NPM:1961201236
TUGAS:Resume{uas}
KONSEP DUALISME
Higgins, merupakan salah satu pakar ekonomi yang menolak gagasan Boeke mengenai
dualisme dalam sistem sosial. Menurut Higgins, awal mula dualisme berasal dari perbedaan
teknologi antara sektor modern dan sektor tradisional. Menurut Higgins, teknologi impor yang
digunakan dalam sektor modern bersifat hemat tenaga kerja (labour saving) sehingga modal
lebih banyak digunakan. Keadaan ini berbanding terbalik dengan keadaan sektor tradisional
yang ditandai oleh penggunaan metode produksi yang padat tenaga kerja. Kurangnya
pembentukan modal pada sektor tradisional menyebabkan perkembangan sektor ini sangat
terbatas.
Dualisme teknologi adalah suatu keadaan dimana didalam suatu kegiatan ekonomi tertentu
digunakan teknik produksi yang berbeda dengan kegiatan ekonomi lainnya sehingga
menyebabkan perbedaan tingkat produktivitas yang sangat besar, dalam hal ini teknologi
modern sangat berperan penting.
Teknologi modern yang dimaksud diatas berkisar pada sektor industri pertambangan, industri
transportasi dan sebagainya. Sedangkan kegiatan ekonomi yang tingkat teknologinya masih
rendah yaitu : pertanian, industri rumah tangga, organisasi produksi tradisional dan lain lain.
Dualisme Teknologi
Higgins, merupakan salah satu pakar ekonomi yang menolak gagasan Boeke mengenai
dualisme dalam sistem sosial. Menurut Higgins, awal mula dualisme berasal dari perbedaan
teknologi antara sektor modern dan sektor tradisional. Menurut Higgins, teknologi impor yang
digunakan dalam sektor modern bersifat hemat tenaga kerja (labour saving) sehingga modal
lebih banyak digunakan. Keadaan ini berbanding terbalik dengan keadaan sektor tradisional
yang ditandai oleh penggunaan metode produksi yang padat tenaga kerja. Kurangnya
pembentukan modal pada sektor tradisional menyebabkan perkembangan sektor ini sangat
terbatas.
Dualisme teknologi adalah suatu keadaan dimana didalam suatu kegiatan ekonomi tertentu
digunakan teknik produksi yang berbeda dengan kegiatan ekonomi lainnya sehingga
menyebabkan perbedaan tingkat produktivitas yang sangat besar, dalam hal ini teknologi
modern sangat berperan penting.
Teknologi modern yang dimaksud diatas berkisar pada sektor industri pertambangan, industri
transportasi dan sebagainya. Sedangkan kegiatan ekonomi yang tingkat teknologinya masih
rendah yaitu : pertanian, industri rumah tangga, organisasi produksi tradisional dan lain lain.
Myint (1967) meneruska studi Higgint mengenai proses terjadinya dualisme. Dalam analisis
Myint, beliau mengemukakan mengenai dualisme finansial. Hal ini pun merujuk pada
pengertian bahwa pasar uang dalam negara jajahan (NSB) dibedakan menjadi 2 kelompok yaitu
pasar uang yang terorganisir dengan baik (organized money market) dan pasar uang yang tidak
terorganisir (unorganized money market).
Pasar uang yang terorganisir dengan baik terdiri dari bank-bank komersial dan lembaga-
lembaga keuangan non-bank. Lembaga ini terdapat di pusat-pusat bisnis dan kota-kota besar,
serta memiliki tujuan untuk menyediakan pinjaman kepada perusahaan yang bergerak dalam
bidang perkebunan tanaman ekspor dan pertambangan. Namun setelah NSB mencapai
kemerdekaan, pemerintah mengadakan usaha yang sifatnya mendorong lembaga-lembaga
keuangan modern untuk memberikan pinjaman kepada sektor ekonomi lainnya, terutama
sektor industri dan pertanian rakyat.
Sedangkan dalam keadaan sebaliknya, tidak ada lembaga keuangan formal seperti bank atau
lembaga keuangan non-bank. Contohnya seperti petani kaya atau rentenir. Ciri penting dari
pinjaman melalui lembaga keuangan informal ini yaitu tingkat biaya yang sangat tinggi.
Namun, karena lembaga informal ini merupakan satu satunya penyalur dana, para petani
menyukainya karena prosedur peminjaman dananya yang tidak terlalu rumit
1. Dualisme Regional
Dualisme ini merupakan akibat dari investasi yang tidak seimbang antara daerah perkotaan dan
pedesaan. Ketidakseimbangan ini akhirnya menyebabkan kesenjangan antara perkotaan dan
pedesaan semakin besar.
Myint (1967) meneruska studi Higgint mengenai proses terjadinya dualisme. Dalam analisis
Myint, beliau mengemukakan mengenai dualisme finansial. Hal ini pun merujuk pada pengertian
bahwa pasar uang dalam negara jajahan (NSB) dibedakan menjadi 2 kelompok yaitu pasar uang yang
terorganisir dengan baik (organized money market) dan pasar uang yang tidak terorganisir
(unorganized money market).
Pasar uang yang terorganisir dengan baik terdiri dari bank-bank komersial dan lembaga-
lembaga keuangan non-bank. Lembaga ini terdapat di pusat-pusat bisnis dan kota-kota besar,
serta memiliki tujuan untuk menyediakan pinjaman kepada perusahaan yang bergerak dalam
bidang perkebunan tanaman ekspor dan pertambangan. Namun setelah NSB mencapai
kemerdekaan, pemerintah mengadakan usaha yang sifatnya mendorong lembaga-lembaga
keuangan modern untuk memberikan pinjaman kepada sektor ekonomi lainnya, terutama
sektor industri dan pertanian rakyat.
Sedangkan dalam keadaan sebaliknya, tidak ada lembaga keuangan formal seperti bank atau
lembaga keuangan non-bank. Contohnya seperti petani kaya atau rentenir. Ciri penting dari
pinjaman melalui lembaga keuangan informal ini yaitu tingkat biaya yang sangat tinggi.
Namun, karena lembaga informal ini merupakan satu satunya penyalur dana, para petani
menyukainya karena prosedur peminjaman dananya yang tidak terlalu rumit
2. Dualisme Regional
Dualisme ini merupakan akibat dari investasi yang tidak seimbang antara daerah perkotaan dan
pedesaan. Ketidakseimbangan ini akhirnya menyebabkan kesenjangan antara perkotaan dan
pedesaan semakin besar.
Gagasan tentang dualisme jiwa dan raga berasal setidaknya sejak zaman
Plato danAristoteles dan berhubungan dengan spekulasi tantang eksistensi jiwa yang terkait dengan
kecerdasan dan kebijakan. Plato dan Aristoteles berpendapat, dengan alasan berbeda, bahwa
"kecerdasan" seseorang (bagian dari budi atau jiwa) tidak bisa diidentifikasi atau dijelaskan dengan
fisik.[2][3]
Versi dari dualisme yang dikenal secara umum diterapkan oleh René Descartes (1641), yang
berpendapat bahwa budi adalah substansi nonfisik. Descartes adalah yang pertama kali
mengidentifikasi dengan jelas budi dengan kesadaran dan membedakannya dengan otak,
sebagai tempat kecerdasan. Sehingga, dia adalah yang pertama merumuskan permasalahan
jiwa-raga dalam bentuknya yang ada sekarang.[4]Dualisme bertentangan dengan berbagai jenis
monisme, termasuk fisikalisme danfenomenalisme. Substansi dualisme bertentangan dengan
semua jenis materialisme, tetapi dualisme properti dapat dianggap sejenis materilasme
emergent sehingga akan hanya bertentangan dengan materialisme non- emergent.[5]
3. Dualism social
Dualisme Sosial
Tahun 1910, seorang ekonom Belanda, J.H Boeke menyatakan bahwa pemikiran ekonomi
Barat tidak dapat diterapkan dalam memahami permasalahan perekonomian negara-negara
jajahan (tropis) tanpa suatu “modifikasi” teori. Jika ada pembagian secara tajam, mendalam
dan luas yang membedakan masyarakat menjadi dua kelompok, maka banyak masalah sosial
dan ekonomi yang polanya sangat berbeda dengan teori ekonomi Barat sehingga pada akhirnya
teori tersebut akan kehilangan hubungannya dengan realitas dan bahkan kehilangan nilainya.
Boeke menganggap bahwa prokondisi dari dualismenya adalah hidupberdampingannya dua
sistem sosial yang berinteraksi hanya secara marginal melalui hubugan yang sangat terbatas
antara pasar produk dan pasar tenaga kerja.
Prinsip pokok tesis Boeke adalah pembedaan antara tujuan kegiatan ekonomi di Barat dan di
timur secara mendasar. Ia mengatakan bahwa kegiatan ekonomi di Barat berdasarkan pada
rangsangan kebutuhan ekonomi, sedangkan Indonesia disebabkan oleh kebutuhan-kebutuhan
sosial. Suatu masyarakat yang memiliki dua sistem sosial atau lebih disebut masyarakat
dualistik atau majemuk. Dalam masyarakat dualistik, ada dua sistem sosial yang hidup secara
berdampingan dimana yang satu tidak dapat sepenuhnya menguasai yang lainnya, demikian
sebaliknya. Keadaan ini disebabkan oleh adanya sistem sosial yang lebih modern terutama
Dualisme Ekologi
Dualisme Teknologi
Higgins, merupakan salah satu pakar ekonomi yang menolak gagasan Boeke mengenai
dualisme dalam sistem sosial. Menurut Higgins, awal mula dualisme berasal dari perbedaan
teknologi antara sektor modern dan sektor tradisional. Menurut Higgins, teknologi impor yang
digunakan dalam sektor modern bersifat hemat tenaga kerja (labour saving) sehingga modal
lebih banyak digunakan. Keadaan ini berbanding terbalik dengan keadaan sektor tradisional
yang ditandai oleh penggunaan metode produksi yang padat tenaga kerja. Kurangnya
pembentukan modal pada sektor tradisional menyebabkan perkembangan sektor ini sangat
terbatas.
Dualisme teknologi adalah suatu keadaan dimana didalam suatu kegiatan ekonomi tertentu
digunakan teknik produksi yang berbeda dengan kegiatan ekonomi lainnya sehingga
menyebabkan perbedaan tingkat produktivitas yang sangat besar, dalam hal ini teknologi
modern sangat berperan penting.
Teknologi modern yang dimaksud diatas berkisar pada sektor industri pertambangan, industri
transportasi dan sebagainya. Sedangkan kegiatan ekonomi yang tingkat teknologinya masih
rendah yaitu : pertanian, industri rumah tangga, organisasi produksi tradisional dan lain lain.
Myint (1967) meneruska studi Higgint mengenai proses terjadinya dualisme. Dalam analisis
Myint, beliau mengemukakan mengenai dualisme finansial. Hal ini pun merujuk pada
pengertian bahwa pasar uang dalam negara jajahan (NSB) dibedakan menjadi 2 kelompok yaitu
pasar uang yang terorganisir dengan baik (organized money market) dan pasar uang yang tidak
terorganisir (unorganized money market).
Pasar uang yang terorganisir dengan baik terdiri dari bank-bank komersial dan lembaga-
lembaga keuangan non-bank. Lembaga ini terdapat di pusat-pusat bisnis dan kota-kota besar,
serta memiliki tujuan untuk menyediakan pinjaman kepada perusahaan yang bergerak dalam
bidang perkebunan tanaman ekspor dan pertambangan. Namun setelah NSB mencapai
kemerdekaan, pemerintah mengadakan usaha yang sifatnya mendorong lembaga-lembaga
keuangan modern untuk memberikan pinjaman kepada sektor ekonomi lainnya, terutama
sektor industri dan pertanian rakyat.
Sedangkan dalam keadaan sebaliknya, tidak ada lembaga keuangan formal seperti bank atau
lembaga keuangan non-bank. Contohnya seperti petani kaya atau rentenir. Ciri penting dari
pinjaman melalui lembaga keuangan informal ini yaitu tingkat biaya yang sangat tinggi.
Namun, karena lembaga informal ini merupakan satu satunya penyalur dana, para petani
menyukainya karena prosedur peminjaman dananya yang tidak terlalu rumit
4. Dualisme Regional
Dualisme ini merupakan akibat dari investasi yang tidak seimbang antara daerah perkotaan dan
pedesaan. Ketidakseimbangan ini akhirnya menyebabkan kesenjangan antara perkotaan dan
pedesaan semakin besar.