Anda di halaman 1dari 22

NAMA :Destian anugarah Ramadhan

NPM :1961201236

MK :Pendidikan Pancasila

Pancasila sebagai kepribadian dan jati diri bangsa Indonesia merupakan pencerminan nilai-

nilai yang tumbuh dalam kehidupan bangsa Indonesia. Nilai-nilai yang dirumuskan dalam

Pancasila merupakan hasil pemikiran konseptual dari tokoh bangsa Indonesia. Sebagai

Dasar Negara, Pancasila mempunyai kekuatan mengikat secara hukum.

Sehingga, seluruh tatanan hidup bernegara yang bertentangan dengan Pancasila sebagai

kaedah hukum konstitusional, pada dasarnya tidak berlaku dan harus dicabut. Sebagai dasar

negara, Pancasila telah terkait dengan struktur kekuasaan secara formal. Sebagai sebuah

ideologi dan dasar negara, Pancasila selalu layak untuk dikaji dan dipelajari kembali

relevansinya dengan kehidupan berbangsa dan bernegara.

Melalui perjalanan panjang negara Indonesia sejak kemerdekaannya hingga saat sekarang

ini, Pancasila ikut berproses pada kehidupan bangsa Indonesia. Pancasila tetap sebagai

Dasar Negara, sekalipun interpretasi dan perluasan maknanya terkadang dipergunakan

untuk kepentingan politik penguasa yang silih berganti.


Berikut penjelasan mengenai pengertian, fungsi dan tujuan Pancasila sebagai dasar dan

falsafah bangsa Indonesia yang patut dipelajari. Pancasila sebagai kepribadian dan jati diri

bangsa Indonesia merupakan pencerminan nilai-nilai yang tumbuh dalam kehidupan bangsa

Indonesia. Nilai-nilai yang dirumuskan dalam Pancasila merupakan hasil pemikiran

konseptual dari tokoh bangsa Indonesia. Sebagai Dasar Negara, Pancasila mempunyai

kekuatan mengikat secara hukum.

Sehingga, seluruh tatanan hidup bernegara yang bertentangan dengan Pancasila sebagai

kaedah hukum konstitusional, pada dasarnya tidak berlaku dan harus dicabut. Sebagai dasar

negara, Pancasila telah terkait dengan struktur kekuasaan secara formal. Sebagai sebuah

ideologi dan dasar negara, Pancasila selalu layak untuk dikaji dan dipelajari kembali

relevansinya dengan kehidupan berbangsa dan bernegara.

Melalui perjalanan panjang negara Indonesia sejak kemerdekaannya hingga saat sekarang

ini, Pancasila ikut berproses pada kehidupan bangsa Indonesia. Pancasila tetap sebagai

Dasar Negara, sekalipun interpretasi dan perluasan maknanya terkadang dipergunakan

untuk kepentingan politik penguasa yang silih berganti.

Berikut penjelasan mengenai pengertian, fungsi dan tujuan Pancasila sebagai dasar dan

falsafah bangsa Indonesia yang patut dipelajari. Nilai-nilai yang tertuang dalam sila-sila

Pancasila merupakan filosofi bangsa Indonesia sebelum mendirikan negara Republik

Indonesia. Nilai-nilai itu adalah:


1. bangsa Indonesia adalah bangsa yang berketuhanan, 

2. berkemanusiaan yang adil dan beradab, 

3. selalu berusaha mempertahankan persatuan dan mewujudkan keadilan,

Pancasila sebagai dasar filsafat negara menjadi sumber bagi segala tindakan para

penyelenggara negara, menjadi jiwa dari perundang-undangan. Pancasila sebagai sumber

nilai dalam pelaksanaan kenegaraan yang menjiwai pembangunan nasional dalam bidang

politik, ekonomi, sosial-budaya, pertahanan keamanan.

Kajian ilmia Pancasila Manusia adalah makhluk berpikir. Oleh karena itu manusia

dapat memahami dan menghasilkan pengetahuan. Pengetahuan manusia ada yang diperoleh

secara spontan dan secara sistematis-reflektif.

 Pancasila sebagai merupakan pengetahu-an yang reflektif, bukan pengetahuan

spontan.Proses ini melalui kajian empiris dan filosofis.

 Pancasila sebagai pengetahuan ilmiah-filosofis dapat dipahami dari sisi verbalis

Sisi verbalis dan sisi konotatif mempunyai hubungan langsung,

artinya apa yang diucapkan dapat diinterpretasikan, dan dicari

maknanya oleh setiap orang. Sisi verbalis dan sisi denotatif tidak terhubung secara

langsung, karena apa yang dikatakan tidak mesti langsung terwujud dalam kenyataan.
B. Kebenaran ilmiah  dalam Pancasila

Pengetahuan manusia tidak akan mencapai pengetahuan yang mutlak, termasuk

pengetahuan tentang Pancasila, karena keterbatasan daya pikir dan kemampuan manusia.

Pengetahuan manusia bersifat evolutif. Pengetahuan yang dikejar manusia identik dengan

pengejaran kebenaran.

 Pengetahuan manusia merupakan proses panjang yang dimulai dari purwa-madya-

wasana. 

Dari kriteria ini diperoleh empat macam teori kebenaran:

1.    Teori kebenaran koherensi

2.    Teori kebenaran korespondensi

3.    Teori kebenaran pragmatisme

4.    Teori kebenaran konsensus

Kebenaran koherensi ditandai dengan pernyataan yang satu dengan pernyataan yang

lain saling berkaitan, konsisten, dan runtut. Pernyataan yang satu dengan yang lain tidak

boleh bertentangan

 Kebenaran korespondensi ditandai dengan adanya kesesuaian antara pernyataan

dan kenyataannya.

 Kebenaran pragmatis berdasarkan kriteria bahwa pernyataan-pernyataan yang

dibuat harus membawa manfaat. Pernyataan harus dapat ditindaklanjuti dalam perbuatan

dan dapat menyelesaikan masalah yang dihadapi.

 Kebenaran konsensus didasarkan pada kesepakatan bersama. Suatu pernyataan

dikatakan benar apabila disepakati oleh masyarakat atau komunitas tertentu yang menjadi
bagian dari proses konsensus. Akan tetapi tidak semua kesepakatan umum itu benar, karena

ada syarat tertentu untuk terwujudnya kebenaran konsensus. Menurut Jurgen Habermas,

ada empat syarat, yaitu keterpahaman, diskursus/wacana, ketulusan/kejujuran dan otoritas.

C. Ciri-ciri  Berpikir Ilmiah-Filsafati dalam Pembahasan Pancasila

Ada syarat-syarat tertentu yang harus dipenuhi sehingga pengetahuan itu dapat

dikatakan sebagai suatu ilmu. yaitu:

1.    Berobjek

2.    Bermetode

3.    Bersistem

4.    Bersifat umum / universal.

D.    Bentuk dan Susunan Pancasila

1.    Bentuk Pancasila

Pancasila di dalam pengertian yaitu sebagai rumusan Pancasila sebagaimana

tercantum di dalam alinea IV Pembukaan UUD’45. Pancasila sebagai seuatu sistem nilai

mempunyai bentuk yang mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:

a.  Merupakan kesatuan yang utuh

b.  Setiap unsur pembentuk Pancasila merupakan unsur mutlak yang membentuk kesatuan,

bukan unsur yang komplementer.

c.   Sebagai satu kesatuan yang mutlak, tidak dapat ditambah atau dikurangi.
2. Susunan Pancasila

Susunan sila-sila pancasila merupakan kesatuan yang organis, satu sama lain

membentuk suatu sistem yang istilah majemuk tunggal. Majemuk tunggal artinya terdiri

dari 5 sila tetapi merupakan satu kesatuan yang berdiri sendiri secara utuh. Selanjutnya

bentuk dan susunan Pancasila adalah hierarkis-piramidal. Hierarkhis berarti tingkat,

sedangkan piramidal dipergunakan untuk menggambar-kan hubungan bertingkat dari sila-

sila Pancasila dalam urutan luas cakupan dan juga isi pengertian. Pancasila sebagai satu

kesatuan sistem nilai, juga membawa implikasi bahwa antara sila yang satu dengan sila

yang lain saling mengkualifikasi. Hal ini berarti bahwa antara sila yang satu dengan yang

lain, saling memberi kualitas, memberi bobot isi.

E.  Refleksi terhadap Kajian Ilmiah tentang Pancasila di Era Global

Kajian ilmiah tentang Pancasila sejak disyahkan tanggal 18 Agustus 1945 sampai

saat ini mengalami pasang surut. Notonagoro, Driyarkara merupakan tokoh-tokoh/ilmuwan

yang mengawali pengkajian Pancasila secara ilmiah populer dan filosofis,yang

menghasilkan suatu yang bermakna bagi perkembangan Pancasila sebagai dasar negara.

masih terbukanya bahan dialog dan  kajian kritis  terhadap Pancasila sehingga

diperoleh interpretasi baru untuk memperoleh makna terdalam dari sila-sila Pancasila. Di

era global secara langsung maupun tidak langsung banyak ideologi asing yang gencar

menerpa masyarakat  Indonesia. Hal ini terkadang tidak disadari oleh masyarakat kita,

bahkan mereka banyak yang menganggap bahwa nilai-nilai dan ideologi asing justru

menjadi pandangan hidupnya seperti materialisme, hedonisme, konsumerisme. Dengan


adanya gejala tersebut semakin diperlukan sebuah kajian kritis terhadap Pancasila sebagai

sumber nilai bagi kehidupan masyarakat Indonesia. Diharapkan masyarakat kita semakin

kritis dalam menentukan pilihan pandangan hidup, sikap dan gaya hidupnya yang selaras

dengan nilai-nilai Pancasila sebagai bagian dari budaya bangsa. Dengan demikian,

masyarakat Indonesia memiliki prinsip-prinsip hidup yang kokoh, orientasi hidup yang

jelas dalam bersikap dan berperilaku sehingga tidak terombang-ambing mengikuti arus

global.

Sejarah Pancasila Menurut kitab sutasoma, arti pancasila yaitu istilah dari sebuah batu yang

memiliki lima sendi, juga sebagai kata kerja yang artinya menjalankan lima poin

kesusilaan.

Lima norma kesusilaan dalam kitab sutasoma yaitu; tidak boleh melakukan kekerasan,

tidak boleh mencuri, tidak boleh dengki, tidak boleh berbohong, dan tidak boleh minum

miras.

Soekarino mendapat ‘ilham’, yang akhirnya menjadi ideologi negara Indonesia yaitu

pancasila.

Istilah pancasila dikenalkan kepada masyarakat melalui pidato-pidato besar Soekarno dan

H.O.S Cokroaminoto. Ilham tersebut didapat Soekarno saat beliau dibuang ke Flores,

beliau banyak menulis dan merenung di bawah pohon.


Namun, tidak banyak catatan sejarah yang menyatakan bahwa Soekarno adalah pencipta

istilah pancasila ini.

Meski begitu, tetap saja Soekarno yang paling lantang dalam menyerukan pancasila kepada

masyarakat.

Bahkan setelah Indonesia merdeka pada sidang PBB, Soekarno mengenalkan pancasila ini

kepada dunia.

Sejarah Perumusan Pancasila

Berikut ini kronologi penyusunan pancasila oleh BPUPKI dari awal sidang hingga menjadi

ideologi negara yang dipakai saat ini, simak uraiannya:

1.  Sidang 29 Mei 1945

Dalam sidang ini, Moh Yamin mendapat kesempatan pertama untuk berpidato dan

menyampaikan lima sila yang diusulkannya yaitu; peri kebangsaan, kemanusiaan,

ketuhanan, kerakyatan, dan kesejahteraan bagi rakyat.

Setelah pidato selesai, Moh Yamin menyusun rancangan UUD yang mencakup lima asas

yaitu;

 Ketuhanan
 Kebangsaan

 Kemanusiaan

 Kerakyatan dengan permusyawaratan

 Keadilan Sosial

2. Sidang 31 Mei 1945

Setelah BPUPKI menyelenggarakan sidang pertama, dua hari kemudian diadakan lagi

sidang yang membahas perumusan pancasila ini.

Pada kedua ini sidang ini, Supomo menyampaikan usulannya yaitu lima asa negara antara

lain: keseimbangan lahir batin, persatuan, musyawarah, kekeluargaan, serta keadilan rakyat.

3. Sidang 1 Juni 1945

Sehari setelah sidang kedua, sidang ketiga dilaksanakan dengan pidato dari Soekarno

mengenai usulan asa negara yaitu; kebangsaan Indonesia, internasionalisme (kemanusiaan),

mufakat (demokrasi), kesejahteraan sosial, ketuhanan YME.

Peristiwa pada sidang ini diabadaikan sebagai hari penetapan pancasila.

Usulan dari tiga tokoh besar masa kemerdekaan Indonesia, ditampung dan dibahas kembali

oleh anggota BPUPKI yang lebih kecil lagi (panitia sembilan).

4. Sidang Panitia Sembilan (22 Juni 1945)


Pada sidang ini, naskah rancangan pembukaan UUD (piagam Jakarta/Jakarta Charter) telah

berhasil dirumuskan oleh panitia sembilan. Isinya yaitu:

 Ketuhanan dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya

 Kemanusiaan yang adil dan beradab

 Persatuan Indonesia

 Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksan dalam

permusaywaratan/perwakilan

 Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia

Sidang panitia sembilan ini, menjadi akhir dari perumusan awal pancasila. Kemudian

pancasila resmi dijadikan dasar negara, ditandai dengan proklamasi.

Sehari setelah hari proklamasi pancasila, PPKI (berganti nama dari BPUKI)

menyempurnakan rumusan pancasila dalam pembukaan UUD.

5. Sidang 18 Agustus 1945

Pada sidang kali ini, sila pertama dari pancasila yang sudah diproklamasikan diubah

menjadi “Ketuhanan YME” oleh Muhammad Hatta.

Perdebatan mengenai perubahan sila pertama tak pernah berhenti hingga hari ini, padahal

pendiri negara Indonesia sudah menetapkan sila tersebut. Seharusnya masyarakat sepakat

akan keputusan pemerintah tersebut.


6. Instruksi Presiden No. 12 (1968)

Setelah pancasila diproklamasikan pada 18 Agustus 1945, masih banyak keberagaman

pengucapan, perumusan, dan pembacaan dari isinya. Maka dari itu, Soeharto menetapkan

instruksi tentang rumusan pancasila.

Hasil dari rumusan yang baru tidak berbeda dengan yang sebelumnya, hanya saja ada

perubahan pada poin pertama yang menjadi “ketuhanan Yang Maha Esa”.

Karena Soeharto menganggap keberadaan Tuhan hanya satu, dan hal itu kembali kepada

kepercayaan masing-masing individu.

Instruksi presiden mengenai rumusan pancasila ini, berlaku dan dipakai oleh masyarakat

Indonesia hingga hari ini.

Para pejuang kemerdekaan tidak main-main dalam merumuskan dasar negara tersebut,

maka dari itu masyarakat harus melanjutkan visi dan tujuan yang telah dirumuskan dalam

rangka menghargai para pejuang.

Sejarah Kesaktian PancasilaSalah satu hari bersejarah dari kesaktian pancasila ini, yaitu

saat peristiwa G30S (30 September).

Dimana tebunuhnya beberapa perwira militer angkatan darat, yang menjadi duka nasional.

Dilaksanakannya ritual pengibaran merah putih yang hanya dinaikan setengah tiang,

kemudian esok harinya (1 Oktober) bendera dinaikan hingga penuh.


Prosesi tersebut menyimbolkan duka nasional.

Ada dua perwira yang gugur di Yogyakarta yaitu Soegiyono dan Katamso, kemudian

diadakannya prosesi pengibaran bendera yang dinaikan penuh.

Hal itu menandakan “kesaktia pancasila” atas kemenangan melawan ideologi komunis.

Ritual pengibaran bendera setiap tanggal 30 September dan 1 Oktober, menjadi prosesi

yang wajib dilakukan sebagai hari peringatan nasional.

Namun setelah masa orde baru berhenti saat reformasi 98 (Soeharto lengser), ritual

pengibaran ini sudah sangat jarang dilakukan lagi.

Proses pembuatan atau perumusan pancasila memang sangat panjang, melalui beberapa

sidang dan kontroversi dari berbagai kalangan.

Hingga akhirnya menjadi dasar negara yang disepakati bersama, meskipun masih ada saja

yang menolak. Namun, kesaktian dari pancasila ini mampu menumbuhkan nasionalisme.

Pancasila Sebagai Nilai Sistem adalah kesatuan dari bagian-bagian yang setiap bagian

memiliki fungsi sendiri-sendiri, saling berhubungan dan ketergantungan untuk mencapai

suatu tujuan tertentu dan terjadi dalam suatu lingkungan yang kompleks. Nilai adalah

keberhargaan (worth) atau kebaikan (goodness), serta kata kerja yang merujuk pada

tindakan kejiwaan tertentu. Nilai berkaitan dengan apa yang seharusnya (das sollen), bukan

apa yang senyatanya (das sein). Sistem nilai adalah konsep atau gagasan menyeluruh
mengenai apa yang hidup dalam pikiran seseorang atau anggota masyarakat. Tentang apa

yang dipandang baik, berharga, penting dalam hidup, serta berfungsi sebagai pedoman yang

memberi arah dan orientasi pada kehidupan masyarakat. Baca juga: 9 Fungsi Pancasila di

Indonesia Pancasila sebagai sistem nilai Dalam Pendidikan Pancasila (2002) karya

Purwastuti dkk, Pancasila sebagai sistem nilai artinya mengandung serangkaian nilai

ketuhanan, kemanusiaan, persatuan, kerakyatan dan keadilan yang merupakan satu

kesatuan utuh dan sistematis. Kesatuan sila-sila Pancasila bersifat organis, susunannya

bersifat hierarkis dan berbentuk piramidal. Menurut Kaelan dalam Pendidikan Pancasila

(2001), Pancasila bersifat organis artinya sila-sila Pancasila merupakan satu kesatuan dan

keutuhan yang majemuk tunggal. Setiap sila tidak dapat berdiri sendiri dan tidak saling

bertentangan. Menurut Notonagoro dalam Pancasila Secara Ilmiah Populer (1975),

Pancasila memiliki susunan yang bersifat hierarki (urutannya logis) dan berbentuk

piramidal. Hierarkis berarti tingkat. Sedangkan piramidal digunakan untuk menggambarkan

hubungan bertingkat dari sila-sila Pancasila. Maksudnya sebagai berikut: Sila 1

ditempatkan di urutan paling atas karena bangsa Indonesia meyakini segala sesuatu berasal

dan akan kembali kepada Tuhan, sehingga disebut sebagai Causa Prima (sebab pertama).

Manusia sebagai subyek pendukung pokok negara sehingga negara harus berlaku sebagai

lembaga kemanusiaan (sila 2). Negara adalah akibat adanya manusia yang bersatu (sila 3),

sehingga terbentuk persekutuan hidup bersama yang disebut rakyat. Rakyat mewakilkan

kekuasaannya kepada lembaga perwakilan rakyat yang menjalankan fungsi secara

bijaksana, mengedepankan musyawarah dan mewakili aspirasi rakyat (sila 4). Negara

memiliki tujuan mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia (Sila 5). Baca
juga: Karakter Utama Demokrasi Pancasila Nilai obyektif dan subyektif Pancasila Dalam

Pendidikan Pancasila (2001) karya Kaelan, Pancasila sebagai sistem nilai dari kualitas

nilai-nilai Pancasila bersifat obyektif dan subyektif. Berikut ini penjelasannya: Nilai

obyektif Pancasila Nilai Pancasila bersifat obyektif artinya: Rumusan nilai-nilai dari sila-

sila Pancasila bersifat umum, universal dan asbtrak. Nilai-nilai Pancasila berlaku tidak

terikat oleh ruang dan waktu. Pancasila yang termuat dalam Pembukaan UUD Negara

Republik Indonesia Tahun 1945 memenuhi syarat sebagai pokok kaidah negara yang

fundamental sehingga merupakan suatu sumber hukum positif di Indonesia dan

berkedudukan sebagai tertib hukum yang tertinggi. Pancasila tidak dapat diubah secara

hukum sebab berkaitan dengan kelangsungan hidup negara. Nilai subyektif Pancasila Sifat

subyektif Pancasila melekat pada pembawa dan pendukung nilai-nilai Pancasila seperti

masyarakat dan pemerintah Indonesia. Darji Darmodiharjo dalam Penjabaran Nilai-nilai

Pancasila Dalam Sistem Hukum Indonesia (1996) menjelaskan nilai Pancasila bersifat

subyektif terletak pada: Nilai-nilai Pancasila sebagai hasil pemikiran, penilaian dan refleksi

filosofis bangsa Indonesia. Nilai-nilai Pancasila merupakan falsafah (pandangan hidup)

bangsa Indonesia sehingga menjadi jati diri bangsa. Yang diyakini kebenaran, kebaikan,

keadilan dan kebijaksanaan nilai-nilainya dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan

bernegara. Nilai-nilai Pancasila merupakan nilai-nilai yang sesuai dengan hati nurani

bangsa Indonesia karena bersumber dari kepribadian bangsa..

Pancasila sebagai landasan Pancasila adalah dasar falsafah Negara Indonesia sebagaimana

tercantum dalam Pembukaan UUD 1945. Oleh karena itu, setiap warga Negara Indonesia
harus mempelajari, mendalami, menghayati, dan mengamalkannya dalam segala bidang

kehidupan.

Pancasila sebagaimana tercantum dalam Pembukaan UUD 1945 dalam perjalanan sejarah

kemerdekaan bangsa Indonesia telah mengalami persepsi dan intrepetasi sesuai dengan

kepentingan rezim yang berkuasa. Pancasila telah digunakan sebagai alat untuk memaksa

rakyat setia kepada pemerintah yang berkuasa dengan menempatkan pancasila sebagai satu-

satunya asas dalam kehidupan bermasyarakat.

Nampak pemerintahan Orde Baru berupaya menyeragamkan paham dan ideologi

bermasyarakat dan bernegara dalam kehidupan masyarakat Indonesia yang bersifat

pluralistik. Oleh sebab itu, MPR melalui sidang Istimewa tahun 1998 dengan

Tap. No.XVII/MPR/1998 tentang Pencabutan Pedoman Penghayatan dan Pengamalan

Pancasila (P4) dan menetapkan Pancasila sebagai dasar Negara. Pancasila sebagaimana

dimaksud dalam Pembukaan UUD 1945 adalah dasar Negara dari Negara kesatuan RI

harus dilaksanakan secara konsisten dalam kehidupan bernegara

1. Landasan Historis

Berdasarkan landasan historis, pancasila dirumuskan dan memiliki tujuan yang dipakai

sebagai dasar Negara Indonesia. Proses perumusannya diambil dari nilai-nilai pandangan

hidup masyarakat.

Setiap bangsa mempunyai ideology dan pandangan hidup berbeda-beda yang diambil dari

nilai-nilai yang hidup dan berkembang dalam bangsa itu sendiri. Pancasila digali dari

bangsa Indonesia yang telah tumbuh dan berkembang semenjak lahirnya bangsa Indonesia.
& Majapahit, pada masa ini nilai-nilai ketuhanan, seperti kepercayaan kepada Tuhan telah

berkembang dan sikap toleransi juga telah lahir, begitupula nilai kemanusiaan yang adil dan

beradap dan sila lainnya.

2. Landasan Kultural

Pancasila merupakan salah satu pencerminan budaya bangsa, sehingga harus diwariskan

kegenerasi penerus. Secara kultural unsur-unsur pancasila terdapat pada adat istiadat,

tulisan, bahasa, slogan, kesenian, kepercayaan, agama, dan kebudayaan pada negara

Indonesia secara umum.

Pandangan hidup pada suatu bangsa adalah sesuatu hal yang tidak dapat dipisahkan dengan

kehidupan bangsa itu sendiri. Suatu bangsa yang tidak mempunyai pandangan hidup adalah

bangsa yang tidak mempunyai kepribadian dan jati diri sehingga bangsa itu mudah

terombang ambing dari pengaruh yang berkembang dari luar negerinya.

3. Landasan Yuridis

Pancasila secara yuridis konstitusional telah secara formal menjadi dasar negara sejak

dituangkannya rumusan Pancasila dalam pembukaan UUD 1945. Didalam UU No. 2 Th

1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional digunakan sebagai dasar penyelenggaraan

pendidikan tinggi, Pasal 39 ayat (2) menyebutkan bahwa isi kurikulum pada setiap jenis,

jalur dan jenjang pendidikan wajib memuat Pendidikan Pancasila, Pendidikan Agama, dan

Pendidikan Kewarganegaraan → Kurikulum Bersifat Nasioanal.


4. Landasan Filosofis

Pembahasan di dalam Pancasila berwujud dan bersifat filosofis secara praktis nilai-nilai

tersebut berupa pandangan hidup (filsafat hidup) berbangsa. Mempengaruhi alam pikiran

manusia berupa filsafat hidup, filsafat negara, etika, logika dan sebagainya, sehingga

memberikan watak (kepribadian dan identitas) bangsa. Berdasarkan filosofis dan objektif,

nilai-nilai yang tertuang pada sila-sila Pancasila merupakan Filosofi bangsa Indonesia

sebelum mendirikan Negara Republik Indonesia. Pancasila yang merupakan filsafat Negara

harus menjadi sumber bagi segala tindakan para penyelenggara Negara, menjadi jiwa dari

perundang-undangan yang berlaku bagi kehidupan berbangsa dan bernegara. Oleh sebab itu

dalam menghadapi tantangan kehidupan bangsa yang memasuki globalisasi, bangsa

Indonesia harus tetap mempunyai nilai-nilai, yaitu Pancasila sebagai sumber nilai dalam

pelaksanaan kenegaraan yang menjiwai pembangunan nasional dalam bidang politik,

ekonomi, social-budaya dan pertahanan serta keamanan.

1.2       Tujuan Pancasila

Pancasila merupakan ideologi bangsa Indonesia dan merupakan pedoman pedoman bagi

bangsa ini. Sebelum kita mengetahui tujuan pancasila, kita harus tau isi yang tertera dari

pancasila tersebut. Berikut adalah bunyi atau isi yang tertera pada pancasila :

1. Ketuhanan Yang Maha Esa

2. Kemanusiaan yang adil dan beradab

3. Persatuan Inidonesia
4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam

permusyawaratan perwakilan

5. Keadilan bagi seluruh rakyat Indonesia

Berdasarkan bunyi dari ayat ayat diatas kita sebagai rakyat Indonesia perlu memahami dan

mengamalkan pancasila sebab semua ayat-ayat yang terkandung diatas sangat baik

dilakukan sebagai petunjut diri ini untuk melakukan semua kebaikan. Dengan mempelajari

pendidikan pancasila seseorang akan memndapatkan ketenangan hidup yang mengikuti

perkembangan jaman saat ini yang semakin maju dan berkembang. Melalui   Pendidikan

Pancasila warga negara Indonesia diharapkan mampu memahami,   menganalisa dan

menjawab masalah-masalah yang dihadapi oleh masyarakat bangsanya secara

berkesinambungan dan konsisten dengan cita-cita dan tujuan nasional

1. Tujuan Pendidikan Pancasila

Rakyat Indonesia melalui majelis perwakilannya menyatakan, bahwa pendidikan nasional

yang berakar pada kebudayaan bangsa Indonesia dan berdasarkan kebudayaa bangsa

Indonesia, diarahkan untuk meningkatkan kecerdasan serta harkat dan martabat bangsa,

mewujudkan manusia serta masyarakat Indonesia yang beriman dan bertaqwa terhadap

Tuhan Yang Maha Esa, berkualitas, dan mandiri, sehingga mampu membangun dirinya dan

masyarakat sekelilingnya, serta dapat memenuhi kebutuhan pembangunan nasional dan

bertanggung jawab atas pembangunan bangsa.

Pendidikan Pancasila mengarahkan perhatian pada moral yang diharapkan diwujudkan

dalam kehidupan sehari-hari, yaitu perilaku yang memancarkan iman dan taqwa terhadap
Tuhan Yang Maha Esa dalam masyarakat yang terdiri atas berbagai golongan agama,

perilaku yang bersifat kemanusiaan yang adil dan beradab, perilaku kebudayaan, dan

beraneka ragam kepentingan perilaku yang mendukung kerakyatan yang mengutamakan

kepentingan bersama di atas kepentingan perorangan dan golongan. Dengan demikian,

perbedaan pemikiran, pendapat, atau kepentingan diatasi melalui keadilan sosial bagi

seluruh rakyat Indonesia.

1. Tujuan Nasional

Tujuan sebagaimana ditegaskan pembukaan tersebut diwujudkan melalui pelaksanaan

penyelenggaraan Negara yang berkedaulatan rakyat dan demokratis dengan mengutamakan

persatuan dan kesatuan bangsa, berdasarkan pancasila dan undang-undang dasar 1945.

1. Tujuan pendidikan nasional

Berfungsi untuk mengembangkan kemampuan serta meningkatkan mutu kehidupan dan

martabat manusia Indonesia dalam rangka mewujudkan tujuan nasional.

1. Misi dan visi pendidikan pengembanganal

2. in, pendapat, atau kepentingan diatasi melalui keadilan sosial bagi seluruh rakyat

Indonesiaan berane kepribadian

Pendidikan pancasila sebagai salah satu dari mata kuliah pengembangan kepribadian,

memiliki misi dan visi yang sama dengan mata dengan lainnya, yaitu sebagai berikut.

1. Misi pendidikan pancasila


Misi pendidikan pancasila menjadi sumber nilai dan pedoman bagi penyelenggaraan

program studi dalam mengantarkan mahasiswa mengembangkan kepribadiannya.

1. Visi pendidikan pancasila

Bertujuan agar mahasiswa mampu mewujudkan nilai dasar agama dan kebudayaa serta

kesadaran berbangsa dan bernegara dalam menenrapkan ilmu pengetahuan, teknologi.

1. Kompetensi pendidikan Pancasila

Mencakup unsur filsafat pancasila, dengan kompetnsinnya bertujuan menguasai

kemampuan berpikir, bersikap rasional dan dinamis, berpandangan luas. Adapun

kompetensi yang diharapkan adalah sebagai berikut.

1. Mengantarkan mahasiswa memiliki kemampuan untuk mengambil sikap yang

bertanggung jawab sesuai dengan hati nuraninya.

2. Mengantarkan mahasiswa memiliki kemampuan untuk mengenali masalah hidup

dan kesejahteraan, serta cara pemecahannya.

Melalui pendidikan pancasila , warga Negara Indonesia diharapkan mampu memahami,

menganalisis, dan menjawab masalah-masalah yang dihadapi oleh masyarakat bangsanya

sevara berkesinabungan dan konsisten dengan cita-cita dan tujuan nasional, seperti yang

digariskan dalam pembukaan UUD 1945, sehingga dapat menghayati filsafat dan ideology

pancasila, serta menjiwai tingkah lakunya selaku warga negar republik Indonesia dala

melaksanakan profesinya.

1. Dasar substansi kajian pendidikan Pancasila


Berdasarkan landasan pendidikan pancasila sebagaimna yang diuraikan di atas, maka

substansi kajian pendidikan pancasila meliputi pokok-pokok bahasan sebagai berikut.

1. Pancasila sebagai filsafat

2. Pancasila sebagai etika politk

3. Pancasila sebagai ideologi pancasila

4. Pancasila dalam konteks sejarah perjuangan bangsa indonesia.

1.3 Landasan dan Tujuan Pendidikan Pancasila

            Mahasiswa dapat memahami latar belakang historis kuliah pendidikan pancasila,

dengan memahami fakta budaya dan filsafat hidup bersama dalam suatu negara, dengan

cara mendiskusikannya diantara mereka, untuk itu harus didasari dengan pemahaman

dasar-dasar yuridis tujuan pendidikan nasional, pendidikan pancasila serta kompetensi yang

diharapkan dari perkuliahan pendidikan pancasila.

 Pancasila Dalam Kontek Sejarah Perjuangan Bangsa Indonesia

            Mahasiwa mengetahui kronologis sejarah perjuangan bangsa Indonesia, yang

meliputi kejayaan zaman Sriwijaya Majapahit dan kerajaan lainnya. Menghayati

perjuangan bangsa melawan penjajah sebelum abad XX, serta perjuangan nasional.

Memahami proses perumusan dan pengesahan Pancasila dasar Negara Indonesia yang

meliputi, kronologis perumusan Pancasila dan UUD 1945, kronologi pengesahan Pancasila

dan UUD 1945. Memahami dinamika aktualisasi pancasila sebagai dasar negara, serta

dinamika pelaksdanaan UUD 1945.

1. Pancasila Sebagai Sistem Filsafat


Memberikan dasar-dasar ilmiah pancasila sebagai suatu kesatuan sistematis dan logis.

Untuk memahami dasar kesatuan perlu didasari oleh pengertian teori sistem.

2. Pancasila Sebagai Etika bangsa

Proses pembelajaran mahasiswa diharappkan untuk memahami dan mengahayati pengertian

etika sebagai salah satu cabang filsafat praktis. Berikutnya menjelaskan pengetian etika

politik dan berdasarkan rincian nilai-nilai yang bterkandung di dalam pancasila, agar

mahasiswa diharapkan memiliki kemampuan untuk menerapkan norma-norma etika yang

terkandung dalam pancasila dalam kehidupan keraryaan, kemasyarakatan, kenegaraan.

3. Pancasila Sebagai Ideologi Nasional

Mahasiswa dapat menjelaskan ideologi umum menjelaskan makna ideology bagi bangsa

dan negara. Menjelaskan pengertian macam-macam ideologi yang meliputi ideologi

terbuka, ideologi tertutup, ideologi komperehensif dan ideologi partikular.

4. Pancasila Dalam Konteks Ketatanegaraan Indonesia

Mahasiswa juga diharapkan juga untuk memiliki kemampuan untuk menjelaskan isi

pembukaan UUD 1945, pembukaan sebagai “staasfundamentalnom”, menjelaskan

hubungan UUD 1945 dengan pancasila dan pasal-pasal UUD 1945.

Anda mungkin juga menyukai