Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH

PENGANTAR EKONOMI
Ilham Yahya, S. T, M. SP

Di susun oleh :
Muh. Fiqhy Himanov P
4518.042.059

PROGRAM STUDI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS BOSOWA MAKASSAR
2019
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, senantiasa kita ucapkan puji syukur kehadirat Allah SWT


yang hingga saat ini masih memberikan kita nikmat iman dan kesehatan,
sehingga saya diberi kesempatan yang luar biasa ini yaitu kesempatan untuk
menyelesaikan tugas penulisan makalah tentang “Ekonomi Wilayah & Kota”

Shalawat serta salam tidak lupa selalu kita haturkan untuk junjungan nabi
agung kita, yaitu Nabi Muhammad SAW yang telah menyampaikan petunjukan
Allah SWT untuk kita semua, yang merupakan sebuah pentunjuk yang paling
benar yakni Syariah agama Islam yang sempurna dan merupakan satu-satunya
karunia paling besar bagi seluruh alam semesta.

Adapun penulisan makalah ini merupakan bentuk dari pemenuhan


beberapa tugas mata kuliah Pengantar Ekonomi.  Pada Makalah ini akan
dibahas mengenai ekonomi wilayah & kota, pentingnya ekonomi wilayah & kota,
teori teori pengembangan ekonomi wilayah & kota, serta contoh kasus
permasalahan ekonomi yang ada.

Saya ucapkan terimakasih yang sebanyak-banyaknya kepada setiap


pihak yang telah mendukung serta membantu saya selama proses penyelesaian
makalah ini. Penulis juga berharap semoga tugas ini dapat memberikan manfaat
bagi setiap pembaca.

Tak lupa dengan seluruh kerendahan hati, saya meminta kesediaan


pembaca untuk memberikan kritik serta saran yang membangun mengenai
penulisan makalah ini, untuk kemudian saya akan merevisi kembali pembuatan
makalah ini di waktu berikutnya.

Makassar, 20 Maret 2019

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...............................................................................................................i
DAFTAR ISI..........................................................................................................................ii
DAFTAR GAMBAR/PETA....................................................................................................iii
BAB 1..................................................................................................................................1
PENDAHULUAN..................................................................................................................1
1.1. Latar Belakang....................................................................................................1
1.2. Tujuan dan Sasaran.................................................................................................2
1.3. Sistematika Pembahasan.........................................................................................3
BAB 2..................................................................................................................................4
KAJIAN TEORI.....................................................................................................................4
2.1. Pengertian Ekonomi................................................................................................4
2.2. Pengertian Wilayah.................................................................................................5
2.3. Pengertian Kota.......................................................................................................8
2.4. Pengertian Ekonomi Wilayah & Kota.......................................................................9
2.5. Kajian Teori – Teori Pengembangan Ekonomi Wilayah & Kota...............................9
BAB 3................................................................................................................................14
CONTOH KASUS................................................................................................................14
3.1. Pasar Grosir Daya Modern....................................................................................14
BAB 4................................................................................................................................17
PENUTUP..........................................................................................................................17
4.1. Kesimpulan............................................................................................................17
4.2. Saran.....................................................................................................................17

ii
DAFTAR GAMBAR/PETA

iii
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Ilmu ekonomi adalah ilmu yang mempelajari perilaku manusia dalam


memilih dan menciptakan kemakmuran. Inti masalah ekonomi adalah
adanya ketidakseimbangan antara kebutuhan manusia yang tidak terbatas
dengan alat pemuas kebutuhan yang jumlahnya terbatas (Wikipedia). Adam
Smith diakui sebagai bapak dari ilmu ekonomi, kata “ekonomi” sendiri
berasal dari kata Yunani οἶκος (oikos) yang berarti "keluarga, rumah tangga"
dan νόμος (nomos), atau "peraturan, aturan, hukum," dan secara garis besar
diartikan sebagai "aturan rumah tangga" atau "manajemen rumah tangga."
Sementara yang dimaksud dengan ahli ekonomi atau ekonom adalah orang
menggunakan konsep ekonomi dan data dalam bekerja. Adapun pengertian
lain menurut Melviller J. Ulmer Ekonomi adalah ilmu pengetahuan yang
membahas tentang kegiatan pokok perekonomian, yaitu produksi, distribusi,
dan konsumsi. Sebagai salah satu kegiatan social manusia juga perlu diatur
dengan hukum agar sumber daya ekonomi, pemanfaatan dan kegiatannya
dapat berjalan dengan baik dengan mempertimbangkan sisi keadilan bagi
para pelaku ekonomi. Di Indonesia, hukum tertinggi yang mengatur
mengenai perekonomian di Indonesia terdapat dalam pasal 33 UUD 1945,

Konsep mengenai perencanaan wilayah terus mengalami evolusi.


Penerapan prinsip-prinsip laissez-faire, dimana pasar dibiarkan bebas
bekerja sehingga campur tangan pemerintah dalam bentuk perencanaan
tidak banyak dibutuhkan, ternyata tidak tepat lagi dalam konteks
pembangunan wilayah modern. Kenyataan yang ada menunjukkan bahwa
mekanisme pasar belum tentu dapat mengatasi semua permasalahan yang
muncul dan dibutuhkan campur tangan pemerintah yang lebih luas lagi.
Dengan adanya intervensi pemerintah dalam bentuk penyusunan
perencanaan maka diharapkan alokasi sumberdaya menjadi lebih baik dan
dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat secara agregat.

1
Pasar sendiri merupakan tempat bertemunya pembeli dan penjual
untuk melakukan transaksi jual beli barang atau jasa. Menurut ilmu
ekonomi, pasar berkaitan dengan kegiatannya bukan tempatnya. Ciri khas
sebuah pasar adalah adanya kegiatan transaksi atau jual beli.
Pasar yang ada di kota Makassar itu sangat banyak jumlahnya dan
jenisnya. Kawasan Pasar Grosir Daya Modern merupakan salah satunya,
kawasan ini terletak di kecamatan Biringkanaya, kelurahan Daya,
bersampingan dengan Jl. Kapasa Raya.
Pasar Grosir Daya Modern (Pagodam) merupakan kawasan kegiatan
atau usaha perdagangan yang menjual pangan, sandang, dan papan, ,
tetapi di kawasan ini sangat sepi pedagang maupun pembeli, dampak
ekonomi yang ada di kawasan ini sangat jauh dari harapan pengelola yang
membangun kawasan Pagodam ini. Maka dari itu perlunya pengkajian
lanjutan mengenai penyebab dari permasalahan di kawasan ini.

1.2. Tujuan dan Sasaran

Tujuan:

 Terwujudnya pengertian secara keseluruhan mengenai ekonomi


wilayah & Kota

 Mengkaji akar permasalahan ekonomi yang berada di kawasan


pagodam.

Sasaran:

 Sebagai ilmu mengenai seberapa pentingnya ekonomi wilayah & kota

2
1.3. Sistematika Pembahasan

Laporan ini disusun dalam 4 bab pembahasan sebagai acuan dalam


berfikir secara sistematis, dan saling berhubungan. Sebelum memasuki Bab
pertama akan didahului dengan: halaman sampul, halaman kata pengantar,
halaman daftar isi, halaman daftar gambar.
Pada bab pertama atau pendahuluan berisi sub bab; latar belakang,
tujuan dan sasaran, serta sistematika pembahasan.
Pada bab kedua atau kajian teori termuat uraian tentang pengertian
ekonomi, pengertian wilayah, pengertian kota, pengertian ekonomi wilayah &
kota, dan kajian teori – teori pengembangan wilayah & kota.
Pada bab ketiga atau contoh kasus memuat secara rinci mengenai
permasalahan ekonomi yang ada disekitar.
Pada bab keempat atau penutup memuat beberapa kesimpulan dan
saran terhadap makalah ini.

3
BAB 2
KAJIAN TEORI

2.1. Pengertian Ekonomi

Ekonomi merupakan salah satu ilmu sosial yang mempelajari aktivitas


manusia yang berhubungan dengan produksi, distibusi, dan konsumsi
terhadap barang dan jasa. Istilah "ekonomi" sendiri berasal dari
bahasa Yunani, yaitu οἶκος (oikos) yang berarti "keluarga, rumah tangga" dan
νόμος (nomos) yang berarti "peraturan, aturan, hukum". Secara garis besar,
ekonomi diartikan sebagai "aturan rumah tangga" atau "manajemen rumah
tangga." Sementara yang dimaksud dengan ahli ekonomi atau ekonom adalah
orang menggunakan konsep ekonomi, dan data dalam bekerja. Sedangkan
pengertian ekonomi menuruxt para ahli yaitu Adam Smith, ekonomi adalah
penyelidikan tentang suatu keadaan dan sebab adanya kekayaan negara.

Berikut beberapa motif dalam ekonomi secara umum:

 Motif pemenuhan kebutuhan sehari-hari. Motif ini umumnya dilakukan


oleh konsumen, misalnya membeli kebutuhan pokok manusia (beras,
lauk-pauk)
 Motif mencari keuntungan. Motif ini dilakukan oleh penjual, misalnya
menjual kebutuhan pokok manusia untuk mendapatkan keuntungan.
 Motif penghargaan.
 Motif mendapatkan kekuasaan.
 Motif sosial atau tolong-menolong

Ilmu ekonomi memiliki ruang lingkup mikro dan makro sehingga mudah untuk
dipelajari. Keduanya memberikan batasan dan asumsi yang jelas.

Ekonomi Mikro merupakan cabang ilmu ekonomi yang khusus mempelajari


bagian-bagian kecil (aspek individual) dari keseluruhan kegiatan perekonomian.
Analisis dalam teori ekonomi mikro antara lain meliputi perilaku pembeli

4
(konsumen) dan produsen secara individual dalam pasar.

Tujuan dan sasaran analisis ekonomi mikro lebih dititik beratkan kepada
bagaimana membuat pilihan untuk:

(1) mewujudkan efisiensi dalam penggunaan sumber-sumber.


(2) mencapai kepuasan yang maksimum.
inti pembahasan ekonomi mikro adalah masalah penentuan harga, sehingga
ekonomi mikro sering dinamakan dengan teori harga (price theory).

Ekonomi Makro merupakan cabang ilmu ekonomi yang khusus mempelajari


mekanisme bekerjanya perekonomian
sebagai suatu keseluruhan (agregate) berkaitan dengan penggunaan faktor
produksi yang tersedia secara efisien agar kemakmuran masyarakat dapat
dimaksimumkan.
Intinya ekonomi makro menganalisis penentuan tingkat kegiatan ekonomi yang
diukur dari pendapatan, sehingga ekonomi makro sering dinamakan sebagai
teori pendapatan (income theory).
Tujuan dan sasaran analisis ekonomi makro antara lain membahas masalah:
(1) sisi permintaan agregate dalam menentukan tingkat kegiatan ekonomi
(2) pentingnya kebijakan dan campur tangan pemerintah untuk
mewujudkan  prestasi kegiatan ekonomi yang diinginkan.

2.2. Pengertian Wilayah

Secara umum, wilayah diartikan sebagai suatu bagian dari permukaan


bumi yang teritorialnya ditentukan atas dasar pengertian, batasan, dan
perwatakan fisik-geografis. Sementara, jika mengacu pada undang-undang
No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang maka pengertian wilayah adalah
ruang yang merupakan kesatuan geografis beserta segenap unsur terkait
yang batas dan sistemnya ditentukan berdasarkan aspek administratif
dan/atau aspek fungsional.

5
Dari kedua pengertian tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa wilayah
dibagi menjadi tiga aspek yaitu: geografis, administratif, dan fungsional. Aspek
geografis seperti misalnya wilayah Indonesia Timur (WIT), wilayah Indonesia
Tengah (WITA), wilayah Indonesia Barat (WIB) dan lain-lain; wilayah dilihat
dari aspek administratif seperti contoh wilayah Provinsi, Kabupaten dan Kota;
wilayah sebagai aspek fungsional contoh seperti wilayah perkotaan.

Pengertian wilayah dari aspek fungsional, sering digunakan istilah lain yang
lebih spesifik yaitu ‘kawasan’. Menurut (Pontoh & Kustiwan, 2008 dalam buku
Pengantar Perencanaan Perkotaan) secara konseptual, wilayah dapat dibagi
menjadi 4 jenis, yaitu:

WILAYAH HOMOGEN

Pengertian wilayah homogen adalah wilayah yang yang dilihat dari satu
kriteria mempunyai sifat-sifat atau ciri yang relatif sama. Misalnya wilayah
homogen, contohnya dalam bidang ekonomi: wilayah dengan struktur
produksi, dan konsumsi yang homogen, tingkat pendapatan rendah, dll;
wilayah homogen dalam hal geografi: wilayah yang mempunyai topografi atau
iklim yang sama, agama, suku dll.

WILAYAH NODAL

Wilayah nodal (nodal regionI) adalah wilayah yang secara fungsi mempunyai
ketergantungan antar pusat (inti) dan wilayah belakangnya (hinterland).
Tingkat ketergantungan tersebut dapat dilihat melalui arus penduduk, faktor
produksi barang dan jasa, ataupun komunikasi dan transportasi (Pontoh &
Kustiwan, 2008).

WILAYAH ADMINISTRATIF

Wilayah administratif adalah suatu wilayah yang batasannya ditetapkan


berdasarkan kepentingan administrasi pemerintahan atau politik (provinsi,
kabupaten/kota, kecamatan, desa/kelurahan). Dalam peraturan perundangan,
wilayah administrasi provinsi dan kabupaten/kota disebut dengan daerah
otonom.

6
Jika membahas pembangunan wilayah/daerah, maka pengertian wilayah
administrasi menjadi istilah yang selalu digunakan. Sebab, dalam
melaksanakan kebijakan dan rencana pembangunan wilayah diperlukan
tindakan dari berbagai lembaga pemerintah daerah. selain itu, batasan
wilayah, ditetapkan berdasarkan satuan administrasi pemerintah.

Degan demikian lebih praktis bila pembangunan wilayah didasarkan pada


satuan wilayah administrasi yang telah ada. Selain itu, batasan wilayah
administrasi ditentukan berdasarkan satuan administrasi. Di Indonesia,
wilayah administrasi adalah suatu wilayah yang otonom yang memiliki
pemerintahannya sendiri-sendiri dari yang paling tinggi adalah wilayah
negara/nasional, wilayah provinsi, wilayah kota/kabupaten, wilayah
kecamatan sampai ke wilayah kelurahan/desa yang paling terkecil wilayah
administrasinya.

Pembagian wilayah tersebut memiliki keuntungan yaitu, mudah untuk di


analisis, sebab pengumpulan data yang dilakukan oleh instansi pemerintah
atau yang lainnya, berbasis pada unit wilayah administrasi. Selain itu,
memudahkan para perencana dan pengambil kebijakan dalam melakukan
perencanaan, karena diketahui dengan pasti batas-batas wilayahnya karena
tertuang dalam undang-undang.

Meskipun terdapat batas-batas yang jelas, tetapi kerap kali pembangunan


menjangkau lebih luas dari batasan wilayah administrasi. Contohnya,
pengelolaan pesisir, pengelolaan daerah aliran sungai (DAS), pengelolaan
lingkungan dan lainnya yang batasannya bukan didasarkan pada wilayah
administrasi tetapi batas ekologis. Seringkali batasan tersebut lintas wilayah
administrasi (negara, provinsi, kota/kabupaten).

WILAYAH PERENCANAAN

Wilayah perencanaan (planning region) adalah suatu wilayah yang


batasannya ditentukan secara fungsional dalam kaitannya dengan maksud
perencanaan. Wilayah perencanaan haru memiliki ciri-ciri seperti:

 Cukup besar untuk mengambil keputusan-keputusan investasi yang


berskala ekonomi;

7
 Mampu mengubah industrinya sendiri dengan tenaga kerja yang ada;
 Mempunyai struktur ekonomi yang homogen;
 Mempunyai sekurang-kurangnya satu titik pertumbuhan;
 Menggunakan suatu cara pendekatan perencanaan pembangunan;
 Masyarakat dalam wilayah tersebut mempunyai kesadaran bersama
terhadap persoalan-persoalannya.

Wilayah perencanaan tidak hanya dilihat dari aspek fisik dan ekonomi. Namun
juga dari aspek ekologis. Contohnya, pengelolaan DAS yang mana harus
direncanakan dari hulu hingga ke hilir secara terpadu.

2.3. Pengertian Kota

Kota adalah pusat permukiman dan kegiatan penduduk yang mempunyai


batas wilayah administrasi yang diatur dalam peraturan perundang-undangan
serta permukiman yang telah memperlihatkan watak dan ciri kehidupan
perkotaan. Sistem kota adalah sekelompok kota-kota yang saling tergantung
satu sama lain secara fungsional dalam suatu wilayah dan berpengaruh
terhadap wilayah sekitarnya. Sistem kota berisi tentang distribusi kota, indek
dan keutamaan kota serta fungsi kota.

Menurut Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 2 Tahun 1987 Pasal 1,


Kota merupakan pusat permukiman juga kegiatan penduduk yang memiliki
batasan administrasi yang telah diatur dalam perundang undangan serta
permukiman yang telah memperlihatkan watak serta ciri kehidupan perkotaan.

Jika dilihat dari jumlah penduduknya, kota diklasifikasikan menjadi 5.


Pembagian tersebut sebagai berikut:

 Kota kecil, yakni kota yang memiliki jumlah penduduk 20.000 hingga
50.000 jiwa.
 Kota sedang, yakni kota yang memiliki jumlah penduduk 50.000
hingga 100.000 jiwa.
 Kota besar, yakni kota yang memiliki jumlah penduduk 100.000 hingga
1.000.000 jiwa.

8
 Kota metropolitan, yakni kota yang memiliki jumlah penduduk
1.000.000 hingga 5.000.000 jiwa.
 Kota megapolitan, yakni kota yang memiliki jumlah penduduk lebih dari
5.000.000 jiwa

2.4. Pengertian Ekonomi Wilayah & Kota

Ekonomi perkotaan dan regional mulai berkembang menjadi sebuah


cabang ilmu ekonomi yang terpisah (dasawarsa 1950 dan 1960an),
sebagian besar ekonom yang memiliki minat di bidang ini berpikir bahwa
cabang ilmu ekonomi perkotaan dan regional benar-benar berbeda dengan
cabang ilmu ekonomi lainnya. Namun, perkembangan selanjutnya (pada
akhir dasawarsa 1960 dan awal 1970an) menunjukkan bahwa cabang ilmu
ekonomi perkotaan dan regional sebenarnya merupakan suatu bagian yang
vital dari disiplin ilmu ekonomi secara keseluruhan dan terkait dengan disiplin
ilmu lainnya. Selain itu, kenyataan yang ada menunjukkan bahwa teori serta
metode yang digunakan oleh para ahli geografi, khususnya ahli ekonomi
geografi, tidak berbeda jauh dengan yang digunakan oleh para ahli ekonomi
perkotaan dan regional di dalam pembahasan kewilayahan.
Secara sederhana Ilmu Ekonomi Perkotaan dan Regional merupakan
cabang ilmu yang analisanya menekankan aspek ruang ke dalam analisis
ekonomi baik bersifat micro ataupun macro. Ilmu ekonomi wilayah
merupakan gabungan antara ilmu ekonomi tradisional dengan teori lokasi.

2.5. Kajian Teori – Teori Pengembangan Ekonomi Wilayah & Kota

Menurut Hedriksen (1992), Teori adalah suatu susunan Hipotesis,


Konsep, dan Prinsip Pragmatis yang membentuk kerangka umum
referensi untuk suatu bidang yang dipertanyakan. Umumnya teori adalah
kumpulan dari beberapa konsep yang membentuk suatu Pola Realitas.

Teori Perencanaan

Perencanaan mengacu pada proses untuk memutuskaan apa yang harus


dilakukan dan bagaimana melakukannya.

9
Perencanaan Berkelanjutan, memerlukan analisis komprehensif yang
menghitung semua dampak signifikan, termasuk di dalamnya
mempertimbangkan Jarak dalam Ruang & Waktu.

Teori Kutub Pertumbuhan

Teori ini dikemukakan oleh Perroux pada tahun 1955. Dalam teori ini
dinyatakan bahwa pembangunan kota atau wilayah di mana pun bukan
merupakan suatu proses yang terjadi secara serentak, tetapi muncul di
tempat – tempat tertentu dengan kecepatan dan intensitas yang berbeda –
beda.

Pandangan Perroux mengenai proses pertumbuhan adalah Teori Tata


Ruang Ekonomi, dimana industry pendorong memiliki peranan awal dalam
membangun sebuah pusat pertumbuhan. Industri pendorong ini memiliki ciri
– ciri sebagai berikut:

 Tingkat Konsentrasi tinggi


 Mendorong perkembangan industry di sekitarnya
 Manajemen yang professional dan modern
 Sarana dan prasarana yang sudah lengkap

Gambar 2.1

10
Teori Kutub Pertumbuhan

Teori Konsentris
Teori ini dikemukakan oleh E.W. Burgess (Yunus, 1999), menurutnya
sesuatu kota yang besar mempunyai kecenderungan berkembang kea rah
luar di semua bagian bagiannya.
Secara berurutan, tata ruang kota yang ada pada suatu kota yang mengikuti
suatu Pola Konsentris ini adalah sebagai berikut:

 Daerah Pusat atau Kawasan Pusat Bisnis (CBD)


 Daerah Peralihan
 Daerah Pabrik dan Perumahan Pekerja
 Daerah Perumahan yang lebih baik kondisinya
 Daerah Penglaju

Gambar 2.2.
Teori Konsentris

Teori Tempat Central

Dikemukakan oleh Walter Christaller (1933), menjelaskan evolusi hierarki


perkotaan (urban hierarci), dimana menyusun suatu model wilayah
perdagangan berbentuk segi enam (hexagonal).

Teori Dampak Tetesan Kebawah & Polarisasi

Oleh Gunnar Mirdal & Albert Hirschman 1958, bahwa pertumbuhan


ekonomi pasti tidak seimbang dimana fungsi – fungsi ekonomi berbeda tingkat
intensitasnya pada tempat – tempat yang berbeda.

11
Teori Von Thunen
Von Thunen (1738-1850), bahwa beberapa tanaman niaga cenderung untuk
berlokasi menurut pola tertentu.
Asumsi Model Van Thunen:
 Wilayah analisis bersifat terisolir, sehingga tidak terdapat pengaruh
pasar dari kota lain.
 Tipe Permukiman adalah padat, dan makin kurang padat apabila
menjauh dari pusat wilayah.
 Seluruh Wilayah Model memiliki iklim, tanah, dan topografi yang
seragam.
 Fasilitas Pengangkutan Adalah Primitif (sesuai pada zamannya) dan
relative seragam.
 Kecuali Perbedaan Jarak ke Pasar, semua factor alamiah yang
mempengaruhi penggunaan tanah adalah seragam dan konstan.

Gambar 2.3. (Cincin pada teori van thunen)

Konsep Van Thunen pada dasarnya menjelaskan bahwa penggunaan lahan


sangat ditentukan oleh biaya angkut produk yang diusahakan yang pada
akhirnya menentukan sewa ekonomi tanah (land rent). Namun kecenderungan
saat ini adalah pusat kota umumnya didominasi oleh kegiatan perdagangan dan
jasa, sedikit kea rah luar diisi oleh kegiatan industry kerajinan (home industry)
bercampur dengan perumahan sedang/kumuh.

Teori Sektor
Dikemukakan oleh Homer Hoyt (Yunus, 1991 & 1999), dinyatakan bahwa
perkembangan – perkembangan baru yang terjadi di dalam suatu kota,

12
berangsur angsur menghasilkan kembali karakter yang dipunyai oleh sector –
sector yang sama terlebih dahulu.
 Alasan ini terutama didasarkan pada adanya kenyataan bahwa di dalam
kota – kota yang besar terdapat variasi sewa tanah atau sewa rumah
yang besar.
 Belum tentu sesuatu tempat yang mempunyai jarak yang sama akan
mempunyai nilai sewa tanah atau rumah yang sama, atau belum tentu
semakin jauh letak atau tempat pusat akan mempunyai nilai sewa yang
semakin rendah

Gambar 2.4.
Teori Sektor

Teori Weber
Prinsip teori weber adalah bahwa penentuan lokasi industry ditempatkan di
tempat – tempat yang resiko biaya atau biayanya paling murah atau minimal
(least cost location).
Weber juga menyusun sebuah model yang dikenal dengan istilah Segitiga
Lokasional (Location Triangle), yang didasarkan pada asumsi:
 Bahwa daerah yang menjadi objek penelitian adalah yang terisolasi,
konsumennya terpusat pada pusat – pusat tertentu.
 Semua sumber daya alam tersedia secara tidak terbatas.
 Barang – barang lainnya seperti minyak bumi dan mineral adalah
sporadic tersedia secara terbatas pada sejumlah tempat.
 Tenaga kerja tidak tersedia secara luas, ada yang menetap tetapi ada
juga yang mobilitasnya tinggi.

13
Gambar 2.5.
Teori Weber

BAB 3
CONTOH KASUS

3.1. Pasar Grosir Daya Modern

Gambar 3.1. Lokasi Pagodam

Kawasan Pasar Grosir Daya Modern atau disingkat dengan PAGODAM


terletak di Kecamatan Biringkanaya, Kelurahan Daya, tepatnya di jalan
kolektor Jl. Kapasa Raya dan dikelola oleh Mutiara Property . Kawasan ini

14
berdekatan dengan Pasar Niaga Daya/Pasar Daya baru, jarak dari jalan
utama sekitar 1 Km (3 menit) cukup dekat dari segi jarak. Dengan iming iming
pasar modern, kawasan pagodam cukup nyaman, Sarana umum yang
disediakan pasar ini juga dapat dikatakan lengkap, Masjid, Atm centre,
layanan logistic, tempat sampah, parkiran yang luas dan juga toilet umum.
Walaupun cukup nyaman sebagai pasar dan mempunyai sarana umum yang
lengkap, pasar ini masih sangat sepi pedagang ataupun pengunjung.

Gambar 3.2.

Tujuan pertama dibangunnya Kawasan ini yaitu sebagai kawasan


serbaguna. Pihak pengelola berpikir bahwa kawasan ini sangat strategis di
karenakan bersampingan dengan Terminal Regional Daya dan Kawasan
Industri Makassar (KIMA). Tetapi analisa awal tidak sesuai dengan
perkembangan yang ada.
Ada beberapa faktor yang kemungkinan mengakibatkan pasar ini seperti
pasar mati, seperti kekeliriuan analisis awal, fungsi Terminal Regional Daya
yang tidak seharusnya, membuat tidak adanya pengunjung, dan kemungkinan
harga sewa yang ditetapkan cukup mahal, dan kalah saing dengan Pasar
Tradsional yang berada di sampingnya. Kurang lengkapnya jenis pedagang di
kawasan tersebut. Selanjutnya, kemungkinan faktor aksesibilitas dan
mobilitas.

15
Gambar 3.3. (Ruko)

Harga sewa tidak sesuai dengan pendapatan yang di dapatkan,


kemungkinan ada beberapa pedagang yang sudah terlanjur membuka lapak
di kawasan tersebut tetapi pendapatan yang di hasilkan jauh dari harapan dan
akhirnya memilih pindah, biaya sewa kalah saing dengan Pasar tradisional
yang berada di sampingnya.
Aksesibilitas dan mobilitas. Aksesibilitas merupakan ukuran
kenyamanan atau kemudahan suatu tata guna lahan berinteraksi satu sama
lain dan mudah atau susahnya lokasi tersebut dicapai melalui system jaringan
transportasi (Black, 1981). Definisi mudah atau susah setiap orang pasti
berbeda – beda, karena penilaian ini cenderung bersifat subjektif. Sebagian
orang ada yang menilai aksesibilitas dipengaruhi oleh jarak dari dua lokasi.
Artinya makin pendek jarak 2 lokasi maka makin tinggi akssibilitas, karena
mudah untuk dijangkau. Tetapi bagaimana pada saat terjadi macet, atau
kurangnya pelayanan angkutan umum. Faktanya, di kawasan ini pelayanan
angkutan umumnya bisa dikatakan rendah, secara otomatis tempat yang kita
tuju tidak mudah dijangkau lagi walaupun pada kenyataannya jaraknya dekat
bahkan mungkin dekat sekali. Sehingga orang pun akan menganggap bahwa
waktu lebih cepat dan biaya lebih murah untuk menentukan aksesibiltas pada
suatu tata guna lahan dari pada jarak.
Untuk meningkatkan aksesibiltas dapat dilakukan dengan meningkatkan
pelayanan angkutan umum. Peningkatan aksesibilitas tidak menjamin
meningkatan mobilitas penduduk dalam memanfaatkan jaringan jalan yang
ada. Lokasi Pasar Grosir Daya Modern juga sedikit kedalam di bandingkan
dengan Pasar Niaga Daya (tradisional). Jadi kemungkinan besar para

16
pengunjung dan pedagang lebih memilih berdagang dan membeli suatu
barang di Pasar Niaga Daya (tradisional) atau dapat dikatakan itu merupakan
pusat perdagangan di Kawasan tersebut

17
BAB 4
PENUTUP

4.1. Kesimpulan
 Ilmu ekonomi wilayah & kota pada dasarnya adalah merupakan gabungan
antara ilmu ekonomi tradisional dengan teori lokasi dan tata ruang,
sedangkan tekanan analisisnya dapat bersifat mikro maupun makro.
Lebih komprehensif menuju “teori keseimbangan umum ruang”, ilmu
ekonomi wilayah & kota diartikan sebagai cabang ilmu ekonomi yang
menekankan analisanya pada aspek wilayah.

 Dengan adanya permasalahan ekonomi di kawasan Pagodam, dapat


disimpulkan bahwa permasalahan ekonomi di suatu kawasan saling
berhubungan dengan lokasi, waktu, jarak pusat perdagangan dan analisis
yang mendalam tentang kawasan tersebut, yang mana harus dapat
bersaing secara keseluruhan dengan pusat perdagangan yang ada.

4.2. Saran
Banyaknya permasalahan ekonomi yang terjadi di “Market”, membuat kita
tersadar akan pentingnya ilmu ekonomi wilayah & kota dalam
pengembangan wilayah. Maka dari itu, kiranya perlu menjadi penelitian
lanjutan terhadap permasalahan yang ada di Indonesia agar dapat
menemukan solusi yang terbaik dalam pengembangan lingkungan yang
ideal.

18

Anda mungkin juga menyukai