Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH

TENTANG PANDANGAN ISLAM TERHADAP AIDS

Dosen Pengampu:
WAHYU HIDAYAT, S.Ag. M,Pd.i

Kelompok 2:

1. ADHE OKTARIANA : 20230041


2. NESA PEBRIANTI : 20230012
3. AREF MARTEN : 20230001
4. RAHMA KAMILA : 20230005

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN (S1)


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS DEHASEN BENGKULU
TAHUN PELAJARAN
2020/2021
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha


Penyayang, segala puji hanya baginya. Semoga sholawat beserta salam
senantiasa tercurahkan kepada junjungan kita, Nabi besar Muhammad SAW
beserta keluarga dan para sahabatnya, dan juga kepada para pengikutnya yang
setia hingga akhir zaman.

Puji syukur Alhamdulilah kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha


Esa yang telah melimpahkan segala rahmat, hidayah, inayah-Nya. Sehingga
penulisan makalah ini dapat diselesaikan dengan baik dan lancar.

Makalah dengan judul ”PANDANGAN ISLAM TERHADAP AIDS”.


Penulis berharap makalah ini dapat memberikan manfaat bagi para siswa yang
membacanya. Penulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih
jauh dari sempurna, karena masih banyak kekurangan dan kesalahan. Maka
penulis menerima kritik dan saran yang bersifat membangun untuk
meyempurnakan makalah ini.

Dengan makalah ini, penulis mengharapkan semoga makalah ini dapat


bermanfaat dan berguna bagi penulis serta pembaca pada umumnya.
 
Bengkulu,  15 April 2021
Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR                                                                                 i

DAFTAR ISI                                                                                                   ii

BAB I PENDAHULUAN                                                                            1
1.1  Latar Belakang                                                                            1
1.2  Tujuan                                                                                            2
1.3  Manfaat                                                                                         2
BAB II PEMBAHASAN                                                                              3
2.1  Definisi                                                                                         3
2.2  Tinjauan AIDS Menurut Hukum Islam                                         4
2.3  Perilaku Masyarakat dan Hubungannya dengan AIDS                4
2.4  Titik Pandang Islam dalam Masalah HIV/AIDS                          5
2.5  Manfaat dan Madhorot                                                                6
2.6  Penyebab dan Penularannya                                                          7
2.7  Gejala Klinis                                                                                  13
2.8  Pencegahan                                                                                    14
2.9  Tawaran Solusi Islam penanganan HIV/AIDS                             15
2.10 Pengobatan                                                                                   18
BAB III PENUTUP                                                                                      19
3.1 Kesimpulan                                                                                     19
3.2 Saran                                                                                               20
BAB I
PENDAHULUAN

1.1.   Latar Belakang
Kata AIDS tidaklah asing ditelinga kita, baik dari kalangan masyarakat
kecil sampai masyarakat elit. AIDS adalah penyakit ganas dan mematikan yang
belum ada obat untuk penyembuhannya sampai sekarang ini sehingga AIDS
sangat mengancam kehidupan di dunia. Penularan AIDS sangat sederhana, bisa
melalui luka, jarum suntik, serta sex bebas, menyeramkan bukan?? Hal-hal di
atas adalah pandangan AIDS secara umum, bagaimanakah pandangan agama
terhadap virus ini??
AIDS adalah suatu penyakit akibat dari perbuatan yang dibenci
Allah SWT, AIDS sendiri tidak ada hukum pasti, hanya saja perbuatan seperti
prilaku seks bebas yang menyimpang seperti homo atau lesbian, yang sering
mendatangkan virus ini, hukumnya haram. Tidak mengherankan lagi AIDS
telah menjadi berita yang menggemparkan seluruh dunia, selain karena obat
yang belum ada, tetapi juga penyebaran virus HIV terjadi sangat cepat perihal
seks bebas yang menyimpang terus dilakukan oleh masyarakat.
Di beberapa Negara pernikahan sesama jenis tidak lagi di anggap tabu,
bahkan mereka memperkuat pernikahan tersebut dengan adanya undang-
undang yang mengesahkan pernikahan sejenis di Negara mereka. Lain halnya
di Indonesia, pernikahan sejenis memang tidak sesuai dengan hukum di
Indonesia dan tak ada yang mengesahkannya, tetapi perilaku seks bebas yang
tidak terikat hukum pun menjadi marak di kalangan masyarakat kita, baik lawan
jenis maupun sesama jenis, hal ini tercermin pada masa Nabi Luth As, yang
sesuai pada firman Allah SWT:
“Dan(kami telah mengutus) Luth, ketika dia berkata kepada kaumnya,
“Mengapa kamu melakukan perbuatan keji?”, sungguh, kamu telah
melampiaskan syahwatmu kepada sesama laki-laki bukan kepada perempuan.
Kamu merupakan kaum yang melampaui batas. “usir mereka (Luth dan
pengikutnya) dari negeri ini. kemudian kami selamatkan dan pengikutnya
kecuali istrinya. Dan kami hujani mereka dengan hujan batu.” (surah al-A’raf
ayat:80-84)
“Sebenarnya Allah  telah memperlihatkan bekas-bekas tentang peristiwa
kejadian sebagai contoh teladan bagi mereka yang suka memikirkan. Karena
kaum Luth adalah orang yang bergelimang dengan kejahatan dan
kemungkaran. Mereka suka melakukan perbuatan yang keji yaitu laki-laki
kawin dengan laki-laki dan mereka tidak suka kawin dengan perempuan.
Sehingga Allah  melaknat kaum tersebut dengan menghancurkan negeri
tersebut. Negeri tersebut dihancurkan dikarenakan perbuatan kaum Luth
itu” firman Allah dalam Al-Qur’an
Lagi diberi tanda pada sisi tuhan engkau. Tiadalah siksa itu terjadi kecuali
untuk orang yang aniaya. (surah Hud ayat:83)
Seperti Firman Allah, dapat kita ambil kesimpulan bahwa AIDS pun
terjadi karena ulah manusia sendiri, tetapi bagaimanapun Allah tidak akan
memutus rahmatnya kepada hambanya yang mau bertaubat, begitu indahnya
Islam ketika kita mau mengikuti jalan yang benar.
Dengan adanya penyakit AIDS, kita sebagai hambanya diingatkan untuk
selalu memikirkan apa yang akan kita lakukan, “Bertaubatlah hai hamba Allah,
karena Allah tidak menurunkan suatu penyakit, kecuali diturunkan pula
obatnya, kecuali penyakit satu (pikun)”. Islam memberikan tuntunan dalam
pengobatan HIV /AIDS secara fisik, psikis dan sosial. Secara fisik melalui
medis dan sejenisnya, walaupun masih dalam tahap vaksin bukan obat
penyembuh hanya penghambat, untuk melambatkan virus tersebut, teknologi
saat ini yaitu ARU (Anti Retro Viral) dan secara psikis melalui kesabaran,
taubat, tagarrubilallah (dzikirullah dan berdo’a). Sedangkan secara sosial
melalui penerimaan dan dukungan penuh yaitu dari masyarakat terutama
keluarganya.
Jadi, jelaslah bahwa Islam telah mengatur semuanya dalam AL-Qur’an
sebagai petunjuk agar kita tetap selalu dijalan Allah SWT. Karena telah banyak
kejadian dan peristiwa yang di kisahkan oleh AL-Qur’an lewat Nabi-nabi
dan Rasul-rasul Allah. Semoga kita termasuk golongan orang-orang yang
sholeh. Aammiinn...

1.2.   Tujuan
1.   Untuk mengetahui yang dimaksud dengan AIDS
2.   Untuk mengetahui pandangan islam terhadap AIDS
3.   Untuk mengetahui manfaat dan madharat dari AIDS
4.   Untuk mengetahui cara penularan AIDS 
1.3.   Manfaat
1.   Mengetahui yang dimaksud dengan AIDS
2.   Mengetahui tinjauan hukum AIDS menurut islam
3.   Mengetahui manfaat dan madharat dari AIDS
4.   Mengetahui cara penularan AIDS 
BAB II
PEMBAHASAN

2.1.      Definisi
1.     Secara Umum
AIDS adalah virus ganas dan mematikan yang belum ada obat untuk
penyembuhannya sampai sekarang ini sehingga AIDS sangat mengancam
kehidupan di dunia. Penularan AIDS sangat sederhana, bisa melalui luka, jarum
suntik, serta sex bebas.
Acquired Immune Deficiency Syndrome, secara harfiah Acquired artinya
didapat bukan keturunan. Immune artinya sistem kekebalan. Deficiency adalah
kekurangan, dan Syndrome yakni kumpulan gejala penyakit. Sedangkan secara
terminologi AIDS merupakan kumpulan gejala penyakit yang menyerang dan
atau merusak  system kekebalan tubuh manusia melalui HIV (Human Immune
Virus).
2.  Menurut Pandangan Islam
AIDS adalah suatu penyakit akibat perbuatan yang dibenci Allah SWT,
AIDS sendiri tidak ada hukum pasti, hanya saja perbuata seperti prilaku seks
bebas yang menyimpang seperti Homo atau lesbian, yang sering mendatangkan
virus ini, hukumnya haram.

Sampai saat ini belum ada vaksin yang mampu mencegah HIV (mungkin
hanya sebatas mencegah penyebarannya melalui ARV). Orang yang terinfeksi
HIV akan menjadi karier selama hidupnya, firman Allah SWT yang berbunyi:
“dan sesungguhnya akan kami berikan cobaan kepadamu dengan sedikit
kelaparan, ketakutan,…dan berikanlah berita gembira bagi orang-orang
sabar.” (Al-Baqarah:155)

2.2.      Tinjauan AIDS Menurut Hukum Islam


Allah swt berfirman dalam Al-Qur'an :

" Sesungguhnya Allah tidak berbuat dzalim kepada manusia sedikit pun, akan
tetapi manusia itulah yang berbuat dzalim kepada diri mereka sendiri.” (QS.
Yunus: 44).
Penyakit HIV-AIDS yang sangat ditakuti oleh masyarakat, bukanlah
merupakan penyakit "Kutukan Tuhan" sebagaimana pandangan sebagaian
masyarakat. Melainkan penyakit biasa sebagaimana penyakit-penyakit lainnya.
Penyakit HIV-AIDS diatas lebih banyak di takuti oleh masyarakat karena
hingga saat  ini penyakit tersebut belum ada obatnya. Penyakit tersebut muncul
dikarenakan perbuatan manusia yang melanggar terhadap syari'ah yang telah di
tetapkan.   

2.3.  Perilaku Masyarakat dan Hubungannya dengan AIDS


Berbagai data menjelaskan bahwa akselerasi jumlah penderita
HIV/AIDS dikarenakan tingginya prevalensi penyakit kelamin atau IMS
(Infeksi Menular Seksual) pada waria dan tuna susila. Penyakit kelamin
mempermudah penularan HIV/AIDS.
Berbagai riset menyatakan bahwa pengetahuan remaja yang minim
tentang HIV/AIDS dan interpretasi yang salah tentang masalah seksual
merupakan salah satu faktor penyebab timbulnya HIV/AIDS.
2.4.  Titik Pandang Islam dalam Masalah HIV/AIDS
Masalah HIV/AIDS sebenarnya bukan sekadar masalah  kesehatan
(medis), namun juga masalah perilaku. Sebab telah terbukti  penyebab terbesar
penularan HIV/AIDS adalah perilaku seks bebas, yaitu  zina dan homoseksual.
(Ali As-Salus, Mausu‘ah Al-Qadhaya al-Fiqhiyah al-Muashirah, hal. 705).
Islam memandang  HIV/AIDS sebagai masalah kesehatan, karena penyakit
AIDS memang  berbahaya (dharar) lantaran menyebabkan lumpuhnya sistem
kekebalan tubuh. Berbagai penyakit akan mudah menjangkiti penderitanya
yang ujung-ujungnya adalah kematian. Padahal Islam adalah agama yang
melarang terjadinya bahaya (dharar) pada umat manusia. Rasulullah SAW
bersabda,"Tidak  boleh menimpakan bahaya pada diri sendiri dan juga bahaya
bagi orang  lain dalam Islam (laa dharara wa laa dhiraara fi al-islam)." (HR
Ibnu Majah no 2340, Ahmad 1/133; hadits sahih).  Namun Islam juga
memandang HIV/AIDS sebagai  masalah perilaku, karena HIV/AIDS pada
sebagian besar kasusnya berawal  dan tersebar melalui perilaku seks bebas yang
menyimpang, seperti lesbianisme, gay, biseksual, dan transgender.  Semua
perilaku ini adalah perbuatan kotor dan tercela dalam pandangan  Islam.
Semuanya adalah tindakan kriminal yang layak mendapat hukuman  yang tegas.
(Imam Al-Ajiri, Dzamm Al-Liwath, Kairo: Maktabah Al-Qur`an, 1990, hal. 22;
Mahran Nuri, Fahisyah al-Liwath, hal. 2; Abdurrahman Al-Maliki, Nizham Al-
Uqubat, hal. 18-20).
Solusi Islam ini jelas berbeda berbeda dengan  solusi model sekular-
liberal selama ini. Solusi ini hanya memandang  HIV/AIDS sebagai masalah
kesehatan, bukan masalah perilaku. Maka  solusinya hanya terkait dengan
persoalan kesehatan semata, misalnya  kondomisasi, pembagian jarum suntik
steril, kampanye bahaya AIDS, dan  yang semisalnya. Sedang perilaku seks
bebas seperti lesbianisme, gay, biseksual, dan transgender dianggap tidak ada
masalah, tidak perlu dihukum, dan dianggap tak ada hubungannya dengan
penanggulangan HIV/AIDS. Jelas solusi ini adalah solusi yang dangkal dan
bodoh.
Dikatakan "dangkal" karena solusi yang ada berarti  hanya menyentuh
fenomena permukaan yang nampak secara empiris. Tidak  menyentuh persoalan
yang lebih mendalam dan hakiki, yaitu persoalan  nilai-nilai kehidupan
(morality) dan gaya hidup (life style) yang terekspresikan lewat seks bebas.
Dan dikatakan "bodoh" karena solusi tersebut  berarti memerosotkan
derajat manusia setara dengan binatang. Karena  perilaku yang jelas-jelas bejat
seperti lesbianisme, gay, biseksual, dan transgender  dianggap legal dan sah-sah
saja dilakukan. Padahal semua perilaku  sampah itu hakikatnya adalah
mempertuhankan hawa nafsu dan membunuh akal  sehat. Bukankah ini suatu
kebodohan? Firman Allah SWT (artinya) : "Terangkanlah  kepadaku tentang
orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai tuhannya.  Maka apakah kamu
dapat menjadi pemelihara atasnya? Atau apakah kamu  mengira bahwa
kebanyakan mereka itu mendengar atau memahami? Mereka itu  tidak lain,
hanyalah seperti binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat  jalannya
(daripada binatang ternak itu). (QS Al-Furqaan : 43-44).

2.5.   Manfaat dan Madhorot


1.   Manfaat AIDS
Sebagai petunjuk agar kita tetap selalu dijalan ALLAH SWT
2.   Madharat AIDS
a. Merusak generasi penerus bangsa
b. Merusak diri, moral dan agama
c. Menjauhkan dari masyarakat
d. Menyebabkan kematian

2.6.  Penyebab dan Penularannya


Kemajuan iptek telah menimbulkan pola dan gaya hidup baru yang
bersumber pada doctrine of permissiveness yang kemudian
melahirkan permissive society, hal tersebut tercermin pada pola dan gaya hidup
semisal;
1.      Perdagangan seks
2.      Pengesahan perkawinan sesama jenis
3.      Pameran seks
4.      Pornografi
5.      Legalisasi aborsi tak bertanggung jawab, dan seterusnya.
Ada beberapa factor yang menyebabkan terjadinya penyakit HIV-AIDS.
Diantaranya adalah :
1.   Penyalahgunaan Narkoba dengan menggunakan jarum suntik
Secara tekstual di dalam Al-Qur'an tidak sebutkan akan dilarangnya
penggunaan narkoba. Namun secara kontekstual, baik Al-Qur'an maupun
Hadits telah menyebutkan bahwa Narkoba itu hukumnya adalah haram.
Sebagaimana Ayat dan Hadits di bawah ini:

‫يسالونك عن الخمروالميسرقل فيهمااثم كبيرومنافع للناس‬


‫واعهمااكبرمن نفعهما‬
“Mereka bertanya kepadamu tentang khamr dan judi. Katakanlah: pada
keduanya itu terdapat dosa besar dan beberapa manfaat bagi manusia, tetapi
dosa keduanya lebih besar dari manfaatnya.” (QS. Al-Baqarah: 219).
Dari ayat di atas jelas bahwa khamr itu memabukkan dan hukumnya
haram sedangkan narkoba lebih bahaya dari khamr dan hukumnya lebih haram
dari khamr. Narkoba tidak hanya membuat orang menjadi mabuk tetapi dapat
membuat orang yang menyalahgunakan menjadi mati. Melihat bahanya
narkoba melebihi khamr, maka narkoba hukumnya adalah haram.

‫كل مسكرخمروكل مسكرحرام‬

“Setiap zat yang memabukkan itu kmar dan setiap zat yang memabukkan itu
haram.” (HR. Abdullah Ibnu Umar)

         Narkoba tidak hanya sekedar membuat mabuk, tetapi narkoba membuat


syaraf yang menyalahgunakan menjadi error. Oleh karena itu narkoba harus
dijauhi dengan sejauh-jauhnya. Melihat bahaya narkoba yang sangat besar,
maka Allah SWT memerintahkan agar sesuatu yang dapat membahayakan
seperti minuman keras, narkoba dan lain-lainnya itu supaya dijauhi.
Sebagaimana firman Allah :

“Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya (meminum) khamar, berjudi,


(berkorban untuk) berhala, mengundi nasib dengan panah, adalah perbuatan
keji termasuk perbuatan setan. Maka jauhilah perbuatan-perbuatan itu agar
kamu mendapat keberuntungan “(QS. Al-maidah: 90).
Selain itu Khamr dan judi adalah haram, sebagaimana firman Allah
sebagai berikut :

“Mereka bertanya kepadamu tentanng khamr dan judi. Katakanlah: pada


keduuanya itu terdapat dosa besar dann beberapa manfaat bagi manusia,
tetapi dosa keduanya lebih besar dari manfaatnya”.(QS. Al-Baqarah:219)
         Laknat Allah terhadap Khamr terdapat dalam firman Allah sebagai berikut
:

‫ يامحمد ان هللا لعن الخمر وعاصيرها‬: ‫اتانيي جبريل فقال‬


 ‫ومعتصرها وشاربها والمحمول اليه وبائعها ومبتاعها وساقيها‬

Malaikat Jibril datang kepadaku lalu berkata : “ hai Muhammad, Allah


melaknat minuman keras, yang memerasnya, yang meminumnya, orang yang
menerima penyimpanannya, orang yang menjualnya, orang yang membelina,
orang yang menyuguhkannya dan orang-orang yang mau disuguhi”. (Riwayat
Ahmad bin Hambal ibnu Abbas)
2.   Hubungan seksual dengan pengidap HIV (homo atau heteroseksual)
Kebiasaan main perempuan (berbuat zina) merupakan salah satu dari kebiasaan
pada sebagaian masyarakat. Hal ini terbukti dengan masih eksisnya beberapa
tempat pelacuran di Negara kita yang mayoritas penduduknya memeluk agama
Islam.
Negara kita yang mayoritas penduduknya muslim ini, merupakan salah
satu negara yang memiliki tempat pelacuran terbesar jika dibandingkan dengan
negara-negara di Asia lainnya. Ini adalah merupakan prestasi yang memalukan
bagi umat Islam.
Islam telah melarang mendekati perbuatan di atas, sebagaimana
firmannya:

”Dan janganlah kamu mendekati zina; sesungguhnya zina itu adalah suatu
perbuatan yang keji dan suatu jalan yang buruk”. ( QS. Al-Isra’: 32).

”Dan janganlah kamu paksa budak-budak wanitamu untuk melakukan


pelacuran, sedang mereka sendiri mengingini kesucian, karena kamu hendak
mencari keuntungan duniawi. Dan barang siapa yang memaksa mereka, maka
sesungguhnya Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang (kepada
mereka) sesudah mereka dipaksa (itu)”. ( QS. An-
Nur: 33).

“Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan memelihara kemaluannya;


yang demikian itu adalah lebih suci bagi mereka, sesungguhnya Allah Maha
Mengetahui apa yang mereka perbuat.” (terj. Qs: An-Nuur; 30).
Islam melarang berdua-duaan antara seorang laki-laki dan seorang
perempuan dalam satu tempat tanpa kehadiran seorang mahram. Nabi SAW
bersabda : “Ketika seorang laki-laki (pergi) berduaan dengan seorang wanita,
maka setan menjadi orang ketiganya di sana.” Dalam Islam, campur baur
bebas antara laki-laki dan wanita tanpa adanya keperluan dan kepentingan
syar’i adalah terlarang. Islam memandang seks bebas sebagai sebuah
malapetaka besar.
“…dan janganlah kamu datangi perbuatan keji, baik yang nampak diantaranya
maupun yang tersembunyi….” (terj. QS :Al-An’am; 151).
Dari ayat di atas, Allah swt menjelaskan kepada hambanya, bahwa segala
bentuk perbuatan mendekati kepada zina (main perempuan) pelacuran dan
seterusnya itu dilarang. Sebagai akibat dari perbuatan di atas adalah munculnya
penyakit HIV-AIDS yang hingga sekarang belum ditemukan obatnya.
3.   Seks bebas/ tidak sehat
Kebiasaan main perempuan (berbuat zina) merupakan salah satu dari kebiasaan
pada sebagaian masyarakat. Hal ini terbukti dengan masih eksisnya beberapa
tempat pelacuran di Negara kita yang mayoritas penduduknya memeluk agama
Islam.
Negara kita yang mayoritas penduduknya muslim ini, merupakan salah
satu negara yang memiliki tempat pelacuran terbesar jika dibandingkan dengan
negara-negara di Asia lainnya. Ini adalah merupakan prestasi yang memalukan
bagi umat Islam.
4.   Musibah
Penyakit HIV-AIDS selain ditimbulkan oleh mereka yang melanggar syari'ah
agama ( menyalahgunakan narkoba dengan menggunakan jarum suntik dan
seks yang tidak sehat) juga bisa karena factor ketidak sengajaan. Misalnya: Istri
yang baik-baik (shalihah) bisa terkena HIV jika bergaul dengan suaminya yang
suka melacur dan pelacurnya terinfeksi HIV, atau seorang petugas kesehatan
yang menggunakan jarum suntik bekas digunakan menyuntik seseorang yang
terinfeksi HIV. Dan masih banyak factor lainnya. Oleh karena itu jalan yang
paling baik untuk mencegah tertularnya penyakit HIV-AIDS yang sangat
menakutkan tersebut adalah dengan menjahui perbuatan zina dan tidak
menggunaan narkoba.
5.   Transfusi darah yang mengadung HIV
6.  Alat suntik bekas pengidap HIV; tindik, tattoo, narkoba (IDU), injeksi, dan lain-
lain
7.   Dari ibu hamil kepada janinnya.
Misalnya: Istri yang baik-baik (shalihah) bisa terkena HIV jika bergaul dengan
suaminya yang suka melacur dan pelacurnya terinfeksi HIV.

Sebelumnya virus AIDS tidak mudah menular virus influensa. Kita tidak
usak terlalu mengucilkan atau menjauhi penderita AIDS, karena AIDS tidak
akan menular dengan cara – cara seperti di bawah ini :
1.   Hidup serumah dengan penderita AIDS (asal tidak mengadakan hubungan
seksual).
2.   Bersenggolan atau berjabat tangan dengan penderita.
3.   Bersentuhan dengan pakaian dan lain-lain barang bekas penderita AIDS.
4.   Makan dan minum.
5.   Gigitan nyamuk dan serangga lain.
6.   Sama-sama berenang di kolam renang
Menurut WHO (1996), terdapat beberapa cara dimana HIV tidak dapat
ditularkan antara lain:
1.   Kontak fisik
Orang yang berada dalam satu rumah dengan penderita HIV/AIDS, bernapas
dengan udara yang sama, bekerja maupun berada dalam suatu ruangan dengan
pasien tidak akan tertular. Bersalaman, berpelukan maupun mencium pipi,
tangan dan kening penderita HIV/AIDS tidak akan menyebabkan seseorang
tertular.
2.   Memakai milik penderita
Menggunakan tempat duduk toilet, handuk, peralatan makan maupun peralatan
kerja penderita HIV/AIDS tidak akan menular.
3. Digigit nyamuk maupun serangga dan binatang lainnya.
4. Mendonorkan darah bagi orang yang sehat tidak dapat tertular HIV.

2.7.   Gejala Klinis
Menurut KPA (2007) gejala klinis terdiri dari 2 gejala yaitu gejala mayor
(umum terjadi) dan gejala minor (tidak umum terjadi) :
         1.   Gejala mayor :
a. Berat badan menurun lebih dari 10% dalam 1 bulan
b. Diare kronis yang berlangsung lebih dari 1 bulan
c. Demam berkepanjangan lebih dari 1 bulan
d. Penurunan kesadaran dan gangguan neurologis
e. Demensia/ HIV ensefalopati
2.   Gejala minor :
a. Batuk menetap lebih dari 1 bulan
b. Dermatitis generalisata
c. Adanya herpes zoster multisegmental dan herpes zoster berulang
d. Kandidias orofaringeal
e. Herpes simpleks kronis progresif
f. Limfadenopati generalisata
g. Retinitis virus Sitomegalo

Menurut Mayo Foundation for Medical Education and


Research (MFMER) (2008), gejala klinis dari HIV/AIDS dibagi atas beberapa
fase.
1.   Fase awal
Pada awal infeksi, mungkin tidak akan ditemukan gejala dan tanda-tanda
infeksi. Tapi kadang-kadang ditemukan gejala mirip flu seperti demam,
sakit kepala, sakit tenggorokan, ruam dan pembengkakan kelenjar getah
bening. Walaupun tidak mempunyai gejala infeksi, penderita HIV/AIDS
dapat menularkan virus kepada orang lain.
2.   Fase lanjut
Penderita akan tetap bebas dari gejala infeksi selama 8 atau 9 tahun atau
lebih. Tetapi seiring dengan perkembangan virus dan penghancuran sel
imun tubuh, penderita HIV/AIDS akan mulai memperlihatkan gejala yang
kronis seperti pembesaran kelenjar getah bening (sering merupakan gejala
yang khas), diare, berat badan menurun, demam, batuk dan pernafasan
pendek.
3.   Fase akhir
Selama fase akhir dari HIV, yang terjadi sekitar 10 tahun atau lebih
setelah terinfeksi, gejala yang lebih berat mulai timbul dan infeksi tersebut
akan berakhir pada penyakit yang disebut AIDS.

2.8.   Pencegahan
1.   Secara Umum
Memberikan penyuluhan tentang HIV/AIDS dan kesehatan reproduksi melalui
ceramah agama, khotbah, pengajian, seminar, lokakarya, dan lain-lain. Firman
Allah s.w.t.:
“serulah manusia kepada jalan Allah dengan hikmah dan pelajaran yang baik
dan bantulah pula dengan cara yang baik….” (An-Nahl:25)
2.   Secara Khusus
Memperkenalkan metode A, B, C, dan D, yakni:
a.       Abstain → bagi remaja dan belum menikah
b.       Be faithful → setia terhadap pasangan
c.       Condom → selalu menggunakan kondom
d.       Drugs → tidak menggunakan alat suntik bekas pengidap HIV/AIDS.

2.9.  Tawaran Solusi Islam penanganan HIV/AIDS


Dalam pandangan Islam penyebaran HIV/AIDS sudah tergolong bahaya
umum (al-Dharar al-'Am) yang dapat mengancam siapa saja tanpa memandang
jenis kelamin, umur, dan profesi. Mengingat tingkat bahaya HIV/AIDS tersebut
maka wajib bagi semua pihak untuk mengikhitiarkan pencegahan dengan
berbagai cara yang mungkin dilaksanakan secara perorangan maupun bersama,
baik dari sudut agama, budaya, sosial maupun kesehatan.
Namun sangat disayangkan adanya kebijakan yang dilematis dan
kontradiksi dengan ajaran Islam dalam metode penanggulangan HIV/AIDS
oleh Kemenkes RI, utamanya kebijakan kondomisasi dan upaya sosialisasinya.
Program penanggulangan HIV/AIDS melalui sosialisasi pemakaian
kondom kepada  kepada masyarakat termasuk pelajar dan mahasiswa, secara
tidak langsung maupun tidak langsung mengajarkan kepada masyarakat umum,
pelajar dan mahasiswa, bahwa melakukan seks di luar pernikahan itu “legal asal
menggunakan kondom. Padahal, program bagi-bagi kondom gratis akan
berpotensi  memicu perilaku seks bebas yang kontraproduktif, kondomisasi
berarti liberalisasi perzinahan yang akan mendatangkan murka Allah, dan
membuat hidup tidak barokah. Penggunaan kondom aman tidaklah benar.
Kondom (yang terbuat dari bahan latex) terdapat pori-pori dengan diameter
1/60 mikron dalam keadaan tidak meregang, sedangkan bila dalam keadaan
meregang lebarnya pori-pori tersebut mencapai 10 kali. Sementara kecilnya
virus HIV berdiameter 1/250 mikron. Dengan demikian jelas bahwa virus HIV
dapat dengan leluasa menembus pori-pori kondom.(Laporan Konferensi AIDS
Asia Pacific di Chiang Mai, Thailand,1995).
Sudah seharusnya, upaya penanggulangan HIV/AIDS akibat seks bebas di
luar pernikahan dapat dilakukan melalui revolusi sistem dan strategi
pendidikan, yaitu dengan memasukkan pendekatan aqidah, moral (akhlaq) dan
seluruh pokok pokok keyakinan agama sesuai al qur’an dan as sunnahbi
fahmis shohabah di dalam kurikulum dan pembelajaran di semua mata
pelajaran secara komprehensif. Sehingga keagungan Allah akan merasuk di
dalam jiwa generasi penerus bangsa ini. Dari hasil revolusi system dan strategi
pendidikan tersebut diharapkan masyarakat mau meninggalkan perbuatan seks
bebas di luar pernikahan, tidak hanya karena takut akibat virus HIV/AIDS akan
tetapi mereka menjauhinya karena takut kepada Allah dan adzabNya di dunia
dan akkhirat. Penanggulangan HIV/AIDS juga dapat dilakukan dalam bentuk
penggecaran sosialisasi tentang bahaya seks sebelum menikah,  seks bebas atau
bergonta ganti pasangan seksual,  pelacuran,  pornografi, narkoba, bahaya
perilaku Lesbi Gay Biseksual Transgender (LGBT) melalui media massa
maupun media audio visual, yang semua itu dilakukan dengan harapan dapat
menghindarkan masyarakat dari resiko dan bahaya penularan virus HIV/AIDS.
HIV/AIDS harus ditanggulangi bukan hanya  dengan mencegah dan
mengobati HIV/AIDS sebagai masalah kesehatan,  melainkan harus disertai
pula dengan upaya menghapuskan segala perilaku  menyimpang, seperti
lesbianisme, gay, biseksual, dan transgender (LGBT).
Selain kedua hal di atas, langkah yang semestinya diambil oleh
pemerintah Indonesia adalah dengan menerapkan syari’ah Islam dalam
menindak tegas dan memberikan keputusan hukum bagi para pelaku zina
utamanya pelaku seks bebas (LGBT). Penutupan tempat tempat pelacuran /
lokalisasi dan tempat tempat praktik para penzina, penerapan hukuman cambuk,
pengasingan dan rajam, bukanlah sebuah tindakan melanggar HAM. Justru
dengan hal tersebut pencegahan penyebaran HIV/AIDS akan optimal, karena
ada multifier effect yang akan memberikan efek jera bagi para pelaku atau orang
yang hendak berbuat pelanggaran terhadap hukum yang telah ditetapkan. Inilah
solusi yang diserukan oleh Islam yang sangat sesuai dengan tuntutan realita
sepanjang hayat. Semoga Indonesia bisa berubah menjadi negeri yang penuh
berkah dan lebih baik lagi dengan menerapkan Syari’ah Islam. Aaamiin.

2.10.  Pengobatan
Hadits Rasulullah s.a.w. yang diriwayatkan oleh Arba’ah:
“berobatlah hai hamba Allah, karena Allah tidak menurunkan suatu penyakit,
kecuali diturunkan pula obatnya, kecuali penyakit yang satu (pikun).”

Islam memberikan tuntunan dalam pengobatan HIV/AIDS yakni secara


fisik, psikis, dan social. Secara fisik melalui medis dan sejenisnya hingga yang
terbaru ARV (Anti Retroviral) secara psikis melalui kesabaran, taubat, taqarrub
ilallah (dzikrullah), dan berdoa, sedangkan secara social melalui penerimaan
dan dukungan penuh masyarakat terutama keluarga.
BAB III
PENUTUP

3.1.   Kesimpulan
Agama Islam menuntut manusia kearah kesempurnaan, kebahagiaan, dan
kesejahteraan hidup lahir dan bathin, baik didunia maupun diakhirat nanti.
Agama Islam memberikan petunjuk kepada umat manusia dalam upaya
menghadapi cobaan dan tantangan hidup termasuk dalam mengahdapi penyakit
yang menjadi sebab kesengsaraan dan penderitaan. AIDS atau Acquired
Immune Deficiency Syndrom adalah kumpulan gejala penyakit yang disebabkan
oleh virus yang disebut HIV. Virus ini mengakibatkan penurunan daya tahan
tubuh seseorang sehinga penderita dapat meninggal. Penularan penyakit ini
melalui transfusi darah jarum suntik/ alat tusuk lainnya yang sudah tercemar
virus HIV, oleh karena itu kegiatan penyuluhan merupakan aspek yang sangat
penting. Melalui pendekatan kesehatan keluarga pendekatan kesehatan social.
Islam memandang  HIV/AIDS sebagai masalah kesehatan, karena
penyakit AIDS memang  berbahaya (dharar) lantaran menyebabkan lumpuhnya
sistem kekebalan tubuh. Berbagai penyakit akan mudah menjangkiti
penderitanya yang ujung-ujungnya adalah kematian. Padahal Islam adalah
agama yang melarang terjadinya bahaya (dharar) pada umat manusia.
Rasulullah SAW bersabda,"Tidak  boleh menimpakan bahaya pada diri sendiri
dan juga bahaya bagi orang  lain dalam Islam (laa dharara wa laa dhiraara fi
al-islam)." (HR Ibnu Majah no 2340, Ahmad 1/133; hadits sahih).  Namun
Islam juga memandang HIV/AIDS sebagai  masalah perilaku, karena
HIV/AIDS pada sebagian besar kasusnya berawal  dan tersebar melalui perilaku
seks bebas yang menyimpang, seperti lesbianisme, gay, biseksual, dan
transgender.  Semua perilaku ini adalah perbuatan kotor dan tercela dalam
pandangan  Islam. Semuanya adalah tindakan kriminal yang layak mendapat
hukuman  yang tegas.

3.2.   Saran
         Saran dari pembuatan makalah ini adalah supaya para pemuda lebih
meningkatkan pengetahuannya dalam ilmu agama yang akan menjadikan iman
seseorang mennjadi kokoh. Sehingga dengan adanya iman yang kokoh ini maka
kita sebagai para pemuda InsyaAllah tidak akan pernah goyah sedikut pun
terhadap hal-hal yang dilarang oleh Allah. Serta:
1. Jangan melakukan hubungan seksual di luar nikah
2. Menghindari hubungan seksual dengan orang dengan orang yang
mempunyai pasangan seksual banyak.
3. Menghindari hubungan seksual dengan mereka yang mempunyai resiko
tinggi menularkan Aids.
4. Menggunakan kondom saat sedang melakukan hubungan seksual.

Anda mungkin juga menyukai