Anda di halaman 1dari 6

Nama : Mohammad Badai P.S.

NPM : 230110180162
Kelas : Perikanan C 2018
Matkul : UTS Pembangunan Perikanan

UJIAN UTS MATA KULIAH PEMBANGUNAN PERIKANAN


“MENGANALISIS UNDANG UNDANG CIPTA KERJA TERKAIT UNTUK
PENGEMBANGAN PEMBANGUNAN PERIKANAN”

A) PENDAHULUAN
Indonesia sebagai negara kepulauan terbesar dengan luas wilayah laut
yang dapat dikelola sebesar lebih dari 5 juta kilometer persegi sebagai sektor
maritim (kelautan) menjadi sangat strategis bagi Indonesia. Meskipun demikian,
selama ini sektor tersebut masih kurang mendapat perhatian serius bila
dibandingkan dengan sektor daratan. Padahal jika potensi pembangunan
(ekonomi) kelautan Indonesia dikelola dengan inovatif dan baik, maka dapat
menjadi salah satu sumber modal utama pembangunan, dan dapat memberikan
manfaat yang maksimal bagi negara dan masyarakat Indonesia
Terkait dengan permasalahan tersebut maka Pemerintahan Indonesia pun
mengesahkan UU Cipta Kerja. Yang bersisi 1.203 pasal yang diambil
berdasarkan dari 79 Undang-undang yang akan saling terkait dengan pengesahan
Undang-undang RI Nomor 11 tahun 2020. Namun cakupan materi pada UU yang
tersebut cukup luas untuk dibahas secara lengkap dan dinilai sangat tergesa-gesa
dalam pembuatannya karena dibuat pada masa pandemic covid tahun 2019.
Melalui Presiden RI yang sekarang yaitu Bapak Presiden Joko Widodo telah
merancang UU Cipta Kerja dengan konsep omnibus law, tujuannya adalah untuk
mengembangkan pembangunan di berbagai sektor dan produktivitas di Indonesia.
Perubahan seperti penghapusan beberapa pasal yang bersumber dari 79
UU sebelumnya dilakukan secara beriringan dalam UU Cipta Kerja, kemudian
Diberlakukannya juga beberapa pasal-pasal baru. Untuk merancang skema
pembangunan baru sehingga dapat merealisasikan konsep Undang-undang ini.
Pada Undang-undang Cipta Kerja, pemerintah berupaya untuk menghasilkan
beberapa lapangan kerja sehingga dapat mengurangi angka kemiskinan dan
pengangguran di masyarakat. Namun pada pengaplikasiannya nanti memiliki
potensi untuk timbulnya berbagai Konflik-konflik terkait berbagai substansi
regulasi karena kurangnya perhatian terhadap berbagai Aspek dalam berbagai
regulasi pada UU Cipta Kerja.

B) PASAL PASAL UU CIPTA KERJA TERKAIT PERIKANAN


Berikut ini adalah pasal-pasal UU Cipta Kerja di sektor kelautan dan
perikanan yang harus dikaji dan dianalisis lebih dalam:
Pasal Bentuk Kebijakan
Pasal 27 (Nomor 10) tentang UU Pembukaan beberapa akses Kapal Ikan
Cipta Kerja Asing untuk Kegiatan Penangkapan
Ikan di kawasan ZEE Indonesia
Pasal 27 (Nomor 15) tentang UU Penghapusan Kebijakan Awak Kapal
Cipta Kerja Sebanyak 70% Berwarganegara
Indonesia
Pasal 18 (Nomor 22) tentang UU Perubahan Kewajiban dalam
Cipta Kerja Pemanfaatan Pulau Kecil yaitu
“Mengutamakan Kepentingan
nasional”
Pasal 27 (Nomor 2) tentang UU Cipta Penghilangan komisi nasional
Kerja pengkajian sumber daya ikan
Pasal 18 (Nomor 14) tentang UU Pemberian izin usaha oleh pemerintah
Cipta Kerja pusat walau tata ruang belum tersedia
Pasal 27 (Nomor 2) tentang UU Cipta Penerbitan kebijakan dalam
Kerja pengelolaan sumber daya ikan yang
ditetapkan pemerintah pusat

C) IMPLIKASI TERHADAP PEMBANGUNAN PERIKANAN


1) Implikasi Positif : Pembentukan UU Cipta Kerja memiliki berbagai
macam implikasi yang baik bertujuan untuk mendorong produktivitas
yang dapat meningkatkan perekonomian masyarakat dan negara dalam
rangka pembangunan sektor perikanan di Indonesia. Implikasi positif UU
Cipta Kerja diantaranya adalah
- Sistem perizinan membuka usaha menjadi lebih dimudahkan.
- Lapangan pekerjaan bertambah dikarenakan pemilik modal asing
datang menanam modalnya di Indonesia.
- Pengambilan keputusan oleh pemerintah pusat dapat terkendali
sehingga memudahkan jika terjadi suatu permasalahan.

2) Implikasi Negatif :
- Terdapat beberapa kemungkinan bahwa kapal asing yang beroperasi di
perairan Indonsia dengan menggunakan ABK asing akan beroperasi
secara penuh, hal ini karena pada Pasal 27 (Nomor 10) tentang UU
Cipta Kerja menghilangkan kewajiban kapal asing yang beroperasi di
wilayah perairan Indonesia menggunakan 70% ABK
berkewarganegaraan Indonesia. Padahal Prioritas dalam pemanfaataan
sumber daya perikanan di perairan Indonesia lebih diberikan kepada
para warga lokal (nelayan) dan penduduk Asli Indonesia.
- Permasalahan mengutamakan kepentingan nasional menjadi
menghilang dalam pemanfaatan pulau pulau kecil dan sekitarnya
akibat Pasal 18 (Nomor 22) tentang UU Cipta Kerja. Padahal
seharusnya penanaman modal asing dalam memanfaatkan pulau-pulau
kecil dan perairan di sekitarnya wajib mengutamakan kepentingan
nasional. Oleh karena itu, penghapusan frasa mengutamakan
kepentingan nasional seharusnya tidak dilakukan.
- Pemberian kewenangan kepada pemerintah pusat dalam penerbitan
izin usaha yang tercantum pada Pasal 18 (Nomor 14) tentang UU
Cipta Kerja meskipun belum adanya rencana tata ruang dan rencana
zonasi memiliki potensi daya tampung lingkungan dan daya dukung
yang kurang sesuai dan dapat memberikan dampak kepaa masyarakat
sekitar karena tidak seimbangnya ekosistem. Pelemahan keterlibatan
masyarakat dalam perencanaan tata ruang, izin lingkungan, dan
AMDAL karena dikesampingkannya rencana tata ruang oleh kebijakan
strategis nasional dan tidak wajibnya izin pemanfaatan wilayah pesisir
dan pulau-pulau kecil oleh pemerintah.

D) REKOMENDASI KEBIJAKAN
Kebijakan yang memuat UU Cipta Kerja memiliki rekomendasi kebijakan,
antara lain menurut Rizal (2021) yang menyebut bahwa perlunya kebijakan yang
dapat meningkatkan kualitas SDI secara berkelanjutan,contohnya yaitu kegiatan
penangkapan yang ramah lingkungan dengan orientasi ekosistem, peningkatan
perekonomian, dan penggunaan teknologi dalam perikanan.
Tujuan RUU Cipta Kerja untuk meningkatkan investasi melalui berbagai
kemudahan harus didukung dengan kesiapan kelembagaan dan penguatan
governance, terutama akuntabilitas lembaga, kualitas pelayanan birokrasi, dan
kontrol terhadap korupsi. 2. RUU Cipta Kerja wajib menginternalisasikan prinsip
pembangunan berkelanjutan yang berwawasan lingkungan sebagai amanat
konstitusi

KESIMPULAN

Terdapat beberapa ketentuan pada RUU Cipta Kerja yang dapat


menghambat terwujudnya pembangunan berkelanjutan di sektor kelautan: a.
Perubahan izin lingkungan menjadi persetujuan dapat menghilangkan esensinya
sebagai instrumen pencegahan; b. Pengecualian kewajiban penetapan rencana tata
ruang dan/atau rencana zonasi dan peninjauan kembali terhadap perencanaan tata
ruang jika terdapat kebijakan nasional bersifat strategis mengabaikan esensi
perencanaan tata ruang yang harus memperhatikan daya dukung ekosistem
Terwujudnya kesejahteraan seluruh masyarakat dan terwujudnya hukum yang adil
merupakan aspek yang diharapkan dari disahkannya UU Cipta Kerja. Melihat
pentingnya sektor kelautan dan perikanan pada kondisi saat ini bagi seluruh rakyat
Indonesia sehingga dirasa sangat penting bagi kita semua untuk mengetahui
dampak potensial dari diberlakukannya UU Cipta Kerja terhadap sektor ini. Oleh
karena itu, studi ini mempunyai tujuan untuk memahami potensial dampak
diberlakukannya UU Cipta Kerja, khususnya bagi sektor kelautan dan perikanan.

SARAN

Ketentuan-ketentuan mengenai penegakan hukum yang tidak tepat secara


teori/konseptual dan tidak sesuai dengan tujuan penegakan hukum harus
diperbaiki, contohnya: a. Memperbaiki pengaturan mengenai penjatuhan sanksi
administratif menjadi sanksi pidana terhadap perbuatan-perbuatan yang
menimbulkan bahaya besar; b. Mengembalikan konsep strict liability pada Pasal
88 UU 32/2009 ke ranah perdata dengan ketentuan sedia kala; c. Menentukan
pengkategorian sanksi yang jelas dan tepat berdasarkan derajat kesalahan atau
potensi kerugian akibat perbuatan

DAFTAR PUSTAKA
Devara, E., Priyanta, M., & Adharani, Y. (2021). INOVASI PENDEKATAN
BERBASIS RISIKO DALAM PERSETUJUAN LINGKUNGAN
BERDASARKAN UNDANG-UNDANG CIPTA KERJA. LITRA: Jurnal
Hukum Lingkungan, Tata Ruang, dan Agraria, 1(1), 101-116.
Kennedy, P. S. J. (2020). Dampak RUU (Omnibus Law) Cipta Kerja Terhadap
Penegakan Hukum di Bidang Kelautan dan Perikanan.
Orinaldi, M. (2020). Relasi Antara Omnibus Law di Era Pandemi Covid-19 Dan
Perekonomian di Indonesia. J-MAS (Jurnal Manajemen Dan Sains), 5(2),
269-275.
Rizal, M. (2021). Pengaruh Uu Cipta Kerja (Omnibus Law) pada Kesejahteraan
Pekerja Perempuan. Jurnal Sekretaris dan Administrasi Bisnis, 5(2), 162-
174.

Anda mungkin juga menyukai