Anda di halaman 1dari 11

BAB II

TINJAUAN RUMAH SAKIT UMUM DAERAH dr. SOEKARDJO


KOTA TASIKMALAYA

.2 Rumah Sakit
.1.1 Sejarah Rumah Sakit
Rumah Sakit Umum Tasikmalaya disebut dengan “Provinciale Ziekenhuis”
karena RSU Kota Tasikmalaya pertama kali didirikan oleh Belanda pada tahun
1922 namun, secara operasional RSU Tasikmalaya mulai beroperasi pada tanggal
14 Juli 1925. Lokasi RSU Tasikmalaya pada jaman Belanda terletak di jalan
Citapen kemudian lokasi RSU Tasikmalaya dipindahkan ke jalan Rumah Sakit
nomor 33 Tasikmalaya sampai dengan sekarang. Seiring berjalannya waktu
Rumah Sakit Umum Daerah Kota Tasikmalaya berganti nama menjadi Rumah
Sakit Umum Daerah dr. Soekardjo Kota Tasikmalaya pada tahun 2014. Nama
tersebut diambil dari nama direktur rumah sakit yang pertama yaitu dr. Soekardjo.

.1.2 Jenis dan Klasifikasi Rumah Sakit


Rumah Sakit Umum Daerah dr. Soekardjo Kota Tasikmalaya adalah Rumah Sakit
kelas B Non Pendidikan dengan jumlah tempat tidur 497 unit.

.1.3 Akreditasi Rumah Sakit


Rumah Sakit Umum Daerah dr. Soekardjo Kota Tasikmalaya ditetapkan sebagai
Akreditasi Tingkat Paripurna.

2.2 Struktur Organisasi RSUD dr. Soekardjo


Organisasi RSUD dr. Soekardjo Kota Tasikmalaya berpedoman pada PERDA No.
7 Tahun 2016, tentang Pembentukan Organisasi Perangkat Daerah. Adapun
susunannya ada pada Lampiran 2, Gambar II.1.

2.3 Tim Farmasi dan Terapi


Tim Farmasi dan Terapi adalah organisasi yang mewakili hubungan komunikasi
antara para staf medis dengan staf farmasi, sehingga anggotanya terdiri dari dokter
yang mewakili spesialisasi-spesialisasi yang ada di rumah sakit dan apoteker
wakil dari Farmasi Rumah Sakit, serta tenaga kesehatan lainnya.

3
Formularium RSUD dr.Soekardjo edisi terakhir adalah pada tahun 2017.
Pembuatan dan penyusunan Formularium Rumah Sakit ini dibuat oleh Tim
Farmasi dan Terapi.
Tugas TFT di RSUD dr. Soekardjo adalah sebagai berikut :
1. Mengembangan kebijaksanaan tentang penggunaan obat di rumah sakit
2. Melakukan seleksi dan evaluasi obat yang akan masuk dalam formularium
rumah sakit
3. Mengembangkan standar terapi
4. Mengidentifikasi permasalahan dalam pengembangan obat
5. Melakukan intervensi dalam meningkatkan penggunan obat yang rasional
6. Mengkoordinir penatalaksanaan ROTD
7. Mengkoordinir penatalaksanaan medication error
8. Menyebarluaskan informasi terkait kebijakan penggunaan obat di RS.

2.4 Instalasi Farmasi Rumah Sakit


2.4.1 Tugas dan Fungsi Instalasi Farmasi Rumah Sakit
1. Tugas pokok
a. Melangsungkan pelayanan farmasi yang optimal
b. Menyelenggarakan kegiatan pelayanan farmasi professional berdasarkan
prosedur kefarmasian dan etik profesi
c. Melaksanakan Komunikasi, Informasi dan Edukasi (KIE)
d. Memberi pelayanan bermutu melalui analisa, dan evaluasi untuk
meningkatkan mutu pelayanan farmasi
e. Melakukan pengawasan berdasarkan aturan-aturan yang berlaku
f. Menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan di bidang farmasi
g. Mengadakan penelitian dan pengembangan di bidang farmasi
h. Memfasilitasi dan mendorong tersusunnya standar pengobatan dan
formularium rumah sakit
2. Fungsi :
a. Pengelolaan Perbekalan Farmasi
1) Memilih perbekalan farmasi sesuai kebutuhan pelayanan rumah sakit
2) Merencanakan kebutuhan perbekalan farmasi secara optimal
3) Mengadakan perbekalan farmasi berpedoman pada perencanaan yang

4
telah dibuat sesuai ketentuan yang berlaku
4) Memproduksi perbekalan farmasi untuk memenuhi kebutuhan
pelayanan kesehatan di rumah sakit
5) Menerima perbekalan farmasi sesuai dengan spesifikasi dan ketentuan
yang berlaku
6) Menyimpan perbekalan farmasi sesuai dengan spesifikasi dan
persyaratan kefarmasian
7) Mendistribusikan perbekalan farmasi ke unit-unit pelayanan di rumah
sakit
b. Pelayanan Kefarmasian dalam Penggunaan Obat dan Alat Kesehatan
1) Mengkaji instruksi pengobatan/ resep pasien
2) Mengidentifikasi masalah yang berkaitan dengan penggunaan obat
dan alat kesehatan
3) Mencegah dan mengatasi masalah yang berkaitan dengan obat dan
alat kesehatan
4) Memantau efektifitas dan keamanan penggunaan obat dan alat
kesehatan
5) Memberikan informasi kepada petugas kesehatan, pasien/ keluarga
6) Memberi konseling kepada pasien/keluarga
7) Melakukan pencatatan setiap kegiatan
8) Melaporkan setiap kegiatan

2.4.2 Struktur Organisasi IFRS


Struktur organisasi harus menggambarkan garis tanggung jawab dan wewenang,
koordinasi serta alur komunikasi. Uraian fungsi dari tiap unit fungsional tersebut
harus terdokumentasi dalam panduan mutu, demikian juga uraian tugas seluruh
staf pengelola. Struktur organisasi IFRS RSUD dr. Soekardjo dapat dilihat pada
Lampiran II, Gambar II.2. Tiap unit fungsional dalam struktur organisasi tersebut
dikelola oleh seorang apoteker penanggung jawab yang disebut koordinator,
dibantu oleh tenaga teknis kefarmasian dan administrasi farmasi. Susunan
Organisasi IFRS dr. Soekardjo Kota Tasikmalaya terdiri dari :
1. Kepala Instalasi Farmasi
2. Koordinator Gudang Farmasi

5
3. Koordinator Pelayanan Farmasi Rawat Jalan
4. Koordinator Pelayanan Farmasi Rawat Inap dan IGD
5. Koordinator Pelayanan Farmasi Bedah Sentral
6. Koordinator Farmasi Klinik
7. Koordinator Managemen Mutu
8. Administrasi Farmasi
9. Pejabat Pengadaan
10. Pejabat Pelaksana Teknis Kegiataan

2.4.3 Sumber Daya Manusia


Instalasi farmasi harus memiliki apoteker dan tenaga teknis kefarmasian yang
sesuai dengan beban kerja dan petugas penunjang lain agar tercapai sasaran dan
tujuan instalasi farmasi rumah sakit. Sumber daya manusia di IFRS dr. Soekardjo
Kota Tasikmalaya terdiri dari 26 orang apoteker, 34 tenaga teknis kefarmasian
serta 10 orang tata usaha.

2.4.4 Sarana dan Peralatan


Fasilitas ruang di IFRS dr. Soekardjo Kota Tasikmalaya yaitu ruang tunggu yang
dilengkapi kursi, ruang pelayanan dan penyerahan resep atau obat, ruang
peracikan dan tempat penyimpanan obat, ruang kerja khusus untuk kepala
instalasi farmasi, ruang administrasi khusus yang dilengkapi dengan komputer,
dan terdapat depo farmasi. Peralatan meliputi peralatan peracikan dan penyiapan
sediaan non steril, maupun cair untuk obat luar atau dalam.

2.5 Pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan dan BMHP


Prosedur pengelolaan perbekalan farmasi di Instalasi Farmasi Rumah Sakit
Umum Daerah dr. Soekardjo Kota Tasikmalaya, sebagai berikut :

2.5.1 Pemilihan
Pemilihan obat di RSUD dr. Soekardjo dilakukan oleh TFT dengan mengacu pada
formularium nasional, ditambah beberapa obat non formularium nasional yang
diusulkan dan disetujui oleh komite medik serta direktur rumah sakit.

2.5.2 Perencanaan

6
Kegiatan perencanaan kebutuhan sediaan farmasi dan BMHP di RSUD dr.
Soekardjo dilakukan oleh tim perencanaan, berdasarkan pola konsumsi yaitu
berdasarkan pola penggunaan obat, alat kesehatan dan bahan medis habis pakai
pada periode sebelumnya. Perencanaan disesuaikan dengan anggaran yang
tersedia di rumah sakit.

2.5.3 Pengadaan
Pengadaan di Rumah Sakit Umum Daerah dr. Soekardjo Kota Tasikmalaya
dengan cara pembelian dilakukan dengan sistem e-purchasing, daftar obat
mengacu keharga yang tertera di e-katalog. Untuk obat yang tidak ada di e-katalog
pembelian dengan sistem manual. Surat pesanan dibuat oleh pejabat pengadaan
dan ditanda tangani oleh Pejabat Pembuat Komitmen (PPK), kecuali obat
narkotika dan psikotropika ditanda tangani oleh kepala IFRS. Pengadaan dengan
cara produksi di di RSUD dr. Soekardjo meliputi pengemasan kembali sediaan
farmasi yang lebih kecil/repacking dan pembuatan kasa steril. Hibah/dropping
berasal dari pemerintah yang meliputi obat TBC, HIV, Hepatitis B, vaksin dan
metadon. Contoh surat pesanan narkotika dapat dilihat pada Lampiran 7, Gambar
II.7. Contoh surat pesanan psikotropika dapat dilihat pada Lampiran 7 Gambar
II.8.

2.5.4 Penerimaan
Penerimaan merupakan kegiatan untuk menjamin kesesuaian jenis, spesifikasi,
jumlah, mutu, waktu penyerahan dan harga yang tertera dalam kontrak atau surat
pesanan dengan kondisi fisik yang diterima. Penerimaan barang di Rumah Sakit
Umum Daerah dr. Soekardjo Kota Tasikmalaya dilakukan oleh petugas gudang
farmasi dengan melakukan pengecekan kesesuaian surat pesanan (SP) dan faktur,
meliputi nama obat, jumlah, harga, nomor batch dan expire date. Apabila hasil
pengecekan sesuai maka dilakukan penerimaan barang oleh petugas penerimaan
barang di gudang serta faktur di tanda tangani oleh petugas penerimaan barang.
Kemudian barang diinput ke dalam komputer dan disimpan di gudang farmasi.

.5.5 Penyimpanan

7
Penyimpanan harus dapat menjamin kualitas dan keamanan sediaan farmasi, alat
kesehatan, dan bahan medis habis pakai sesuai dengan persyaratan kefarmasian.
Sistem penyimpanan perbekalan farmasi di Rumah Sakit Umum Daerah dr.
Soekardjo Kota Tasikmalaya di gudang farmasi maupun di unit pelayanan
disimpan berdasarkan stabilitas, jenis perbekalan, bentuk sediaan dan serta
disusun secara alfabetis dengan menerapkan prinsip FIFO (First In First Out) dan
FEFO (First Expired First Out). Denah gudang farmasi RSUD dr. Soekardjo
dapat dilihat pada Lampiran 8, Gambar II.9. Obat high alert disimpan di lemari
khusus dan diberi label high alert disetiap kemasan obat,box, maupun ampulnya.
Obat LASA (Look Alike Sounds Alike) tidak disimpan berdekatan pada rak
penyimpanan obat. Obat golongan narkotika dan psikotropika disimpan dalam
lemari khusus dan kunci ganda.

.5.6 Pendistribusian
Distribusi merupakan suatu rangkaian kegiatan dalam rangka menyalurkan/
menyerahkan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai dari
tempat penyimpanan sampai kepada unit pelayanan/pasien dengan tetap menjamin
mutu, stabilitas, jenis, jumlah, dan ketepatan waktu. Sistem distribusi di unit
pelayanan di RSUD dr. Soekardjo dapat dilakukan dengan cara sistem persediaan
lengkap di ruangan (floor stock), sistem resep perorangan, resep perhari dan
sistem kombinasi. Pendistribusian dari unit pelayanan kepada pasien dilakukan
metode resep perorangan untuk apotek rawat jalan & resep perhari untuk rawat
inap, dimana obat diberikan untuk satu hari pemakaian. Pengeluaran perbekalan
farmasi didasarkan pada sistem FIFO dan FEFO.

.5.7 Pemusnahan dan Penarikan


Pemusnahan dan penarikan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis
habis pakai yang tidak dapat digunakan harus dilaksanakan dengan cara yang
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Pemusnahan dilakukan bila produk tidak memenuhi persyaratan mutu, telah
kadaluwarsa, tidak memenuhi syarat untuk dipergunakan dalam pelayanan
kesehatan atau kepentingan ilmu pengetahuan. Sedangkan penarikan dilakukan
bila produk dicabut izin edarnya. Rumah Sakit Umum Daerah dr. Soekardjo Kota

8
Tasikmalaya baru sekali melakukan pemusnahan perbekalan farmasi yaitu, pada
tahun 2013. Pelaksanaan pemusnahan perbekalan farmasi bekerja sama dengan
pihak ke tiga yaitu PT. Medivest. Untuk sediaan narkotik dan psikotropik sebelum
dilakukan pemusnahan harus dilaporkan terlebih dahulu kepada dinas kesehatan
setempat dan BPOM. Proses pemusnahan diawasi oleh perwakilan dinas
kesehatan dan BPOM dan dibuat berita acara pemusnahan.

.5.8 Pengendalian
Pengendalian dilakukan untuk menghindari terjadinya kelebihan atau kekosongan
persediaan di instalasi farmasi. Cara pengendalian di RSUD dr. Soekardjo ini
dilakukan dengan menghitung pemakaian dalam periode tertentu dan menghitung
ketersediaan obat serta expired date-nya melalui kegiatan stock opname yang
dilakukan satu bulan sekali. Obat-obat yang telah expired dipisahkan dan
dikeluarkan dari rak pelayanan. Setiap Unit melakukan pemantauan tanggal
kadaluarsa dan membuat daftar obat yang akan kadaluarsa 3 bulan sebelum
kadaluarsa, Tim Farmasi Terapi membuat surat edaran kepada dokter penulis
resep untuk meresepkan obat-obatan tersebut. Dengan surat edaran tersebut
diharapkan penggunaan obat yang akan expired dapat dimaksimalkan dengan
tetap memperhatikan kerasionalan terapi.

.5.9 Administrasi
Administrasi merupakan kegiatan yang berkaitan dengan pencatatan manajemen
sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai serta penyusunan
laporan yang berkaitan dengan perbekalan farmasi secara rutin, dilakukan setiap 1
bulan sekali. Di Rumah Sakit Umum Daerah dr. Soekardjo Kota Tasikmalaya
pencatatan dan pelaporan dapat dilakukan secara manual dengan menggunakan
kartu stok dan komputerisasi dengan software Sistem Informasi Manajemen
Rumah Sakit (SIMRS). Pelaporan obat narkotika dan psikotropika dilakukan
sebulan sekali secara online melalui situs SIPNAP paling lambat tanggal 10 setiap
bulannya.

.6 Pelayanan Farmasi Klinik

9
.6.1 Pengkajian dan Pelayanan Resep
1. Pengkajian resep dan pelayanan resep di pelayanan farmasi rawat jalan di
Rumah Sakit Umum Daerah dr. Soekardjo :
a. Penerimaan resep
Resep terdiri dari resep umum dan resep BPJS. Untuk resep BPJS setelah
resep di terima, ditahap ini dilakukan pemeriksaan kelengkapan dokumen
BPJS, jika dokumen sudah lengkap maka diberi cap dan diberi nomor
antrian. Sedangkan untuk resep umum langsung diberi cap dan pemberian
nomor antrian resep.
b. Pengkajian Resep
Kemudian resep di kaji oleh apoteker, dimana apoteker mengisi form cap
telaah resep yang sudah disediakan. Meliputi kejelasan tulisan resep, tepat
obat, tepat dosis, tepat rute, tepat waktu, duplikasi, alergi, interkasi obat,
berat badan (untuk anak) dan kontra indikasi lainya.
c. Pemberian Etiket
Resep yang sudah dikaji kemudian masuk kemeja etiket, disini dilakukan
pembuatan etiket obat sesuai dengan resep.
d. Penyediaan Obat
Resep yang sudah diberi etiket kemudian di disiapkan obat sesuai nama obat
dan jumlah obat yang tertulis di resep. Obat dimasukan dalam kemasan
sesuai etiket.
e. Jika ada obat racikan resep yang sudah di siapkan obatnya diperiksa kembali
di meja etiket. Jika sudah benar kemudian resep masuk ke ruang racik.
f. Telaah Obat
Untuk obat yang sudah disiapkan kemudian masuk ke meja telaah obat. Di
meja ini obat di periksa lagi dengan seksama. Telaah obat meliputi obat
dengan resep/pesanan, jumlah/dosis dengan resep/pesanan, rute dengan
resep/pesanan, waktu dan frekuensi pemberian dengan resep/pesanan.
g. Penyerahan obat
Jika obat sudah benar kemudian resep bersama obat masuk ke ruang
penyerahan obat jadi diserahkan kepasien dan disertai Informasi Obat (PIO)
oleh Apoteker.

10
2. Pengkajian dan pelayanan resep di pelayanan farmasi rawat inap di Rumah
Sakit Umum Daerah dr. Soekardjo :
a. Petugas mengambil resep yang terdapat diruang perawatan dan dilakukan
pencatatan terlebih dahulu dibuku ekspedisi.
b. Pengkajian resep oleh apoteker meliputi kelengkapan administrasi seperti
identitas pasien, no resep, ruang asal resep, tanggal penulisan resep, dan
nama dokter yang memeriksa Kesesuaian farmasetik meliputi nama, bentuk
sediaan, kekuatan, jumlah dan ketersediaan perbekalan farmasi di unit
pelayanan farmasi rawat inap Kesesuaian klinis meliputi ketepatan indikasi,
dosis, aturan dan cara penggunaan.
c. Entry resep atau data dilakukan oleh tenaga administrasi atau tenaga teknis
kefarmasian yang meliputi identitas pasien, ruang perawatan, nama dan
jumlah obat, alat kesehatan dan BMHP.
d. Penyiapan perbekalan farmasi oleh apoteker yang dibantu oleh tenaga teknis
kefarmasian Penyiapan perbekalan farmasi dilakukan sesuai dengan yang
tertulis dalam resep Untuk obat racikan diserahkan kebagian peracikan.
e. Setelah perbekalan farmasi lengkap, dilakukan pemeriksaan ulang atau
verifikasi terhadap perbekalan farmasi yang telah disiapkan, tujuannya untuk
menghindari medication error.
f. Distribusi perbekalan farmasi ke ruang perawatan disertai dengan pemberian
informasi obat secara langsung kepada pasien maupun keluarga pasien oleh
apoteker. Alur pelayanan resep unit farmasi rawat inap. Bedanya dengan
pelayanan resep IGD adalah entry resep dilakukan diakhir.

.6.2 Penelusuran Riwayat Penggunaan Obat


Penelusuran riwayat penggunaan obat di Rumah Sakit Umum Daerah dr.
Soekardjo merupakan proses untuk mendapatkan informasi mengenai seluruh
obat/sediaan farmasi lain yang pernah dan sedang digunakan, riwayat pengobatan
dapat diperoleh dari wawancara atau data rekam medik/pencatatan penggunaan
obat pasien.

11
.6.3 Rekonsiliasi Obat
Rekonsiliasi obat merupakan proses membandingkan instruksi pengobatan dengan
obat yang telah di dapat pasien. Rekonsiliasi di Rumah Sakit Umum Daerah dr.
Soekardjo dilakukan untuk mencegah terjadinya kesalahan obat (medication
error) seperti obat tidak diberikan, duplikasi, kesalahan dosis, atau interaksi obat.

.6.4 Pelayanan Informasi Obat


Pelayanan Informasi Obat (PIO) merupakan kegiatan penyediaan dan pemberian
informasi terkait obat yang dilakukan oleh apoteker kepada dokter, apoteker,
perawat, profesi kesehatan lainnya serta pasien dan pihak lain di luar Rumah
Sakit. Pelayanan informasi obat di Rumah Sakit Umum Daerah dr. Soekardjo
Kota Tasikmalaya dilakukan pada saat penyerahan obat kepada pasien. Informasi
obat yang disampaikan kepada pasien antara lain nama obat, kegunaan obat,
aturan penggunaan dan cara penyimpanan obat.

.6.5 Konseling
Konseling obat adalah suatu aktivitas pemberian informasi atau saran terkait
terapi obat dari apoteker kepada pasien/keluarganya. Konseling dilakukan pada
pasien dengan kriteria tertentu. Pemberian konseling bertujuan untuk
mengoptimalkan hasil terapi pasien. Konseling di RSUD dr. Soekardjo dilakukan
oleh apoteker kepada pasien yang memerlukan konseling.

.6.6 Visite
Visite di Rumah Sakit Umum Daerah dr. Soekardjo dilakukan dengan kegiatan
kunjungan ke pasien rawat inap yang dilakukan apoteker secara mandiri atau
bersama tim tenaga kesehatan untuk mengamati kondisi klinis pasien secara
langsung dan mengkaji masalah terkait obat, memantau terapi obat, memantau
kemungkinan munculnya efek samping obat dan reaksi obat yang tidak dikendaki,
meningkatkan terapi obat yang rasional, dan menyajikan informasi obat kepada
dokter, pasien, serta profesional kesehatan lainnya.

.6.7 Pemantauan Terapi Obat


Pemantauan Terapi Obat (PTO) merupakan suatu proses yang mencakup kegiatan
untuk memastikan terapi obat yang aman, efektif dan rasional bagi pasien. Tujuan

12
PTO adalah meningkatkan efektivitas terapi dan meminimalkan risiko Reaksi
Obat yang Tidak Dikehendaki (ROTD). PTO di RSUD dr. Soekardjo
menggunakan metode SOAP.

.6.8 Monitoring Efek Samping Obat


Monitoring Efek Samping Obat (MESO) merupakan kegiatan pemantauan setiap
respon terhadap Obat yang tidak dikehendaki, yang terjadi pada dosis lazim yang
digunakan pada manusia untuk tujuan profilaksis, diagnosa dan terapi.

.6.9 Evaluasi Penggunaan Obat (EPO)


Evaluasi Penggunaan Obat (EPO) merupakan program evaluasi penggunaan Obat
yang terstruktur dan berkesinambungan secara kuantitatif.

13

Anda mungkin juga menyukai