainan,
anak dapat memberi atau saling berbagi mainan maksudnya anak saling
meminjamkan mainan-mainan yang ia sedang mainkan tanpa ada paksaan
dari orang tua, dan anak aktif dalam bermain bersama teman-temannya.
Pembahasan
Berdasarkan hasil observasi dan wawancara yang dilakukan peneliti di
Kp. Parakan, Ds. Banyumas, Kec. Bojong, Kab. Pandeglang, peran keluarga
dalam membentuk kerja sama anak yaitu dengan:

1. Membiasakan anak agar saling membantu

2. Memerintah anak supaya saling bergotong royong

3. Memberi contoh anak agar dapat saling berbagi terhadap sesama.


Hambatan yang dialami dalam membentuk kerja sama anak yaitu
kondisi prilaku anak masih belum stabil. Misalnya ketika orang tua
memberi perintah untuk meminta bantuan jika mood anak sedang tidak mau
maka anak tidak akan melakukan hal tersebut. Menurut “Muhaimin bahwa
ada beberapa faktor yang mempengaruhi tumbuh kembang kerja sama pada
anak yaitu, anak berada di dalam lingkungan yang positif dan bebas
tekanan. Stimulasi kerja sama akan optimal jika anak tidak merasa tertekan.
Anak yang tertekan dapat menghambat tingkat emosi kerja sama anak”
(Nabila Az Zahwa, 2017).
Tingkat emosi anak masih kuat dalam hal bekerja sama, oleh karena itu
peran keluarga harus menunjukkan perhatian tinggi kepada anak,
menunjukkan sikap penuh kasih sayang, dan menunjukkan sikap
kesungguhan hati dalam membantu orang lain. Karena anak usia dini masih
berada dalam “golden age” jadi apa yang anak lihat anak akan
mengingatnya, maka dari itu orang tua tidak hanya memerintah anak saja
tetapi orang tua harus memberi contoh terlebih dahulu ketika melakukan
sesuatu dalam hal kerja sama tersebut.
Dan faktor pendukung dalam membiasakan kerja sama anak yaitu harus
adanya saling ketergantungan terhadap sesama dengan adanya saling
ketergantungan diantara anak dapat memperkuat rasa kebersamaan. Seperti
hal nya ketika bermain anak saling berketergantungan satu sama lain untuk
mencapai suatu permainan tersebut. Adanya pemberian tugas dalam suatu
permainan karena akan membantu semangat bersama dalam mencapai
tujuan.

14
Heni Septiani PERAN KELUARGA DALAM MEMBIASAKAN KERJA SAMA ANAK
MELALUI BERMAIN DI KP. PARAKAN DS. BANYUMAS PANDEGLANG

Misalnya seperti hasil penelitian diatas anak bermain dalam permainan


Jenis Kontrukstif dimana anak melakukan permainan membangun,
membentuk, dan menyusun. Melalui permainan yang anak lakukan tersebut
tanpa disadari kemampuan kerja sama anak terbentuk dengan adanya kerja
sama peran antar anak-anak yang terlibat dalam permainan itu dan dapat
mencapai satu tujuan bersama.
Menurut hasil observasi dan wawancara peneliti, faktor penghambat dan
pendukung dalam membentuk kerja sama anak, diantaranya adalah sebagai
berikut:

1. Faktor Penghambat: Kondisi prilaku anak yang masih belum stabil, dan
sikap egosentris anak yang masih tinggi. Maka dari itu, orang tua harus
selalu memberi arahan, memberi contoh terlebih dahulu kepada anak
jangan hanya memerintahnya saja, dan beri stimulasi kerja sama tanpa
adanya rasa tekanan kepada anak. Karena stimulasi kerja sama akan
optimal jika anak tidak merasa tertekan

2. Faktor Pendukung: Lebih membiasakan anak dalam melakukan


kegiatan bermain bersama dengan teman-temannya. Maka orang tua
harus selalu memperhatikannya ketika anak bermain.
Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan tentang “Peran
Keluarga dalam Membiasakan Kerja Sama Anak melalui Bermain di Kp.
Parakan” maka peneliti mengambil kesimpulan bahwa peran keluarga
dalam membentuk kerja sama anak di dalam keluarga Kp. Parakan sudah
sangat baik, yang dilakukan dalam membentuk kerja sama anak di kp.
Parakan dengan cara saling membantu, saling gotong royong, dan saling
berbagi, termasuk dalam poin hal kemampuan kerja sama. Karena kerja
sama merupakan perbuatan bantu-membantu atau perbuatan membagi
kegiatan tugas-tugas pada anggota keluarga untuk dilakukan secara
bersama-sama. Namun peran orang tua dalam memperhatikan anak ketika
sedang bermain perlu ditingkatkan kembali, karena dengan bermain
bersama nilai kerja sama anak itu sangat dibutuhkan.
Adapun hambatan keluarga dalam membentuk kerja sama anak yaitu
karena kondisi prilaku anak masih belum stabil, sikap egosentris anak yang
masih tinggi, dan masih harus ada perintah dari orang tua sehingga orang
tua harus terus membiasakannya jangan sampai bosan terutama dalam
menghadapi prilaku anak ini. Dan faktor pendukung yang dilakukan yaitu

15
PERAN KELUARGA DALAM MEMBIASAKAN KERJA SAMA ANAK MELALUI BERMAIN
DI KP. PARAKAN DS. BANYUMAS PANDEGLANG Heni Septiani

harus adanya saling ketergantungan terhadap sesama dengan adanya


saling ketergantungan diantara anak dapat memperkuat rasa kebersamaan.
Daftar Rujukan
Adi, Djoko Walujo. Dkk. 2017. Kompendium PAUD Memahami PAUD Secara
Singkat. Depok: Prenadamedia Group.
Ahiri, Jafar. 2008. Metodologi Penelitian Pendidikan. Kendari: Unhalu Press.
Az Zahwa, Nabila. 2017. Kemampuan Kerja Sama Anak Usia Dini ditinjau Dari
Urutan Kelahiran Di Kelompok B RA Al Karomah Batang. (Skripsi). 14.
Nurani, Yuliani Sujiono. 2013. Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini. Jakarta:
PT Indeks Permata Puri Media.
Puspa, Pupung Andriani dan Anik Lestaningrum. 2018. Bermain dan Permainan
Anak Usia Dini. Nganjuk: Adjie Media Nusantara.
Sugiyono. 2016. Metode Penelitian Kombinasi. Bandung: Alfabeta.
Sugiyono. 2016. Metode Penelitian Kualitatif, Kuantitatif, dan R&D. Bandung:
Alfabeta.

16
aṣ-ṣibyān Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini
Vol.4, No.1, Juni 2019, 1-17
(P) ISSN. 2541-5549 (E) ISSN. 2685-1326

Anda mungkin juga menyukai