Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PENDAHULUAN

DERMATITIS

Disusun Oleh :

Shaula Adrea Rudiana Nasution


21.156.03.11.108

PROGRAM STUDI PROFESI NERS KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MEDISTRA INDONESIA
BEKASI
2021
LAPORAN PENDAHULUAN

DERMATITIS

A. DEFINISI DERMATITIS

Dermatitis adalah suatu peradangan menahun pada lapisan atas kulit yang
menyebabkan rasa gatal. Pada umumnya Dermatitis juga disertai dengan tanda-
tanda seperti terbentuknya bintik yang berisi cairan (bening atau nanah) dan
bersisik.

Dermatitis adalah suatu kondisi umum yang biasanya tidak mengancam


jiwa atau menular. Tapi kondisi ini dapat membuat seseorang merasa tidak nyaman
dan percaya diri. Langkah perawatan diri dan obat-obatan dapat membantu
mengobati penyakit dermatitis. 

Dermatitis adalah peradangan kulit (epidermis dan dermis) sebagai respons


terhadap pengaruh faktor eksogen dan atau faktor endogen, menimbulkan kelainan
klinis berupa efloresensi polimorfik (eritema, edema, papul, vesikel, skuama,
likenifikasi) dan keluhan gatal. Dermatitis cenderung residif dan cenderung kronis.
(Djuanda Adhi, 2010). Dermatitis atau lebih dikenal sebagai eksim merupakan
penyakit kulit yang mengalami peradangan kerena bermacam sebab dan timbul
dalam berbagai jenis, terutama kulit yang kering, umumnya berupa pembengkakan,
memerah, dan gatal pada kulit (Widhya, 2011).
B. ETIOLOGI DERMATITIS

Penyebab dermatitis dapat berasal dari luar (eksogen), misalnya bahan kimia
(contoh: detergen, asam, basa, oli, semen), fisik (contoh: sinar, suhu), mikro-
organisme (bakteri, jamur); dapat pula dari dalam (endogen), misalnya dermatitis
atopik. Klasifikasi dermatitis (Djuanda Adhi, 2010), yaitu :
1. Dermatitis Kontak
Dermatitis kontak ialah dermatitis karena kontaktan eksternal, yang
menimbulkan fenomen sensitisasi (alergik) atau toksik (iritan).
2. Dermatitis Kontak Iritan
DKI ialah erupsi yang timbul bila kulit terpajan bahan-bahan yang
bersifat iritan primer melalui jalur kerusakan yang non-imunologis.
Bahan iritan antara lain deterjen, bahan pembersih peralatan rumah
tangga, dan sebagainya.
3. Dermatitis Kontak Alergik
DKA ialah respons alergik yang didapat bila berkontak dengan bahan-
bahan yang bersifat sensitiser/alergen. Contoh bahan yang dapat memicu
DKA antara lain adalah beberapa jenis pewangi, pewarna, nikel, obat
obatan, dan sebagainya.
4. Dermatitis Atopik
Dermatitis Atopik (DA) adalah kelainan kulit kronis yang sangat gatal,
umum dijumpai, ditandai oleh kulit yang kering, inflamasi dan eksudasi,
yang kambuh-kambuhan. Dermatitis atopik disebabkan oleh rinitis
alergik, asma bronkial, reaksi abnormal terhadap perubahan suhu
(hawa udara panas, dingin) dan ketegangan (stress), resistensi menurun
terhadap infeksi virus dan bakteri, lebih sensitif terhadap serum dan obat.
5. Neurodermatitis Sirkumskripta = Lichen Simplex Chronicus (LSC) 
Istilah LSC diambil dari kata likenifikasi yang berarti penebalan kulit
disertai gambaran relief kulit yang semakin nyata. Penyebabnya belum
diketahui secara pasti, tetapi kelainan sering diawali oleh cetusan gatal
yang hebat, misalnya pada inse,,Mct bite.
6. Dermatitis Numularis
Dermatitis Numularis terlihat sebesar uang logam, terdiri atas eritema,
edema, kadang-kadang ada vesikel, krusta atau papul. Tempat predileksi
ialah ekstensor ekstremitas (terutama tungkai bawah), bahu dan bokong.
Penyakit mempunyai kecenderungan residif.
7. Dermatitis Statis
Dermatitis statis atau dermatitis hipostatis merupakan salah satu jenis
dermatitis sirkulatorius. Biasanya dermatitis statis merupakan dermatitis
varikosum, sebab kausa utamanya ialah insufisiensi vena. Di sebabkan
oleh semua keadaan yang menyebabkan statis peredaran darah di tungkai
bawah.
8. Dermatitis Autosensitisasi
Merupakan dermatitis akut yang timbul pada tempat jauh dari fokus
inflamasi lokal, sedangkan penyebabnya tidak berhubungan langsung
dengan penyebab fokus inflamasi tersebut. Manifestasi klinisnya
umumnya dalam bentuk erupsi vesikular akut dan luas, sering
berhubungan dengan ekzem kronis ditungkai bawah(dermatitis statis)
dengan atau tanpa ulkus
C. PATOFISIOLOGI DERMATITIS
Dermatitis merupakan peradangan pada kulit, baik pada bagian dermis
ataupun epidermis yang disebabkan oleh beberapa zat alergen ataupun zat iritan.
Zat tersebut masuk kedalam kulit yang kemudian menyebabkan hipersensitifitas
pada kulit yang terkena tersebut. Masa inkubasi sesudah terjadi sensitisasi
permulaan terhadap suatu antigen adalah 5-12 hari, sedangkan masa reaksi setelah
terkena yang berikutnya adalah 12-48 jam. Bahan iritan ataupun allergen yang
masuk ke dalam kulit merusak lapisan tanduk, denaturasi keratin, menyingkirkan
lemak lapisan tanduk, dan mengubah daya ikat air kulit. Keadaan ini akan merusak
sel dermis maupun sel epidermis sehingga menimbulkan kelainan kulit atau
dermatitis.
D. GEJALA DERMATITIS Menurut (Djuanda Adhi, 2010)
1. Dermatitis kontak
a. Lesi kemerahan yang muncul pada bagian kulit yang terjadi kontak
b. Untuk dermaititis kontak alergi, gejala tidak muncul sebulum 24-48
jam bahkan sampai 72 jam
c. Utuk dematitis kontak iritan, gejala terbagi menjadi 2 : Akut dan
Kronis. saat akut dapat terjadi perubahan warna kulit menjadi
kemerahan, terasa perih bahkan lecet. saat kronis gejala di mulai
dengan kulit yang mengering dan sedikit meradang yang akhirnya
menebal
d. Pada kasuus berat, dapat terjadi bula (vesikel) pada lesi kemerahan
tersebut.
e. Kulit tersa gatal bahkan terasa terbakar
f. Dermatitits kontak iriatan, gatal dan rasa terbakarnya lebih terasa di
bandingan dengan tipe alergi
2. Dermatitis Autopik
Ada 3 fase klinis Autopik yaitu

a. DA infantil (2 bulan –  2 tahun) : DA paling sering muncul tahun


pertama kehidupan yaitu pad bulan kedua. Lesi mulamula tampak di
daerah muka (Dahi sampai pipi). Berupa eritema, Papul-Vesikel
pecah karena garukan sehingga lesi menjadi Eksudatif dan akhirnya
terbentuk krusta, Lesi bisa meluas ke kepala, leher, Pergelangan
tangan dan tungkai. bila anak mulai merangkak, Lesi bisa ditemukan
di daerah ekstensor ekstremitas. seahunbagian besar penderita
sembuh setelah 2 tahun dan sebagian lagi berlanjut ke fase anak.

b. DA Anak (2- 10 tahun) : Dapat merupakan lanjuttan bentuk DA


infantil ataupun timbul sendiri (Denovo). Lokasi lesi dilipatan
siku/lutut, bagian fleksor pergelangan tangan, kelopak mata dan
leher. ruam berupa papul likenifikasi, sedikit skuama, erosi,
hiperkeratosis dan mungkin infeksi skunder. DA berat yang lebih 50%
permukaan tubuh dapat mengganggu pertumbuhan.

c. DA pada Remaja dan dewasa : Lokasi Lesi pada reamaja adalah


lipatan siku/ lutut, samping leher, dahi, sekitar mata.pada dewasa,
distribusi lesi kurang karakteristik, sering mengenai tangan dan
pergelangan tangan, dapat pula berlokasi ssetempat misalnya pada
bibir(kering,pecah,bersisik) Vulva,Puting susu/skalp. Kadang-kadang
lesi meluas dan paling parah didaerah lipatan, mengalami likenifikasi.
Lesi kering, agak menimbul, papul datar cenderung berkonfluens
menjadi plak. likenifikasi dan sedikit skuama.bisa d dapati ekskoriasi
dan eksudasi akibat garukan dan akhirnya menjadi
hiperpigmentasi.umum DA remaja dan dewasa berlangsung lama
kemudian cenderung membaik setelah seusia 30 tahun, jarang smpai
usia pertengahan dan sebagia kecil sampai tua

3. Neurodermatitis Sirkumskripta

a. Kulit sangat gatal

b. Muncul tunggal di daerah leher, pergelangan tangan,


lengan bawah, paha atau mata kaki kadang muncul pada alat
kelamin

c. Rasa gatal sering hilang timbul. sering timbul pada saat santai atau
sedang tidur akan berkurang saat beraktivitas. rasa gatal yang di
garuk akan menambah berat rasa gatal tersebut

d. Terjadi perubahan warna kulit yang gatal, kulit yang bersisisk


akibat garukan atau penggosokan yang sudah terjadi bertahun

4. Dermatitis Numularis
a. Gatal yang kadang sangat hebat, sehingga dapat menggagu
b. lesi akut berupa vesikel dan papulo vesikel (0,3-1,0 Cm)
,kemudian memmbesar dengan cara berkonfluensi atau meluas
kesamping membentuk 1 lesi karakteristik seperti uang logam
(koin) Eritematosa. sedikit edimatosa, dan berbatas tegas
c. Lambat laun vesikel pecah terjadi eksudasi, kemudian mengering
menjadi krusta kekuningan
d. Ukuran lesi bisa mencapai garis tengah berukuran 5 cm atau
lebih, jumlah lesi dapat hanya satu, dapat pula banyak dan
tersebar, bilateral/simetris dengan ukuran berfariasi dar milliar
sampai numular, bahkan plakat
e. Tempat predileksi biasnya terdapat di tungakai bawah, badan
lengantermasuk punggung tangan
5. Dermatitis Statis
a. Bercak-bercak berwarna merah dan bersisisik
b. Bintik-bintitk berwarna merah dan bersisik c.   Borok atau bisul
pada kulit
c. Kulit yang tipis pada tangan dan kaki
d. Luka (lesi kulit)
e. Pembengkakakn pada tungkai kaki
f. Rasa gatal di sekitar dareah yang terkena
g. Rasa kesemutan pada daerah yang terkena
h. Rasa kesemutan pada daerah yang terkena

E. PATHWAY DERMATITIS

F. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK DERMATITIS

Pada penderita dermatitis, ada beberapa tes diagnostic yang dilakukan.


Untuk mengetahui seseorang apakah menderita penyakit dermatitis akibat alergi
dapat kita periksa kadar IgE dalam darah, maka nilainya lebih besar dari nilai
normal (0,1-0,4 ug/ml dalam serum) atau ambang batas tinggi. Lalu pasien
tersebut harus melakukan tes alergi untuk mengetahui bahan/zat apa yang
menyebabkan penyakit alergi (alergen). Ada beberapa macam tes alergi, yaitu :
1. Skin Prick Test (Tes tusuk kulit).
Tes ini untuk memeriksa alergi terhadap alergen hirup dan makanan,
misalnya debu, tungau debu, serpih kulit binatang, udang, kepiting dan
lain-lain. Tes ini dilakukan di kulit lengan bawah sisi dalam, lalu alergen
yang diuji ditusukkan pada kulit dengan menggunakan jarum khusus
(panjang mata jarum 2 mm), jadi tidak menimbulkan luka, berdarah di
kulit. Hasilnya dapat segera diketahui dalam waktu 30 menit Bila positif
alergi terhadap alergen tertentu akan timbul bentol merah gatal. Syarat tes
ini :
a. Pasien harus dalam keadaan sehat dan bebas obat yang
mengandung antihistamin (obat anti alergi) selama 3  –   7 hari,
tergantung jenis obatnya.
b. Umur yang di anjurkan 4  –  50 tahun.

2. Patch Tes (Tes Tempel).

Tes ini untuk mengetahui alergi kontak terhadap bahan kimia, pada
penyakit dermatitis atau eksim. Tes ini dilakukan di kulit punggung.
Hasil tes ini baru dapat dibaca setelah 48 jam. Bila positif terhadap bahan
kimia tertentu, akan timbul bercak kemerahan dan melenting pada kulit.

3. RAST (Radio Allergo Sorbent Test).

Tes ini untuk mengetahui alergi terhadap alergen hirup dan makanan.
Tes ini memerlukan  sampel serum darah sebanyak 2 cc. Lalu
serum darah tersebut diproses dengan mesin komputerisasi khusus,
hasilnya dapat diketahui setelah 4 jam. Kelebihan tes ini : dapat
dilakukan pada usia berapapun, tidak dipengaruhi oleh obat-obatan.
4. Skin Test (Tes kulit).
Tes ini digunakan untuk mengetahui alergi terhadap obat yang
disuntikkan. Dilakukan di kulit lengan bawah dengan cara menyuntikkan
obat yang akan di tes di lapisan bawah kulit. Hasil tes baru dapat dibaca
setelah 15 menit. Bila positif akan timbul bentol, merah, gatal.
5. Tes Provokasi.
Tes ini digunakan untuk mengetahui alergi terhadap obat yang
diminum, makanan, dapat juga untuk alergen hirup, contohnya debu. Tes
provokasi untuk alergen hirup dinamakan tes provokasi bronkial. Tes
ini digunakan untuk penyakit asma dan pilek alergi. Tes provokasi
bronkial dan makanan sudah jarang dipakai, karena tidak nyaman
untuk pasien dan berisiko tinggi terjadinya serangan asma dan syok. tes
provokasi bronkial dan tes provokasi makanan sudah digantikan oleh
Skin Prick Test dan IgE spesifik metode RAST.

G. PENATALAKSANAAN DERMATITIS

1. Sistemik
Pada kasus dermatitis ringan diberi antihistamin, atau kombinasi
antihistamin-antiserotonin, antibradikinin, anti-SRS-A, dan sebagainya.
Pada kasus berat dapat dipertimbangkan pemberian kortikosteroid.

2. Topikal

Prinsip umum terapi topikal diuraikan di bawah ini :

a. Dermatitis basah (madidans) harus diobati dengan kompres


terbuka. Dermatitis kering (sika) diobati dengan krim atau salep.

b. Makin berat atau akut penyakitnya, makin rendah presentase obat


spesifik.

c. Bila dermatitis akut, diberi kompres. Bila subakut, diberi losio


(bedak kocok), pasta, krim, atau linimentum (pasta pendingin).
Bila kronik, diberi salep.

d. Pada dermatitis sika, bila superfisial, diberikan bedak, losio,


krim, atau pasta; bila kronik diberikan salep. Krim diberikan
pada daerah berambut, sedangkan pasta pada daerah yang tidak
berambut. Penetrasi salep lebih besar dari pada krim.
Penatalaksanaan
1. Dermatitis Kontak
a. Hindari kontak lebih lanjut dengan zat atau benda penyebab
dermatitis kontak.
b. Pada tipe iritan, basuhlah bagian yang terkena dengan air mengalir
sesegera mungkin.
c. Jika sampai terjadi lecet, tanganilah seperti menangani luka bakar.
d. Obat anti histamin oral untuk mengurangi rasa gatal dan perih
yang dirasakan.
e. Kortikosteroid dapat diberikan secara topikal, oral, atau intravena
sesuai dengan tingkat keparahnnya.

2. Dermatitis Atopik
a. Menghindari dari agen pencetus sepertimakanan udara
panas/dingin, bahan –  bahan berbulu.
b. Hindari kulit dengan berbagai jenis pelembab anatara lain krim
hidrofilik urea 10% atau pelembab yang mengandung asam laktat
dengan konsentrasi kurang dari 5%
c. Kortikosteroid topikal potensi rendah diberi pada bayi, daerah
intertriginosa dan daerah genitalia. Kortikosteroid potensi
menengah dapat diberi pada anak dan dewasa. Bila aktifitas
penyakit telah terkontrol. Kortikosteroid diaplikasikan intermiten,
umumnya dua kali seminggu. Kortikosteroid oral hanya dipakai
untuk mengendalikan DA eksaserbasi akut. Digunakan dalam
waktu singkat, dosis rendah, diberi selang  –   seling. Dosis
diturunkan secara tapering. Pemakaian jangka panjang akan
menimbulkan efek samping dan bila tiba  –   tiba dihentikan akan
timbul rebound phenomen. Antihistamin topikal tidak dianjurkan
pada DA karena berpotensi kuat menimbulkan sensitisasi pada
kulit. Pemakaian krim doxepin 5% dalam jangka pendek (1
minggu) dapat mengurangi gatal tanpa sensitifitas, tapi
pemakaian pada area luas akan menimbulkan efek
samping sedatif.
d. Pemberian antibiotika
berkaitan dengan ditemukannya  peningkatan koloni
S. Aureus pada kulit penderita DA. Dapat diberi eritromisin,
asitromisin atau kaltromisin. Bila ada infeksi virus dapat diberi
asiklovir 3 x 400 mg/hri selama 10 hari atau 4 x 200mg/hari untuk
10 hari.
3. Neurodermatitis Sirkumskripta

a. Pemberian kortikosteroid dan antihistamin oral bertujuan


untuk mengurangi reaksi inflamasi yang menimbulkan
rasa gatal. Pemberian steroid topical juga membantu
mengurangi hyperkeratosis. Pemberian steroid mid-
potent diberikan pada reaksi radang yang akut, tidak
direkomendasikan untuk daerah kulit yang tipis (vulva,
scrotum, axilla dan wajah). Pada pengobatan jangka
panjang digunakan steroid yang low-proten,
pemakaina high-potent steroid hanya dipakai kurang
dari 3 minggu pada kulit yang tebal.

b. Anti-depresan atau anti anxiety sangat membantu pada


sebagian orang dan perlu pertimbangan untuk
pemberiannya.

c. Jika terdapat suatu infeksi sekunder dapat diberikan


antibiotik topikal ataupun oral.

d. Perlu diberikan nasehat untuk mengatur emosi dan


perilaku yang dapat mencegah gatal dan garukan

4. Dermatitis Numularis

a. Bila kulit kering, diberi pelembab atau emolien

b. Secara topikal lesi dapat diobati dengan obat


antiinflamasi, misalnya preparat ter, glukokortikoid,
takrolimus, atau pimekrolimus.
c. Bila lesi masih eksudatif sebaiknya dikompes dahulu
misalnya dengan larutan permanganas kalikus 1 : 10.000.

d. Kalau ditemukan infeksi bakterial, diberikan antibiotik


secara sistemik.

e. Kortikosteroid sistemik hanya diberikan pada kasus yang


berat dan refrakter, dalam jangka pendek.

f. Pruritus dapat diobati dengan antihistamin golongan H1,


Misalnya hidroksisilin HCL
5. Dermatitis statis
a. Cahaya berdenyut intens
b. Diuretik
c. Imunosupresan
d. Istirahat
e. Kortikosteroid
f. Ligasi Vaskuler
g. Pelembab
h. Terapi Kompresi

Anda mungkin juga menyukai