Anda di halaman 1dari 40

i

LAPORAN
PENGARUH HEALTH BELIEF MODEL TERHADAP
PENGGUNAAN OBAT RASIONAL PADA PASIEN
DIARE DI BANJARMASIN

Disusun Oleh
Kelas VC

1. Annisa Fitria (11194761910454) 11. Muhammad Kasmayuda (11194761910483)


2. Benedikta Da Manis (11194761910457) 12. Ni Luh Nadia Santika P (11194761910486)
3. Diana (11194761910462) 13. Nia Dwi Agustina (11194761910487)
4. Edy Prianto (11194761910463) 14. Noor aspia (11194761910488)
5. Fuzah (11194761910467) 15. Putri Hana Natalia (11194761910492)
6. Hayatun Nufus (11194761910471) 16. Saniyya Caesa Anjarini (11194761910498)
7. Iva Oktafira (11194761910473) 17. Sinta Dewi (11194761910501)
8. Jian Yasnatasya YS (11194761910474) 18. Vikri Haikal Rivani (11194761910506)
9. Kristavia Enda Yuanda (11194761910476) 19. Yupi Weliyanto (11194761910509)
10. Misa Raema (11194761910482)

PROGRAM STUDI S1
FARMASI FAKULTAS
KESEHATAN UNIVERSITAS
SARI MULIA BANJARMASIN
2021
DAFTAR ISI

Halaman
DAFTAR ISI.............................................................................................................i
DAFTAR GAMBAR...............................................................................................ii

BAB I PENDAHUUAN..........................................................................................1

A. Latar Belakang..............................................................................................1

B. Rumusan Masalah.........................................................................................3

C. Tujuan Penelitian..........................................................................................3

D. Manfaat Penelitian........................................................................................3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA..............................................................................4

A. Landasan Teori..............................................................................................4

B. Kerangka Teori dan Kerangka Konsep.......................................................11

BAB III METODE PENELITIAN........................................................................12

A. Metode Penelitian.......................................................................................12

B. Lokasi dan waktu penelitian.......................................................................13

C. Populasi dan sampel yang digunakan.........................................................13

D. Analisis data................................................................................................13

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN................................................................14

A. Hasil Penelitian...........................................................................................14

B. Pembahasan.................................................................................................18

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN.................................................................21

A. Kesimpulan.................................................................................................21

B. Saran............................................................................................................21

i
ii

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................22

LAMPIRAN...........................................................................................................25

Lembar Persetujuan................................................................................................25

Kuisioner Penelitian...............................................................................................26
DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1 Kerangka Teori......................................................................................11

Gambar 2 Kerangka Konsep..................................................................................11

iii
DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1 Karakteristik Responden...........................................................................14

Tabel 2 Data Perilaku Swamedikasi .....................................................................16

Tabel 3 Perceived susceptibility ............................................................................17

Tabel 4 Perceived severity.....................................................................................17

Tabel 5 Perceived benefit ......................................................................................17

Tabel 6 Perceived barrier......................................................................................17

Tabel 7 Perceived self – efficacy ...........................................................................17


iv
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Penyakit diare masih menjadi masalah global dengan


derajat kesakitan dan kematian yang tinggi di berbagai negara
terutama di negara berkembang dan juga sebagai salah satu
penyebab utama yang tingginya angka kesakitan dan kematian
anak di dunia. Secara umum, diperkirakan lebih dari 10 juta anak
yang berusia kurang dari 5 tahun meninggal setiap tahunnya di
dunia dimana mencapai sekitar 20% yang meninggal karena infeksi
diare (Prabasiwi, 2018).
Menurut data World health Organization (WHO) setiap
tahunnya terdapat 1,7 milyar kasus diare, dengan angka kematian
525.000 tiap tahunnya. Di Indonesia diperkirakan ditemukan
penderita diare sekitar 60 juta kejadian setiap tahunnya yang
sebagian besar (70-80%) terjadi pada anak dibawah 5 tahun.
Berdasarkan data dan informasi profil kesehatann Indonesia tahun
2018, di Kalimantan Selatan massih banyak ditemui kasus diare.
Sebagai perbandingan kasus diare pada tahun 2017 sebanyak
54.316 kasus, tahun 2018 sebanyak 72.020 kasus, dan pada tahun
2019 sebanyak 52.908 kasus. (Latifah, H, 2018)
Berdasarkan data oleh Dinas Kesehatan Provinsi
Kalimantan Selatan tahun 2020 di kota Banjarmasin persentase
diare yang ditemukan dan ditangani pada balita adalah 15,9%
sedangkan pada semua umur 28,70% dari jumlah target penemuan
pada grafik tertulis sekitar 19.324 kasus pada semua umur dan pada
balita sekitar 8.579 kasus pada balita. Dengan total kasus tercatat
5.412 kasus pada semua umur dan 1.367 kasus pada balita. (Dinkes
KalSel, 2021)
Penggunaan obat rasional (POR) merupakan salah satu
kebijakan program kerja Kementrian Kesehatan Republik
Indonesia (KemenkesRI) yang termasuk dalam bagian gerakan

1
2

masyarakat cerdas menggunakan obat dengan harapan mampu


meningkatkan rasa aman terhadap efektivitas sediaan obat yang
mudah didapat, agar terlindung dari penggunaan obat yang salah,
demi meningkatkan kesadaran penyalahgunaan obat
(Kemenkes,2018). Masih menurut Kemenkes (2018)
dalam laporan kinerja Direktorat Jenderal Farmasi dan Alat
Kesehatan (Dirjen Farmalkes) 2017, bahwa POR merupakan salah
satu dari tugas pelayanan farmasi oleh apoteker di wilayah kerja
Puskesmas (Kemenkes, 2018). Maka dari itu, penggunaan obat
yang rasional sudah menjadi hak setiap pasien dan kewajiban
tenaga medis baik dokter, apoteker, dan perawat untuk
mengedukasi kepada seluruh lapisan masyarakat agar cerdas
menggunakan obat sesuai kebutuhan dan rasionalitasnya
(Kemenkes, 2018).
Berdasarkan jurnal Trifianingsing, dyah., & nura, florentina
tentang Penyuluhan Terkait Pencegahan Dan Penatalaksanaan
Diare Bagi Warga Gang Karya Banjarmasin Tengah dilakukan
pengamatan kepada masyarakat sekitar Tingkat pengetahuan
mengenai penyakit diare dan pengobatannya dari warga sekitar
wilayah sangat rendah. Sangat rendahnya tingkat pengetahuan
warga ini dapat dilihat dari pengakuan beberapa warga saat ditanya
mengenai penyebab diare. Kebanyakan warga menjawab bahwa
diare disebabkan karena terlalu banyak makan sambal atau salah
pada proses memasak makanan. Sebagian warga juga menjawab
bahwa jika ada yang mengalami diare maka yang harus dilakukan
oleh penderita diare adalah meminum air rebusan daun jambu.
(Trifianingsing, dkk, 2020)
Berdasarkan yang telah dipaparkan di atas,dapat dilihat
tingginya angka kasus diare disebabkan karena kurangnya
pemahaman penyebab dan penanganannya maka yang menjadi
fokus kajian dalam penelitian ini adalah meneliti pengaruh Health
Belief Model terhadap penggunaan obat rasional pada pasien diare
di kota Banjarmasin. Ditinjau dari keyakinan individu mengenai
kerentanan dirinya atas resiko penyakit dalam mendorong orang
untuk melakukan perilaku yang lebih sehat.

B. Rumusan Masalah

Bagaiman pengaruh Health Belief Model terhadap penggunaan


obat rasional pada pasien diare di kota Banjarmasin.

C. Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui pengaruh Health Belief Model terhadap


penggunaan obat yang rasional pada pasien diare di kota
Banjarmasin.

D. Manfaat Penelitian

1. Secara Teoritis

Penelitian ini diharapkan untuk mampu memberikan


sumbangan pemikiran bagi pengembangan teori keilmuaan,
khususnya dibidang kefarmasian.
2. Secara Praktis

Memberi kontribusi positif bagi para insan akademik dan


menambah pengetahuan bagi massyarakat yang luas pada
umumnya, khususnya dalam hal ini kepada penderita penyakit
diare tentang betapa pentingnya kepercayaan terhadap suatu
penyakit, sehingga dapat melakukan pencegahan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Landasan Teori

1. Definisi diare

Diare masih menjadi salah satu masalah kesehatan


masyarakat yang penting karena merupakan penyumbang utama
ketiga kesakitan dan kematian anak di berbagai Negara
berkembang termasuk Indonesia. Penyebab utama kematian akibat
diare ialah dehidrasi akibat kehilangan cairan dan elektrolit
melalui tinja. Penyebab kematian lainnya adalah disentri, kurang
gizi, dan infeksi. Golongan umur yang paling rentan menderita
diare adalah anak-anak karena daya tahan tubuhnya yang masih
rendah. Penyakit diare masih mendominasi jumlah kematian balita
di Indonesia (Tommy, 2017).
Diare merupakan suatu penyakit dengan tanda-tanda adanya
perubahan bentuk dan konsistensi dari tinja, yang melembek
sampai mencair dan bertambahnya frekuensi berak lebih dari
biasanya (3 kali atau lebih dalam 1 hari), yang ditandai dengan
gejala dehidrasi, demam, mual dan muntah, anorexia, lemah,
pucat, keratin abdominal, mata cekung, membran mukosa kering,
pengeluaran urin menurun, dan lain sebagainya Penyakit ini
merupakan salah satu penyakit yang ditularkan melalui air dimana
sumber air bersih masih menjadi isu prioritas utama di wilayah
pasifik, termasuk negara Indonesia. Kurangnya cakupan air bersih
merupakan salah satu faktor dalam kejadian penyakit diare
(Dahyuniar, 2018).
Diare adalah gejala klinis gangguan pada pencernaan usus
dengan ditandai adanya peningkatan buang air besar lebih dari
biasanya. Secara umum, diare disebabkan makanan dan minuman
yang terpapar virus, bakteri, atau parasite (Muhammad,2019).
Berdasarkan WHO 2019 Diare merupakan salah satu penyakit
dengan tingkat insidensi dan mortalitas tertinggi di dunia.

4
5

Dilaporkan terdapat sekitar 1,7 triliun kasus setiap tahunnya


(WHO, 2019).
Diare memerlukan penanganan yang komprehensif dan
rasional. Secara umum penanganan diare ditujukan untuk
mencegah atau menanggulangi dehidrasi serta gangguan
keseimbangan asam basa, mengobati kausa diare yang spesifik,
mencegah untuk menganggulangi gangguan gizi serta mengobati
penyakit penyerta. Meskipun sebagian besar kasusu diare pada
anak akan sembuh dengan sendirinya (self-limiting disease), tetapi
diare yang berlangsung terus menerus dengan jumlah tinja yang
banyak sekali menyebabkan keadaan dehidrasi dan secara
bermakna meningkatkan angka kesakitan, menurunkan berat
badan, mengganggu status gizi dan sampai menimbulkan kematian
(Soeseno dkk, 2019)

2. Klasifikasi Diare

Diare diklasifikasikan berdasarkan durasinya menjadi 2,


yaitu diare akut dan kronis. Diare akut adalah diare yang
berlangsung kurang dari 2 minggu yang biasanya disebabkan oleh
infeksi bakteri, parasit, atau invasi virus serta dapat disebabkan
oleh agen non-infeksi seperti keracunan makanan dan pengobatan,
sedangkan diare kronis adalah diare yang berlangsung lebih dari 2
minggu (Kapti, 2017)

3. Mekanisme Diare
a. Diare sekretorik
Diare tipe ini disebabkan oleh meningkatnya sekresi air dan
elektrolit dari usus, menurunnya fungsi absropsi dari usus. Bakteri
dalam usus akan mengeluarkan toksin yang mana toksin tersebut
akan menstimulasi c-AMP dan c-GMP yang mengakibatkan
peningkatan sekresi cairan dan elektrolit sehingga terjadi diare.
Yang khas pada diare ini yaitu secara
klinis ditemukan diare dengan volume tinja yang banyak
sekali (M. Asria, 2018).
b. Diare Osmotik
Diare tipe ini disebabkan meningkatnya tekanan osmotik
intralumen dari usus halus yang disebabkan oleh obat-obat/ zat kimia
yang hiperosmotik(antara lain MgSO4, Mg(OH)2, malabsorbsi
umum dan efek dalam absorpsimukosa usus misalnya pada
defisiensi disakarida, malabsorpsi,glukosa/galaktosa. Diare osmotik
ditegakkan bila osmotik gap feses > 125mosmol/kg ( normal< 50
mosmol/kg). Osmotik gap dihitung dengan cara:osmolaritas serum
(290 mosmol/kg) - [2x( konsentrasi natrium + kaliumfeses)] (M.
Asria, 2018).
c. Motilitas dan waktu transit usus yang abnormal
Diare tipe ini disebabkan hipermotilitas dan iregulitas motilitas
usus sehingga menyebabkan absorpsi yang abnormal di usus halus.
Penyebabnya antara lain : pasca vagotomi, dan hipertiroid. (Mery
asria, 2018)
d. Diare Infeksi
Jenis diare yang paling sering terjadi adalah diare karena infeksi,
seperti infeksi rotavirus, protozoa dan fungi. Dilihat dari sudut
kelainan usus yang terjadi pada diare oleh bakteri dibagi atas non
invasif (tidak merusak mukosa) dan invasif (merusak mukosa usus).
Bakteri non invasif dapat menyebabkan diare karena toksin yang
disekresi oleh bakteri tersebut yang disebut diare toksigenik. (Sari
Pediatri, 2016)
Contoh diare toksigenik adalah diare yang disebabkan
oleh bakteri Vibrio cholera. Enterotoksin yang dihasilkan oleh
bakteri ini menempel pada permukaan epitel usus, kemudian
akan membentuk adenosine monofosfat siklik (AMP siklik) di
dinding usus dan menyebabkan sekresi aktif dari anion
klorida yang diikuti oleh air, ion bikarbonat dan kation
natrium serta kalium.

e. Diare karena bakteri yang invasif biasanya merusak dinding


usus, kerusakan brush border disertai ulseratif dan nekrosis.
Karakteristik berupa feses dengan lendir dan darah dan dalam
pemeriksaan feses menunjukkan leukosit positif. (Jajuli dkk,
2018).

4. Pemeriksaan Fisik

a. Periksa keadaan umum, kesadaran, tanda- tanda vital dan berat


badan.
b. Selidiki tanda-tanda dehidrasi : gelisah, letargi/kesadaran
menurun, mata cekung, cubitan kulit perut kembali lambat,
haus/minum lahap, malas atau tidak dapat minum, ubun-ubun
cekung, air mata berkurang/tidak ada, keadaan mukosa mulut.
c. Tanda- tanda ketidakseimbangan asam basa dan elektrolit :
kembung akibat hypokalemia, kejang akibat gangguan
natrium, napas cepat dan dalam akibat asidosis metabolik.
(Kaptie, 2017)

5. Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan penunjang tidak selalu dibutuhkan, namun


beberapa pemeriksaan yang biasanya diperlukan adalah :
a. Darah: darah lengkap, serum elektrolit, glukosa darah, analisa
gas darah, kultur, dan kepekaan terhadap antibiotik.
b. Urin: Urin lengkap, kultur dan tes kepekaan antibiotik

c. Tinja: Feses lengkap, kultur dan tes kepekaan antibotik


Pemeriksaan makroskopik tinja perlu dilakukan pada semua
penderita dengan diare meskipun pemeriksaan laboratorium tidak
dilakukan. Pemeriksaan makroskopik meliputi pemeriksaan
warna tinja , konsistensi, bau, adanya lendir, adanya darah dan
adanya busa. Tinja yang berbusa menunjukkan adanya gas dalam
tinja akibat fermentasi bakteri. Tinja yang berminyak, lengket dan
berkilat menunjukkan adanya lemak dalam tinja. Lendir dalam
tinja menggambarkan adanya kelainan di kolon, khususnya akibat
infeksi bakteri. Pemeriksaan PH tinja menggunakan kertas lakmus
dapat dilakukan untuk menentukan adanya kejadian asam dan
basa dalam tinja. Asam dalam tinja tersebut adalah asam lemak
rantai pendek yang dihasilkan karena fermentasi laktosa yang
tidak diserap di usus halus sehingga masuk ke usus besar yang
banyak mengandung bakteri komensial. Bila Ph tinja <6 dapat
dianggap sebagai malabsorbsi laktosa. Ph normal tinja 6-6,5.( I.
B. E. U Wija,2018).

6. Definisi Swamedikasi
Swamedikasi dilakukan untuk keluhan dan gejala penyakit
yang ringan, seperti demam, influenza, batuk, sakit maag atau
gastritis, diare, penyakit kulit dan lainnya (Harahap dkk, 2017).
Swamedikasi menjadi alternatif yang banyak dipilih oleh
masyarakat untuk meredakan atau menyembuhkan keluhan gejala
ringan atau bahkan untuk meningkatkan efektivitas terhadap
pengobatan sebelum mendapatkan pertolongan dari tenaga
kesehatan (Hidayati dkk,2017). Swamedikasi merupakan
pengobatan yang dilakukan diri sendiri tanpa melalui resep dokter.
Dalam pengobatan risiko seperti kesalahan diagnosis, penggunaan
dosis obat yang berlebihan, serta penggunaan jangka panjang dapat
menimbulkan efek buruk pada pasien.(Jajuli dkk, 2018)
Swamedikasi merupakan pengobatan sendiri pada pengobatan
masalah gigi dan mulut di Indonesia sekitar 42%. (Riskesdas,
2018)Hal- hal yang perlu diperhatikan dalam melakukan
swamedikasi agar diperoleh swamedikasi yang benar dan aman
(Jajuli dkk, 2018)
a. Waspada efek samping yang terjadi

b. Informasi obat tersebut sehingga penggunaanya juga secara


benar (Jajuli,dkk, 2018).
7. Penggunaan Obat Rasional

Penggunaan obat untuk swamedikasi harus secara rasional, yaitu


(Harahap dkk, 2017)
a. Pemilihan obat yang efektif dan sesuai dengan gejala
Kesesuaian obat dengan gejalanya dapat meningkatkan terapi
yang optimal.
b. Pemberian dosis yang tepat Waktu dan lama pemberian obat
yang tepat termasuk dalam upayan untuk memberikan dosis
yang sesuai agar terapi menjadi optimal dan efektif. Penggunaan
obat yang rasional merupakan penggunaan obat dengan
memperhatikan ketepatan dosis yang meliputi waktu dan
lamanya penggunaan obat tepat diagnosis, tepat indikasi
obatnya, dan tepat pemilihan obatnya (Candradewi dkk, 2017).
c. Mengurangi atau meniadakan efek samping yang akan terjadi
Efek samping atau biasa disebut ADR (Adverse Drug Reaction)
merupakan suatu efek yang tidak diinginkan dan terjadi pada
saat terapi. Untuk menghindari hal-hal tersebut, pasien harus di
monitoring saat penggunaan, atau bahkan sebelum penggunaan.
d. Mencegah terjadinya polifarmasi Penggunaan obat bersamaan
dalam tubuh akan beresiko adanya interaksi obat.
e. Mencegah pemakaian pada kontraindikasi obat Beberapa obat
dikontraindikasikan bagi kondisi khusus, seperti orang hamil,
bayi, bahkan geriatri. Hal tersebut akan membahayakan bagi
pasien, apalagi jika tidak ada pengawasan dari tenaga kesehatan
(Harahap dkk, 2017).

8. Konsep HBM
Health Belief Model (HBM) merupakan salah satu
pendekatan promosi kesehatan yang digunakan dalam perubahan
perilaku yang berorientasi terhadap persepsi pasien. Beberapa
penelitian menunjukkan bahwa Edukasi Health Belief Model
efektif dalam meningkatkan perilaku preventif (Puspita dkk, 2017),
kepatuhan (Alalah, 2017), kualitas hidup (Lismayanti dkk, 2017)
Health belief Model dapat meningkatkan pengetahuan, sikap
dan atau persepsi terhadap hipertensi yang meliputi perceived
susceptibility, perceived severity, perceived barrier, cues to action,
self efficacy (Alalah, 2017 ; Maharianingsih dkk, 2018)
HBM (Health Belief Model) merupakan salah satu teori yang
digunakan untuk membantu mengidentifikasi faktor-faktor yang
mempengaruhi perilaku kesehatan individu. HBM juga dapat
diartikan sebagai teori yang digunakan untuk menjelaskan
perubahan dan pemeliharaan perilaku yang berhubungan dengan
kesehatan dan sebagai bentuk perilaku terkait kesehatan individu.
(Tias dkk, 2020)
Gambaran Health Belief Model (HBM)

Gambaran HBM terdiri dari 4 dimensi, diantaranya:

a. Perceived susceptibility atau kerentanan

b. Perceived benefitsm

c. Health motivation

d. Perceived barriers atau

Aspek-aspek negatif yang potensial dalam suatu upaya


kesehatan (seperti: ketidak pastian, efek samping), atau
penghalang yang dirasakan (seperti: khawatir tidak cocok, tidak
senang, gugup), yang mungkin berperan sebagai halangan untuk
merekomendasikan suatu perilaku.
1. Faktor-faktor Health Belief Model (HBM)

Health Belief Model (HBM) dipengaruhi oleh beberapa


faktor:
a) Faktor demografis yang mempengaruhi HBM
individu adalah usia, gender, kelas sosial ekonomi
b) Faktor Edukasi Edukasi merupakan faktor yang
penting sehingga mempengaruhi HBM individu
(Bayat dkk, 2013).
c) Psikololgis Tekanan rekan sebaya, gaya kepribadian
dan lain-lain.

9. Kerangka Teori dan Kerangka Konsep

1. Kerangka Teori

Proses Health Belief Model dalam pemilihan pengobatan

Penyebab diare : Infekasi bakteri, virus, dan parasit Kemungkinan melakukan penyembuhan
Diare

Kerentanan yangBahaya
dirasakan
sakit yang dirasakan
Motivasi sehat atau
Keuntunga
sembuh n yangPenghambat
dirasakan yang dirasakan

Tindakan pencegahan sakit atau penyembuhan penyakit yang sudah diagnosa.

Prngobatan melalui medis2.1.


maupun non medis
Gambar Kerangka Teori(alternatve)

2. Kerangka konsep

Kerangka Konsep dapat digambarkan sebagai berikut :

Health Belief Model Penggunaan obat


pada penderita diare yang rasional pada
penderita diare

Variabel Independent Variabel Dependent


Gambar 2.2 Kerangka Konsep
BAB III
METODE PENELITIAN

HBM (Health Belief Model)


1. Metode Penelitian
adalah model kepercayaan kesehatan
individu dalam menentukan sikap
melakukan atau tidak melakukan
perilaku kesehatan. Dalam kajian
psikologi kesehatan, persepsi individu
dalam melakukan atau memilih
perilaku sehat dikaji dalam teori
Health Belief Model (HBM). HBM
adalah model kepercayaan kesehatan
individu dalam menentukan sikap
melakukan atau tidak melakukan
perilaku kesehatan.(Rusma dkk,2020)
HBM ( Health Belief Model )
merupakan salah satu teori yang
digunakan untuk membantu
mengidentifikasi faktor-faktor yang
mempengaruhi perilaku kesehatan
individu. HBM juga dapat diartikan
sebagai teori yang digunakan untuk
menjelaskan perubahan dan
pemeliharaan perilaku yang
berhubungan dengan kesehatan dan
sebagai bentuk perilaku terkait
kesehatan individu. (Tias dkk,2020)
Variabel lain dalam Metode
HBM adalah variabel demografi (usia,
pendidikan, pengetahuan, jenis
kelamin, pekerjaan), Psikososial
(kepribadian, tingkat sosial, kelompok
sebaya), dan variabel terstruktur
(durasi penyakit, pengetahuan
penyakit). Ini Variabel juga dapat
digunakan pengetahuan dan rasionalitas
untuk penggunaan obat-obatan dan
mendukung swamedikasi pada penyakit diare.
perilaku pasien Desain penelitian yang digunakan
dalam dalam penelitian ini adalah survey.
kesesuaian Penelitian ini dilakukan dengan cara
penggunaan menghimpun pendapat masyarakat
obat diare. tentang pengobatan sendiri atau
Metode swamedikasi penyakit diare
penelitian yang menggunakan kuesioner daring
digunakan berupa Google Form.
dalam
penelitian ini
adalah
Deskriptif.
Penelitian
deskriptif
adalah metode
penelitian yang
dilakukan
dengan tujuan
untuk
mengetahui
gambaran atau
deskriptif
tentang suatu
masalah, baik
yang berupa
faktor risiko
maupun faktor
efek. Penelitian
ini
menggambarka
n atau
mendeskripsika
n tingkat
13

Kuisioner dalam penelitian ini menggunakan skala likert (4: sangat


setuju, 3: setuju, 2: tidak setuju, 1: sangat tidak setuju). Sedangkan
variabel dependen pada penelitian ini adalah kepatuhan penggunaan
obat diare dengan benar. Objek penelitian yaitu sebagian masyarakat
yang diambil secara acak sebagai responden di kota Banjarmasin.

2. Lokasi dan waktu penelitian

Penelitian ini dilakukan di wilayah Banjarmasin, pada bulan


Desember 2021.

3. Populasi dan sampel yang digunakan

Populasi dari penelitian ini adalah masyarakat yang sering


melakukan pengobatan senri atau swamedikasi penyakit diare di wilayah
Banjarmasin. Sampel penelitian didasarkan pada presentase dari besarnya
populasi. Teknik yang dilakukan, yaitu dengan menyebarkan kuesioner.
Jumlah sampel yang perlukan adalah sebanyak 30 orang.

4. Analisis data

Analisis data pada penelitian ini menggunakan Analisis Deskriptif.


Rumus Deskriptif presentasi digunakan untuk menampilkan data
kualitatif (angka) dalam bentuk gambaran persen. Dalam angket
penelitian, untuk menggambarkan implementasi pengaruh Health Belief
Model terhadap penggunaan obat rasional pada pasien diare. Setelah data
diolah kemudian data dianalisis yaitu secara menghitung gambaran
presentase untuk tiap kategori jawaban yang ada pada masing-
masing indikator. Nilai Presentase yang diperoleh selanjutnya
dideskripsikan dan ditarik kesimpulan untuk menemukan gambaran
tingkat pengaruh Health Belief Model terhadap penggunaan obat rasional
pada pasien diare di kota Banjarmasin.
BAB IV
PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian
a. Karakteristik responden

Demografi Kategori Frekuensi Presentase (%)


16 – 24 85 85%
Usia
25 - 53 15 15%
Pria 29 29%
Jenis Kelamin
Wanita 71 71%
Tidak/belum bekerja 56 56%
Karyawan 10 10%
Guru 4 4%
Pekerjaan Ibu Rumah Tangga 1 1%
Tenaga Kesehatan 1 1%
Mahasiswa/i 25 25%
Lainnya 3 3%
SD 2 2%
Pendidikan SMP/MTs 1 1%
Terakhir SMA/SMK/MA 71 71%
Perguruan Tinggi 26 26%
Tabel 1 karakteristik responden

b. Data Perilaku Swamedikasi


Pengetahuan Tentang Swamedikasi
Pertanyaan Jawaban F %
Membiarkan sampai sembuh 4 4%
Apabila
Mengobati sendiri 59 59%
mengalami diare Pergi ke puskesmas/rumah
30 30%
apa yang akan sakit/ klinik
Pergi ke dokter 5 5%
anda lakukan?
Pergi ke dukun/paranormal 2 2%
Oralit/pengganti oralit (larutan
25 24%
14
gula -garam)
Obat apa yang Obat antidiare (Diapet NR, New
60 60%
dikonsumsi diatabs, Neo Entrostop, dll)
Menggunakan Antibiotik
pertama kali
( Cotrimoxazole, Cefixime,
ketika mengalami 5 5%
Metronidazole,
diare?
Levofloxacin,dan sejenisnya)
Tidak tahu 8 8%
Lainnya 2 2%
Dimanakah Apotek 73 73%
Toko obat 9 9%
biasanya
Warung 13 13%
memperoleh obat Supermarket 1 1%
anti diare Lainnya (membuat sendiri/obat
4 4%
tersebut? tradisional)
Pengalaman penggunaan obat
Dari mana 48 48%
pribadi/keluarga
memperoleh
Petugas kesehatan (dokter,
informasi 35 35%
apoteker)
mengenai obat Iklan dari media
7 7%
yang dibeli cetak/elektronik
Saran orang lain 9 9%
tersebut?
Lainnya (insting diri sendiri) 1 1%
Pertimbangan apa Obat yang pernah diberikan
18 18%
yang memilih obat dokter
Informasi dari petugas apotek 41 41%
anti diare
Informasi dari teman/keluarga 35 35%
Iklan 4 4%
Lainnya (Internet dan
2 2%
sebagainya)
Pada umumnya Sembuh secara bertahap 46 45%
Rasa sakit berkurang 27 27%
jika dilakukan
Segera Sembuh 24 24%
pengobatan diare
secara mandiri,
Tidak mengurangi rasa sakit 3 3%
apa hasil yang
peroleh?
Tabel 2 Data perilaku swamedikasi

c. Data hubungan variabel HBM terhadap perilaku penggunaan obat rasional


Perceived susceptibility STS TS S SS
1 Saya selalu meminum obat anti diare ketika tinja saya 2% 30% 58% 10%
cair
2 Saya mengkonsumsi antibiotik ketika mengalami diare 6% 47% 44% 3%

tanpa darah
3 Pemberian oralit untuk mengatasi diare 4% 4% 71% 21%
Tabel 3 Perceived susceptibility

Perceived severity STS TS S SS


1 Diare yang tidak teratasi dengan benar dapat 2% 2% 71 25%
memberikan %

efek dehidrasi bagi tubuh


2 Diare dapat disebabkan oleh bakteri dan virus 2% 2% 79 17%
%
3 Diare disertai demam saya pergi kedokter 2% 1% 72 25%
%
Tabel 4 Perceived severity

Perceived benefit STS TS S SS


1 Jika saya meminum obat anti diare maka diare saya 1% 2% 83 14%
dapat %

Teratasi
2 Pemberian informasi obat oleh tenaga kesehatan 2% - 72 26%
dapat membantu saya dalam cara penggunaan obat %
yang rasional (tepat dosis, tepat jangka waktu, tepat
kebutuhan
klinis)
3 Pemberian informasi obat oleh tenaga kesehatan 2% 1% 75 22%
dapat %
membantu saya dalam mengetahui efek samping dari
obat yang saya konsumsi
Tabel 5 Perceived benefit

Perceived barrier STS TS S SS


1 Saya kurang menjaga kebersihan diri 10% 63% 25 2%
%
2 Ketika saya mengkonsumsi antibiotic saya tidak 23% 37% 37 3%
%
mengkonsumsi sampai habis
3 Saya memiliki riwayat penyakit saluran pencernaan 12% 62% 23 3%
%
Tabel 6 Perceived barrier

Perceived self – efficacy STS TS S SS


1 Saya mengerti cara penggunaan obat anti diare 2% 6% 83 9%
%
2 Saya paham bagaimana mengatasi dehidrasi ketika 2% 11% 75 12%
diare %
3. Saya mengerti efek yang ditimbulkan ketika 2% 9% 71 18%
mengkonsumsi antibiotic yang tidak rasional %
Tabel 7 Perceived self – efficacy
B. Pembahasan
HBM terdiri dari enam konstruk Perceived susceptibility, Perceived Severity,
Perceived Benefits, Perceived Barriers, Cues to Action dan Health motivation. Ke
enam kostruk tersebut merupakan pokok utama HBM dalam memahami
bagaimana persepsi terhadap perilaku sehat yang dilakukan.
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember 2021. Dengan responden
sebanyak 100 orang yang diambil secara acak. Pengumpulan data dilakukan
dengan menyebarkan kuesioner kepada responden. Kuesioner berisi pernyataan-
pernyataan tentang rasionalitas penggunaan obat anti diare.Berdasarkan tabel 4.1
menunjukkan bahwa hampir sebagian besar responden berumur 16-24 tahun,
yaitu sebanyak 85 orang (85%). Kemudian hasil data menunjukkan bahwa
responden sebagian besar adalah wanita, yaitu sebesar 71 %.
Berdasarkan data mengenai definisi terjadinya diare terdapat 68% dari seluruh
responden menjawab setuju dengan pernyataan “Saya selalu meminum obat anti
diare ketika tinja saya cair” dan terdapat 96% responden juga menjawab setuju
terhadap pernyataan “Diare dapat disebabkan oleh bakteri dan virus”. Hal tersebut
menunjukan bahwa sebagian besar responden paham mengenai definisi dan
penyebab diare, yang dimana diare adalah gejala klinis gangguan pada pencernaan
usus dengan ditandai adanya peningkatan buang air besar lebih dari biasanya
dengan konsistensi feses melembek. Secara umum, diare disebabkan makanan dan
minuman yang terpapar virus, bakteri, atau parasite (Muhammad,2019). Sehingga
dapat dilihat bahwa pengetahuan responden cukup memahami mengenai definisi
penyakit diare dan sebagian sudah dapat mengidentifikasi penyebab
diare.Pengetahuan mengenai penyebab dapat menentukan tindakan pencegahan
dan pengobatan oleh penderita dalam menanggulangi penyakit. Jika
pengetahuannya cukup memadai terhadap risiko penyakit tertentu, maka ia akan
cenderung memiliki kesadaran dalam pemilihan obat yang tepat dan melakukan
upaya-upaya pencegahan yang kondusif bagi mereka untuk terbebas dari
penyakit.
Persepsi terhadap penanggulangan diare pada sebagian besar responden
meyakini atau setuju untuk menggunakan antibiotik pada terapi diare akut (tanpa
darah) sebanyak 44% dan tidak setuju sebanyak 47%. Sehingga, dapat dikatakan
sebagian besar responden belum paham bahwa penggunaan antibiotik tidak
dianjurkan pada diare akut (tanpa darah). Diare akut biasanya memiliki waktu
yang singkat dan diakibatkan oleh virus, sehingga penggunaan antibiotik secara
rutin tidak direkomendasikan pada pasien yang tidak mengalami diare cair akut
yang parah. Penggunaan antibiotik yang terlalu tinggi dapat menyebabkan kondisi
resistensi, eradikasi terhadap flora normal dalam tubuh, dan juga dapat
meninggatkan durasi sakit (Prasetyowati, 2020).
Terkait tindakan dalam tingkatan persepsi masyarakat sebagai upaya
pencegahan dan penanggulangan diare adalah seperti penggunaan oralit sebagai
obat untuk mengatasi diare,semua responden sepakat mempresepsikan setuju
dengan penggunaan oralit yang dapat menyembuhkan diare, hal tersebut
menunjukkan bahwa pengetahuan responden belum cukup memadai tentang
keberfungsian oralit. Karena sebenarnya oralit diberikan untuk mengganti cairan
dan elektrolit dalam tubuh yang terbuang saat diare dan untuk mempertahankan
keseimbangan elektrolit dalam tubuh. Campuran glukosa dan garam yang
terkandung dalam oralit dapat diserap dengan baik oleh usus penderita diare. Jika
tidak ditangani dengan baik dapat menyebabkan dehidrasi. Berdasarkan data
tersebut menunjukkan bahwa pengetahuan responden belum cukup memadai
tentang penanganan diare dengan tepat, yang kemungkinan diakibatkan dengan
kebiasaan atau pengalaman pribadi yang dapat menyebabkan ketidakrasionalan
penggunaan obat. Dimana dapat terjadi penggunaan obat yang tidak tepat
indikasi. Oleh karena itu perlunya keterlibatan tenaga kesehatan dalam
penanganan suatu penyakit.
Pada persepsi keseriusan, mayoritas responden memilih setuju dengan
pernyataan “Diare yang tidak teratasi dengan benar dapat memberikan efek
dehidrasi bagi tubuh” yang dapat diartikan bahwa responden memiliki persepsi
keseriusan terhadap penanggulangan diare. Peningkatan persepsi keseriusan
cenderung akan membuat individu mengambil tindakan yang mereka yakini dapat
mengurangi resiko maupun keparahan dari suatu penyakit (Glanz, 2008).
Responden tersebut memiliki kemampuan untuk menganalisa keseriusan dari
penyakit, hal tersebut dapat dilihat dari >72% responden setuju jika diare yang
disertai demam perlu ditangani lebih lanjut oleh dokter. Sehingga semakin baik
persepsi keseriusan responden terhadap keparahan suatu penyakit, maka akan
cenderung dapat mengurangi timbulnya resiko-resiko berbahaya.
Besarnya manfaat yang didapat membuat 97% responden meyakini bahwa
“Jika saya meminum obat anti diare maka diare saya dapat teratasi”.Persepsi
manfaat yang dimiliki responden cukup tinggi, dimana responden juga setuju
bahwa tenaga kesehatan memiliki peran penting dalam memberikan informasi
terkait obat sehingga dapat menggunakan obat secara rasional.Penerimaan
seseorang terhadap suatu kondisi yang dipercaya dapat menimbulkan keseriusan
yang dapat mendorong untuk menghasilkan suatu kekuatan yang mendukung
kearah perubahan perilaku, ini tergantung pada kepercayaan seseorang terhadap
efektivitas dari berbagai upaya yang tersedia dalam mengurangi ancaman
penyakit, atau keuntungan-keuntungan yang dirasakan dalam mengambil upaya-
upaya tersebut (Glanz, 2015).
Terdapat 60% responden yang tidak setuju dengan penyataan “Ketika saya
mengkonsumsi antibiotik saya tidak mengkonsumsi sampai habis”, hal tersebut
menunjukan jika persepsi hambatan yang dimiliki responden dalam menggunakan
obat secara rasional rendah. Persepsi hambatan juga dipengaruhi oleh persepsi
lain. Semakin tinggi persepsi kerentanan, keseriusan, dan manfaat maka hambatan
yang dirasakan akan rendah karena lebih banyak mendapat manfaat.
Hasil penelitian menunjukkan kebanyakan responden memiliki self
efficacy tinggi dalam memahami penggunaan obat anti diare secara tepat,
memahami pentingya rehidrasi ketika mengalami diare, dan mengerti apa saja
yang ditimbulkan jika menggunakan antibiotic secara tidak rasional. Keyakinan
terhadap kemampuan dalam melakukan sesuatu dapat mengatasi hambatan yang
ada.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
HBM terdiri dari enam konstruk Perceived susceptibility, Perceived Severity,
Perceived Benefits, Perceived Barriers, Cues to Action dan Health motivation. Ke
enam kostruk tersebut merupakan pokok utama HBM dalam memahami bagaimana
persepsi terhadap perilaku sehat yang dilakukan.
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember 2021. Dengan responden
sebanyak 100 orang yang diambil secara acak. Dari 100 responden yang diambil
mulai dari umur 16 tahun sampai 53 tahun. Kemudian hasil data menunjukkan
bahwa responden sebagian besar adalah wanita, yaitu sebesar 71 %.
Definisi terjadinya diare terdapat 68% dari seluruh responden menjawab setuju
dengan pernyataan “Saya selalu meminum obat anti diare ketika tinja saya cair” dan
terdapat 96% responden juga menjawab setuju terhadap pernyataan “Diare dapat
disebabkan oleh bakteri dan virus”
Dari data yang kami dapat sudah banyak responden yang memahami
bagaimana cara mengatasi diare yang dialami, hanya saja pada penggunaan
antibiotik masih cukup besar presentase responden yang tidak rasional dalam
penggunaannya.

B. Saran
Peningkataan penggunaan obat anti diare yang rasional memerlukan
pemahaman tentang menggunakan obat antibiotik yang benar. Anggota keluarga,
masyarakat dan tenaga kesehatan perlu bekerja sama untuk menumbuhkan niat
menggunakan obat yang benar pada pasien penderita diare. Bagi masyarakat dan
para pengambil keputusan perlunya pemberiaan informasi pada saat membeli obat
antibiotik. Apoteker atau TTK seharusnya memberikan informasi terkait obat
antibiotik yang didasari oleh niat, norma subyektif, dan minat perilaku untuk
meningkatkan perilaku taat menggunakan obat anti diare.

21
DAFTAR PUSTAKA

Alalah, M. B. A. (2017). Effect of Health Education Intervention on Improving


Compliance to Treatment among Hypertensive Patients: Application of
Health Belief Model. The Egyptian Journal of Community Medicine,
35(2), 15–34. https://doi.org/10.21608/ejcm.2017.3566

Becker, M.H & Janz, N.K. (1984). The Health Belief Model: A Decade Later.
Health Education Quarterly, Vol. 11(1): 1-47 (Spring, 1984).
Candradewi, Kristina. (2017). Gambaran Pelaksanaan Swamedikasi dan
Pendapat Konsumen di Apotek Mengenai Konseling Obat di Wilayah
Bantul. Yogyakarta Vol 7. No.1 Mei 2017. Halaman 41-52.

Dinas Kesehatan Kota Banjarmasin,(2021). Narasi Profil 2021. Banjarmasn :


Dinas kesehatan kota Banjarmasin.

Dahyuniar. (2018). Hubungan antara Sanitasi dengan Kejadian Diare di


Wilayah Rawan Banjir Kecamatan Tanasitolo Kabupaten Wajo.
Skripsi. Universitas Hasanuddin. Makassar.

Harahap, N.A., Khairunnisa., & Juanita, T., (2017), Tingkat Pengetahuan


Pasien dan Rasionalitas Swamedikasi di Tiga Apotek Kota
Panyabungan, Jurnal Sains Farmasi & Klinis., Vol. 03, No. 02, 2407-
7062

Hidayati et al., (2017), „Obat Bebas Terbatas Untuk Swamedikasi Pada


Masyarakat Rw 8 Morobangun Jogotirto Berbah‟, Tingkat
Pengetahuan Penggunaan Obat Bebas Dan Obat Bebas Terbatas Untuk
Swamedikasi Pada Masyarakat Rw 8 Morobangun Jogotirto Berbah
Sleman Yogyakarta, vol.3(2), hh. 139–149.

Jajuli, M., dan Sinuraya, R.K., (2018). “Artikel Tinjauan: Faktor-Faktor yang
Mempengaruhi dan Resiko Pengobatan Swamedikasi” 16 (1): 6.

22
Kementrian Kesehatan RI. (2018). Profil Kesehatan Indonesia. Jakarta:
Kemenkes RI.

Latifah, H. (2018). Hubungan Faktor Lingkungan dan Sosiodemografi


Dengan Kejadian Diare Pada Anak Balita (1-4 Tahun) Di Wilayah
Kerja Puskesmas Pauh Kambar Kabupaten Padang Pariaman Tahun
2018 (Doctoral dissertation, Universitas Andalas).

Muhammad F.F.M, NAP Rahmayanti, YS M. (2019), Pemodelan Persentase


Penderita Penyebaran Diare dan Penyedia Air Minum Bersertifikat di
Jawa Timur Menggunakan Metode Regresi Negatif Binomial
Binomial Terbitan di Jurnal Fisika: Seri Konferensi 1306 012037 hal
1- 10
Prabasiwi, A., & Prabandari, S. (2018). Kajian Deskriptif Kuantitatif Tingkat
Pengetahuan Dan Tindakan Swamedikasi Diare Pada Siswa Smk
Farmasi Saka Medika Kabupaten Tegal. Jurnal Farmasi
Galenika, 5(3), 141-150.

Puspita, R. C., Tamtomo, D., & Indarto, D. (2017). Health Belief Model for the
Analysis of Factors Affecting Hypertension Preventive Behavior among
Adolescents in Surakarta. Journal of Health Promotion and Behavior,
02(02), 183–196. https://doi.org/10.26911/thejhpb.2017.02.02. 08

R.Asfeby, A.Nuddin, A.D.P. Rusman.(2020). Analisis Motif Pengambilan


Keputusan Merokok Melalui Teori Health Belief Model (Hbm) Pada
Mahasiswa Di Kota Parepare. Universitas Muhammadiyah parepare,
Vol.3, No.3

Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) (2018). Badan Penelitian dan


Pengembangan Kesehatan Kementerian RI tahun 2018.

Soeseno, W. G., Suryawan, I. W. B., & Suarca, K. (2019). Hubungan antara


derajat dehidrasi dengan penurunan berat badan pada anak diare usia 1
sampai 5 tahun di ruangan kaswari dan poliklinik anak RSUD Wangaya
kota Denpasar. 10(1), 23 –27.
Tias, Laras Hadyaning, Liza Pristianty, Ika Ratna Hidayati.(2020). Analisis
Faktor Perilaku Ketepatan penggunaan Obat-obatan Di are
Dipuskesmas Kota Malang Bersama Dinas Kesehatan, Health Belie`f
Model (HBM). Universitas Muhammadiyah Malang, Malang, Jawa
timur, Vol. 5 , No. 2

T.L.Hadyaning, L.Pristianty, I.R.Hidayati.(2020). Analisis Faktor Perilaku


Ketepatan penggunaan Obat-obatan Diare Dipuskesmas Kota Malang
Bersama Dinas Kesehatan, Health Belief Model (HBM). Universitas
Muhammadiyah Malang, Malang, Jawa timur, Vol. 5 , No. 2

Tommy. (2017). Hubungan Sarana Kesehatan Lingkungan Dengan Kejadian


Diare Pada Balita Di Kelurahan Pateten Satu Kecamatan Aertembaga
Kota Bitung. Poltekkes Kemenkes Manado
.
LAMPIRAN

1. Lampiran 1

LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN


(INFORMED CONSENT)
Dengan hormat,

Kami mahasiswa S1 Program studi Farmasi Universitas Sari Mulia


bermaksud akan melakukan penelitian tentang “Evaluasi Penggunaan Obat
Rasional Pada Penderita Diare denga Health Belief Model di Banjarmasin”.
Saudara/i/Bapak/Ibu telah diminta ikut berpartisipasi dalam penelitian ini.
Responden dalam penelitian ini adalah sukarela. Penelitian ini dilakukan
dengan menjawab kuisioner yang kami berikan. Segala informasi yang
Saudara/i/Bapak/Ibu berikan akan digunakan sepenuhnya hanya dalam
penelitian ini dan akan kami jaga kerahasiannya. Jika Saudara/i/Bapak/Ibu
bersedia berpartisipasi dalam penelitian in, silahkan Saudara/i/Bapak/Ibu
menyetujui dengan cara memilih “ Ya, saya bersedia” yang telah kami
lampirkan

Responden, Peneliti,

( ) ( )
18

2. Lampiran 2

KUESIONER PENELITIAN

A. Karakteristik Responden

1. Nama :

2. Jenis Kelamin :

3. Usia :

4. Alamat :

5. Pendidikan Terakhir : a. Tidak tamat SD

b. SD

c. SMP/MTs

d. SMA/SMK/MA

e. Perguruan-tinggi

6. Pekerjaan : a. Tidak/belum bekerja

b. Karyawan

c. Guru

d. Ibu rumah tangga

e. Tenaga kesehatan

f. PNS

g. Lainnya, sebutkan............

B. Kuesioner Bagian I

Beri Tanda ( X ) Pada Salah Satu Pilihan

1. Apabila Saudara/i/Bapak/Ibu mengalami diare apa yang akan anda


lakukan?

a. Membiarkan sampai sembuh


19

b. Pergi ke dukun/paranormal

c. Mengobati sendiri

d. Pergi ke puskesmas/rumah sakit/klinik

e. Pergi ke dokter

2. Apa yang pertama kali harus Saudara/i/Bapak/Ibu berikan saatdiare?

a. Oralit/penggantuoralit (larutangula-garam)

b. Obat antidiare (Diapet NR, New diatabs, Neo Entrostop, dll)

c. Menggunakan antibiotik

d. Tidak tahu
e. Lainnya, sebutkan……………..

3. Dimanakah Saudara/i/Bapak/Ibu biasanya memperoleh obat diare tersebut


?

a. Apotek

b. Warung

c. Toko obat

d. Supermarket

e. Lainnya, sebutkan..............................

4. Darimana Saudara/i/Bapak/Ibu memperoleh informasi mengenai obat


yang dibeli tersebut ?
a. Iklan dari media cetak/elektronik

b. Pengalaman penggunaan obat pribadi/keluarga

c. Petugas kesehatan (dokter,apoteker)

d. Saran dari orang lain

e. Lainnya, sebutkan......................

5. Pertimbangan apa yang Saudara/i/Bapak/Ibu ambil ketika memilih obat


diare?

a. Obat yang pernah diberikan dokter

b. Informasi dari petugas apotek

c. Iklan

d. Informasi dari teman/keluarga

e. Lainnya, sebutkan......................

6. Pada umumnya jika dilakukan pengobatan diare secara mandiri, hasil


yang Saudara/i/Bapak/Ibu peroleh adalah....
a. Sembuh secara bertahap

b. Rasa saki berkurang

c. Segera sembuh

d. Tidak mengurangi rasa sakit

e. Lainnya, sebutkan......................
7. Jika pengobatan dilakukan secara mandiri belum sembuh apa
yang Saudara/i/Bapak/Ibu akan dilakukan?
a. segera pergi ke dokter / Rumah sakit

b. Pergi ke pengobatan tradisional

c. Tetap membiarkan sampai sembuh

e. Lainnya, sebutkan................
C. Kuesioner Bagian II

No Perceived susceptibility STS TS S SS


1 Saya selalu meminum obat anti diare ketika tinja
sayacair
2 Saya mengkonsumsi antibiotic ketika mengalami diare

tanpa darah
3 Pemberian oralit untuk mengatasi diare

No Perceived STS TS S SS
severity
1 Diare yang tidak teratasi dengan benar dapat
memberikan

efek dehidrasi bagi tubuh


2 Diare dapat disebabkan oleh bakteri dan virus
3 Diare disertai demam saya pergi kedokter

No Perceived STS TS S SS
benefit
1 Jika saya meminum obat anti diare maka diare saya
dapat

Teratasi
2 Pemberian informasi obat oleh tenaga kesehatan
dapat membantu saya dalam cara penggunaan obat
yang rasional (tepat dosis, tepat jangka waktu, tepat
kebutuhan
klinis)
3 Pemberian informasi obat oleh tenaga kesehatan
dapat
membantu saya dalam mengetahui efek samping dari
obat yang saya konsumsi

No Perceived STS TS S SS
barrier
1 Saya kurang menjaga kebersihan diri
2 Ketika saya mengkonsumsi antibiotic saya tidak

mengkonsumsi sampai habis


3 Saya memiliki riwayat penyakit saluran pencernaan

No Perceived self – efficacy STS TS S SS


1 Saya mengerti cara penggunaan obat anti diare
2 Saya paham bagaimana mengatasi dehidrasi ketika
diare
3 Saya mengerti efek yang ditimbulkan ketika
mengkonsumsi antibiotic yang tidak rasional

Metode Healt Belief Model ( Janz dan Becker, 1984)

Anda mungkin juga menyukai