Anda di halaman 1dari 24

PENGARUH ETIKA PEMASARAN ISLAM TERHADAP KEPUTUSAN

NASABAH MENGGUNAKAN PRODUK JASA KEUANGAN SYARIAH

(STUDI KASUS BMT GUNUNG JATI CIREBON)

PROPOSAL

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat

Untuk Memperoleh Gelar Sarjana (S.E)

Pada Program Studi Ekonomi Syariah

Oleh:

Muhammad Fahry Aldyanto

Nim 2017.2.6.1.00821

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM INSTTUT AGAMA


ISLAM BUNGA BANGSA CIREBON 2020

Jl. Widarasari III, Tuparev, Sutawinangun, Kedawung, Kota Cirebon,


Jawa Barat 45151
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI........................................................................................................ 1
BAB I PENDAHULUAN................................................................................... 2
A. Latar Belakang Masalah............................................................................2
B. Identifikasi Masalah................................................................................... 3
C. Pembatasan Masalah.................................................................................3
D. Perumusan Masalah...................................................................................3
E. Tujuan Penelitian....................................................................................... 4
F. Manfaat Penelitian...................................................................................... 4
BAB II LANDASAN TEORI............................................................................5
A. Deskripsi Teori........................................................................................... 5
B. Hasil Penelitian Yang Relevan.................................................................13
C. Kerangka Berfikir.................................................................................... 14
D. Hipotesis.................................................................................................... 16
BAB III METODOLOGI PENELITIAN.......................................................17
A. Metodologi Penelitian............................................................................... 17
B. Waktu Dan Tempat Penelitian................................................................17
C. Teknik Pengumpulan Data......................................................................18
D. Instrumen Pengumpulan Data................................................................19
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................ 20

1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Baitul Mal wat tanwil (BMT) merupakan lembaga yang berupaya
mengembangkan usaha-usaha produktif dan investasi dengan sistem bagi
hasil. BMT berjumlah 3300an menurut Pusat Inkubasi Bisnis Usaha kecil
(PINBUK, 2009). Dalam pelaksanaan di lapangan pengelolaan BMT
menjalakan strategi pemasaran tidak sesuai dengan jalurnya sebagai lembaga
keuangan syari’ah, seperti dalam menentukan produk BMT untuk nasabah.
Dalam konsep pemasaran syari’ah, yang diteliti oleh Mohammad Saeed Zafar
U Ahmed dan Syeda-Masooda Mukhtar (2001), dengan judul Internasional
marketing ethics from an Islamic perspective: A value-maximization
approach, dikatakan bahwa pemasaran dari perspektif islam yaitu diatur oleh
dua prinsip. Pertama, ketaatan pada tatanan moral Allah dan kedua, empati
dan rahmat bagi ciptaan Tuhan yang berarti menahan diri dari menyakiti
orang lain dan dengan demikian mencegah penyebaran praktek-praktek tidak
etis.

Saat ini perbankan syariah telah memasuki persaingan berskala global,


merupakan suatu tantangan yang harus dihadapi dan ditangani oleh bank
syariah untuk dapat memberikan kontribusi dalam pembangunan bangsa
melalui pemberdayaan ekonomi umat (Syafi’I, 2011). Ditengah eksistensi
perbankan konvensional yang hanya berorientasi pada keuntungan saja,
diharapkan perbankan syariah dapat menjadi alternatif dalam mencapai
kesejahteraan dunia dan akhirat dengan merealisasikan nilai-nilai syariah.
Selain itu, mayoritas penduduk muslim di Indonesia yang mencapai 87%
menjadi potensi yang sangat besar bagi perkembangan lembaga keuangan
syariah, salah satunya bank syariah.

Peran pemasaran saat ini tidak hanya menyampaikan produk tetapi juga
bagaimana produk tersebut dapat memberikan kepuasan kepada nasabah.
Sasaran dari pemasaran adalah menarik nasabah baru dengan menjanjikan
2
nilai super, menetapkan harga menarik, mendistribusikan produk dengan
mudah, mempromosikan secara efektif, serta mempertahankan nasabah yang
sudah ada dengan tetap memegang prinsip kepuasan nasbah (Rivai, 2012).
Dengan kata lain, bidang pemasaran akan berhadapan secra langsung dengan
nasabah yang mempunyai kebutuhan dan keinginan yang beraneka ragam.

B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas dapat mengindentifikasi beberapa
bentuk permasalahan dalam hal produk jasa keuangan syariah, hal tersebut
tentunya akan menjadi pembahasan dalam penelitian ini diantaranya adalah:

1) Apakah faktor etika pemasaran berpengaruh signifikan terhadap


keputusan nasabah menggunakan produk jasa keuangan syariah?
2) Apa pengaruh bagi nasabah terhadap etika pemasaran?

C. Pembatasan Masalah
Dalam penelitian dilakukan pembatasan masalah sebagai berikut :
1) Topik yang di teliti dalam penelitian ini adalah pengaruh etika pemasaran
terhadap keputusan nasabah menggunakan produk jasa keuangan syariah.
2) Locus yang diteliti dalam penelitian ini tertuju pada BMT Gunung Jati
Cirebon.
3) Pemahaman nasabah dalam penelitian ini adalah salah satu strategi untuk
mengembangkan produk jasa keuangan syariah.

D. Perumusan Masalah
Pertanyaan penelitian disusun sebagai berikut :
1. Bagaimana penerapan etika pemasaran yang baik pada produk atau jasa
keuangan syariah di BMT Gunung Jati Cirebon ?
2. Seperti apa keputusan nasabah dalam menggunakan produk jasa
keuangan syariah di BMT Gunung Jati ?
3. Seberapa besar pengaruh etika pemasaran terhadap keputusan nasabah
dalam menggunkan produk jasa keuangan syariah di BMT Gunung Jati
Cirebon ?

3
E. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian di susun sebagai berikut :
1. Menganalisis baik etika pemasaran produk atau jasa keuangan syariah di
BMT Gunung Jati Cirebon.
2. Menganalisis kepuasan nasabah dalam menggunakan produk jasa
keuangan syariah di BMT Gunung Jati Cirebon mensosialisasikan
pemasaran terhadap keputusan nasabah menggunakan produk jasa
keuangan syariah.
3. Menganalisis pengaruh etika pemasaran terhadap keputusan nasabah
dalam menggunakan produk jasa keuangan syariah di BMT Gunung Jati
Cirebon.

F. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini mengelaborasikan teori dari Keller (2009) tentang
pemasaran.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Peneliti
Penelitian ini sebagai media untuk mendapatkan pengalaman
langsung dalam penelitian sehingga dapat menerapkan ilmu yang di
peroleh dari perkuliahan pada keadaan yang sebenarnya dalam
lapangan.
b. Bagi Lembaga Kampus
Penelitaian ini bisa menambah referensi karya ilmiah pada
perpustakaan.

c. Bagi Tempat Peneliti

Penelitian ini dapat di gunakan sebagai bahan acuan untuk


mengadakan penelitian lanjut tentang pengaruh budaya perusahaan
terhadap inovasi layanan.

4) Bagi Pembaca

4
Penelitian ini dapat menjadi sumber referensi dan informasi
bagi orang yang membaca karya tulis ini supaya mengetahui budaya
perusahaan di BMT Gunung Jati Cirebon.

5
6
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Deskripsi Teori
1. Pengertian Etika Pemasaran Islam

Etika Pemasaran islam merupakan kombinasi maksimilisasi nilai


dengan prinsip-prinsip kesetaraan dan keadilan bagi kesejahteraan
masyarakat. Etika pemasaran islam berdasarkan prinsip-
prinsipkesetaraan dan ekuitas dalam islam yang berbeda dari etika
sekunder dalam banyak hal. Prinsip-prinsip tersebut menciptakan nilai
dan meningkatkan standar hidup orang pada umumnya melalui kegiatan
bisnis komersial. Dalam lingkup perbankan maupun jasa keuangan,
perbedaan mendasar dari prinsip keuangan konvensional dan keuangan
syariah terletak pada tingkat pengambilan dari bentuk penyertaan modal
yang tidak terjamin, dalam hal ini disebut, riba. Perbedaan tersebut
merupakan hasil dari implementasi prinsip-prinsip nilai kesetaraan dan
keadilan dari hukum islam, yang memberikan peluang bagi para pelaku
keuangan syariah dalm membuat suatu produk atau layanan yang
berbeda untuk ditawarkan kepada konsumen.

Di dalam sebuah bisnis, pemasaran menjadi ujung tombak dalam


kegiatan suatu usaha. Pemasaran merupakan proses merencanakan dan
melaksanakan konsep, penerapan harga, promosi, dan distribusi ide
(hasil pemikiran), barang dan jasa untuk menciptakan pertukaran yang
dapat memuaskan tujuan individu maupun organisasi (Keller, 2009).
Keunikan dalam sebuah sistem etika islam adalah berlaku untuk semua
atmosfer dalam bidan kehidupan manusia (Dababi, 2005: p. 20). Islam
memiliki nilai khas sistem etika untuk urusan bisnis. Tak terkecuali
dibidang pemasaran, konsep etika islam termasuk di dalamnya. Kotler
mengatakan bahwa program pemasaran yang efektif memadukan semua
unsur bauran pemasaran ke dalam program pemasaran yang di rancang
untuk mencapai tujuan pemasaran perusahaan dengan memberikan nilai
kepada pelanggan. Persepsi konsumen tentang bauran pemasaran
mungkin berbeda sesuai dengan persepsi konsumen, perilaku konsumen,

7
karakteristik, budaya, agama, politik dan kebiasaan. Agama menjadi
sesuatu yang berpengaruh terhadap keputusan konsumen dalam
menggunakan sebuah produk dan jasa (Hasan A, 2008). Semenjak para
penganut agama islam adalah konsumen dengan pertumbuhan yang
cepat, perlu bagi para perusahaan termasuk perbankan
mempertimbangkan bagaimana melayani sesuai kebutuhan mereka dari
segi bauran pemasarannya. Di dalam etika pemasaran islam, hal yang
paling utama dari sebuah produk adalah kehalalan, tidak memanipulasi,
promosi yang jujr, dan tidak melebih-lebihkan. Prinsip-prinsip etika
bisnis islam dituangkan dalam analisis bauran pemasaran oleh Muslich
sebagai bentuk analisis pemasaran yang sesuai nilai islam. Di Indonesia,
fenomena yang terjadi pertumbuhan lembaga keuangan syariah mikro
juga lamban dan masih tertinggal dari lembaga keuangan mikro
konvensional lainnya.

Indonesia sendiri merupakan Negara berkembang dengan mayoritas


penduduk muslim. Pendapatan per-kapita penduduk masih tergolong rendah.
Penduduk dengan pendapatan tergolong menengah ke bawah juga masih
banyak. Di Indonesia, lembaga keuangan pertama yang terdiri adalah
koperasi yang telah diterapkan sebagai soko guru perekonomian Indonesia,
dan dituangkan dalam undang-undang 1945 pasal 33. Lembaga sejenis
koperasi beroperasi sejalan dengan asas gotong royong dan sangat cocok
diterapkan di Indonesia yang tergolong Negara berkembang karena ikut
memberdayakan UMKM di daerah. Dalam perkembangan lembaga keuangan
sejenis koperasi ini berkembang seiring dengan lahirnya perbankan syariah di
Indonesia serta paham renaissance islam neoravifalis dan modernis.
Lembaga tersebut seperti Baitul Mal Wattanmal atau BMT yang beroperasi
sesuai prinsip syariah, kegotong royongan, dan kerja sama. Kedua lembaga
ini baik koperasi dan Baitul Wattamil sama-sama bernaung di bawah payung
hukum kementrian koperasi Indonesia. Baitul Mal Wattanmil termasuk dalam
KJKS (Koperasi Jasa Keuangan Syariah) yang beroperasi di tingkat
kabupaten dan kota. Prospek usaha lembaga keuangan syariah ini sangat baik
dimana mayoritas penduduk Indonesia adalah muslim. Dalam perkembangan,
meskipun merupakan lembaga keuangan non-bank, BMT tidak hanya
8
bersaing untuk memperebutkan pangsa pasar syariah yang cukup prospek
dengan lembaga sejenis, tetapi juga lembaga keuangan seperti bank-bank
syariah lainnya. Dengan banyaknya lembaga keuangan syariah yang berdiri
baik non-bank maupun bank, masyarakat muslim Indonesia dihadapkan
banyak pilihan untuk menggunakan jasa keuangan syariah tersebut. Pada
akhirnya kondisi dan situasi tersebut menciptakan dinamika bisnis yang
semakin komperatif diantara perilaku bisnis dalam sektor industri jasa
keuangan syariah. Dengan meningkatkan intensitas persaingan, persoalan
etika menjadi pentik untuk difokuskan dalam rangka membangun image
kepercayaan bagi kelangsungan suatu usaha.

2. Prinsip Etika Pemasaran Islami

Ada sembilan etika pemasaran yang menjadi prinsip-prinsip Syariah


Marketing dalam menjalankan fungsi pemasaran, yaitu: (Hermawan
Kartajaya, 2006)

a. Memiliki Kepribadian Spiritual (takwa)

Kesadaran akan Allah hendaknya menjadi sebuah kekuatan pemicu


(driving force) dalam segala tindakan.

b. Berlaku Adil Dan Simpatik (shidiq)

Berprilaku baik, sopan dan santun dalam pergaulan adalah fondasi dasar
dan inti dari kebaikan tingkah laku.

c. Berlaku Adil dalam Bisnis (Al-Adl)

Berbisnislah secara adil, demikian kata Allah sebagaimana firmannya,


“Berusahalah secara adil dan kamu tidak boleh bertindak tidak adil”. Allah
mencintai orang-orang berbuat adil dan menbenci orang-orang yang
berbuat zalim.

d. Bersikap Melayani dan Rendah Hati (Khidmah)

9
Sikap melayani merupakan sikap utama seorang pemasar. Tanpa sikap
melayani, yang melekat dalam kepribadiannya. Melekat dalam sikap ini
adalah sikap sopan, santun, dan rendah hati.

10
e. Menepati Janji dan Tidak Curang

Janji adalah ikrar dan kesanggupan yang telah dinyatakan kepada


seseorang. Ketika membuat suatu perjanjian tentunya didasari dengan rasa
saling percaya serta tanggung jawab yang besar untuk melaksanakan janji
tersebut. Ketepatan janji dapat dilihat dari segi ketepatan waktu
penyerahan barang, ketepatan waktu pembayaran serta melaksanakan
sesuatu dengan kontrak yang disepakati.

f. Jujur dan Terpercaya (Al-Amanah)

Dengan sikap kejujuran seorang pedagang akan dipercaya oleh para


pembelinya akan tetapi bila pedagang tidak jujur maka pembeli tidak akan
membeli barang dagangannya. Tak diragukan bahwasannya ketidak
jujuran adalah sikap bentuk kecurangan yang paling jelek.

g. Tidak Berburuk Sangka (Su’udz zhan)

Saling menghormati satu sama lain adalah ajaran Nabi Muhammad SAW
yang harus di Implementasikan dalam perilaku bisnis modern. Tidak boleh
satu pengusaha menjelekan pengusaha lain hanya untuk persaingan bisnis.

h. Tidak Suka Menjelek-Jelekan (Ghibah)

Ghibah adalah keinginan untuk menghancurkan orang, menodai harga diri,


kemuliaan dan kehormatan orang lain, sedangkan mereka itu tidak ada
dihadapannya. Ini merupakan kelicikan, sebab hal ini sama saja dengan
menusuk dari belakang.

i. Tidak Melakukan Suap atau Sogok (riswah)

Dalam syariah, menyuap (Riswah) hukumnya haram, dan menyuap


termasuk kedalam kategori memakan harta orang dengan cara bathil.

Seorang pemasar islam harus memiliki sembilan prinsip etika pemasaran


diatas, karena prinsip inilah yang membedakan seorang pemasar islam

11
dengan yang lainnya. Sembilan prinsip etika pemasaran diatas sekaligus
menjadi karakter dalam pemasaran ekonomi islam.

Pengertian Keputusan Nasabah

Pengertian keputusan nasabah dalam mengambil kredit yaitu sebuah


proses keputusan mengambil kredit pada suatu bank (Philip Kotler, 2002:
207). Pelanggan atau langganan merujuk pada individu atau rumah tangga,
perusahaan yang membeli barang atau jasa yang dihasilkan dalam ekonomi.
Secara spesifik, kata ini sering pula diartikan sebagai seseorang yang terbiasa
untuk membeli barang pada suatu toko tertentu. Dalam berbagai pendekatan,
tergantung dari sifat industri atau budaya, pelanggan bisa disebut sebagai
klien, nasabah, pasien. Maknanya adalah pihak ketiga di luar sistem
perusahaan yang karena sebab tertentu, membeli barang atau jasa perusahaan.
Khusus untuk nasabah, istilah ini digunakan mewakili pihak yang
menggunakan jasa bank, baik itu untuk keperluannya sendiri maupun sebagai
perantara bagi keperluan pihak lain.

Menurut Basu, Swastha (2005, 254) perilaku konsumen adalah tindakan-


tindakan yang dilakukan individu, kelompok atau organisasi yang
berhubungan dengan proses pengambilan keputusan dalam mendapatkan,
menggunakan barang-barang atau jasa yang dapat dipengaruhi oleh
lingkungan.

Keputusan pembelian, menurut Basu Swasta dan Irawan (2005: 118)


merupakan pemahaman konsumen tentang keinginan dan kebutuhan suatu
produk dengan menilai dari sumber-sumber yang ada dengan menetapkan
tujuan pembelian serta mengindentifikasi alternatif sehingga pengambilan
keputusan untuk membeli yang disertai dengan perilaku setelah pembeli.

Dalam kegiatan usaha, seorang pemasar atau penjual, mendekati


prospek. Prospek dipahami sebagai relasi bisnis yang membangun hubungan
dengan perusahaan. Prospek adalah relasi yang bisa sudah menjadi pelanggan
ataupun belum. Dalam pengertian yang lebih luas, relasi bisnis menyangkut
hubungan bisnis dengan semua pihak ketiga di luar perusahaan. Termasuk
dalam kriteria ini : penyedia, bank atau pihak lainnya.

12
Kebutuhan pelanggan dapat didefinisikan sebagai barang atau jasa yang
dibutuhkan untuk mencapai tujuan tertentu. Pelanggan memiliki kebutuhan
yang berbeda tingkatannya dan pengharapan pelanggan biasanya dipengaruhi
oleh nilai-nilai budaya, iklan, pemasaran serta bentuk komunikasi, baik dari
pemasok maupun sumber-sumber lainnya.

Kebutuhan maupun pengharapan pelanggan dapat ditentukan melalui


wawancara, survei perbincangan, penggalian data, atau metode-metode
pengumpulan informasi lainnya. Pelanggan mungkin tak memiliki
pemahaman jelas mengenai kebutuhannya. Bantuan untuk menentukan
kebutuhan dapat menjadi suatu layanan yang berharga bagi pelanggan. Pada
proses ini, pengharapan dapat diatur atau disesuaikan dengan kemampuan
produk atau jasa tertentu.

Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 21 tahun 2008


tentang Perbankan Syariah, nasabah adalah pihak yang menggunakan jasa
bank syariah dan atau Unit Usaha Syariah. Nasabah penyimpan adalah
nasabah yang menempatkan dananya di Bank Syariah dan Unit Usaha
Syariah dalam bentuk simpanan berdasarkan akad antara bank syariah atau
Unit Usaha Syariah dan nasabah yang bersangkutan. Nasabah investor adalah
nasabah yang menempatkan dananya di Bank Syariah atau Unit Usaha
Syariah dalam bentuk investasi berdasarkan akad antara Bank Syariah atau
Unit Usaha Syariah dan nasabah yang bersangkutan. Nasabah penerima
fasilitas adlaah nasabah yang memperoleh fasilitas dana atau yang
dipersamakan dengan itu, berdasarkan prinsip syariah.

Faktor-Faktor Keputusan Nasabah

Keputusan pembeli yang dilakukan konsumen dapat dipengaruh dari


berbagai fakor menurut Kotler dan Keller (2009, 214) yaitu:

1. Faktor kebudayaan, mempunyai pengaruh paling luas dan paling dalam


dari pada yang lain. Yang terdiri dari budaya (penentu keinginan dan
perilaku paling dasar), sub budaya (menampakkan identifikasi dan
sosialisasi).

13
2. Faktor sosial, yang terdiri atas kelompok referensi, keluarga serta peran
dan status seseorang dan lingkugan.
3. Faktor pribadi, terdiri dari umur dan tahapan dalam siklus hidup,
pekerjaan, keadaan ekonomi, gaya hidup, kepribadian dan konsep diri.
4. Faktor psikologi, yang terdiri atas motivasi, persepsi, proses belajar serta
kepercayaan diri dan sikap seorang konsumen.

Indikator Keputusan Nasabah

Menurut Kotler dan Keller (2009) formula AIDA (Attention Interest,


Desire, Action) merupakan formula yang paling sering digunakan untuk
membantu perencenaan suatu pemasaran dalam mengenalkan dan
mempengaruhi keputusan konsumen terhadap suatu produk, yaitu:

1. Perhatian (Attention)

Attention merupakan tahapan dimana konsumen memberi perhatian


positif terhadap suatu produk dari manfaat dan keunggulan.

2. Ketertarikan (Interest)

Interest merupakan langkah dalam menumbuhkan ketertarikan


konsumen terhadap suatu produk, sehingga dalam tahap ini di perlukannya
kejelasan atau kualitas terbaik dari informasi yang di sampaikan kepada
konsumen atas suatu produk yang ditawarkan.

3. Keinginan (Desire)

Desire merupakan langkah dalam menata dan menimbulkan minat atau


keinginan konsumen terhadap produk untuk dapat dimiliki.

4. Tindakan (Action)

Action merupakan langkah dalam mengajak nasabah untuk mengambil


keputusan terhadap produk dalam upaya memenuhi kebutuhan dan
keinginannya.

Perkembangan organisasi jasa syariah telah memberikan dimensi baru


dalam pengukuran kualitas pelayanan. Seperti Ambardi Juniawan yang

14
mengutip buku dari Othman dan Owen telah memperkenalkan enam dimensi
untuk mengukur kualitas pelayanan di lembaga keuangan syariah. Metode ini
menggunakan lima dimensi yang terdapat dalam SERVQUAL dan
menambahkan dimensi compliance atau kepatuhan terhadap syariat islam.
Keenam dimensi tersebut dikenal dengan CARTER model, yakni
Compliance, Assurance, Reability, Tangible, Empathy dan Responsivences
(CARTER). CARTER model dapat digunakan untuk megukur kualitas jasa
pelayanan pada lembaga yang menjadikan syariah sebagai dasar
organisasinya. Dimensi CARTER jika dijelaskan dalam konsep islam sebagai
berikut (Juniawan, 2014):

1. Compliance, atau kepatuhan adalah kepatuhan terhadap aturan atau


hukum-hukum-hukum yang telah ditetapkan oleh Allah SWT. Syariah
Islam merupakan pedoman sekaligus aturan yang diturunkan Allah SWT
untuk diamalkan oleh para pemeluknya dalam setiap kehidupan agar
tercipta keharmonisan dan kebahagiaan.
2. Assurance, atau jaminan dan kepastian yaitu pengetahuan, sopan santun
dan kemampuan para pegawai perusahaan. Terdiri dari beberapa
komponen antara lain, komunikasi (communication), kredibilitas
(credibity), keamanan (security), kompeten (competence), dan sopan
santun (courtesy).
3. Reability, atau kendala yaitu kemampuan organisasi untuk memberikan
pelayanan sesuai yang telah dijanjikan secara akurat dan terpercaya.
Kinerja harus sesuai dengan harapan pelanggan yang berarti ketetapan
waktu, pelayanan yang sama untuk semua pelanggan tanpa kesalahan,
sikap yang simpati dan akurasi yang tinggi.
4. Tangible, atau bukti fisik yaitu kemampuan suatu perusahaan dalam
menunjuka eksistensinya kepada pihak eksternal. Penampilan dan
kemampuan sarana dan prasana fisik perusahaan dan keadaan lingkungan
sekitarnya adalah bukti nyata dari pelayanan yang diberikan pemberi jasa.
Yang meliputi fasilitas fisik (gedung, perlengkapan dll).
5. Empathy, yaitu memberikan perhatian yang tulus dan bersifat individual
atau pribadi yang diberikan kepada para pelanggan dengan beruapaya
memahami keinginan konsumen. Dimana suatu perusahaan diharapkan
15
memiliki pengertian dan pengetahuan tentang pelanggan memahami
kebutuhan pelanggan secara spesifik, serta memilik waktu pengoperasian
yang nyaman bagi pelanggan.

16
6. Responsiveness, atau ketanggapan yaitu suatu kemampuan untuk
membantu dan memberikan pelayanan yag cepat (respensif) dan tepat ke
pelanggan, dengan penyampaian informasi yang jelas. Membiarkan
konsumen menunggu tanpa adanya suatu alas an yang jelas menyebabkan
persepsi negative dalam kualitas pelayanan.
Menurut Teguh Pujo Mulyono, Klasifikasi nasabah dapat dilihat dengan
matriks klasifikasi nasbah pembiayaan. Matrik tersebut menggabungkan
antara aspek jaminan dan manajemen.

B. Hasil Penelitian Yang Relevan


Penelitaian yang relevan dengan judul pengaruh etika pemasaran islam
terhadap keputusan nasabah menggunakan produk jasa keuangan syariah.
Berdasarkan karya tulis yang di susun oleh beberapa penelitian dibawah ini:
1. Muhammad Yasir Musa dengan judul analisi pengaruh kualitas
pelayanan, promosi dan citra merek terhadap keputusan nasabah studi
kasus pada BPRS SUKOWATI Cabang Boyolali dan BPRS MERU
SANKARA Magelang. Penelitian ini menunjukan berpengaruh positif
dan signifikan terhadap keputusan nasabah.
2. Ali Husein Karbala dengan judul pengaruh etika pemasaran islam
terhadap keputusan nasabah dalam menggunakan jasa keuangan syariah
studi kasus pada BMT Mitra Usaha Umma Widodomartani, Ngemplak,
Sleman Yogyakarta. Penelitian membuktikan bahwa kejujuran tidak
mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap keputusan nasabah,
membuktikan bahwa variabel pelayanan mempunyai yang signifikan
terhadap keputusan nasabah, dan membuktikan bahwa variabel keadilan
tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap keputusan nasabah.
3. Ratna Purnama Sari, Ahmad Mulyadi Kosim dan Suyud Arif dengan
judul jurnal pengaruh etika pemasaran islam terhadap kepuasan nasabah
bank syariah. Penelitian ini menunjukan nilai-nilai etika pemasaran islam
secara signifikan dapat mempengaruhi tingkat kepuasan nasabah dan
determinasi menunjukan bahwa kepuasan nasabah dipengaruhi oleh etika
pemasaran islam.

17
C. Kerangka Berfikir
1. Subtansi masalah
Pengaruh etika pemasaran
2. Masalah dalam perspektif teori
Teori masalah yang digunakan adalah teori tentang pengaruh etika
pemasaran meliputi:
a. Memiliki Kepribadian Spiritual (takwa)
b. Berlaku Adil Dan Simpatik (shidiq)
c. Berlaku Adil dalam Bisnis (Al-Adl)
d. Bersikap Melayani dan Rendah Hati (Khidmah)
e. Menepati Janji dan Tidak Curang
f. Jujur dan Terpercaya (Al-Amanah)
g. Tidak Berburuk Sangka (Su’udz zhan)
h. Tidak Suka Menjelek-Jelekan (Ghibah)
i. Tidak Melakukan Suap atau Sogok (riswah)

3.Bagan Kerangka Berfikir

Gambar 2.1
Kerangka Berfikir

18
D. Hipotesis
Hipotesis menurut Suryabrata (Suryabrata, 2000) didefinisikan hipotesis
merupakan dedukasi dari teori ilmiah (pada penelitian kuantitatif) dan
kesimpulan sementara hasil observasi untuk menghasilkan teori baru (pada
penelitian kualitatif).
Ho: Tidak terdapat pengaruh etika pemasaran terhadap keputusan nasabah
keuangan di BMT Gunung Jati Cirebon.
Ha: Terdapat pengaruh etika pemasaran terhadap keputusan nasabah
keuangan di BMT Gunung Jati Cirebon.

19
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Metodologi Penelitian
Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah penelitian kuantitatif.
Berdasarkan teori dari Kasiram (2008) kuantitatif adalah metode penelitian
yang menggunakan proses data-data yang berupa angka sebagai alat
menganalisis dan melakukan kajian penelitian, terutama mengenai apa yang
sudah di teliti.

Jenis yang digunakan dalam metode ini adalah deskriptif. Menurrut


Sugiono (2005: 21) menyatakan bahwa metode deskriptif adalah suatu
metode yang digunakan untuk menggunakan atau mengalisis suatu hasil
penelitian tetapi tidak digunakan untuk membuat keputusan yang lebih luas.

Penelitian ini mendeskripsikan pengaruh etika pemasaran terhadap


keputusan nasabah menggunkan produk jasa keuangan syariah.

B. Waktu Dan Tempat Penelitian


1. Waktu penelitian

Secara keseluruhan semua kegiatan penelitian dilakukan selama kurang


lebih 3 bulan, yaitu sejak bulan juli 2020 sampai dengan september 2020.
Tahap-tahap dalam pelaksanaan kegiatan ini rencananya akan di mulai dari
tahap persiapan, observasi, sampai dengan penulisan laporan penelitian.
Adapun agenda penelitian ini adalah sebagai berikut:

20
No Uraian kegiatan Juli agustus September
4. Menyusun laporan √

5. Mengajukan izin √

6. Mengambil data √

7. Mengolah data √

8. Menyusun laporan √

9. Mengajukan laporan √

Gambar 3.1

2. Tempat penelitian

Untuk tempat dilaksanakannya penelitian ini di BMT Gunung Jati di Jl.


Sunan Gunung Jati Ds Kalisapu Kec. Gunung Jati Kab. Cirebon. Adapun ini
karena relevan dengan topic penelitian dan mudah untuk mengakses data
yang diambil untuk menjadi bahan penelitian.

C. Teknik Pengumpulan Data


Pengumpulan data merupakan kegiatan yang penting dalam melakukan
penelitian. Karena pengumpulan data tersebut akan menentukan berhasil atau
tidaknya suatu penelitian. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam
penelitian ini adalah wawancara.

Wawancara atau interview adalah suatu metode yang digunakan dengan


jalan mengadakan komunikasi dengan sumber data melalui dialog (Tanya-
Jawab) secara lisan baik langsung maupun tidak langsung. Lexy J Moleong
mendefinisikan wawancara sebagai percakapan dengan maksud tertentu.
Percakapan itu dilakukan oleh dua pihak, yaitu pihak pewancara (interviewer)
yang mengajukan pertanyaan dan yang diwawancarai (interviewee) yang
memberikan jawaban atas pertanyaan itu.

21
Dalam hal ini peneliti akan menggunakan metode wawancara langsung
dengan subjek informan. Disamping itu untuk memperlancar proses
wawancara dalam hal ini peneliti akan menggunakan metode wawancara
langsung dengan subjek informan. Peneliti menggunakan wawancara
struktur, yaitu wawancara yang bentuk pertanyaan telah disusun sebelumnya.

Tujuan wawancara secara umum adalah untuk mendapatkan informasi


yang akurat dari narasumber dengan menyampaikan beberapa pertanyaan
tertentu kepada narasumber. Secara khusus, tujuan wawancara adalah, untuk
menggali dan mendapatkan informasi atau data dari orang pertama (primer).
Untuk melengkapi informasi atau data yang dikumpulkan dari Teknik
pengumpulan data lainnya, untuk mendapatkan konfirmasi dengan menguji
hasil pengumpulan data lainnya.

D. Instrumen Pengumpulan Data


Instrumen (penelitian) adalah alat untuk mengambil data. Dalam
penelitian kuantitatif instrument penelitian dapat berupa test, kuisioner
(angket), pedoman wawancara, pedoman observasi dan gabungan.

Sugiono (2012:92) menjelaskan, instrument penelitian digunakan untuk


mengukur nilai variabel yang diteliti dengan tujuan menghasilkan data
kuantitatif yang akurat. Karena instrument penelitian digunakan untuk
melakukan pengukuran maka setiap instrumen harus mempunyai skala.
Jumlah Instrumen penelitian akan tergantung pada jumlah variabel yang
diteliti.

Jadi instrument penelitian adalah cara untuk mengukur fenomena alam


maupun fenomena sosial. Secara spesifik fenomena adalah variabel
penelitian.

22
DAFTAR PUSTAKA
Muljadi, Agustus 2014, Operasionalisasi Pemasaran Syari’ah Pada Produk
Baltul Maal Wat Tamwil (BMT) Di Provinsi Banten, Vol. 2. Nomor 2

Rokhmat Subagiyo, SE, MEI, Desember 2016, Pengaruh Brand Image Terhadap
Keputusan Nasabah Dalam Memilih Pembiayaan Di BMT Sahara
Tulungagung, Vol. 8. Nomor 1

Ratna Purnama Sari, Ahmad Mulyadi Kosim, Suyud Arif, Desember 2018,
Pengaruh Etika Pemasaran Islam Terhadap Kepuasan Nasabah Bank
Syariah, Vol. 9. Nomor 2

Muhammad Yasir Musa, 2019, Analisis Pengaruh Kualitas Pelayanan, Promosi


Dan Citra Merek Terhadap Keputusan Nasabah, Skripsi IAIN
SALATIGA

Ali Husein Karbala, 2018, Pengaruh Etika Pemasaran Islam Terhadap Keputusan
Nasabah Dalam Menggunakan Jasa Keuangan Syariah, Skripsi UII
YOGYAKARTA

23

Anda mungkin juga menyukai