desa Candi Rejo dan desa Sidomulyo, Kecamatan Biru-biru, Kabupaten Deli
Serdang pada ketinggian ±83 m diatas permukaan laut dan identifikasi serangga
Universitas Sumatera Utara, Medan. Penelitian dimulai pada bulan Juni sampai
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah tanaman kakao yang
telah berbuah, imago serangga yang tertangkap, air bersih, detergen, plastik
transparan, kertas warna kuning, lem perekat tikus, minyak lampu, tali plastik,
Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah triplek, bambu, lampu
badai, stoples, ember, suduk tanah, botol kecil, kain kasa, jaring serangga, cup
kalkulator, kamera, killing bottle, buku acuan identifikasi yaitu Kalshoven (1981)
Pelaksanaan Penelitian
pada desa Candi Rejo, Kecamatan Biru-biru, Kabupaten Deli Serdang dengan luas
terdiri dari 9-10 pohon kakao.Lahan pertanaman kakao non PHT terletak di Desa
Pengambilan Sampel
perangkap jaring (sweep net), perangkap jatuh (fit fall trap), perangkap lampu
Perangkap jaring (sweep net) terbuat dari bahan ringan dan kuat dengan
kain kasa yang mudah diayunkan dan serangga yang ditangkap dapat
sebanyak 5 kali.
yang hidup diatas permukaan tanah.Alat ini dibuat dari cup plastik dengan volume
125 ml, kemudian kedalam cup plastik tersebut dimasukkan air jernih yang telah
setiap petak pengamatan dan diberi naungan agar apabila hujan datang air tidak
yang jatuh kedalam cup dikumpulkan, dihitung dan dimasukkan ke dalam toples
sebagai sumber cahaya. Lampu diletakkan diatas baskom yang telah dipaku
bambu/ kayu dengan ketinggian + 150 cm dari permukaan tanah, baskom terlebih
dahulu diisi air yang dicampur dengan detergen sehingga serangga yang tertarik
cahaya lampu akan jatuh kedalam ember. Perangkap diletakkan sebanyak 1 buah
ini dilakukan pada pukul 17.00 – 18.00 WIB dan dipasang sepanjang
sebanyak 5 kali.
30 cm kemudian dilapisi plastik bening yang diolesi dengan lem perekat tikus dan
ditempelkan pada triplek yang dipaku pada bambu setinggi + 150 cm.
Pemasangan perangkap ini dilakukan pada pukul 11.00 – 12.00 WIB. Perangkap
dengan mengacu pada buku kunci determinasi serangga yaitu Kalshoven (1981)
Identifikasi Serangga
dengan mengacu pada buku kunci determinasi serangga, antara lain Kalshoven
tingkat famili.
Peubah Amatan
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survei yaitu
dibudidayakan secara PHT dan non PHT di Kecamatan Biru-biru. Serangga yang
tertentu yang ditemukan pada habitat tiap pengamatan yang dinyatakan secara
mutlak(Suin, 1997).
(Suin, 1997).
FR = FM × 100%
∑ FM
s
H = -Σpi ln pi
i=1
ni
pi =
N
Dimana :
berikut :
H>3 (Tinggi)
H<1 (Rendah)
komunitas maka dapat digunakan nilai indeks kemerataan antar jenis dengan
menggunakan rumus :
E’ = H’ / ln(S)
Dimana :
H’ = Indeks Shannon
ln = Logaritma natural
berikut :
terpadu (PHT) terdiri dari 12 ordo dan 44 famili dengan jumlah populasi serangga
sebanyak 2771 ekor, sedangkan pada lahan kakao non PHT serangga yang
serangga sebanyak3688 ekor. Hal ini disebabkan karena pengendalian hama pada
lahan kakao PHT hanya dilakukan apabila serangan hama sudah melewati batas
pada hama yang ingin dikendalikan, sementara pada lahan kakao non PHT
membunuh jenis serangga lainnya yang menjadikan jenis famili serangga menjadi
yang lebih berat yaitu terbunuhnya musuh alami, terjadinya resistensi, peledakan
Hymenoptera yang berjumlah 762 ekor yang didominasi oleh spesies semut
hitam. Adanya salah satu konsep PHT yang diterapkan pada lahan kakao PHT
semut.
habitatnya yang berada di dalam tanah dan sangat jarang keluar kecuali malam
gryllotalpidae(Anjing tanah) adalah hewan yang agak jarang terlihat karena lebih
suka bersembunyi dalam lubang dan aktif pada malam hari mencari makanan.
berjumlah 932 ekor.Hal ini dikarenakan lokasi lahan kakao PHT yang dekat
dengan sungai dan lahan yang pada saat penelitian sedang dalam keadaan
serangga yang menyerupai nyamuk tetapi lebih kecil dan biasanya terdapat di tepi
Pada lahan kakao non PHT menunjukkan jumlah serangga yang paling
sedikit tertangkap adalah Lestidae dari ordo Odonata dengan jumlah yang
terbangnya lemah dengan wilayah jelajah yang tidak luas. Rahadi et al. (2013)
sepasang mata majemuk terpisah, ukuran tubuh relatif kecil, ukuran sayap depan
dan belakang sama besar serta posisi sayap dilipat diatas tubuh saat hinggap,
ekosistem yang tidak selalu sama. Menurut Susniahtiet al. (2005) faktor
fisikterbatas kepada suhu, kelembaban, cahaya, curah hujan dan angin yang
kisaran terendah ataupun kisaran tertinggi, serangga tersebut masih dapat bertahan
hidup.
paling banyak tertangkap adalah pada perangkap kuning (yellow trap) dan paling
sedikit pada perangkap jaring (sweep net). Hal ini dikarenakan serangga pada
umumnya lebih tertarik pada gelombang cahaya warna kuning yang dipantulkan
dari perangkap kuning sehingga mendekati perangkap kuning yang telah diberi
serangga yang ditangkap relatif sedikit karena saat penangkapan secara langsung
serangga tidak selalu ada dan dipengaruhi daya mobilitas serangga yang tinggi.
Setiap spesies mempunyai relung (cara hidup) dan fungsi yang berbeda
dan berkaitan satu dengan yang lainnya. Selama spesies serangga tersebut
akan tetap terjaga. Berikut ini dapat dilihat jenis serangga dan masing-masing
pertanaman kakao dengan teknik PHT yaitu serangga yang diketahui sebagai
hama terdiri dari 25 famili dari 8 ordo, serangga sebagai predator terdiri dari 11
famili dari 6 ordo. Status serangga sebagai parasitoid berasal dari 4 famili dari
ordo Hymenoptera dan Diptera, serangga yang berstatus sebagai polinator hanya
ordo sedangkan status fungsi serangga yang tidak diketahui yakni Cicadidae dari
Pada lahan pertanaman kakao dengan teknik non PHT diketahui bahwa
status serangga sebagai hama terdiri dari 22 famili dari 8 ordo, serangga sebagai
predator terdiri dari 8 famili dan 4 ordo. Status serangga sebagai parasitoid berasal
dari 4 famili dari ordo Hymenoptera dan Diptera, serangga yang berstatus sebagai
polinator terdapat pada ordo Lepidoptera yaitu pada famili Noctuidae dan
sedangkan status fungsi serangga yang tidak diketahui yakni Cicadidae dari ordo
diketahui sebagai hama dan predator lebih banyak terdapat pada lahan kakao PHT
yaitu pada hama 25 famili dari 8 ordo dibandingkan dengan lahan kakao non PHT
yaitu 22 famili dari 8 ordo sedangkan pada predator di lahan kakao PHT yaitu 11
famili dari 6 ordo dibandingkan dengan lahan kakao non PHT yaitu 8 famili dari 4
ordo. Sementara itu diketahui bahwa jenis serangga yang berstatus sebagai
penelitian adalah sama. Hal ini dikarenakan pada lahan kakao non PHT digunakan
kimiawi secara terus menerus akan menimbulkan masalah yang lebih berat yaitu
pencemaran lingkungan.
Jumlah jenis famili serangga yang berstatus sebagai hama pada lahan
penelitian umumnya lebih banyak pada lahan kakao non PHT dibandingkan
pengendalian yang dilakukan pada lahan kakao PHT yang menekan jumlah hama.
Pada lahan kakao PHT juga dilakukan sistem tanam tumpang sari dengan nenas,
serangga pada lahan khususnya kehadiran lalat buah (Tephritidae) yang cukup
banyak. Alyoklin et al. (1991) menyatakan bahwa spesies lalat buah merupakan
hama penting yang berasosiasi dengan berbagai buah-buahan dan sayuran tropika
yang menyebabkan kerusakan langsung terhadap 150 spesies tanaman buah dan
sayuran.
diantara serangga – serangga pada areal tersebut. Hal ini dapat diketahui karena
pada kedua pertanaman kakao serangga yang didapatkan tidak hanya berstatus
sebagai hama, melainkan terdapat juga parasitoid, predator, dan serangga berguna
relatif tertinggi pada lahan kakao PHT terdapat padaFormicidae dengan nilai KM
Formicidae pada lahan pengamatan adalah famili paling banyak tertangkap dan
relatif tertinggi pada lahan kakao PHT terdapat pada famili Miridae,
karena serangga tersebut sering hadir dalam lahan pengamatan dan penyebaran
serangga tersebut luas di daerah lahan pertanaman kakao.Hal ini sesuai dengan
Dari hasil perhitungan dapat diketahui bahwa nilai frekuensi mutlak dan
frekuensi relatif terendah pada lahan kakao PHT terdapat pada famili
Pada pengamatan kakao non PHT diketahui bahwa nilai kerapatan mutlak
Pada lahan kakao non PHT diketahui bahwa nilai frekuensi mutlak dan
dalam lahan pengamatan dan penyebaran serangga tersebut luas di daerah lahan
dan frekuensi relatif terendah pada lahan kakao non PHT terdapat pada famili
disebabkan karena serangga tersebut jarang hadir pada lahan pengamatan dan
penyebaran serangga tersebut tidak luas pada lahan pengamatan.Hal ini sesuai
Nilai indeks keanekaragaman pada lahan kakao PHT adalah H’ = 2,90. Hal
yaitumengarah hampir baik dimana keberadaan hama dan musuh alami hampir
seimbang.
Pada lahan kakao non PHT nilai indeks keanekaragaman serangga adalah
sedang yaitu mengarah hampir baik dimana keberadaan hama dan musuh alami
hampir seimbang.
Pada lahan kakao PHT, serangga yang tertangkap adalah12 ordo dan 44
famili sedangkan pada lahan kakao non PHT serangga yang tertangkap yaitu 10
Ordo dan 39 famili. Famili yang tidak terdapat pada saat penangkapan pada lahan
kakao PHT adalah Lestidae dari ordo odonatasedangkan pada lahan kakao non
PHT famili yang tidak ada yaitu Alydidae dari ordo hemiptera, Delphacidae dari
mantodea.
pengendalian hama terpadu yang dilakukan pada lahan kakao PHT sehingga
meningkatkan keanekaragaman, selain itu juga karena lahan kakao non PHT yang
cenderung heterogen yaitu hanya terdapat tanaman kakao dan tanaman durian
sistemtumpang sari dengan tanaman nenas, durian, mahoni, manggis dan pisang
sehingga serangga yang terdapat pada lebih beragam. Hal ini sesuai dengan Krebs
kompleks komunitas flora dan fauna disuatu tempat tersebut dan semakin tinggi
keragaman jenisnya.
E’ 0.7677 0.7543
Nilai indeks kemerataan jenis serangga (E’) pada tanaman kakao PHT
adalah 0,76 yang menunjukkan bahwa kemerataan jenis serangga pada lingkungan
lahan tersebut adalah tinggi karena E’ > 0,6 maka kemerataan jenis serangga
tergolong tinggi. Hal ini menunjukkan keadaan ekosistem lahan dalam keadaan
makin tinggi nilai E (indeks kemerataan) maka keadaan ekosistem akan lebih
baik.
adalah 0,75 yang menunjukkan bahwa kemerataan jenis serangga pada lingkungan
lahan ini juga tinggi karena jika E’ > 0,6 maka kemerataan jenisnya tergolong
tinggi. Odum (1996) menyatakan bahwa nilai kemerataan (E) berkisar antara 0
Penyebab tingginya kemerataan jenis serangga pada lahan kakao PHT dan
Non PHT disebabkan karena tidak ada jenis famili yang jumlahnya sangat
mendominasi. Hal ini sesuai dengan Oka (1994) yang menyatakan bahwa nilai
kemerataan akan cenderung tinggi bila jumlah populasi dalam suatu famili tidak
bila suatu famili memiliki jumlah populasi yang mendominasi jumlah populasi
lain.
Kesimpulan
dengan teknik budidaya PHT dan Non PHT di Kecamatan Biru-biru Kabupaten
pertanaman kakao dengan teknik budidaya PHT lebih tinggi yaitu 2,9052 (sedang)
dibandingkan dengan pada pertanaman kakao non PHT yaitu 2,7633 (sedang).
Saran
kakao dengan teknik PHT dan non PHT, sebaiknya petani kakao yang masih
melakukan teknik budidaya non PHT beralih ke teknik PHT karena meningkatkan