Anda di halaman 1dari 2

1.

Diazepam
Saat ini diazepam merupakan obat pilihan utama untuk kejang demam fase akut, karena diazepam
mempunyai masa kerja yang singkat.12 Diazepam dapat diberikan secara intravena atau rektal,2,3 jika
diberikan intramuskular absorbsinya lambat.13 Dosis diazepam pada anak adalah 0,3 mg/kg BB,
diberikan secara intravena pada kejang demam fase akut,14 tetapi pemberian tersebut sering gagal
pada anak yang lebih kecil.15 Jika jalur intravena belum terpasang, diazepam dapat diberikan per
rektal dengan dosis 5 mg bila berat badan kurang dari 10 kg dan 10 mg pada berat badan lebih dari 10
kg.
Dapus : 2. Lumbantobing SM. Kejang demam. Jakarta: Balai Penerbit FK-UI, 1995;1–52.
3.Soetomenggolo TS. Kejang demam. Dalam: Soetomenggolo TS, Ismael S, Panyunting. Neurologi
anak. Jakarta: Balai Penerbit IDAI, 1999. h. 244-52.
12. Lahat E, Goldman M, Barr J, Eshel G, Berkovitch M. Intranasal midazolam for childhood seizures.
Lancet 1998; 352:620-3.
13. Chamberlain JM, Altieri MA, Futterman C, Young GM, Ochsenchlager DW, Waisman Y. A
Prospective, randomized study comparing intramuscular midazolam with intravenous diazepam for
the treatment of seizures in children. Pediatr Emerg Care 1997; 13:92-4.
15.Knudsen FU. Progress in epilepsy research. Febrile Seizures: treatment and prognosis. Epilepsia
2000; 41:2-9. 16. Dreifuss FE, Rosman NP, Cloyd JC, dkk. A Comparison of rectal diazepam gel and
placebo for acute repetitive seizures. N Engl J Med 1998 ; 338:1869-75.

2. Pengertian
Kejang demam ialah bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan suhu tubuh (suhu rectal lebih dari
380C) yang disebabkan oleh suatu proses ekstrakranial.1 Kejang golongan usia 6 bulan dan 4 tahun.2
Angka kejadian kejang demam di Indonesia sendiri mencapai 2-4 % tahun 2008 dan terjadi pada anak
antara usia 6 bulan dan 7 tahun, dan setengahnya yang terjadi antara usia 1 dan 2 tahun 80%
disebabkan oleh infeksi saluran pernafasan. Bila terjadi pada usia kurang dari 6 bulan harus dipikirkan
penyebab lain seperti infeksi susunan saraf pusat maupun epilepsi yang terjadi bersama demam.3
Kejang demam tanpa komplikasi merupakan kejang menyeluruh yang berlangsung kurang dari 15
menit yang terjadi hanya sekali dalam masa 24 jam. Jika bersifat fokal, lama, atau multipel, kejang
tersebut dinamakan kejang demam kompleks.4 Faktor yang penting pada kejang demam ialah
demam, usia, genetik, prenatal dan perinatal. Demam sering disebabkan infeksi saluran pernapasan
atas, otitis media, pneumonia, gastroenteritis dan infeksi saluran kemih.5 Pada penelitian yang
dilakukan oleh Wegman dan Millichap menggunakan hewan coba disimpulkan bahwa suhu tinggi
dapat menyebabkan terjadinya kejang. Terjadinya bangkitan kejang demam bergantung kepada usia,
tinggi serta cepatnya suhu meningkat.1
Dapus :
1. Latief A, Napitupulu PM, Pudjiadi Antonius, Ghazali MV, Putra ST. Neurologi. In: Hassan R, Alatas H,
editors. Ilmu Kesehatan Anak (4th ed). Jakarta: Bagian Ilmu kesehatan Anak FKUI, 2005; p. 847-49.
2. Al-Ansari K. Kejang dan status epileptikus. In: Lalani A, Schneeweiss, editors. Kegawatdaruratan
pediatrik. Jakarta: EGC, 2011; p. 313-4.
3. Rudolph AM, Hoffman JIE, Rudolph CD. Sistem saraf. In: De Vivo DC, editor. Buku Ajar Pediatrik
Rudolph Vol 3 (20th ed). Jakarta: EGC, 2006; p. 21602.
4. Lewis DW. Neurologi. In: Handryastuti S, Mangunatmadja I, editors. Nelson Ilmu Kesehatan Anak
Esensial (6th ed). Indonesia: Saunders Elsevier, 2014; p. 740-3.
5. Soetomenggolo TS. Kejang demam. In: Soetomenggolo TS, Ismael S, editors. Buku Ajar Neurologi
Anak (2nd ed). Jakarta: BP IDAI, 2000; p. 244-51.

3. Cefotaxim
biasanya kejang demam selalu ada penyakit penyerta seperti ISPA. Cefotaxim diberikan menjaga agar
jalan nafas tetap terbuka, selain itu mencegah infeksi yang disebabkan oleh demam itu sendiri. BNF

4. Antipiretik
Suhu tubuh dapat diturunkan dengan kompres air hangat (diseka) dan pemberian antipiretik2,3,9,10
(asetaminofen oral 10 mg/ kg BB, 4 kali sehari atau ibuprofen oral 20 mg/kg BB, 4 kali sehari).11
Dapus :
9. Nelson KB. Febrile seizures. Dalam: Dodson WE, Pellock JM, Penyunting. Pediatric epilepsy:
diagnosis and therapy. New York: Demos, 1993. h. 129-33.
10. Menkes JH, Till K. Paroxysmal disorders. Dalam : Pine JW, Mullen ML, Adin RH, Penyunting.
Textbook of child eurology; edisi ke-5. Baltimore: Williams & Wilkins, 1995. h. 725-814.
11. Melntyre J, Hull D. Comparing efficacy and tolerability of ibuprofen and paracetamol in fever. Arch
Dis Child 1996; 74:164-7.

penggunaan cefotaxime perlu dikurangi oleh karena terdapat kejadian resistensi


antibiotik tersebut terhadap bakteri yang memproduksi extended-spectrum β
lactamases (ESBL).35 Pada penelitian ini penggunaan cefotaxime dan generasi
ketiga cephalosporin lainnya ditemukan cukup tinggi.
Urbánek K, Kolár M, Lovecková Y, Strojil J, Santavá L. Influence of third
generation cephalosporin utilization on the occurrence of ESBL-positive
Klebsiella pneumoniae strains.[cited 2012 July 22]. Available form
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/17635342.

Anda mungkin juga menyukai