Anda di halaman 1dari 95

TUGAS INDIVIDU

(Rangkuman dan Evaluasi Psikososial Budaya dalam Keperawatan)

Dosen Pengampu: Sahabuddin,S.KM.,M.kes

DISUSUN OLEH:

LAILATUL MUFARRAHA

142012020029

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

INSTITUT KESEHATAN & BISNIS ST. FATIMAH MAMUJU

TAHUN AJARAN 2020/2021


RANGKUMAN PEMBELAJARAN 1

Konsep Diri dan Kesehatan Spiritual

A. Hakikat Konsep Diri

• Calhaoun dan Acocella (1995) mendefinisikan konsep diri sebagai gambaran mental diri

seseorang .

• Burn (1993) mendefinisikan konsep diri sebagai kesan terhadap diri sendiri sendiri secara

keseluruhan yang mencangkup pendapatan nya terhadap diri sendiri , pendapat tentang

gambaran diri di mata orang lain , dan pendapatannya tentang hal – hal yang di capai .

Konsep diri adalah apa yang di pikirkan dan di rasakan tentang dirinya sendiri. Ada dua

konsep diri, yaitu konsep diri komponen kognitif dan konsep diri komponen afektif . Komponen

kognitif di sebut self image dan komponen aktif di sebut self esteem. Komponen kognitif adalah

pengetahuan individu tentang dirinya mencangkup pengetahuan “siapa saya” yang akan

memberikan gambaran tentang diri saya . Gambaran ini disebut citra diri. Sementara itu ,

komponen afektif merupakan penilaian individu terhadap dirinya sendiri yang akan membentuk

bagaimana penerimaan terhadap diri dan harga diri individu.

B. Terbentuknya Konsep Diri

Konsep diri adalah sistem operasi yang menjalankan komputer mental yang mempengaruhi

kemampuan berfikir seseorang. Konsep diri ini setelah terinstall, akan masuk di pikiran bawah

sadar dan mempunyai bobot pengaruh sebesar 88 % terhadap level kesadaran seseorang

dalam suatu saat. Semakin baik konsep diri, maka semakin mudah seseorang untuk berhasil.

Demikian juga sebaliknya.

Proses pembentukan konsep diri dimulai sejak anak masih kecil. Masa kritis pembentukan

konsep diri adalah saat anak masuk di sekolah dasar. Kita dapat melihat konsep diri seseorang

dari sikap mereka. konsep diri yang jelek akan mengakibatkan rasa tidak percaya diri, tidak
berani mencoba hal-hal baru, tidak berani mencoba hal yang menantang, takut gagal, takut

sukses, merasa diri bodoh, rendah hati,merasa diri tidak berharga, merasa tidak layak untuk

sukses, pesimis dan banyak perilaku interior lainnya.

Sebaliknya, orang yang konsep dirinya baik akan selalu optimis, berani mencoba hal-hal

baru, berani sukses, berani gagal, percaya diri, antusias, merasa diri berharga, berani

menetapkan tujuan hidup, bersikap dan berfikir positif dan dapat menjadi seorang pemimpin

yang handal.

C. Proses Perkembangan Konsep Diri

Menurut Calhoun dan Acocella (1995), ketika lahir manusia tidak memiliki konsep diri,

pengetahuan tentang diri sendiri, harapan terhadap diri sendiri, dan penilaian pada diri

sendiri.Artinya, individu tidak sadar dia adalah bagian yang tidak terpisahkan dari

lingkungan.

Sensasi yang dirasakan oleh anak pada waktu masih bayi tidak disadari sebagai suatu

yang dihasilkan dari interaksi antara dua factor yang masingmasing berdiri sendiri, yaitu

lingkungan dan dirinya sendiri. Namun, keadaan ini tidak berlangsung lama, secara berlahan-

lahan individu akan dapat membedakan antara “aku” dan “bukan aku”. Pada saat itu, individu

mulai menyadari apa yang dilakukan seiring dengan menguatnya pancaindra. Individu dapat

membedakan dan belajar tentang dunia yang bukan aku.Berdasarkan hal ini individu

membangun konsep diri.

kemajuan yang sangat besar dalam perkembangan konsep diri terjadi ketika individu

mulai menggunakan bahasa, yakni sekitar umur satu tahun. Seorang individu akan memperoleh

informasi yang lebih banyak tentang dirinya dengan memahami perkataan orang lain. Pada

saat itulah konsep diri, baik yang positif maupun negative mulai terbentuk. Hal yang hamper

sama dikemukakan oleh Bee (1981) yang mengatakan bahwa konsep diri berkembang. Pada
mulanya anak mengobservasi fungsi dirinya sendiri seperti apa yang mereka lihat pada orang

lain.

Willey mengatakan bahwa sumber pokok dari informasi untuk konsep diri adalah interaksi

dengan orang lain. Tokoh pertama yang mengatakan fakta ini adalah C.H. Cooley yang

memperkenalkan pengertian diri yang tampak seperti cermin. Menurut Cooley kita

menggunakan orang lain untuk menunjukkan siapa diri kita. Kita membanyangkan bagaimana

pandangan mereka terhadap kita, penampilan, dan penilaian tersebut menjadi gambaran diri

kita.Gambaran diri kemudian berkembang dalam dua tahap. Pertama, kita

menginternalisasikan sikap orang lain terhadap diri kita. Kedua, kita menginternalisasikan

norma masyarakat. Dengan kata lain, konsep diri adalah ciptaan social dan hasil belajar dari

interaksi dengan orang lain.

Calhoun dan Acocella (1979), mengemukakan tentang sumber informasi yang penting

dalam pembentukan konsep diri antara lain:

• orang tua, dikarenakan orang tua adalah kontak social yang paling awal dan yang paling

kuat dialami oleh individu ;

• teman sebaya, teman sebaya menempati peringkat kedua karena selain individu

membutuhkan cinta dari orang tua juga membutuhkan penerimaan dari teman sebaya dan

apa yang diungkapkan pada dirinya akan menjadi penilain terhadap diri individu tersebut

• masyarakat, dalam masyarakat terdapat norma-norma yang akan membentuk konsep diri

pada individu, misalnya pemberian perlakuan yang berbeda pada laki-laki dan

perempuan akan membuat laki-laki dan perempuan berbeda dalam berperilaku.

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa konsep diri tidak berkembang dengan

sendirinya, tetapi berkembang dengan adanya interaksi dengan individu yang lain khususnya

dengan lingkungan social.

D. Faktor Yang Mempengarui Konsep Diri


Menurut Pudjijogyanti (Yulius Beny Prawoto, 2010: 23-26) mengemukakan beberapa factor

yang mempengaruhi perkembangan konsep diri sebagai berikut.

a. Peranan citra fisik

Tanggapan mengenai keadaan fisik seseorang biasanya didasari oleh adanya

keadaan fisik yang dianggap ideal oleh orang tersebut atau pandangan masyarakat

umum. Seseorang akan berusaha untuk menacapai standard di mana ia dapat dikatakan

mempunyai keadaan fisik ideal agar mendapat tanggapan positif dari orang lain.

Kegagalan atau keberhasilan mencapai standar keadaan fisik ideal sangat mempengaruhi

pembentukan citra fisik seseorang.

b. Peranan jenis kelamin

Peranan jenis kelamin salah satunya ditentukan oleh perbedaan biologis antara

laki-laki dan perempuan.Masih banyak masyarakat yang menganggap peranan

perempuan hanya sebatas urusan keluarga.Hal ini menyebabkan perempuan masih

menemui kendala dalam mengembangkan diri sesuai dengan potensi yang dimiliki.

Sementara di sisi lain, laki-lak mempunyai kesempatan yang lebih besar untuk

mengembangkan potensi yang dimiliki.

c. Peranan perilaku orang tua

Lingkungan pertama dan utama yang mempengaruhi perilaku seseorang adalah

lingkungan keluarga. Dengan kata lain, keluarga merupakan tempat pertama dalam

pembentukan konsep diri seseorang. Salah satu hal yang terkait dengan peranan orang

tua dalam pembentukan konsep diri adalah cara orang tua dalam memenuhi kebutuhan

fisik dan psikologis anak.

d. Peranan factor social


Interaksi seseorang dengan orang lain dan lingkungan sekitarnya merupakan salah

satu hal yang membentuk konsep diri orang tersebut. Struktur, peran, dan status social

seseorang menjadi landasan bagi orang lain dalam memandang orang tersebut.

➢ Pendapat tentang factor-faktor eksternal yang mempengaruhi perkembangan konsep diri

juga dikemukakan oleh Amarllia Puspasari (2007, 43-45) sebagai berikut.

a. Pengaruh keterbatasan ekonomi

Lingkungan dengan keterbatasan ekonomi akan menghasilkan permasalahan

perkembangan yang berkaitan dengan pertumbuhan aktualisasi diri. Dengan kata lain,

kesulitan ekonomi pada seseorang akan menghasilkan konsep diri yang rendah.

b. Pengaruh kelas social

Pengaruh kelas social dapat digambarkan secara sederhana pada kelompok

minoritas yang mengalami kesulitan dalam mendapatkan pekerjaan akibat rendahnya

pendidikan atau tidak ada kesempatan dalam mendapatkan pekerjaan. Hal tersebut

dapat menimbulkan perasaan tertinggal dari peradaban yang ada.Kemudian mereka

cenderung berperilaku melindungi diri dalam mempertahankan haknya.

➢ Berperilaku melindungi diri dalam mempertahankan haknya.

• Pengaruh usia

Pada beberapa individu, konsep diri dapat meningkay atau menurun sesuai kondisi

atau pengalaman dari individu itu sendiri.Pada anak yang usianya terbilang muda, konsep

diri yang dimiliki terhadp hubungan dengan orang tuanya tergolong positif terutama pada

tipe hubungan yang berisi unsur protektif antara orang tua dengan anaknya. Pada usia ini,

peran orang tua masih cukup berat masuk ke dalam diri anak.

Sedangkan anak dengan usia yang lebih dewasa memiliki deskripsi diri yang akan

berbeda antara hubungan dirinya dengan orang tuanya sehingga tingkat intervensi orang

tua terhadap anak menjadi terbatas.


Dari uraian diatas, dapat ditarik kesimpulan bahwa factor-faktor yang

mempengaruhi pembentukan dan perkembangan konsep diri seseorang dibedakan

menjadi factor internal yang berasal dari dalam diri dan factor eksternal yang berasal

dari luar diri. Factor yang berasal dari dalam diri meliputi citra fisik, jenis kelamin, peranan

orang tua dan factor social. Sedangkan factor yang berasal dari luar diri meliputi

keterbatasan ekonomi, kelas social, dan usia.

E. Batasan Penyesuaian Diri

• Menurut Mustafa Fahmi, penyesuaian adalah “Suatu proses dinamik terus menerusyang

bertujuan untuk mengubah kelakuan guna mendapatkan hubungan yang lebih serasi antara

diri dan lingkungan”

• (Fahmi, 1977:24).W.A. Gerungan dalam bukuPsikologi Sosial-nya, menjelaskan

:Menyesuaikan diri itu kami artikan dalam artinya yang luas, dan dapat berarti: mengubah

diri sesuai dengan lingkungan, tetapi juga: mengubah lingkungan sesuai dengan keadaan

(keinginan) diri. Penyesuaian diri dalam artinya yang pertamadisebut juga penyesuaian

diri yang autoplastis (auto = sendiri, plastis = dibentuk), sedangkan penyesuaian diri yang

kedua juga disebut penyesuaian diri yang aloplastis (alo = yang lain). Jadi, penyesuaian

diri ada artinya yang

• “pasif”, dimana kegiatan kita ditentukan oleh lingkungan, dan ada artinya yang “aktif”,

dimana kita memengaruhi lingkungan (Gerungan, 1987:55).

F. Bentuk Penyesuaian Diri

➢ Bentuk-bentuk penyesuaian diri ada dua kelompoknya :

• Yang Adaptive.

Sering dikenal dengan istilah adaptasi. Bentuk penyesuaian diri ini lebih bersifat badani.

Artinya perubahan-perubahan dalam proses-proses badani untuk menyesuaikan diri terhadap

keadaan lingkungan Misalnya berkeringat adalah usaha tubuh untuk “mendinginkan” tubuh
dari suhu yang panas atau dirasakan terlalu panas. Di tempat-tempat yang dingin kita

sebaliknya harus berpakaian tebal agar tubuh menjadi “hangat”. Berkeringat ataupun

berpakaian tebal adalah juga bentuk penyesuaian terhadap lingkungan. Kalau pada contoh-

➢ contoh di atas penyesuaian diikuti oleh adanya perubahan pada proses-proses badani yang

berakibat tidak baik, maka penyesuaian ini dapat pula terjadi tanpa kepentingan tubuh

secara langsung. Ini dapat digambarkan dengan contoh berikut : Seorang yang mau

mendirikan rumah di pinggir pantai harus membuat dinding dan atap rumah ynag kuat, agar

tidak roboh oleh angin pantai. Dengan demikian rumah yang didirikan itu sesuai dengan

keadaan lingkungannya.Contoh ini sebenarnya merupakan penyesuaian yang tidak langsung.

• Yang adjustive.

Suatu bentuk penyesuaian yang lain, dimana tersangkut kehidupan psikis kita, biasanya

disebut sebagai bentuk penyesuaian yang adjustive. Misalnya bila kita harus pergi ke

tetangga atau teman yang tengah berduka cita karena kematian salah seorang anggota

keluarganya, maka mungkin sekali wajah kita dapat diatur sedemikian rupa sehingga

menampilkan suatu wajah duka, sebagai tanda ikut menyesuaikan terhadap suasana sedih

dalam keluarga tersebut. maka dengan sendirinya penyesuaian ini berhubungan dengan

tingkah-laku manusia. Sebagaimana kita ketahui , tingkah laku manusia sebagian besar besar

dilatarbelakangi oleh al-hal psikis ini. Maka penyesuaian ini adalah penyesuaian diri tingkah

laku terhadap lingkungan dimana di dalam lingkungan ini terdapat aturan-aturan atau norma-

norma. Dan singkatnya menjadi : penyesuaian terhadap norma-norma.

G. Reaksi Penyesuaian Diri

Reaksi-reaksi penyesuaian diri , dalam menghadapi marah, kecewa, atau tidak puas.

Beberapa kekecewaan mungkin mengahsilkan reaksi-reaksi penyesuaian yang lunak, reaksi-

reaksi lain yang mungkin ekstrim dan emosiaonal. Intensitas penyesuaian tertentu pada

umumnya tergantung pada faktor tipe kegiatan kekecewaan dan pengalaman sebelumnya
dari orang yang kecewa. Rekasi orang-orang yang berupaya menanggulangi kekecewaan

adalah:

• Rasionalisme (rasionalization)

Ini terjadi bila seorang individu berupaya memberi penjelasan yang menyenangkan

(rasional), terhadap tindakannya. Misalnya, Ibu memukul anaknya, si Ibu memberikan

alasan bahwa hal itu dilakukannya untuk mendidiknya/supaya anak di waktu yang akan

datang bisa bertingkah laku lebih baik.

• Kompensasi (Compensation)

Usaha untuk menutupi kelemahan di salah satu bidang dengan membuat prestasi

yang tinggi dibidang lain. Dengan demikian, ia terhindar dari ejekan atau rasa rendah

diri. Misalnya, seorang gadis yang kurang cantik, tidak berhasil menarik perhatian orang,

tetepai ia belajar tekun sekali sehingga walaupun ia gagal menarik perhatian orang

dengan kecantikannya, ia tetap memperoleh kepuasan karena orang mengagumi

kepandaiannya.

• Negativisme (negativisme)

Negativisme adalah suatu reaksi yang dinyatakan sebagai perlawanan bawah

sadar pada orang-orang atau objek lain.

• Kepasrahan (Resignation)

Kepasrahan adalah istilah psikologi yang umumnya merujuk pada suatu tipe

kekecewaan mendalam yang sangat kuat, yang ada kalanya dialami oleh individuindividu.

Kondisinya dapat dinyatakan sebagai keadaan menyerah, menarik diri dan keterlibatan

seseorang dengan suatu keadaan khusus. Misalnya, seorang siswa yang harus

menyelesaikan tugas, yang harus sudah selesai dalam waktu 1 hari, kemudian mengalami

kendala dan kesukaran, sehingga siswa ini menyerah dan tidak menyelesaikan tugasnya.
• Pelarian (flight)

Pelarian yakni melarikan diri dari situasi khusus yang menyebabkan kekecewaan

atau kegelisahan, berupa mengambil suatu pekerjaan baru sebagai sarana untuk

melarikan diri dari pekerjaan yang sekarang, lari dari rumah, bahkan meminum obat-

obatan yang melebihi dosis.

➢ Konsep Spritual

A. Pengertian Spirituality

Spirituality berasal dari bahasa latin “spiritus” yang berarti nafas atau udara.spirit

memberikan hidup,menjiwai seseorang. Spirit memberikan arti penting ke hal apa saja yang

sekiranya menjadi pusat dari seluruh aspek kehidupan seseorang( Dombeck,1995).

Spirituality adalah suatu yang dipengaruhi oleh budaya, perkembangan, pengalaman

hidup kepercayaan dan nilai kehidupan. Spiritualitas mampu menghadirkan cinta, kepercayaan,

dan harapan, melihat arti dari kehidupan dan memelihara hubungan dengan sesama. (Perry Potter,

2003).

Spiritual adalah konsep yang unik pada masing-masing individu (Farran et al, 1989).

Masing-masing individu memiliki definisi yang berbeda mengenai spiritual, hal ini dipengaruhi oleh

budaya, perkembangan, pengalaman hidup dan ide-ide mereka sendiri tentang hidup. Menurut

Emblen, 1992 spiritual sangat sulit untuk didefinisikan. Kata-kata yang digunakan untuk

menjabarkan spiritual termasuk makna, transenden, harapan, cinta, kualitas, hubungan dan

eksistensi. Spiritual menghubungkan antara intrapersonal (hubungan dengan diri sendiri),

interpersonal (hubungan antara diri sendiri dan orang lain), dan transpersonal (hubungan antara

diri sendiri dengan tuhan/kekuatan gaib)

B. Elemen-Elemen dalam Spiritual

a. Kebutuhan Spritual
➢ Ada 4 hal yang mendasari kebutuhan spiritual adalah :

• Pencarian arti

• Perasaan untuk memaafkan / pengampunan

• Kebutuhan akan cinta (Keinginan untuk mendapatkan kasih sayang : keluarga dan teman)

• Kebutuhan akan harapan (Fish and Shelly, 1978; Peterson and Nelson, 1987;

Schoenbeck, 1994).

Kebutuhan spiritual adalah harmonisasi dimensi kehidupan (Rnetzky’s, 1979). Dimensi ini

termasuk menemukan arti, tujuan, menderita, dan kematian; kebutuhan akan harapan dan

keyakinan hidup, dan kebutuhan akan keyakinan pada diri sendiri, dan Tuhan.

➢ Sullender (1998) mengidentifikasi 5 dasar kebutuhan spiritual manusia :

• Arti dan tujuan hidup

• Perasaan misteri

• Pengabdian

• Rasa percaya

• Harapan di waktu kesusahan.

b. Kesadaran Spritual

Kesadaran spiritual akan timbul saat seseorang dihadapkan pada kebutuhan spiritual dan

pencarian identitas, saat mempertahankan nilai-nilai dan keyakinan atau kepercayaan.

➢ Tiga tingkat kesadaran menurut Wilber:

• Tingkat Existensial

Pada level ini Wilber menggunakan istilah yang berasal dari filsuf-filsuf

eksistensial, yaitu penyatuan diri dengan orang lain (uniting the self and others). Para filsuf

eksistensialis mengakui bahwa makhluk di bumi memiliki ikatan otentik antara total individu

dengan lingkungannya. Mereka meyakini bahwa individu hanya eksis ketika berada dalam
relasi dengan orang-orang lain, dan bahwa kehilangan kesadaran berarti memutuskan

hubungan antara diri dengan orang-orang lain.

Menurut Wilber, peningkatan kesadaran ke tingkat eksistensial dapat dicapai

secara sederhana dengan duduk di tempat yang sepi (tenang), menghentikan semua

konsep mental tentang diri sendiri, dan merasakan eksistensi dasar seseorang. Untuk

menguatkan identitas seseorang agar lebih permanen pada level ini, biasanya diperlukan

bentuk-bentuk terapi eksistensial semacam meditasi, hatha yoga, terapi Gestalt, psikolog

dan humanistic.

• Tingkat Transpersonal Bands

Pada level ini individu mulai menyadari dan mengakui bentuk-bentuk pengetahuan

yang tidak bersifat dualistis (antara subjek dan objek pengetahuan tidak terpisah). Individu

mulai merealisasi dan mengalami apa yang disebut sebagai reliansi/keyakinan eksklusif

dalam pengalaman. Wilber mengikuti konsep Jung dalam menggambarkan elemen-elemen

yang ada dalam tingkat transpersonal ini. Jung menggunakan istilah synchronicity, yaitu

suatu kejadian yang penuh makna antara gejala psikis dan fisik. Bila dua kejadian, yang

satu bersifat psikis dan yang lain bersifat fisik, terjadi dalam waktu yang sama, ini berarti

terjadi synchronicity.

• Level of Mind

Berikut adalah tingkat kesadaran paling tinggi dalam Spectrum of Consciousness

dari Wilber. Dalam menggambarkan Level of Mind, Wilber menyatakan bahwa “Diri”

orang yang mengalami kesadaran sebenarnya bukanlah real self (“Diri” sesungguhnya)

dari orang tersebut. Bagaimanapun cara seseorang melihat, berpikir, dan merasakan

dirinya, “Diri” merupakan sesuatu yang kompleks. Ide, konsep, pikiran, emosi, dan objek

mental semuanya secara konstan menyambil energi kita, yang menyebabkan adanya suatu

tabir antara diri kita dengan realitas.


C. Kesehatan Spiritual

- Dicapai ketika seseorang menemukan keseimbangan antara, nilai hidup :

- Dengan berjalannya kehidupan, spiritual seseorang dan kesadarn arti spiritual akan lebih

meningkat, tujuan dari nilai-nilai kehidupan akan lebih nyata.

- Kesehatan spiritual atau kesejahteraan adalah “rasa keharmonisan saling kedekatan antara

diri dengan orang lain, alam, dan dengan kehidupan yang tertinggi”

(Hungelmann et al, 1985). Rasa keharmonisan ini dicapai ketika seseorang menemukan

keseimbangan antara nilai, tujuan, dan system keyakinan mereka dengan hubungan mereka di

dalam diri mereka sendiri dan dengan orang lain. Pada saat terjadi stress, penyakit,

penyembuhan, atau kehilangan, seseorang mungkin berbalik ke cara-cara lama dalam

merespons atau menyesuaikan dengan situasi. Sering kali gaya koping ini terdapat dalam

keyakinan atau nilai dasar orang tersebut. Keyakinan ini sering berakar dalam spiritualitas

orang tersebut. Sepanjang hidup seorang individu mungkin tumbuh lebih spiritual, menjadi lebih

menyadari tentang makna, tujuan, dan nilai hidup. Spiritualitas dimulai ketika anak-anak

belajar tentang diri mereka dan hubungan mereka dengan orang lain. Banyak orang dewasa

mengalami pertumbuhan spiritual ketika memasuki hubungan yang langgeng.

D. Masalah Spritual

Ketika penyakit , kehilangan atau nyeri menyerang seseorang, kekuatan spiritual dapat

membantu seseorang ke arah penyembuhan atau pada perkembangan kebutuhan dan

perhatian spiritual. Selama penyakit atau misalnya individu sering menjadi kurang mampu untuk

merawat dir mereka dan lebih bergantung pada orang lain untuk perawatan dan dukungan.

Distress spiritual dapat berkembang sejalan dengan seseorang mencari makna tentang apa

yang sedang terjadi, yang mungkin dapat mengakibatkan seseorang merasa sendiri dan

terisolasi dari orang lain. Individu mungkin mempertanyakan nilai spiritual mereka, mengajukan

pertanyaan tentang jalan hidup seluruhnya, tujuan hidup, dan sumber dar makna hidup.
a. Depresi atau Rasa Tertekan

Depresi atau rasa tertekan adalah sebuah 'penyakit' baru, tapi ini bukanlah penyakit,

karena penyakit selalu berasal bagian dari tubuh fisik kita, ini sesuatu yang lain. Dan orang

yang paham psikologi semakin meningkat, meningkat pesat karena depresi manusia makin

meningkat. Dan psikolog atau orang seperti itu, mereka tidak meraih sesuatu untuk mengobati

mereka, Depresi bukanlah sesuatu dari dunia materi, bukan, ini adalah sesuatu dalam hidup

kita yang merupakan bagian dari bentuk spiritual dan inilah salah satu keresahan spiritual

sehingga kalian tidak bisa melakukan pengobatan dengan obat material! Tapi mereka

psikiater juga tidak pernah tahu tentang ini, dan mereka berkata: "pakailah obat ini! Bawa ini,

untuk membuat syarafmu tenang…" lakukanlah…

Alasan pertama yang membawa masalah-masalah besar itu adalah dari para pemuda

yang tidak percaya kepada apapun. Mereka tidak percaya agama. Hal itu menjadikan

mereka bagaikan masuk kedalam sebuah sumur dalam tanpa dasar dan jatuh ke dalam

tempat gelap sehingga mereka tidak tahu mana tangan kiri dan tangan kanan mereka sendiri.

Itulah yang terjadi saat ini. Oleh karena itu, kami berusaha melalui asosiasi kecil dan rendah

hati ini, pertemuan yang begitu rendah hati, untuk membuat manusia percaya bahwa: Jika kau

tidak melakukan sesuatu yang membuat Tuhan-mu ridho, maka kau tidak bisa meraih

kesenangan! Jika kau tidak berusaha menjadikan Tuhan-mu senang, maka tidak akan ada

kesenangan bagimu bersama semua aspek material yang kalian miliki


Soal Evaluasi Modul 1

1. Jelaskan pengertian konsep diri

2. Jelaskan macam-macam konsep diri, komponen konsep diri

3. Jelaskan pengertian konsep kesehatan spiritual

4. Jelaskan dimensi spiritual, keterkaitan spiritual-kesehatan dan sakit

5. Jelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi spiritualitas

Jawaban:

1. Pengertian konsep Diri Yaitu:

➢ Konsep Diri didefenisikan sebagai semua pikiran, keyakinan dan kepercayaan yang

merupakan pengetahuan individu tentang dirinya dan mempengaruhi hubungan dengan orang

lain (Stuart & Sundeen 2005).

➢ Konsep diri adalah cara individu memandang dirinya secara utuh, fisikal, emosional, intelektual,

sosial dan spiritual (Keliat, 2005).

2. Macam-macam konsep Diri Ialah:

➢ Ada Dua macam konsep diri adalah sebagai berikut :

1) Konsep diri negatif : peka pada kritik, responsif sekali pada pujian, hiperkritis, cenderung

merasa tidak disenangi orang lain, bersikap pesimitis pada kompetensi.

2) Konsep diri positif : yakin akan kemampuan mengatasi masalah, merasa setara dengan

orang lain, menerima pujian tanpa rasa malu, sadar akan keinginan dan perilaku tidak

selalu disetujui oleh orang lain, mampu memperbaiki diri.

➢ Komponen Konsep Diri Ialah:

Konsep diri terdiri dari Citra Tubuh (Body Image), Ideal Diri (Self ideal), Harga Diri (Self

esteem), Peran (Self Rool) dan Identitas(self idencity).

1) Citra Tubuh (Body Image)


Body Image (citra tubuh) adalah sikap individu terhadap dirinya baik disadari

maupun tidak disadari meliputi persepsi masa lalu atau sekarang mengenai ukuran dan

dinamis karena secara konstan berubah seiring dengan persepsi dan pengalaman-

pengalaman baru. Body image berkembang secara bertahap selama beberapa tahun

dimulai sejak anak belajar mengenal tubuh dan struktur, fungsi, kemampuan dan

keterbatasan mereka.

2) Ideal Diri

Ideal diri adalah persepsi individu tentang bagaimana ia seharusnya bertingkah laku

berdasarkan standar pribadi. Standar dapat berhubungan dengan tipe orang yang

diinginkan/disukainya atau sejumlah aspirasi, tujuan, nilai yang diraih. Ideal diri berperan

sebagai pengatur internal dan membantu individu mempertahankan kemampuan

menghadapi konflik atau kondisi yang membuat bingung. Ideal diri penting untuk

mempertahankan kesehatan dan keseimbangan mental.

3) Harga Diri

Harga diri adalah penilaian pribadi terhadap hasil yang dicapai dengan menganalisis

seberapa banyak kesesuaian tingkah laku dengan ideal dirinya. Harga diri diperoleh dari

diri sendiri dan orang lain yaitu : dicintai, dihormati dan dihargai. Mereka yang menilai

dirinya positif cenderung bahagia, sehat, berhasil dan dapat menyesuaikan diri, sebaliknya

individu akan merasa dirinya negative, relatif tidak sehat, cemas, tertekan, pesimis, merasa

tidak dicintai atau tidak diterima di lingkungannya (Keliat BA, 2005).

4) Peran

Peran adalah serangkaian pola sikap perilaku, nilai dan tujuan yang diharapkan oleh

masyarakat dihubungkan dengan fungsi individu di dalam kelompok sosial. Setiap orang

disibukkan oleh beberapa peran yang berhubungan dengan posisi pada tiap waktu
sepanjang daur kehidupannya. Harga diri yang tinggi merupakan hasil dari peran yang

memenuhi kebutuhan dan cocok dengan ideal diri.

5) Identitas Diri

Identitas diri adalah kesadaran tentang diri sendiri yang dapat diperoleh individu

dari observasi dan penilaian dirinya, menyadari bahwa individu dirinya berbeda dengan

orang lain. Dalam identitas diri ada otonomi yaitu mengerti dan percaya diri, respek

terhadap diri, mampu menguasai diri, mengatur diri dan menerima diri

3. Pengertian Konsep Kesehatan Spiritual adalah:

Spiritualitas merupakan sesuatu yang di percayai oleh seseorang dalam hubunganya

dengan kekuatan yang lebih tinggi (tuhan), yang menimbulkan suatu kebutuhan serta kecintaan

thdp adanya Tuhan dan permohonan maaf atas segala kesalahan yang pernah diperbuat.

4. Dimensi Spiritual dan Keterkaitan Spiritual-Kesehatan dan Sakit yaitu:

➢ Dimensi Spiritual:

Spiritualitas sebagai konsep dua dimensi:

• Dimensi VERTIKAL adalah hubungan dengan Tuhan atau Yang Maha Tinggi yang menuntun

kehidupan seseorang,

• Dimensi HORIZONTAL adalah hubungan seseorang dengan diri sendiri, orang lain dan

dengan lingkungan.

➢ Keterkaitan Antara Spiritual-Kesehatan-Sakit Yaitu:

Keterkaitan spiritualitas- kesehatan –sakit, keyakinan spiritual sngat penting karena dapat

mempengaruhi tingkat kesehatan dan perilaku selfcare klien. Pengaruh dari keyakinan spiritual

yang perlu dipahami adalah sebagai berikut:

• Menuntun Kebiasaan Hidup

Praktik tertentu pada umumnya yang berhubungan dgn pelayanan keseh mungkin

mempunyai makna keagamaan bagi pasien. Sebagai contoh, ada agama yg menetapkan
makanan diit yang boleh dan tidak boleh dimakan. Begitu pula metode keluarga

berencana ada agama yg melarang cara tertentu untuk mencegah kehamilan termasuk

terapi medik atau pengobatan.

• Sumber Dukungan

Pada saat mengalami stress, individu akan mencari dukungan dari keyakinan

agamanya. Dukungan ini sangat diperlukan untuk dapat menerima keadaan sakit yang

dialami, khususnya jika penyakit tersebut memerlukan proses penyembuhan yang lama

dengan hasil yang belum pasti. Sembahyang atau berdoa, membaca kitab suci, dan praktik

keagamaan lainnya sering membantu memenuhi kebutuhan spiritual yang juga merupakan

suatu perlindungan terhadap tubuh.

• Sumber Kekuatan dan Penyembuhan

Individu cenderung dapat menahan stress baik fisik maupun psikis yang luar biasa

karena mempunyai keyakinan yang kuat. Keluarga klien akan mengikuti semua proses

penyembuhan yang memerlukan upaya ekstra, karena keyakinan bahwa semua upaya

tersebut akan berhasil.

• Sumber Konflik

Pada suatu situasi tertentu, bisa terjadi konflik antara keyakinan agama dengan

praktik kesehatan. Misalnya ada orang yang memandang penyakit sebagai suatu bentuk

hukuman karena pernah berdosa. Ada agama tertentu yang menganggap manusia

sebagai makhluk yang tidak berdaya dalam mengendalikan lingkungannya, oleh karena

itu penyakit diterima sebagai nasib bukan sebagai sesuatu yang harus disembuhkan.

5. Faktor Yang Mempengaruhi Spiritualitas Yaitu:

• Perkembangan; semakin dewasa idealnya semakin matang tingkat spiritualitas seseorang.


• Keluarga; memiliki peran yang sangat penting dalam memenuhi kebutuhan spiritual,

individu yang di besarkan dalam keluarga agama islam cenderung 90% islam.

• Ras/suku; di indonesia timur à irian jaya mayoritas beragama kristen aceh mayoritas islam.

• Agama yang di anut; keyakinan pada agama tentang dapat menentukan arti pentingnya

kebutuhan spiritual.

• Kegiatan keagamaan; kegiatan agama dapat mengingatkan keberadaan dirinya dengan

tuhan, dan selalu mendekatkan diri kepada penciptanya.


RANGKUMAN PEMBELAJARAN 2&3

Konsep Seksual, Konsep Stres Adaptasi, Konsep Kehilangan, Kematian Dan Berduka

A. Konsep Seksualitas

Seksualitas merupakan bagian integral dari kehidupan manusia. Lingkungan seksualitas

suatu yang lebih luas dari pada hanya sekedar kata seks yang merupakan kegiatan hubungan

fisik seksual. Kondisi Seksualitas yang sehat juga menunjukkan gambaran kualitas kehidupan

manusia, terkait dengan perasaan paling dalam, akrab dan intim yang berasal dari lubuk hati

yang paling dalam, dapat berupa pengalaman, penerimaan dan ekspresi diri manusia.Seks

adalah perbedaan badani atau biologis perempuan dan laki-laki, yang sering disebut jenis

kelamin yaitu penis untuk laki-laki dan vagina untuk perempuan.

Seksualitasmenyangkut berbagai dimensi yang sangat luas, yaitu dimensi biologis, sosial,

perilaku dankultural. Seksualitas dari dimensi biologis berkaitan dengan organ reproduksi dan

alat kelamin, termasuk bagaimana menjaga kesehatan dan memfungsikan secara optimal

organ reproduksi dan dorongan seksual (BKKBN, 2006). Seksualitas dari dimensi psikologis

erat kaitannya dengan bagaimanamenjalankanfungsi sebagai mahluk seksual, identitas peran

atau jenis (BKKBN, 2006).Dari dimensi sosial dilihat pada bagaimana seksualitas muncul dalam

hubungan antar manusia, bagaimana pengaruh lingkungan dalam membentukpandangan

tentang seksualitasyang akhirnya membentuk perilaku seks (BKKBN, 2006)

B. Respon SeksuaL

Siklus respon seksual normal terdiri dari empat tahap yang terjadi berturutturut.³Normal´

pada umumnya mengacu pada panjang siklus masingmasing fase, dan hasil bercinta yang

memuaskan.Empat tahapan siklus respon seksual:

• Kegembiraan

• Orgasme
• Plateu

• Resolusi

Keempat fase yang dialami oleh laki-laki dan perempuan, meskipun waktu dan

panjangdurasi dari masing-masing bervariasi antara kedua jenis kelamin. Selain itu, intensitas

darimasing-masing fase dapat bervariasi antara setiap orang, dan antara laki-laki dan

perempuan.

C. Masalah Yang Berhubungan Dengan Seksualitas

Adapun penyebab dari masalah seksualitas adalah antara lain:

a) Ketidaktahuan mengenai Seks

Lebih dari 70% wanita di Indonesia tidak mengetahui dimana letak klitorisnya

sendiri.Sebuah hal yang sebenarnya sangat penting tetapi tidak diketahui oleh banyak

orang.Masalah ketidaktahuan terhadap seks sudah betulbetul merakyat. Ini berpangkal

darikurangnya pendidikan seks yang sebagian besar dari antara masyarakat tidak

memperolehnya pada waktu remaja. Tidak jarang, pengetahuan seks itu hanyalah sebatas

informasi, bukan pendidikan. Itu terjadi karena mereka tidak mendapatkan pendidikan seks

di sekolah ataulembaga formal lainnya.

Akibatnya, keingintahuan soal seks didapatkannya dari berbagai media. Untuk

ituorang tua hendaknya memberikan pendidikan soal sekskepada anakanaknya sejak dini.

Salahsatunya dengan memisahkan anakanaknya tidur dalam satu kamar setelah berusia

sepuluhtahun, sekalipun sama-sama perempuan atau laki-laki. Demikian halnya

denganmenghindarkan anak-anaknya mandi bersama keluarga atau juga

temantemannya.

b) Kelelahan

Rasa lelah adalah momok yang paling menghantui pasangan pada jaman ini

dalammelakukan hubungan seks. Apalagi dengan meningkatnya tuntutan hidup, sang


wanita harusikut bekerja di luar rumah demi mencukupi kebutuhan seharihari. Pada waktu

suami istri pulang dari kerja, mereka akan merasa lelah. Dan pasangan yang sedang lelah

jarangmerasakan bahwa hubungan seks menarik minat. Akhirnya mereka memilih untuk

tidur.Kelelahan bisa menyebabkan bertambahnya usaha yang diperlukan untuk

memuaskankebutuhan lawan jenis dan merupakan beban yang membuat kesal yang

akhirnya bisamemadamkan gairah seks.

c) Konflik

Sebagian pasangan memainkan pola konflik merusak yang berwujud sebagai

perang terbuka atau tidak mau berbicara sama sekali satu sama lain. Konflik menjadi

kendalahubungan emosional mereka. Bahkan ini bisa menggeser proses foreplay.

Pasangan dapatmempertajam perselisihan mereka dengan menghindari seks atau

mengeluarkan ungkapan negatif atau membandingkan dengan orang lain, yang sangat

melukai perasaan pasangannya.Kemarahan dan kecemasan yang tidak terpecahkan bisa

menyebabkan sejumlah masalahseksual antara lain masalah ereksi, hilang gairah atau

sengaja menahan diri untuk tidak bercinta. Perbedaan antara satu orang dan lainnya

biasanya tidak baik dan tidak juga buruk.Jadi haruslah dipandang hanya sebagai

perbedaan. Kemarahan, ketegangan atau perasaankesal akan selalu menghambat gairah

seks.

d) Kebosanan

Seperti halnya menggosok gigi atau menyetel alarm jam, seks bisa dianggap

seperti “kerja malam”. Hubungan seks yang rutin sebelum tidur sering menjadi berlebihan

sampai kesuatu titik yang membosankan. Yang mendasari rasa bosan itu adalah

kemarahan yang disadari atau tidak disadari karena harapan anda tidak terpenuhi.

Masalah ini diderita olehkebanyakan pasangan yang sudah hidup bersama bertahun-

tahun. Sebagian pasangan yangsudah hidup bersama untuk jangka waktu yang lama
merasa kehilangan getaran kenikmatanyang datang ketika melakukan hubungan seks

dengan pasangan yang baru. Orang demikian melihat rayuan penguat ego, dibandingkan

bila bersenggama dengan mitra baru.

➢ Konsep Stress

a) Definisi stress

Hans Selye (dalam Anto, 2015) menyatakan bahwa stress merupakan respon tubuh yang

bersifat tidak spesifik terhadap setiap tuntutan atau beban atasnya. Jadi, seseorrang dapat

dikatakan stress apabila ia tidak dapat menyelesaikan beban atau masalah yang dibebankan

kepadanya sehingga tubuhnya akan merespon ketidakmampuan itu yang berakibat pada

sikap orang tersebut. Respons atau tindakanini termasuk respons fisiologis dan psikologis. Stress

dapat menyebabkan perasaan negative atau yang berlawanandengan apa yang diinginkan

atau mengancam kesejahteraan emosional. Stress dapat menggangu cara seseorang dalam

menyerap realitas, menyelesaikan masalah, berfikir secara umum dan hubungan seseorang

dan rasa memiliki.

Sejalan dalam pendapat di atas, stress dalam KBBI diartikan sebagai gangguan atau

kekacauan mental dan emosional yang disebabkan oleh faktor luar yang menyebabkan

ketegangan. Dengan demikian, stress merupakan suatu respon tubuh dan psikis yang terjadi

karena adanya tekanan yang menyebabkan ketegangan dalam diri individu.

Stres itu sendiri dibagi menjadi 2, yaitu Stres ringan dan berat. Gejala Stres ringan ditandai

perasaan sedih yang datang dan pergi begitu saja dengan waktu yang singkat. Adapun Stres

berat yang menimbulkan gejala murung, menyendiri, perasaan bersalah, menyesal, melakukan

aktivitas terbatas, dan terkadang melakukan hal-hal yang menyakiti diri sendiri bahkan dapat

menyebabkan penderita stres merasakan hopeless yang mengakhiri hidupnya dengan bunuh

diri.

b) Sumber Stress
Stress dapat terjadi karena berbagai faktor atau sumber yang muncul dari dalam diri atau

pun luar diri individu. Adapun tiga sumber yang dapat memicu jehadiran stress adalah

(1)faktor lingkungan, (2) faktor organisasi, dan (3) faktor pribadi.

1) Faktor Lingkuangan

Selain memengaruhi desain struktur sebuah organisasi, ketidakpastian lingkungan

juga memengaruhi tingkat stres para karyawan dan organisasi. Perubahan dalam siklus

bisnis menciptakan ketidakpastian ekonomi, misalnya, ketika kelangsungan pekerjaan

terancam maka seseorang mulai khawatir ekonomi akan memburuk

2) Faktor Organisasi

Banyak faktor di dalam organisasi yang dapat menyebabkan stres. Tekanan untuk

menghindari kesalahaan atau menyelesaikan tugas dalam waktu yang mepet, beban kerja

yang berlebihan, atasan yang selalu menuntut dan tidak peka, dan rekan kerja yang tidak

menyenangkan adalah beberapa di antaranya. Hal ini dapat mengelompokkan faktor-

faktor ini menjadi tuntutan tugas, peran, dan antar pribadi.

Stres kerja yang dialami seseorang dipengaruhi oleh faktor penyebab stres baik

yang berasal dari dalam pekerjaan maupun dari luar pekerjaan. Faktor penyebab stres

kerja yang dibahas dalam penelitian ini hanya faktor organisasional, yakni faktor yang

berasal dari dalam pekerjaan yang mencakup tuntutan tugas, tuntutan peran, tuntutan

hubungan antarpribadi, struktur organisasi, kepemimpinan organisasi, dan tahap hidup

organisasi.

3) Faktor Pribadi

Faktor-faktor pribadi terdiri dari masalah keluarga, masalah ekonomi pribadi,

serta kepribadian dan karakter yang melekat dalam diri seseorang.

Survei nasional secara konsisten menunjukkan bahwa orang sangat mementingkan

hubungan keluarga dan pribadi. berbagai kesulitan dalam hidup perkawinan, retaknya
hubungan, dan kesulitan masalah disiplin dengan anak-anak adalah beberapa contoh

masalah hubungan yang menciptakan stress yaitu: Masalah ekonomi karena pola hidup

yang lebih besar pasak daripada tiang adalah kendala pribadi lain yang menciptakan

stres bagi karyawan dan mengganggu konsentrasi kerja karyawan. Studi terhadap tiga

organisasi yang berbeda menunjukkan bahwa gejala-gejala stres yang dilaporkan

sebelum memulai pekerjaan sebagian besar merupakan varians dari berbagai gejala stres

yang dilaporkan sembilan bulan kemudian. Hal ini membawa para peneliti pada

kesimpulan bahwa sebagian orang memiliki kecenderungan kecenderungan inheren untuk

mengaksentuasi aspek-aspek negatif dunia secara umum. Jika kesimpulan ini benar, faktor

individual yang secara signifikan memengaruhi stres adalah sifat dasar seseorang. Artinya,

gejala stres yang diekspresikan pada pekerjaan bisa jadi sebenarnya berasal dari

kepribadian orang itu

c) Gejala Stress

Stres sifatnya universiality, yaitu umum semua orang sama dapat merasakannya, tetapi

cara pengungkapannya yang berbeda atau diversity. Sesuai dengan karakteristik individu,

maka responnya berbeda- beda untuk setiap orang. Seseorang yang mengalami stres dapat

mengalami perubahan-perubahan yang terjadi.

Cary Cooper dan Alison Straw (dalam Anto, 2015) mengemukakan gejala stres dapat

berupa tanda-tanda berikut ini : Fisik, yaitu nafas memburu, mulut dan tenggorokan kering,

tangan lembab, merasa panas, otot-otot tegang, pencernaanterganggu, sembelit, letih yang

tidak beralasan, sakit kepala, salah urat dan gelisah.

Perilaku, yaitu perasaan bingung, cemas, sedih, jengkel, salah paham, tidak berdaya,

gelisah, gagal, tidak menarik, kehilangan semangat, susah konsentrasi, dan sebagainya.

Watak dan kepribadian, yaitu sikap hati-hati yang berlebihan, menjadi lekas panik, kurang

percaya diri, penjengkel.


d) Tingkatan Respon terhadap Stress

Taylor (1991), menyatakan bahwa stres dapat menghasilkan berbagai respon. Berbagai

peneliti telah membuktikan bahwa responrespon tersebut dapat berguna sebagai indikator

terjadinya stres pada individu, dan mengukur tingkat stres yang dialami individu.

➢ Respon stres dapat terlihat dalam berbagai aspek, yaitu:

• Respon fisiologis; dapat ditandai dengan meningkatnya tekanan darah, detak jantung,

detak nadi, dan sistem pernapasan.

• Respon kognitif; dapat terlihat lewat terganggunya proses kognitif individu, seperti

pikiran menjadi kacau, menurunnya daya konsentrasi, pikiran berulang, dan pikiran tidak

wajar.

• Respon emosi; dapat muncul sangat luas, menyangkut emosi yang mungkin dialami

individu, seperti takut, cemas, malu, marah, dan sebagainya.

• Respon tingkah laku; dapat dibedakan menjadi fight, yaitu melawan situasi yang

menekan dan flight, yaitu menghindari situasi yang menekan.

➢ Adaptasi

A. Definisi Adaptasi

Adaptasi adalah penyesuaian diri terhadap suatu penilaian. Dalam hal ini respon individu

terhadap suatu perubahan yang ada dilingkungan yang dapat mempengaruhi keutuhan tubuh

baik secara fisiologis maupun psikologis dalam perilaku adaptip. Hasil dari perilaku ini dapat

berupa usaha untuk mempertahankan keseimbangan dari suatu keadaan agar dapat kembali

pada keadaan normal, namun setiap orang akan berbeda dalam perilaku adaptip ada yang

dapat berjalan dengan cepat namun ada pula yang memerlukan waktu lama tergantung dari

kematangan mental orang itu tersebut. Adaptasi terhadap stress dapat berupa :
• Adaptasi fisiologis

Adaptasi fisiologis adalah proses penyesuaian diri secara alamiah atau secara

fisiologis untuk mempertahankan keseimbangan dalam berbagai faktor yang menimbulkan

keadaan menjadi tidak seimbang contoh: masuknya kuman pennyakit ketubuh manusia.

• Adaptasi psikologi

Adaptasi secara psikologis dapat dibagi menjadi dua yaitu:

a. LAS ( general adaptation syndroma)

adalah apabila kejadiannya atau proses adaptasi bersifat lokal contoh: seperti

ketika kulit terinfeksi maka akan terjadi disekitar kulit tersebut kemerahan, bengkak, nyeri,

panas dll yang sifatnya lokal atau pada daerah sekitar yang terkena.

b) GAS ( general adaptation syndroma)

adalah apabila reaksi lokal tidak dapat diaktifitasi maka dapat menyebabkan

gangguan dan secara sistemik tubuh akan melakukan proses penyesuaian diri seperti panas

di seluruh tubuh, berkeringat

➢ Kehilangan

A. Definisi kehilangan

Kehilangan dan berduka merupakan bagian integral dari kehidupan. Kehilangan adalah

suatu kondisi yang terputus atau terpisah atau memulai sesuatu tanpa hal yang berarti sejak

kejadian tersebut. Kehilangan mungkin terjadi secara bertahap atau mendadak, bisa tanpa

kekerasan atau traumatik, diantisispasi atau tidak diharapkan/diduga, sebagian atau total

dan bisa kembali atau tidak dapat kembali. Kehilangan adalah suatu keadaan individu yang

berpisah dengan sesuatu yang sebelumnya ada, kemudian menjadi tidak ada, baik terjadi

sebagian atau keseluruhan (Lambert dan Lambert,1985,h.35).

➢ Faktor-faktor yang mempengaruhi reaksi kehilangan, tergantung:

• Arti dari kehilangan


• Sosial budaya

• kepercayaan / spiritual

• Peran seks

• Status social ekonomi

• kondisi fisik dan psikologi individu

B. Tipe Kehilangan

➢ Kehilangan dibagi dalam 2 tipe yaitu:

Aktual atau nyata Mudah dikenal atau diidentifikasi oleh orang lain, misalnya amputasi,

kematian orang yang sangat berarti / di cintai. Persepsi Hanya dialami oleh seseorang dan

sulit untuk dapat dibuktikan, misalnya; seseorang yang berhenti bekerja / PHK, menyebabkan

perasaan kemandirian dan kebebasannya menjadi menurun.

C. Jenis-jenis Kehilangan

➢ Terdapat 5 katagori kehilangan, yaitu:

• Kehilangan seseorang seseorang yang dicintai Kehilangan seseorang yang dicintai dan sangat

bermakna atau orang yang berarti adalah salah satu yang paling membuat stress dan

mengganggu dari tipe-tioe kehilangan, yang mana harus ditanggung oleh seseorang. Kematian

juga membawa dampak kehilangan bagi orang yang dicintai. Karena keintiman, intensitas dan

ketergantungan dari ikatan atau jalinan yang ada, kematian pasangan suami/istri atau anak

biasanya membawa dampak emosional yang luar biasa dan tidak dapat ditutupi.

• Kehilangan yang ada pada diri sendiri (loss of self) Bentuk lain dari kehilangan adalah

kehilangan diri atau anggapan tentang mental seseorang. Anggapan ini meliputi perasaan

terhadap keatraktifan, diri sendiri, kemampuan fisik dan mental, peran dalam kehidupan, dan

dampaknya. Kehilangan dari aspek diri mungkin sementara atau menetap, sebagian atau komplit.
Beberapa aspek lain yang dapat hilang dari seseorang misalnya kehilangan pendengaran,

ingatan, usia muda, fungsi tubuh.

• Kehilangan objek eksternal Kehilangan objek eksternal misalnya kehilangan milik sendiri atau

bersama-sama, perhiasan, uang atau pekerjaan. Kedalaman berduka yang dirasakan seseorang

terhadap benda yang hilang tergantung pada arti dan kegunaan benda tersebut.

• Kehilangan lingkungan yang sangat dikena

Kehilangan diartikan dengan terpisahnya dari lingkungan yang sangat dikenal termasuk dari

kehidupan latar belakang keluarga dalam waktu satu periode atau bergantian secara permanen.

Misalnya pindah kekota lain, maka akan memiliki tetangga yang baru dan proses penyesuaian

baru.

• Kehilangan kehidupan/ meninggal Seseorang dapat mengalami mati baik secara perasaan,

pikiran dan respon pada kegiatan dan orang disekitarnya, sampai pada kematian yang

sesungguhnya. Sebagian orang berespon berbeda tentang kematian.

➢ Berduka

A. Definisi berduka

Berduka adalah respon emosi yang diekspresikan terhadap kehilangan yang

dimanifestasikan adanya perasaan sedih, gelisah, cemas, sesak nafas, susah tidur, dan lain-lain.

Berduka merupakan respon normal pada semua kejadian kehilangan. NANDA merumuskan ada

dua tipe dari berduka yaitu berduka diantisipasi dan berduka disfungsional. Berduka diantisipasi

adalah suatu status yang merupakan pengalaman individu dalam merespon kehilangan yang

aktual ataupun yang dirasakan seseorang, hubungan/kedekatan, objek atau ketidakmampuan

fungsional sebelum terjadinya kehilangan.

B. Teori dari Proses Berduka


Tidak ada cara yang paling tepat dan cepat untuk menjalani proses berduka. Konsep dan

teori berduka hanyalah alat yang hanya dapat digunakan untuk mengantisipasi kebutuhan

emosional klien dan keluarganya dan juga rencana intervensi untuk membantu mereka memahami

kesedihan mereka dan mengatasinya. Peran perawat adalah untuk mendapatkan gambaran

tentang perilaku berduka, mengenali pengaruh berduka terhadap perilaku dan memberikan

dukungan dalam bentuk empati.

Teori Engels Menurut Engel (1964) proses berduka mempunyai beberapa fase yang dapat

diaplokasikan pada seseorang yang sedang berduka maupun menjelang ajal.

• Fase I (shock dan tidak percaya) Seseorang menolak kenyataan atau kehilangan dan mungkin

menarik diri, duduk malas, atau pergi tanpa tujuan. Reaksi secara fisik termasuk pingsan,

diaporesis, mual, diare, detak jantung cepat, tidak bisa istirahat, insomnia dan kelelahan.

• Fase II (berkembangnya kesadaran) Seseoarang mulai merasakan kehilangan secara nyata/akut

dan mungkin mengalami putus asa. Kemarahan, perasaan bersalah, frustasi, depresi, dan

kekosongan jiwa tiba-tiba terjadi.

• Fase III (restitusi) Berusaha mencoba untuk sepakat/damai dengan perasaan yang

hampa/kosong, karena kehilangan masih tetap tidak dapat menerima perhatian yang baru dari

seseorang yang bertujuan untuk mengalihkan kehilangan seseorang.

• Fase IV Menekan seluruh perasaan yang negatif dan bermusuhan terhadap almarhum. Bisa

merasa bersalah dan sangat menyesal tentang kurang perhatiannya di masa lalu terhadap

almarhum.

• Fase V Kehilangan yang tak dapat dihindari harus mulai diketahui/disadari. Sehingga pada

fase ini diharapkan seseorang sudah dapat menerima kondisinya. Kesadaran baru telah

berkembang.
Soal Evaluasi Modul 2&3

1. Jelaskan tentang respon seksual

2. Jelaskan masalah yang berhubungan dengan seksualitas

3. Jelaskan manifestasi stres

4. Jelaskan faktor yang mempengaruhi stres

5. Jelaskan langkah-langkah proses keperawatan stres

Jawaban:

1) Respon Seksual adalah tahapan yang terjadi saat kita melakukan kegiatan seksual. Siklus

respon seksual normal terdiri dari empat tahap yang terjadi berturut- turut. “Normal” pada

umumnya mengacu pada panjang siklus masing-masing fase, dan hasil bercinta yang

memuaskan. Empat tahapan siklus respon seksual :

a. Fase Kegembiraan adalah tahap pertama, yang dapat berlangsung dari beberapa menit

sampai beberapa jam. Beberapa karakteristik dari fase kegembiraan meliputi:

• Peningkatan ketegangan otot

• Peningkatan denyut jantung

• Perubahan warna kulit

• Aliran darah ke daerah genital

• Mulainya pelumasan Vagina

• Testis membengkak dan skrotum mengencang

b. Fase Plateau adalah fase yang meluas ke ambang orgasme. Beberapa perubahan yang

terjadi dalam fase ini meliputi:

• Fase kegembiraan meningkat

• Peningkatan pembengkakan dan perubahan warna vagina

• Klitoris menjadi sangat sensitive


• Testis naik ke dalam skrotum

• Adanya peningkatan dalam tingkat pernapasan, denyut jantung, dan tekanan darah

• Meningkatnya ketegangan otot dan terjadi kejang otot

c. Fase Orgasme adalah puncak dari siklus respons seksual, dan merupakan fase terpendek,

hanya berlangsung beberapa detik. Fase ini memiliki karakteristik seperti berikut:

• Kontraksi otot tak sadar

• Memuncaknya denyut jantung, tekanan darah, dan tingkat pernapasan

• Pada wanita, kontraksi otot vagina menguat dan kontraksi Rahim berirama

• Pada pria, kontraksi otot panggul berirama dengan bantuan kekuatan ejakulasi

• Perubahan warna kulit ekstrem dapat terjadi di seluruh tubuh

d. Tahap terakhir, yang disebut fase resolusi, adalah ketika tubuh secara perlahan kembali ke

tingkat fisiologis normal. Fase resolusi ditandai dengan relaksasi, keintiman,dan seringkali

kelelahan. Sering kali perempuan tidak memerlukan fase resolusi sebelum kembali ke aktivitas

seksual dan kemudian orgasme, sedangkan laki-laki memerlukan waktu pemulihan sebelum

orgasme selanjutnya. Seiring pertambahan usia laki-laki, panjang dari fase refraktori akan

sering meningkat.

2) Permasalahan Seksualitas Yaitu :

➢ Adapun penyebab dari masalah seksualitas adalah antara lain:

a. Ketidaktahuan Mengenai Seks

Lebih dari 70% wanita di Indonesia tidak mengetahui dimana letak klitorisnya sendiri.

Sebuah hal yang sebenarnya sangat penting tetapi tidak diketahui oleh banyak orang.

Masalah ketidaktahuan terhadap seks sudah betul-betul merakyat. Ini berpangkal dari

kurangnya pendidikan seks yang sebagian besar dari antara masyarakat tidak
memperolehnya pada waktu remaja. Tidak jarang, pengetahuan seks itu hanyalah sebatas

informasi, bukan pendidikan. Itu terjadi karena mereka tidak mendapatkan pendidikan seks di

sekolah atau lembaga formal lainnya. Akibatnya, keingintahuan soal seks didapatkannya dari

berbagai media. Untuk itu orang tua hendaknya memberikan pendidikan soal seks kepada

anak-anaknya sejak dini. Salah satunya dengan memisahkan anak-anaknya tidur dalam satu

kamar setelah berusia sepuluh tahun, sekalipun sama-sama perempuan atau laki-laki.

b. Kelelahan

Rasa lelah adalah momok yang paling menghantui pasangan pada jaman ini dalam

melakukan hubungan seks. Apalagi dengan meningkatnya tuntutan hidup, sang wanita harus

ikut bekerja di luar rumah demi mencukupi kebutuhan sehari-hari. Pada waktu suami istri pulang

dari kerja, mereka akan merasa lelah. Dan pasangan yang sedang lelah jarang merasakan

bahwa hubungan seks menarik minat. Akhirnya mereka memilih untuk tidur. Kelelahan bisa

menyebabkan bertambahnya usaha yang diperlukan untuk memuaskan kebutuhan lawan jenis

dan merupakan beban yang membuat kesal yang akhirnya bisa memadamkan gairah seks.

b. Konflik

Sebagian pasangan memainkan pola konflik merusak yang berwujud sebagai perang

terbuka atau tidak mau berbicara sama sekali satu sama lain. Konflik menjadi kendala

hubungan emosional mereka. Bahkan ini bisa menggeser proses foreplay. Pasangan dapat

mempertajam perselisihan mereka dengan menghindari seks atau mengeluarkan ungkapan

negatif atau membandingkan dengan orang lain, yang sangat melukai perasaan

pasangannya. Kemarahan dan kecemasan yang tidak terpecahkan bisa menyebabkan

sejumlah masalah seksual antara lain masalah ereksi, hilang gairah atau sengaja menahan diri

untuk tidak bercinta. Perbedaan antara satu orang dan lainnya biasanya tidak baik dan tidak

juga buruk. Jadi haruslah dipandang hanya sebagai perbedaan. Kemarahan, ketegangan

atau perasaan kesal akan selalu menghambat gairah seks.


c. Kebosanan

Seperti halnya menggosok gigi atau menyetel alarm jam, seks bisa dianggap seperti “kerja

malam”. Hubungan seks yang rutin sebelum tidur sering menjadi berlebihan sampai ke suatu

titik yang membosankan. Yang mendasari rasa bosan itu adalah kemarahan yang disadari

atau tidak disadari karena harapan anda tidak terpenuhi. Masalah ini diderita oleh

kebanyakan pasangan yang sudah hidup bersama bertahun-tahun. Sebagian pasangan yang

sudah hidup bersama untuk jangka waktu yang lama merasa kehilangan getaran kenikmatan

yang datang ketika melakukan hubungan seks dengan pasangan yang baru. Orang demikian

melihat rayuan penguat ego, dibandingkan bila bersenggama dengan mitra baru.

3) Manifestasi Stress

Stres sifatnya universiality, yaitu umum semua orang sama dapat merasakannya, tetapi cara

pengungkapannya yang berbeda atau diversity. Sesuai dengan karakteristik individu, maka

responnya berbeda- beda untuk setiap orang. Seseorang yang mengalami stres dapat mengalami

perubahan-perubahan yang terjadi pada tubuhnya, antara lain :

a. Perubahan warna rambut kusam, ubanan, kerontokan

b. Wajah tegang, dahi berkerut, mimik nampak serius, tidak santai, bicara berat, sulit

tersenyum/tertawa dan kulit muka kedutan (ticfacialis)

c. Nafas terasa berat dan sesak, timbul asma

d. Jantung berdebar-debar, pembuluh darah melebar atau menyempit (constriksi) sehingga

mukanya nampak merah atau pucat. Pembuluh darah tepi (perifer) terutama ujung-ujung jari

juga menyempit sehingga terasa dingin dan kesemutan.

e. Lambung mual, kembung, pedih, mules, sembelit atau diare.

f. Sering berkemih.

g. Otot sakit seperti ditusuk-tusuk, pegal dan tegang pada tulang terasa linu atau kaku bila

digerakkan.
h. Kadar gula meningkat, pada wanita mens tidak teratur dan sakit (dysmenorhea)

i. Libido menurun atau bisa juga meningkat.

j. Gangguan makan bisa nafsu makan meningkat atau tidak ada nafsu makan.

k. Tidak bisa tidur

l. Sakit mental-histeris

4) Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Stress

➢ Ada tiga sumber utama yang dapat menyebabkan timbulnya stress yaitu:

a. Faktor Lingkungan

Keadaan lingkungan yang tidak menentu akan dapat menyebabkan pengaruh

pembentukan struktur organisasi yang tidak sehat terhadap karyawan. Dalam faktor

lingkungan terdapat tiga hal yang dapat menimbulkan stress bagi karyawan yaitu

ekonomi, politik dan teknologi.

b. Faktor Organisasi

Didalam organisasi terdapat beberapa faktor yang dapat menimbulkan stress

yaitu role demands, interpersonal demands, organizational structure dan organizational

leadership. Pengertian dari masing-masing faktor organisasi tersebut adalah sebagai

berikut :

a. Role Demands

Peraturan dan tuntutan dalam pekerjaan yang tidak jelas dalam suatu organisasi

akan mempengaruhi peranan seorang karyawan untuk memberikan hasil akhir yang ingin

dicapai bersama dalam suatu organisasi tersebut.

b. Interpersonal Demands

Mendefinisikan tekanan yang diciptakan oleh karyawan lainnya dalam organisasi.

Hubungan komunikasi yang tidak jelas antara karyawan satu dengan karyawan lainnya

akan dapat menyebabkan komunikasi yang tidak sehat. Sehingga pemenuhan kebutuhan
dalam organisasi terutama yang berkaitan dengan kehidupan sosial akan menghambat

perkembangan sikap dan pemikiran antara karyawan yang satu dengan karyawan

lainnya.

c. Organizational Structure

Mendefinisikan tingkat perbedaan dalam organisasi dimana keputusan tersebut

dibuat dan jika terjadi ketidak jelasan dalam struktur pembuat keputusan atau peraturan

maka akan dapat mempengaruhi kinerja seorang karyawan dalam organisasi.

d. Organizational Leadership

Berkaitan dengan peran yang akan dilakukan oleh seorang pimpinan dalam suatu

organisasi. Karakteristik pemimpin menurut The Michigan group (Robbins, 2001:316) dibagi

dua yaitu karakteristik pemimpin yang lebih mengutamakan atau menekankan pada

hubungan yang secara langsung antara pemimpin dengan karyawannya serta karakteristik

pemimpin yang hanya mengutamakan atau menekankan pada hal pekerjaan saja.

c. Faktor Individu

Pada dasarnya, faktor yang terkait dalam hal ini muncul dari dalam keluarga,

masalah ekonomi pribadi dan karakteristik pribadi dari keturunan. Hubungan pribadi

antara keluarga yang kurang baik akan menimbulkan akibat pada pekerjaan yang akan

dilakukan karena akibat tersebut dapat terbawa dalam pekerjaan seseorang. Sedangkan

masalah ekonomi tergantung dari bagaimana seseorang tersebut dapat menghasilkan

penghasilan yang cukup bagi kebutuhan keluarga serta dapat menjalankan keuangan

tersebut dengan seperlunya. Karakteristik pribadi dari keturunan bagi tiap individu yang

dapat menimbulkan stress terletak pada watak dasar alami yang dimiliki oleh seseorang

tersebut. Sehingga untuk itu, gejala stress yang timbul pada tiap-tiap pekerjaan harus

diatur dengan benar dalam kepribadian seseorang.


5) Proses keperawatan Stress Managemen Stress Untuk Perawat Yaitu:

a. Pengaturan Diet dan Nutrisi

Pengaturan diet dan nutrisi merupakan cara yang efektif dalam mengurangi dan

mengatasi stres melalui makan dan minum yang halal dan tidak berlebihan, dengan

mengatur jadwal makan secara teratur, menu bervariasi, hindari makan dingin dan monoton

karena dapat menurunkan kekebalan tubuh.

b. Istirahat dan Tidur

Istirahat dan tidur merupakan obat yang baik dalam mengatasi stres karena

dengan istirahat dan tidur yang cukup akan memulihkan keadaan tubuh. Tidur yang cukup

akan memberikan kegairahan dalam hidup dan memperbaiki sel-sel yang rusak.

c. Olah Raga atau Latihan Teratur

Olah raga dan latihan teratur adalah salah satu cara untuk meningkatkan daya

tahan dan kekebalan fisik maupun mental. Olah raga dapat dilakukan dengan cara jalan

pagi, lari pagi minimal dua kali seminggu dan tidak perlu lama-lama yang penting

menghasilkan keringat setelah itu mandi dengan air hangat untuk memulihkan kebugaran.

d. Berhenti Merokok

Berhenti merokok adalah bagian dari cara menanggulangi stres karena dapat

meningkatkan ststus kesehatan dan mempertahankan ketahanan dan kekebalan tubuh.

e. Tidak Mengkonsumsi Minuman Keras

Minuman keras merupakan faktor pencetus yang dapat mengakibatkan terjadinya

stres. Dengan tidak mengkonsumsi minuman keras, kekebalan dan ketahanan tubuh akan

semakin baik, segala penyakit dapat dihindari karena minuman keras banyak mengandung

alkohol.

e. Pengaturan Berat Badan


Peningkatan berat badan merupakan faktor yang dapat menyebabkan timbulnya

stres karena mudah menurunkan daya tahan tubuh terhadap stres. Keadaan tubuh yang

seimbang akan meningkatkan ketahanan dan kekebalan tubuh terhadap stres.

f. Pengaturan Waktu

Pengaturan waktu merupakan cara yang tepat dalam mengurangi dan

menanggulangi stres. Dengan pengaturan waktu segala pekerjaaan yang dapat

menimbulkan kelelahan fisik dapat dihindari. Pengaturan waktu dapat dilakukan dengan

cara menggunakan waktu secara efektif dan efisien serta melihat aspek prokdutivitas

waktu. Seperti menggunakan waktu untuk menghasilkan sesuatu dan jangan biarkan waktu

berlalu tanpa menghasilkan sesuatu yang bermanfaat.

g. Terapi Psikofarmaka

Terapi ini dengan menggunakan obat-obatan dalam mengalami stres yang dialami

dengan cara memutuskan jaringan antara psiko neuro dan imunologi sehingga stresor

psikososial yang dialami tidak mempengaruhi fungsi kognitif afektif atau psikomotor yang

dapat mengganggu organ tubuh yang lain. Obat-obatan yang digunakan biasanya

digunakan adalah anti cemas dan anti depresi.

h. Terapi Somatik

Terapi ini hanya dilakukan pada gejala yang ditimbulkan akibat stres yang dialami

sehingga diharapkan tidak dapat mengganggu sistem tubuh yang lain.

i. Psikoterapi

Terapi ini dengan menggunakan teknik psikologis yang disesuaikan dengan

kebutuhan seseorang. Terapi ini dapat meliputi psikoterapi suportif dan psikoterapi

redukatif di mana psikoterapi suportif memberikan motivasi atau dukungan agar pasien

mengalami percaya diri, sedangkan psikoterapi redukatif dilakukan dengan memberikan


pendidikan secara berulang. Selain itu ada psikoterapi rekonstruktif, psikoterapi kognitif

dan lain-lain.

j. Terapi Psikoreligius

Terapi ini dengan menggunakan pendekatan agama dalam mengatasi

permasalahan psikologis mengingat dalam mengatasi permasalahn psikologis mengingat

dalam mengatasi atau mempertahankan kehidupan seseorang harus sehat secara fisik,

psikis, sosial, dan sehat spiritual sehingga stres yang dialami dapat diatasi.

k. Homeostatis

Merupakan suatu keadaan tubuh untuk mempertahankan keseimbangan dalam

menghadapi kondisi yang dialaminya. Proses homeostatis ini dapat terjadi apabila tubuh

mengalami stres yang ada sehingga tubuh secara alamiah akan melakukan mekanisme

pertahanan diri untuk menjaga kondisi yang seimbang, atau juga dapat dikatakan bahwa

homeostatis adalah suatu proses perubahaan yang terus menerus untuk memelihara

stabilitas dan beradaptasi terhadap kondisi lingkungan sekitarnya.


RANGKUMAN PEMBELAJARAN 4 & 5

Kebudayaan, Masyarakat Rumah Sakit Dan Kebudayaan

A Definisi Budaya

Budaya adalah suatu cara hidup yang berkembang dan dimiliki bersama oleh sebuah

kelompok orang dan diwariskan dari generasi ke generasi. Budaya terbentuk dari banyak unsur

yang rumit, termasuk sistem agama dan politik, adat istiadat, bahasa, perkakas, pakaian,

bangunan, dan karya seni. Bahasa, sebagaimana juga budaya, merupakan bagian tak

terpisahkan dari diri manusia sehingga banyak orang cenderung menganggapnya diwariskan

secara genetis. Ketika seseorang berusaha berkomunikasi dengan orang-orang yang berbeda

budaya dan menyesuaikan perbedaan-perbedaannya, membuktikan bahwa budaya itu

dipelajari.

➢ Pengertian kebudayaan

Kebudayaan sangat erat hubungannya dengan masyarakat. Melville J. Herskovits dan

Bronislaw Malinowski mengemukakan bahwa segala sesuatu yang terdapat dalam

masyarakat ditentukan oleh kebudayaan yang dimiliki oleh masyarakat itu sendiri. Istilah

untuk pendapat itu adalah Cultural-Determinism. Herskovits memandang kebudayaan

sebagai sesuatu yang turun temurun dari satu generasi ke generasi yang lain, yang kemudian

disebut sebagai superorganic. Menurut Andreas Eppink, kebudayaan mengandung

keseluruhan pengertian nilai sosial,norma sosial, ilmu pengetahuan serta keseluruhan struktur-

struktur sosial, religius, dan lain-lain, tambahan lagi segala pernyataan intelektual dan artistik

yang menjadi ciri khas suatu masyarakat

B. Unsur-Unsur
➢ Ada beberapa pendapat ahli yang mengemukakan mengenai komponen atau unsur

kebudayaan, antara lain sebagai berikut:

▪ Melville J. Herskovits menyebutkan kebudayaan memiliki 4 unsur pokok, yaitu:

• alat-alat teknologi

• sistem ekonomi

• keluarga

• kekuasaan politik

C. Hubungan Antara Unsur-Unsur Kebudayaan

Komponen-komponen atau unsur-unsur utama dari kebudayaan antara lain:

a. Peralatan dan perlengkapan hidup (teknologi)

Teknologi merupakan salah satu komponen kebudayaan. Teknologi menyangkut

cara-cara atau teknik memproduksi, memakai, serta memelihara segala peralatan dan

perlengkapan. Teknologi muncul dalam cara-cara manusia mengorganisasikan masyarakat,

dalam cara-cara mengekspresikan rasa keindahan, atau dalam memproduksi hasil-hasil

kesenian. Masyarakat kecil yang berpindah-pindah atau masyarakat pedesaan yang

hidup dari pertanian paling sedikit mengenal delapan macam teknologi tradisional (disebut

juga sistem peralatan dan unsur kebudayaan fisik), yaitu:

a) alat-alat produktif

b) senjata

c) wadah

d) alat-alat menyalakan api

e) makanan

f) pakaian

g) tempat berlindung dan perumahan


h) alat-alat transportasi

b. Sistem mata pencaharian

Perhatian para ilmuwan pada sistem mata pencaharian ini terfokus pada

masalah-masalah mata pencaharian tradisional saja, di antaranya:

a) Berburu dan meramu

b) Beternak

c) Bercocok tanam di ladang

d) Menangkap ikan

c. Sistem kekerabatan dan organisasi sosial

Sistem kekerabatan merupakan bagian yang sangat penting dalam struktur sosial.

Meyer Fortes mengemukakan bahwa sistem kekerabatan suatu masyarakat dapat

dipergunakan untuk menggambarkan struktur sosial dari masyarakat yang bersangkutan.

Kekerabatan adalah unit-unit sosial yang terdiri dari beberapa keluarga yang memiliki

hubungan darah atau hubungan perkawinan. Anggota kekerabatan terdiri atas ayah, ibu,

anak, menantu, cucu, kakak, adik, paman, bibi, kakek, nenek dan seterusnya. Dalam kajian

sosiologi-antropologi, ada beberapa macam kelompok kekerabatan dari yang jumlahnya

relatif kecil hingga besar seperti keluarga ambilineal, klan, fatri, dan paroh masyarakat.

Di masyarakat umum kita juga mengenal kelompok kekerabatan lain seperti keluarga inti,

keluarga luas, keluarga bilateral, dan keluarga unilateral.

d. Bahasa

Bahasa adalah alat atau perwujudan budaya yang digunakan manusia untuk saling

berkomunikasi atau berhubungan, baik lewat tulisan, lisan, ataupun gerakan (bahasa

isyarat), dengan tujuan menyampaikan maksud hati atau kemauan kepada lawan

bicaranya atau orang lain. Melalui bahasa, manusia dapat menyesuaikan diri dengan adat
istiadat, tingkah laku, tata krama masyarakat, dan sekaligus mudah membaurkan dirinya

dengan segala bentuk masyarakat.

e. Kesenian

Karya seni dari peradaban Mesir kuno. Kesenian mengacu pada nilai keindahan

(estetika) yang berasal dari ekspresi hasrat manusia akan keindahan yang dinikmati

dengan mata ataupun telinga. Sebagai makhluk yang mempunyai cita rasa tinggi, manusia

menghasilkan berbagai corak kesenian mulai dari yang sederhana hingga perwujudan

kesenian yang kompleks.

f. Sistem Kepercayaan

Agama dan sistem kepercayaan lainnya seringkali terintegrasi dengan

kebudayaan. Agama (bahasa Inggris : Religion, yang berasar dari bahasa Latin religare,

yang berarti "menambatkan"), adalah sebuah unsur kebudayaan yang penting dalam

sejarah umat manusia. Dictionary of Philosophy and Religion (Kamus Filosofi dan Agama)

mendefinisikan Agama sebagai berikut:

sebuah institusi dengan keanggotaan yang diakui dan biasa berkumpul bersama untuk

beribadah, dan menerima sebuah paket doktrin yang menawarkan hal yang terkait

dengan sikap yang harus diambil oleh individu untuk mendapatkan kebahagiaan sejati.

Agama biasanya memiliki suatu prinsip, seperti "10 Firman" dalam agama Kristen atau "5

rukun Islam" dalam agama Islam. Kadang-kadang agama dilibatkan dalam sistem

pemerintahan, seperti misalnya dalam sistem teokrasi. Agama juga memengaruhi kesenian.

➢ Kebudayaan dan Rumah Sakit

• Pengertian Rumah Sakit

Rumah sakit adalah sebuah institusi perawatan kesehatan profesional yang pelayanannya

disediakan oleh dokter, perawat, dan tenaga ahli kesehatan lainnya. Berikut ini ialah
beberapa jenis-jenis rumah sakit yang akan dijelaskan untuk memberikan gambaran mengenai

Kebudayaan rumah sakit

a) Rumah sakit umum

Rumah sakit umum biasanya merupakan fasilitas yang mudah ditemui di suatu

negara, dengan kapasitas rawat inap sangat besar untuk perawatan intensif ataupun

jangka panjang. Rumah sakit jenis ini juga dilengkapi dengan fasilitas bedah, bedah

plastik, ruang bersalin, laboratorium, dan sebagainya. Tetapi kelengkapan fasilitas ini bisa

saja bervariasi sesuai kemampuan penyelenggaranya. Rumah sakit yang sangat besar

sering disebut Medical Center (pusat kesehatan), biasanya melayani seluruh pengobatan

modern. Sebagian besar rumah sakit di Indonesia juga membuka pelayanan kesehatan

tanpa menginap (rawat jalan) bagi masyarakat umum (klinik). Biasanya terdapat

beberapa klinik/poliklinik di dalam suatu rumah sakit.

b) Rumah sakit terspesialisasi

Jenis ini mencakup trauma center, rumah sakit anak, rumah sakit manula, atau rumah

sakit yang melayani kepentingan khusus seperti psychiatric (psychiatric hospital), penyakit

pernapasan, dan lain-lain. Rumah sakit bisa terdiri atas gabungan atau pun hanya satu

bangunan. Kebanyakan mempunyai afiliasi dengan universitas atau pusat riset medis

tertentu. Kebanyakan rumah sakit di dunia didirikan dengan tujuan nirlaba.

c) Rumah sakit penelitian/pendidikan

Rumah sakit penelitian/pendidikan adalah rumah sakit umum yang terkait dengan

kegiatan penelitian dan pendidikan di fakultas kedokteran pada suatu

universitas/lembaga pendidikan tinggi. Biasanya rumah sakit ini dipakai untuk pelatihan

dokter-dokter muda, uji coba berbagai macam obat baru atau teknik pengobatan baru.

Rumah sakit ini diselenggarakan oleh pihak universitas/perguruan tinggi sebagai salah satu

wujud pengabdian masyararakat / Tri Dharma perguruan tinggi.


d) Rumah sakit lembaga/perusahaan

Rumah sakit yang didirikan oleh suatu lembaga/perusahaan untuk melayani

pasien-pasien yang merupakan anggota lembaga tersebut/karyawan perusahaan

tersebut. Alasan pendirian bisa karena penyakit yang berkaitan dengan kegiatan lembaga

tersebut (misalnya rumah sakit militer, lapangan udara), bentuk jaminan sosial/pengobatan

gratis bagi karyawan, atau karena letak/lokasi perusahaan yang terpencil/jauh dari

rumah sakit umum. Biasanya rumah sakit lembaga/perusahaan di Indonesia juga menerima

pasien umum danmenyediakan ruang gawat darurat untuk masyarakat umum.

A. Kebudayaan Rumah Sakit

Rumah sakit adalah suatu organisasi yang unik dan kompleks karena ia merupakan

institusi yang padat karya, mempunyai sifat-sifat dan ciri-ciri serta fungsifungsi yang khusus

dalam proses menghasilkan jasa medik dan mempunyai berbagai kelompok profesi dalam

pelayanan penderita. Di samping melaksanakan fungsi pelayanan kesehatan masyarakat,

rumah sakit juga mempunyai fungsi pendidikan dan penelitian (Boekitwetan 1997).

Rumah sakit di Indonesia pada awalnya dibangun oleh dua institusi. Pertama

adalah pemerintah dengan maksud untuk menyediakan pelayanan kesehatan bagi

masyarakat umum terutama yang tidak mampu. Kedua adalah institusi keagamaan yang

membangun rumah sakit nirlaba untuk melayani masyarakat miskin dalam rangka

penyebaran agamanya. Hal yang menarik akhir-akhir ini adalah adanya perubahan

orientasi pemerintah tentang manajemen rumah sakit dimana kini rumah sakit pemerintah

digalakkan untuk mulai berorientasi ekonomis. Untuk itu, lahirlah konsep Rumah Sakit

Swadana dimana investasi dan gaji pegawai ditanggung pemerintah namun biaya

operasional rumah sakit harus ditutupi dari kegiatan pelayanan kesehatannya (Rijadi

1994). Dengan demikian, kinirumah sakit mulai memainkan peran ganda, yaitu tetap
melakukan pelayanan publik sekaligus memperoleh penghasilan (laba?) atas

operasionalisasi pelayanan kesehatan yang diberikan kepada masyarakat.

Dalam konteks tersebut, pemahaman atas budaya pada tingkat organisasi ini

merupakan sarana terbaik bagi penyesuaian diri anggota-anggotanya, bagi orang luar

yang terlibat (misalnya pasien dan keluarganya) dan yang berkepentingan (seperti

investor atau instansi pemerintah terkait) maupun bagi pembentukan dan pengembangan

budaya organisasi itu sendiri dalam mengatasi berbagai masalah yang sedang dan akan

dihadapi. Namun sayangnya penelitian atau kajian khusus tentang persoalan ini belum

banyak diketahui, atau mungkin perhatian terhadap hal ini belum memadai. Mengingat

kondisi demikian, maka tulisan ini bertujuan untuk menggambarkan berbagai aspek dan

karakteristik budaya organisasi rumah sakit sebagai lembaga pelayanan publik.

B. Karakteristik Kebudayaan Rumah Sakit (Organisasi)

• Pertama, asumsi karyawan tentang keterkaitan lingkungan organisasi yang

menunjukkan bahwa organisasi mereka didominasi dan sangat dipengaruhi oleh

beberapa pihak eksternal, yaitu pemilik saham, Departemen Kesehatan sebagai

pembina teknis, dan masyarakat pengguna jasa kesehatan sebagai konsumen. Peran

masyarakat kini begitu dirasakan sejak RS menjadi institusi yang harus mampu

menghidupi dirinya sendiri tanpa mengandalkan subsidi lagi dari PTPN XI. Pada situasi

seperti ini, karyawan menyadari betul fungsi yang harus dimainkan ketika berhadapan

dengan konsumen, yaitu mereka harus memberikan pelayanan terbaik kepada pasien

dan keluarganya, serta para pengunjung lainnya.

• Kedua, tentang pandangan karyawan mengenai bagaimana sesuatu itu dipandang

sebagai fakta atau tidak (kriteria realitas) dan bagaimana sesuatu itu ditentukan

sebagai benar atau tidak (kriteria kebenaran). Kriteria realitas yang dominant berlaku

di RS X adalah realitas sosial yang berarti bahwa sesuatu itu dapat diterima sebagai
fakta bila sesuai dengan kebiasaan yang telah ada atau opini umum yang

berkembang di lingkungan RS X. Sementara itu, karyawan RS X juga berpandangan

dominan bahwa kebenaran lebih ditentukan oleh rasionalitas. Dengan kata lain, sesuatu

itu dapat dipandang sebagai benar bergantung pada rasioanalitas kolektif di

lingkungan RS X dan bila telah ditentukan melalui proses yang dapat diterima dalam

saluran organisasi.

• Ketiga, tentang pandangan karyawan berkenaan dengan hakikat sifat dasar manusia.

Sebagian besar karyawan rupanya berasumsi bahwa manusia atau teman sekerja

mereka itu memiliki sifat yang pada dasarnya baik, yaitu rajin bekerja, sangat

memperhatikan waktu kerja (masuk dan pulang kerja tepat waktu), siap membantu

pekerjaan rekan-rekan lainnya. Namun demikian mereka juga berpandangan bahwa

sifat ini tidak selamanya berlaku konsisten. Akan ada selalu godaan atau kondisi yang

dapat mengubah sifat manusia. Mereka percaya betul bahwa tidak ada sifat yang

kekal, sifat baik dapat saja berubah menjadi buruk, begitu pula sifat buruk bisa

berubah menjadi baik.

• Keempat, mengenai asumsi karyawan tentang hakikat aktivitas manusia yang

menunjukkan bahwa aktivitas manusia itu harmoni atau selaras dengan aktivitas

organisasi. Tidak hanya aktivitas manusia saja yang mampu menentukan keberhasilan

organisasi. Namun mereka juga menolak bahwa aktivitas organisasi semata yang

menentukan keberhasilan organisasi karena mereka memandang bahwa aktivitasnya

juga memberikan kontribusi atas keberhasilan organisasi. Pada intinya, mereka

memandang bahwa aktivitasnya yang meliputi curahan waktu, tenaga, dan pikiran

harus selaras dengan aktivitas organisasi secara keseluruhan yang berupa kinerja

sumber daya manusia, keuangan, aktiva tetap, infra dan supra struktur organisasi.
• Kelima, berkenaan dengan asumsi hakikat hubungan manusia yang hasilnya

menunjukkan bahwa hubungan antar karyawan lebih bersifat kekeluargaan.

Kekeluargaan 10 tidak dipahami sebagai nepotisme atau usaha keluarga, namun

kekeluargaan dipahami sebagai hubungan antar inidividu dalam suatu kelompok kerja

sebagai suatu kerja sama kelompok yang lebih berorientasi pada konsensus dan

kesejahteraan kelompok. Dalam suatu kelompok kerja seorang karyawan terkadang

tidak hanya menjalankan tugas hanya pada bidang tugas yang tertera secara formal

karena ia harus siap membantu bidang tugas yang lain yang dapat ditanganinya.

Seorang perawat di unit bedah dengan tugas khusus sterilisasi tidak hanya menangani

tugasnya saja. Ia harus siap membantu karyawan lainnya untuk juga menangani

instrumen dan pulih sadar.


Soal Evaluasi Modul 4&5

1) Jelaskan Pengertian Kebudayaan

2) Jelaskan Unsur-unsur Kebudayaan

3) Jelaskan Kebudayaan Rumah Sakit

4) Jelaskan Karakteristik Kebudayaan Rumah Sakit

Jawaban:

1) kebudayaan adalah sesuatu yang akan memengaruhi tingkat pengetahuan dan meliputi sistem

ide atau gagasan yang terdapat dalam pikiran manusia, sehingga dalam kehidupan sehari-

hari, kebudayaan itu bersifat abstrak.

➢ Menurut Edward Burnett Tylor, kebudayaan merupakan keseluruhan yang kompleks, yang di

dalamnya terkandung pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat istiadat, dan

kemampuan-kemampuan lain yang didapat seseorang sebagai anggota masyarakat.

2) Unsur-unsur Kebudayaan Yaitu:

➢ Ada beberapa pendapat ahli yang mengemukakan mengenai komponen atau unsur

kebudayaan, antara lain sebagai berikut:

1. Melville J. Herskovits menyebutkan kebudayaan memiliki 4 unsur pokok, yaitu:

• alat-alat teknologi

• sistem ekonomi

• Keluarga

• kekuasaan politik

2. Bronislaw Malinowski Mengatakan Ada 4 unsur Pokok Yang Meliputi:

• Sistem norma sosial yang memungkinkan kerja sama antara para anggota masyarakat

untuk menyesuaikan diri dengan alam sekelilingnya


• organisasi ekonomi

• alat-alat dan lembaga-lembaga atau petugas-petugas untuk pendidikan (keluarga

adalah lembaga pendidikan utama)

• organisasi kekuatan (politik)

3) Kebudayaan Rumah Sakit

Rumah sakit adalah suatu organisasi yang unik dan kompleks karena ia merupakan institusi

yang padat karya, mempunyai sifat-sifat dan ciri-ciri serta fungsifungsi yang khusus dalam

proses menghasilkan jasa medik dan mempunyai berbagai kelompok profesi dalam pelayanan

penderita. Di samping melaksanakan fungsi pelayanan kesehatan masyarakat, rumah sakit

juga mempunyai fungsi pendidikan dan penelitian (Boekitwetan 1997).

Rumah sakit di Indonesia pada awalnya dibangun oleh dua institusi. Pertama adalah

pemerintah dengan maksud untuk menyediakan pelayanan kesehatan bagi masyarakat umum

terutama yang tidak mampu. Kedua adalah institusi keagamaan yang membangun rumah sakit

nirlaba untuk melayani masyarakat miskin dalam rangka penyebaran agamanya. Hal yang

menarik akhir-akhir ini adalah adanya perubahan orientasi pemerintah tentang manajemen

rumah sakit dimana kini rumah sakit pemerintah digalakkan untuk mulai berorientasi ekonomis.

Untuk itu, lahirlah konsep Rumah Sakit Swadana dimana investasi dan gaji pegawai ditanggung

pemerintah namun biaya operasional rumah sakit harus ditutupi dari kegiatan pelayanan

kesehatannya (Rijadi 1994). Dengan demikian, kinirumah sakit mulai memainkan peran ganda,

yaitu tetap melakukan pelayanan publik sekaligus memperoleh penghasilan (laba?) atas

operasionalisasi pelayanan kesehatan yang diberikan kepada masyarakat.

Mengingat adanya dinamika internal (perkembangan peran) dan tuntutan eksternal yang

semakin berkembang, rumah sakit dihadapkan pada upaya penyesuaian diri untuk merespons

dinamika eksternal dan integrasi potensi-potensi internal dalam melaksanakan tugas yang
semakin kompleks. Upaya ini harus dilakukan jika organisasi ini hendak mempertahankan

kinerjanya (pelayanan kesehatan kepada masyarakat sekaligus memperoleh dana yang

memadai bagi kelangsungan hidup organisasi). Untuk itu, ia tidak dapat mengabaikan sumber

daya manusia yang dimiliki termasuk perhatian atas kepuasan kerjanya. Pengabaian atasnya

dapat berdampak pada kinerja organisasi juga dapat berdampak serius pada kualitas

pelayanan kesehatan.

4) Karakteristik Kebudayaan Rumah Sakit (Organisasi)

• Pertama, asumsi karyawan tentang keterkaitan lingkungan organisasi yang menunjukkan

bahwa organisasi mereka didominasi dan sangat dipengaruhi oleh beberapa pihak

eksternal, yaitu pemilik saham, Departemen Kesehatan sebagai pembina teknis, dan

masyarakat pengguna jasa kesehatan sebagai konsumen. Peran masyarakat kini begitu

dirasakan sejak RS menjadi institusi yang harus mampu menghidupi dirinya sendiri tanpa

mengandalkan subsidi lagi dari PTPN XI. Pada situasi seperti ini, karyawan menyadari betul

fungsi yang harus dimainkan ketika berhadapan dengan konsumen, yaitu mereka harus

memberikan pelayanan terbaik kepada pasien dan keluarganya, serta para pengunjung

lainnya.

• Kedua, tentang pandangan karyawan mengenai bagaimana sesuatu itu dipandang sebagai

fakta atau tidak (kriteria realitas) dan bagaimana sesuatu itu ditentukan sebagai benar atau

tidak (kriteria kebenaran). Kriteria realitas yang dominant berlaku di RS X adalah realitas

sosial yang berarti bahwa sesuatu itu dapat diterima sebagai fakta bila sesuai dengan

kebiasaan yang telah ada atau opini umum yang berkembang di lingkungan RS X. Sementara

itu, karyawan RS X juga berpandangan dominan bahwa kebenaran lebih ditentukan oleh

rasionalitas

• Ketiga, tentang pandangan karyawan berkenaan dengan hakikat sifat dasar manusia.

Sebagian besar karyawan rupanya berasumsi bahwa manusia atau teman sekerja mereka itu
memiliki sifat yang pada dasarnya baik, yaitu rajin bekerja, sangat memperhatikan waktu

kerja (masuk dan pulang kerja tepat waktu), siap membantu pekerjaan rekan-rekan lainnya.

Namun demikian mereka juga berpandangan bahwa sifat ini tidak selamanya berlaku

konsisten. Akan ada selalu godaan atau kondisi yang dapat mengubah sifat manusia. Mereka

percaya betul bahwa tidak ada sifat yang kekal, sifat baik dapat saja berubah menjadi buruk,

begitu pula sifat buruk bisa berubah menjadi baik.

• Keempat, mengenai asumsi karyawan tentang hakikat aktivitas manusia yang menunjukkan

bahwa aktivitas manusia itu harmoni atau selaras dengan aktivitas organisasi. Tidak hanya

aktivitas manusia saja yang mampu menentukan keberhasilan organisasi. Pada intinya, mereka

memandang bahwa aktivitasnya yang meliputi curahan waktu, tenaga, dan pikiran harus

selaras dengan aktivitas organisasi secara keseluruhan yang berupa kinerja sumber daya

manusia, keuangan, aktiva tetap, infra dan supra struktur organisasi.

• Kelima, berkenaan dengan asumsi hakikat hubungan manusia yang hasilnya menunjukkan

bahwa hubungan antar karyawan lebih bersifat kekeluargaan. Kekeluargaan Seorang

perawat di unit bedah dengan tugas khusus sterilisasi tidak hanya menangani tugasnya saja.

Ia harus siap membantu karyawan lainnya untuk juga menangani instrumen dan pulih sadar.

Semua pekerjaan itu dilakukan sebagai suatu kerja sama kolektif dalam mencapai efektivitas

organisasi. Hubungan antar karyawan tidak sebatas hubungan kerja, kerapkali mereka jauh

lebih terikat secara pribadi dan saling mengerti tentang karakteristik pribadi lainnya.
RANGKUMAN PEMEBELAJARAN 6 & 7

Etiologi Penyakit, Persepsi Sehat Sakit, Peran Dan Perilaku Pasien,

Respon Sakit/Nyeri Pasien

A. Pandangan social/budaya tentang penyakit

Dalam sosiologi terdapat perbedaan pandangan antara desease dan illness. Menurut

Conread dan Kern, disease adalah merupakan gejala fiisiologi yang mempengaruhi tubuh.

Sedangkan illness adalah gejala sosial yang menyertai atau mengelilingi disease. Masyarakat

beranggapan bahwa penyakit merupakan produk dari budaya (Geest)

B. Persepsi sehat sakit

• Persepsi merupakan salah satu proses psikologis yang Mendasar yang banyak

pengaruhnya pada proses Terbentuknya ingatan (memory), pikiran (thinking) dan Proses

belajar (learning)(Budioro, 1998)

• Sehat adalah bukan hanya sekedar sehat secara Jasmani dan badan saja, akan tetapi

hal ini juga Mencakup akan kesehatan kita secara mental jiwa dan Juga spriritual sosial

kita juga.

• Sakit adalah keadaan yang tidak normal atau tidak Sehat(Asmadi, 2001)

• Pandangan orang tentang kriteria tubuh sehat atau Sakit, tidak selalu bersifat obyektif

• Persepsi masyarakat tentang sehat/sakit Dipengaruhi oleh unsur pengalaman masa lalu &

Unsur sosial-budaya.

• Petugas kesehatan berusaha menerapkan kriteria Medis yang obyektif berdasarkan

simptom untuk Mendiagnosis kondisi fisik individu

C. Respon sakit
a. Setiap inidividu memiliki respon sakit Yang berbeda-beda meskipun Menerima

rangsangan nyeri yang Sama

b. Respon yang bervariasi terhadap stimulis Sakit yang identik bukan disebabkan oleh

Perbedaan persepsi rasa sakit tetapi Disebabkan oleh variasi reaksi rasa sakit.

c. Respon individu terhadap gejala sakit (Schuman) terdiri atas beberapa tahap yaitu ;

Tahap pengenalan gejala, tahap asumsi Peranan sakit, tahap kontak dengan

pelayanan Kesehatan, tahap ketergantungan si sakit dan Tahap penyembuhan atau

rehabilitasi.

D. Etiologi Sakit

➢ Dipengaruhi oleh 3 faktor :

- Agent (pembawa bibit penyakit),

- Environment (lingkungan) dan

- Host (manusia)

E. Faktor Agent

• Unsur Biologis :

Mikro Organisme (virus, Bakteri, Jamur, Parasit, Protzoa, Metazoa),

• Unsur Nutrisi :

Bahan Makanan Yang tidak Memenuhi Standar Gizi yang Ditentukan,

• Unsur Kimiawi :

Bahan dari Luar tubuh Maupun Dari dalam Tubuh Sendiri (karbon Monoksid, Obat-

Obatan, Arsen, Pestisida),

• Unsur fisika :

panas, Benturan

• Unsur psikis Atau Genetik :


Terkait Dengan Herediter Atau Keturun.

• Unsur Kebiasaan Hidup

(rokok, Alcohol)

• Unsur Fisioloigis

Seperti Kehamilan Dan Persalinan.

F. Faktor Environment(Ekstrinsik)

1. Lingkungan Biologis (flora & fauna)

2. Lingkungan Fisik

3. Lingkungan Sosial Ekonomi

G. Faktor Host (intrinsik)

➢ Komponen :

1. Umur: usia lanjut lebih rentang unutk terkena penyakit karsinoma, jantung dan lain-Lain

daripada yang usia muda.

2. Jenis kelamin (seks) :penyakit kelenjar gondok, kolesistitis, diabetes melitus Cenderung

terjadi pada wanita serta kanker serviks yang hanya terjadi pada Wanita atau penyakit

kanker prostat yang hanya terjadi pada laki-laki atau yang Cenderung terjadi pada laki-

laki seperti hipertensi, dan jantung.

3. Ras, suku (etnik0 : pada ras kulit putih dengan ras kulit hitam yang berbeda dalam Hal

kerentanan terhadap suatu penyakit.

4. Genetik (hubungan keluarga: penyakit yang menurun seperti hemofilia, buta Warna, sickle

cell anemia.

5. Status kesehatan umum termasuk status gizi.

6. Bentuk anatomis tubuh

7. Fungsi fisiologis atau faal tubuh


8. Keadaan imunitas dan respons imunitas

9. Kemampuan interaksi antara host dengan agent

10. Penyakit yang diderita sebelumnya

11. Kebiasaan hidup dan kehidupan sosial dari host sendiri

H. Peranan pasien terhadap sakit

➢ Peranan pasien terhadap sakit Dibagi menjadi 6 yaitu :

1. Sakit sebagai upaya untuk Menghindari tekanan

2. Sakit sebagai upaya untuk Mendapatkan perhatian

3. Sakit sebagai kesempatan Untuk istirahat

4. Sakit sebagai alasan Kegagalan pribadi

5. Sakit sebagai penghapus dosa

6. Sakit untukmendapatkan alat Ukur

I. Perilaku pasien terhadap sehat sakit

a. Didiamkan saja (no action), Artinya sakit Tersebut Diabaikan dan Tetap Mengambil

Tindakan dengan Melakukan Pengobatan Sendiri (self Treatment atau Self medication).

b. Mencari Penyembuhan Atau Pengobatan Keluar yakni ke Fasilitas Pelayanan

Kesehatan
Soal Evaluasi Modul 6&7

1. Jelaskan pandangan masyarakat tentang etiologi penyakit

2. Jelaskan persepsi sehat sakit menurut menurut masyarakat

3. Jelaskan peran dan perilaku pasien ketika mereka sakit

4. Jelaskan bagaimana respon sakit/nyeri pasien

Jawaban:

1) Pandangan Masyarakat Tentang Penyakit:

Masyarakat beranggapan bahwa penyakit merupakan produk dari budaya (Geest)

Persepsi masyarakat tentang kejadian penyakit berbeda antara daerah yang satu dengan

lainnya, karena tergantung dari kebudayaan yang ada di masyarakat tersebut. Hal ini dapat

turun dari satu generasi kegenerasi berikutnya. Contoh persepsi masyarakat tentang penyakit

Malaria. Masyarakat Papua; makanan pokoknya adalah sagu yang tumbuh di daerah rawa-

rawa dan tidak jauh dari situ ada hutam lebat. Penduduk desa tersebut beranggapan bahwa

hutan itu milik penguasa gaib yang dapat menghukum setiap orang yang melanggar ketentuan.

Pelanggaran dapat berupa menebang, membabat hutan untuk tanah pertanian dan lain-lain

akan diganjar hukuman berupa penyakit dengan gejala demam tinggi, menggigil dan muntah.

Penyakit tersebut dapat sembuuh dengan cara meminta ampun kepada penguasa hutan,

kemudian memetik daun daripohon tertentu yang dapat dibuat ramuan untuk diminum dan

dioleskan keseluruh tubuh penderita.

2) Persepsi Masyarakat Tentang Sehat Sakit:

Persepsi masyarakat tentang kejadian penyakit berbeda antara daerah yang satu dengan

lainnya, karena tergantung dari kebudayaan yang ada di masyarakat tersebut. Hal ini dapat

turun dari satu generasi kegenerasi berikutnya. Contoh persepsi masyarakat tentang penyakit
Malaria. Masyarakat Papua; makanan pokoknya adalah sagu yang tumbuh di daerah rawa-

rawa dan tidak jauh dari situ ada hutam lebat. Penduduk desa tersebut beranggapan bahwa

hutan itu milik penguasa gaib yang dapat menghukum setiap orang yang melanggar ketentuan

3) Mecahanic dan Volkhart(1961)Mendefinisikan Tingkah Laku Sakit sebagai suatu cara-cara

dimana gejala-gejala ditanggapi, dievaluasi dan diperankan oleh seorang individu yang

mengalami sakit, kurang nyaman, atau tanda-tanda lain dari fungsi tubuh yang kurang baik.

Tingkah laku sakit dapat terjadi tanpa peranan sakit dan peranan pasien. Seorang dewasa

yang bangun tidur dengan leher sakit menjalankan peranan sakit, maka ia harus memutuskan

apakah ia akan minum aspirin dan mengharapkan kesembuhan atau memanggil dokter.

4) Saat Seseorang Mengalami Nyeri, banyak faktor yang dapat mempengaruhi nyeri yang

dirasakan dan cara mereka bereaksi terhadapnya. Faktor-faktor ini dapat meningkatkan atau

menurunkan persepsi nyeri pasien, toleransi terhadap nyeri dan mempengaruhi reaksi terhadap

nyeri (Le Mone & Burke). Reaksi fisik seseorang terhadap nyeri meliputi perubahan neurologis

yang spesifik dan sering dapat diperkirakan. Kenyataannya, setiap orang mempunyai jaras

nyeri yang sama, atau dengan kata lain setiap orang menerima stimulus nyeri pada intensitas

yang sama. Reaksi pasien terhadap nyeri dibentuk oleh berbagai factor yang saling

berinteraksi mencakup umur, sosial budaya, status emosional, pengalaman nyeri masa lalu,

sumber dan anti dari nyeri dan dasar pengetahuan pasien. Ketika sesuatu menjelaskan

seseorang sangat sensitif terhadap nyeri, sesuatu ini merujuk kepada toleransi nyeri seseorang

dimana seseorang dapat menahan nyeri sebelum memperlihatkan reaksinya.


RANGKUMAN PEMBELAJARAN 9&10

Globalisasi Dan Perspektif Transkultural, Diversity Dalam Masyarakat

1) Keperawatan transkultural dan globalisasi dalam layanan kesehatan

Globalisasi menyebabkan masyarakat hidup dalam suasana multikultural yang disebabkan karena

migrasi antar daerah dan negara menjadi lebih mudah. Keperawatan transkultural menjadi

komponen utama dalam kesehatan dan menjadi konstituen penting dari perawatan, yang

mengharapkan para perawat kompeten secara budaya dalam praktek sehari-hari. Perawat yang

kompeten dalam budaya memiliki pengetahuan tentang budaya lain dan terampil dalam

mengidentifikasi pola-pola budaya tertentu sehingga dirumuskan rencana perawatan yang akan

membantu memenuhi tujuan yang telah ditetapkan untuk kesehatan pasien (Gustafson, 2005).

Kebudayaan merupakan fenomena yang universal, yang memiliki gambaran yang khas tiap

kelompok tertentu, mencakup pengetahuan, kepercayaan, adat dan ketrampilan yang dimiliki

anggota kelompok tersebut.

2) Konsep dan prinsip dalam teori keperawatan transkultural

Keperawatan transkultural adalah area keilmuan budaya pada proses belajar dan praktek

keperawatan yang fokus memandang perbedaan dan kesamaan diantara budaya dengan

menghargai asuhan,sehat dan sakit didasarkan pada nilai budaya manusia,keprcayaan dan

tindakan ( Leininger,2002 ) Konsep dalam keperawatan transcultural

a. Budaya adalah norma atau aturan tindakan dari anggota kelompok yang di pelajari dan

di bagi serta memberi petujuk dalam berfikir-bertindak dalam mengambil keputusan.

b. Nilai budaya adalah keinginan individu atau tindakan yang lebih di inginkan atau sesuatu

tindakan yang di pertahankan pada suatu waktu tertentu dan melandasi tindakan dan

keputusan.
c. Perbedaan budaya dalam asuhan keperawatan merupakan bentuk yang optimal mengacu

pada kemungkinan variasi pendekatan keperawatan yang di butuhkan untuk memberikan

asuhan budaya yang menghargai nilai individu kepercayaan dan tindakan termasuk

kepekaan terhadap lingkungan dari individu yang dating dan individu yang mungkin akan

kembali lagi ( Leininger,1985 )

3) Diversity dalam masyarakat Keragaman suku, agama, budaya, bahasa di Indonesia menjadi

sesuatu hal yang tidak dimiliki oleh Negara lain, karena itu keragaman ini dapat dijadikan

sebagai sesuatu yang positif dalam mendukung pembangunan nasional disegala bidang.

Walaupun menurut beberapa ahli bahwa keragaman itu dapat memberikan pengaruh positif,

namun ada juga yang melihat bawha keragaman tersebut ada pengaruh negative.

4) Integrasi instrumental dan ideologis

a. Integrasi Instrumental, yaitu integrasi yang tampak secara visual (tampak) dari adanya

ikatan-ikatan social di antaranya individu-individu di dalam masyarakat. Integrasi

instrumental memiliki ciri- cirri sebagai berikut:

1). adanya norma atau kepentingan tertentu sebagai pengikat.

2) adanya keseragaman aktifitas keseharian.

3) adanya keseragaman pakaian

4) adanya tujuan tertentu yang disesuaikan dengan kepentingan kelompok

b. Integrasi Ideologis, yaitu integrasi yang terbentuk karena adanya ikatan spiritual

(Odeologis) yang kuat dan mendasar melalui proses alamiah tanpa adanya suatu

ikatan tertentu. Memiliki cirri-ciri:

1) adanya persamaan nilai-nilai yang mendasar yang terbentuk atas kehendak sendiri.

2) adanya persamaan persepsi

3) adanya persamaan orientasi kerja diantara anggota-anggotanya

4) adanya tujuan yang sama


5) Integrasi aspek fisik, psikis, hubungan social dan proses

a. Aspek Fisik, dilihat dari aspek fisik atau wadahnya, integrasi social bisa berbentuk

organisasi atau paguyuban.

b. Aspek Psikis, ditandai dengan adanya kesadaran diri dari setiap orang yang

menyatukan diri dalam suatu wadah tertentu sehingga mereka menjadi bagian yang

utuh, merasa memiliki, dan mempunyai tanggung jawab dalam kehidupan bersama.

c. Aspek Hubungan Sosial, integrasi social bukan hanya ditandai dari intensitas (khusus)

dalam berkomunikasi tetapi intensitas dalam bekerja sama dan bergotong royong

untuk memecahkan masalah-masalah guna memenuhi kebutuhan bersama.

d. Aspek Proses, integrasi social tidak dapat terjadi seketika tetapi melalui proses

panjang dan rumut karean membutuhkan waktu dan prosedur tertentu.

6) Tahapan-tahapan Integrasi Sosial

a. Tahap Akomodasi, yakni cara penyesuaian untuk mengatasi konflik. Tujuan akomodasi

yakni

1) Mengurangi pertentangan yang terjadi antar individu atau kelompok.

2) Mencegah meledaknya suatu pertentangan untuk sementara waktu, misalnya:

penundaan kenaikan Bahan Bakar Minyak.

3) Mencari kemungkinan kerjasama antar individu atau kelompok yang bertikai d)

Mengusahakan peleburan antara kelompok yang terpisah

b. Tahap Kerjasama, yakni usaha dari dua orang atau lebih atau kelompok dengan

kelompok lainnya dalam rangka untuk mencapai tujuan bersama. Kerjasama

disebabkan oleh:

1) Adanya kepentingan minat dan perhatian sama

2) Adanya kewajiban situasional (mempunyai hak dan kewajiban yang sama di antara

anggota)
3) Adanya motif-motif untuk menolong orang lain.

4) Keinginan untuk mencapai nilai atau hasil yang lebih besar

5) Adanya musuh bersama.

c. Dilihat dari Sifatnya, kerjasama dibedakan menjadi:

1) Kerjasama primer, yakni kerjasama pokok, misalnya: koperasi, untuk

mensejahterakan anggotanya.

2) Kerjasama sekunder, yakni kerjasama luar pokok, misalnya: koperasi, untuk

kepentingan keuntungan.

d. Dilihat Jenisnya, kerjasama dibedakan menjadi:

1) Kerukunan

2) Tawar menawar (Bargaining), yakni saling memberikan usul terhadap organisasi

tersebut.

3) Kooptasi (Cooptation), yakni kerjasama dalam bentuk mau menerima pendapat dan

ide orang atau kelompok lain.

4) Koalisi (Coalition), yakni kerjasama

5) Patungan (joint venture), yakni cenderung ke modal.

7) Faktor yang Mempengaruhi integrasi antar Kelompok Sosial

a. Homogenitas kelompok, yakni semakin kecil tingkat kemajemukan masyarakat akan

semakin mudah tercapainya integrase

b. Besar kecilnya kelompok, yakni semakin kecil suatu kelompok akan semakin mudah untuk

mencapai integrasi.

c. Perpindahan fisik, baik yang datang maupun yang keluar dari suatu kelompok akan

mempengaruhi terjadinya integrasi.

d. Efektivitas dan efisiensi komunikasi, adanya komunikasi yang efektif dan efisien dalam

masyarakat akan memudahkan terjadinya integrasi.


8) Faktor Pendorong Integrasi antar Kelompok Sosial

a. Faktor internal, yakni factor pendorong yang berasal dalam kelompok. Faktornya:

1). Kesadaran diri sebagai makhluk social yaitu makhluk yang selalu hidup bersama

2). Tuntutan kebutuhan yang semakin meningkat

3) Jiwa dan semangat gotong royong

b. Faktor Eksternal, yakni factor pendorong yang berasal dari luar kelompok. Faktornya:

1) Tuntutan perkembangan jaman

2) Persamaan kebudayaan

3) Terbukanya kesempatan

4) Persamaan visi, misi, dan tujuan

5) Sikap menghargai atau toleransi terhadap kelompok lain

6) Adanya consensus nilai-nilai antar kelompok social

7) Adanya tantangan dari luar

9) Faktor Pendukung Integrasi antar Kelompok Sosial, untuk bangsa Indonesia factor

pendukungnya yakni:

a. Penggunaan Bahasa Indonesia

b. Semangat persatuan dan kesatuan

c. Ideologi Pancasila

d. Jiwa dan semangat gotong royong, toleransi beragama, solidaritas

e. Senasib akibat penjajahan


Soal Evaluasi Modul 9&10

1. Jelaskan globalisasi dan perspektif transcultural

2. Jelaskan diversity dalam masyarakat

3. Jelaskan pengaruh-pengaruh diversity dalam masyarakat

4. Jelaskan alternatif pemecahan masalah yang Timbul dalam Masyarakat Multikultural

5. Jelaskan Pengembangan Sikap Kritis, Sikap Toleransi, dan Empati Sosial dalam Kehidupan

Masyarakat Multikultural

Jawaban:

1) Globalisasi dan Perspektif Transcultural Yaitu:

Globalisasi menyebabkan masyarakat hidup dalam suasana multikultural yang disebabkan

karena migrasi antar daerah dan negara menjadi lebih mudah. Keperawatan transkultural

menjadi komponen utama dalam kesehatan dan menjadi konstituen penting dari perawatan,

yang mengharapkan para perawat kompeten secara budaya dalam praktek sehari-hari.

Perawat yang kompeten dalam budaya memiliki pengetahuan tentang budaya lain dan

terampil dalam mengidentifikasi pola-pola budaya tertentu sehingga dirumuskan rencana

perawatan yang akan membantu memenuhi tujuan yang telah ditetapkan untuk kesehatan

pasien (Gustafson, 2005).

2) Diversity dalam Masyarakat ialah:

Diversity dalam masyarakat Keragaman suku, agama, budaya, bahasa di Indonesia

menjadi sesuatu hal yang tidak dimiliki oleh Negara lain, karena itu keragaman ini dapat

dijadikan sebagai sesuatu yang positif dalam mendukung pembangunan nasional disegala

bidang. Walaupun menurut beberapa ahli bahwa keragaman itu dapat memberikan pengaruh

positif, namun ada juga yang melihat bawha keragaman tersebut ada pengaruh negative.

3) Pengaruh dalam Diversity


a. Pengaruh Positif

1) Bidang Politik.Dapat menimbulkan integrasi nasional yang berdirikan Bhineka Tunggal

Ika

2) Bidang Ekonomi Dapat menjadi asset nasional yang mendatangkan devisa Negara yang

besar dan sekaligus dapat meningkatkan kesejateraan rakyat

3) Bidang Sosial Dapat menjadi sarana untuk memajukan pergaulan antar kelompok sosialis

dan suku bangsa melalui pertukaran pelajar

4) Bidang Pariwisata Menimbulkan daya tarik bagi wisatawan mancanegara

5) Bidang Budaya Dapat memperkaya khasanah kebudayaan bangsa

6) Bidang Inovasi Dapat menjadi sumber motivasi dan inspirasi bagi masing-masing daerah

atau suku bangsa untuk lebih memajukan daerahnya.

b. Pengaruh Negatif

1) Konflik Bersifat Ideologis, tipe konflik social yang berlatar belakang pembagian system

nilai yang dianut dan dijadikan ideology dari berbagai kesatuan social.

2) Konflik Bersifat Politis, tipe konflik social yang berlatar belakang pembagian status

kekuasan dan sumber-sumber ekonomi yang terbatas adanya dalam masyarakat.

4) Alternatif pemecahan masalah yang Timbul dalam Masyarakat Multikultural

a. Integrasi Sosial dalam Masyarakat Multikultural

1) Pengertian Intergrasi Sosial, menurut Abdul Syabu, integrasi social adalah menghubungkan

individu dengan individu yang lainnya sehingga terbentuk menjadi masyarakat; Menurut

Festiger, integrasi social terjadi apabila keseluruhan anggota dalam suatu kelompok

berkemauan untuk tetap dalam kelompoknya, seolah-olah satu sama lain saling terkait;

Menurut Soerjono Soekanto, integrasi (penggabungan) adalah pengendalian terhadap

konflik dan penyimpangan dalam suatu system social, membuat suatu keseluruhan dari

unsure-unsur tertentu.
2) Teori integritas Sosial, Teori Konflik (Menurut Karl Mark) yakni setiap masyarakat selalu

berada dalam ketegangan dan konflik, oleh karena itu agar terjadi integrasi maka perlu

dilakukan tekanan oleh pihak satu kepada pihak yang lainnya; Teori Fungsional (Menurut

Kingley Davis dan Wilbert More) yakni setiap masyarakat selalu stabil dan relative

terintegrasi oleh karena itu agar tetap terintegrasi maka diperlukan adanya consensus

antar anggota-anggotanya.

3) Tipe dan bentuk Integrasi Sosial,

a) Integrasi Fungsional: proses penyesuaian antara anggota-anggota dalam suatu

kelompok atau antara kelompok yang satu dengan kelompok yang lain dalam suatu

masyarakat atas dasar fungsi aktivitas individu atau kelompok yang saling melengkapi

satu sama lain.

b) Integrasi Normatif: proses penyesuaian antara anggotaanggota dalam satu kelompok

atau antara kelompok yang satu dengan yang lain dalam suatu masyarakat atas

dasar norma-norma tertentu.

b. Bentuk Integrasi dalam Kehidupan Masyarakat Multikultural

➢ Menurut Soerjono Soekanto menyebutkan:

1) Integrasi Internal, yakni proses integrasi dengan cara menyatukan anggota-anggota dalam

satu kelompok.

2) Integrasi Eksternal, yaitu proses integrasi dengan cara menyatukan berbagai macam

kelompok ke dalan suatu kelompok yang lebih besar atau suatu masyarakat. Misalnya:

Organisasi kecil ke organisasi Besar.

3) Integrasi Vertikal, yaitu proses integrasi dengan cara melakukan pengendalian tunggal

terhadap beraneka ragam individu atau kelompok-kelompok yang memiliki perbedaan-

perbedaan.
4) Integrasi Horizontal, yaitu proses integrasi dengan cara melakukan pengendalian tunggal

terhadap beraneka ragam individu atau kelompok yang memiliki persamaan- persamaan.

Misalnya: Kelompok pelajar dan kelompok seni.

c. Integrasi Instrumental dan Ideologis

c. Integrasi Instrumental, yaitu integrasi yang tampak secara visual (tampak) dari adanya

ikatan-ikatan social di antaranya individu-individu di dalam masyarakat. Integrasi

instrumental memiliki ciri- cirri sebagai berikut:

1) adanya norma atau kepentingan tertentu sebagai pengikat.

2) adanya keseragaman aktifitas keseharian.

3) adanya keseragaman pakaian

4) adanya tujuan tertentu yang disesuaikan dengan kepentingan kelompok

d. Integrasi Ideologis, yaitu integrasi yang terbentuk karena adanya ikatan spiritual

(Odeologis) yang kuat dan mendasar melalui proses alamiah tanpa adanya suatu ikatan

tertentu. Memiliki cirri-ciri:

1) adanya persamaan nilai-nilai yang mendasar yang terbentuk atas kehendak sendiri.

2) adanya persamaan persepsi

3) adanya persamaan orientasi kerja diantara anggota-anggotanya

4) adanya tujuan yang sama

d. Integrasi aspek fisik, psikis, hubungan social dan proses

e. Aspek Fisik, dilihat dari aspek fisik atau wadahnya, integrasi social bisa berbentuk

organisasi atau paguyuban.

f. Aspek Psikis, ditandai dengan adanya kesadaran diri dari setiap orang yang menyatukan

diri dalam suatu wadah tertentu sehingga mereka menjadi bagian yang utuh, merasa

memiliki, dan mempunyai tanggung jawab dalam kehidupan bersama.


g. Aspek Hubungan Sosial, integrasi social bukan hanya ditandai dari intensitas (khusus)

dalam berkomunikasi tetapi intensitas dalam bekerja sama dan bergotong royong untuk

memecahkan masalah-masalah guna memenuhi kebutuhan bersama.

h. Aspek Proses, integrasi social tidak dapat terjadi seketika tetapi melalui proses panjang

dan rumut karean membutuhkan waktu dan prosedur tertentu.

5) Pengembangan Sikap Kritis, Sikap Toleransi, dan Empati Sosial dalam Kehidupan

Masyarakat Multikultural yaitu:

a. Sikap Kritis, yakni perbuatan yang didasarkan pada pendirian (pendapat atau

keyakinan). Bersifat selalu berusaha menemukan kesalahan atau kekeliruan atau tajam

dalam penganalisaan.

b. Sikap Toleransi, yakni sikap menghargai pendirian, pendapat, pandangan,

kepercayaan, kebiasaan orang lain yang berbeda dengan diri sendiri.

c. Sikap Empati, yakni keadaan mental yang membuat seseorang merasa atau

mengidentifikasikan dirinya dengan pihak lain atau kelompok lain.


RANGKUMAN PEMBELAJARAN 11 &12

Teori Culture Care Leininger

A. Sejarah teori ‘cultur care’

Dr. Madeline Leininger, seorang perawat yang ahli antropologi, mempunyai andil besar dalam

meningkatkan riset dalam perawatan trans-kultural dan dalam merangsang program-program

studi yang erat kaitannya. Ia adalah pelopor keperawatan transkultural dan seorang pemimpin

dalam mengembangkan keperawatan transkultural serta teori asuhan keperawatan yang berfokus

pada manusia.

Leininger juga adalah seorang perawat professional pertama yang meraih pendidikan doctor

dalam ilmu antropologi social dan budaya. Madeline Leininger lahir di Sutton, Nebraska, dan

memulai karir keperawatannya setelah tamat dari program diploma di “St. Anthony’s School of

Nursing” di Denver. Pada tahun 1950 ia meraih gelar sarjana dalam ilmu biologi dari “Benedictine

College, Atchison Kansas” dengan peminatan pada studi filosofi dan humanistik.

Setelah menyelesaikan pendidikan tersebut ia bekerja sebagai instruktur, staf perawatan dan

kepela perawatan pada unit medikal bedah sererta membuka sebuah unit perawatan psikiatri

yang baru dimana ia menjadi seorang direktur pelayanan keperawatan pada St. Joseph’s Hospital

di Omaha. Selama waktu ini ia melanjutkan pendidikan keperawatannya di ”Creigthton University

” di Omaha. Tahun 1954 Leininger meraih gelar M.S.N. dalam keperawatan

Leininger bersama C. Hofling pada tahun 1960 menulis sebuah buku yang diberi judul ” Basic

Psiciatric Nursing Consept” yang dipublikasikan ke dalam sebelas bahasa dan digunakan secara

luas di seluruh dunia. Selama bekerja pada unit perawatan anak di Cincinnati, Leininger

menemukan bahwa banyak staff yang kurang memahami mengenai faktor-faktor budaya yang

mempengaruhi perilaku anak-anak. Dimana diantara anak-anak ini memiliki latar belakang

kebudayaan yang berbeda. Ia mengobservasi perbedaan- perbedaan yang terdapat dalam


asuhan dan penanganan psikiatri pada anak-anak tersebut. Terapi psikoanalisa dan terapi

strategi lainnya sepertinya tidak menyentuh anak-anak yang memiliki perbedaan latar belakang

budaya dan kebutuhan. Leininger melihat bahwa para perawat lain juga tidak menampilkan suatu

asuhan yang benar-benar adequat dalam menolong anak tersebut, dan ia dihadapkan pada

berbagai pertanyaan mengenai perbedaan budaya diantara anak-anak tersebut dan hasil terapi

yang didapatkan. Ia juga menemukan hanya sedikit staff yang memiliki perhatian dan

pengetahuan mengenai faktor-faktor budaya dalam mendiagnosa dan manangani klien.

Dari studinya yang dalam dan pengalaman pertama dengan masyarakat Gadsup,ia terus

mengembangkan teori perawatan kulturalnya dan metode ethno nursing. Teori dan penelitiannya

telah membantu mahasiswa keperawatan untuk memahami perbedaan budaya dalam perawatan,

manusia, kesehatan dan penyakit.

Tahun 1950-an sampai 1960-an, Leininger mengidentifikasi beberapa area umum dari

pengetahuan dan penelitian antara perawatan dan anthropologi: formulasi. Konsep keperawatan

transkultural, praktek dan prinsip teori. Bukunya yang berjudul Nursing and anthropology : Two

Words to Blend ; yang merupakan buku pertama dalam keperawatan transkultural, menjadi dasar

untuk pengembangan bidang keperawatan transkultural, dan kebudayaan yang mendasari

perawatan kesehatan. Buku yang berikutnya, ”Transcultural Nursing : Concepts, theories, research,

and practise (1978 )” , mengidentifikasi konsep mayor, ide-ide teoritis, praktek dalam

keperawatan transkultural, bukti ini merupakan publikasi definitif pertama dalam praktek

perawatan treanskultural. Dalam tulisannya, dia menunjukkan bahwa perawatan treanskultural

dan anthropologi bersifat saling melengkapi satu sama lain, menkipun berbeda. Teori dan

kerangka konsepnya mengenai Cultural care diversity and universalitydijelaskan dalam buku ini.

B. Pengertian Transcultural Nursing


“Transcultural Nursing adalah suatu area/wilayah keilmuwan budaya pada proses belajar

dan praktek keperawatan yang fokus memandang perbedaan dan kesamaan diantara

budaya dengan menghargai asuhan, sehat dan sakit didasarkan pada nilai budaya manusia,

kepercayaan dan tindakan, dan ilmu ini digunakan untuk memberikan asuhan keperawatan

khususnya budaya atau keutuhan budayakepada manusia” (Leininger, 2002).

a. Asumsi dasar

Asumsi mendasar dari teori adalah perilaku Caring. Caring adalah esensi dari

keperawatan, membedakan, mendominasi serta mempersatukan tindakankeperawatan.

Tindakan Caring dikatakan sebagai tindakan yang dilakukan dalam memberikan

dukungan kepada individu secara utuh. Perilaku Caring semestinya diberikan kepada

manusia sejak lahir, dalam perkembangan dan pertumbuhan, masa pertahanan sampai

dikala manusia itu meninggal.

b. Konsep dan definisi dalam teori leininger

Budaya (Kultur) adalah norma atau aturan tindakan dari anggota kelompok yang

dipelajari, dan dibagi serta memberi petunjuk dalam berfikir, bertindak dan mengambil

keputusan.

Nilai budaya adalah keinginan individu atau tindakan yang lebih diinginkan atau

sesuatu tindakan yang dipertahankan pada suatu waktu tertentu dan melandasi tindakan

dan keputusan.

Cultur care diversity (Perbedaan budaya dalam asuhan keperawatan)merupakan

bentuk yang optimal dari pemberian asuhan keperawatan, mengacu pada kemungkinan

variasi pendekatan keperawatan yang dibutuhkan untuk memberikan asuhan budaya yang

menghargai nilai budaya individu, kepercayaan dan tindakan termasuk kepekaan

terhadap lingkungan dari individu yang datang dan individu yang mungkin kembali lagi

(Leininger, 1985).
Cultural care universality (Kesatuan perawatan kultural) mengacu kepada suatu

pengertian umum yang memiliki kesamaan ataupun pemahaman yang paling dominan,

pola-pola, nilai-nilai, gaya hidup atau simbol-simbol yang dimanifestasikan diantara

banyak kebudayaan serta mereflesikan pemberian bantuan, dukungan, fasilitas atau

memperoleh suatu cara yang memungkinkan untuk menolong orang lain (Terminlogy

universality) tidak digunakan pada suatu cara yang absolut atau suatu temuan statistik

yang signifikan.

C. Paradigma keperawatan transcultural

Leininger (1985) mengartikan paradigma keperawatan transcultural sebagai cara

pandang, keyakinan, nilai-nilai, konsep-konsep dalam terlaksananya asuhan keperawatan

yang sesuai dengan latar belakang budaya terhadap empat konsep Sentral keperawatan

yaitu : manusia, sehat, lingkungan dan keperawatan (Andrewand Boyle, 1995)

• Manusia

Manusia adalah individu, keluarga atau kelompok yang memiliki nilai-nilai dan

norma-norma yang diyakini dan berguna untuk menetapkan pilihan dan melakukan pilihan.

Menurut Leininger (1984) manusia memiliki kecenderungan mempertahankan budayanya

pada setiap saat dimanapun dia berada (Geiger and Davidhizar, 1995).

• Sehat

Kesehatan adalah keseluruhan aktifitas yang dimiliki klien dalam mengisi

kehidupannya, terletak pada rentang sehat sakit. Kesehatan merupakan suatu keyakinan,

nilai, pola kegiatan dalam konteks budaya yang digunakan untuk menjaga dan

memelihara keadaan seimbang/sehat yang dapat diobservasi dalam aktivitas sehari-hari.

Klien dan perawat mempunyai tujuan yang sama yaitu ingin mempertahankan keadaan

sehat dalam rentang sehat-sakit yang adaptif (Andrew and Boyle, 1995).

• Lingkungan
Lingkungan didefinisikan sebagai keseluruhan fenomena yang mempengaruhi

perkembangan, kepercayaan dan perilaku klien. Lingkungan dipandang sebagai suatu

totalitas kehidupan dimana klien dengan budayanya saling berinteraksi. Terdapat tiga

bentuk lingkungan yaitu : fisik, sosial dan simbolik. Lingkungan fisik adalah lingkungan alam

atau diciptakan oleh manusia seperti daerah katulistiwa, pegunungan, pemukiman padat

dan iklim seperti rumah di daerah Eskimo yang hampir tertutup rapat karena tidak pernah

ada matahari sepanjang tahun. bersatu seperti musik, seni, riwayat hidup, bahasa dan

atribut yang digunakan.

• Keperawatan

Asuhan keperawatan adalah suatu proses atau rangkaian kegiatan pada praktik

keperawatan yang diberikan kepada klien sesuai dengan latar belakang budayanya.

Asuhan keperawatan ditujukan memandirikan individu sesuai dengan budaya klien.

Strategi yang digunakan dalam asuhan keperawatan adalah

perlindungan/mempertahankan budaya, mengakomodasi/negoasiasi budaya dan

mengubah/mengganti budaya klien (Leininger, 1991).

a. Cara I : Mempertahankan budaya

Mempertahankan budaya dilakukan bila budaya pasien tidak bertentangan

dengan kesehatan. Perencanaan dan implementasi keperawatan diberikan sesuai dengan

nilai-nilai yang relevan yang telah dimiliki klien sehingga klien dapat meningkatkan atau

mempertahankan status kesehatannya, misalnya budaya berolahraga setiap pagi.

Intervensi dan implementasi keperawatan pada tahap ini dilakukan untuk membantu

klien beradaptasi terhadap budaya tertentu yang lebih menguntungkan kesehatan.

Perawat membantu klien agar dapat memilih dan menentukan budaya lain yang lebih

mendukung peningkatan kesehatan, misalnya klien sedang hamil mempunyai pantang


makan yang berbau amis, maka ikan dapat diganti dengan sumber protein hewani lain. C)

Cara III : Restrukturisasi budaya

Restrukturisasi budaya klien dilakukan bila budaya yang dimiliki merugikan status

kesehatan. Perawat berupaya merestrukturisasi gaya hidup klien yang biasanya merokok

menjadi tidak merokok. Pola rencana hidup yang dipilih biasanya yang lebih

menguntungkan dan sesuai dengan keyakinan yang dianut.


Soal Evaluasi Modul 11&12

1. Jelaskan sejarah culture care Leininger

2. Jelaskan pengertian culture care

3. Jelaskan asumsi dasar teori culture care

Jawaban:

1) Sejarah Teori ‘Cultur Care’ Dr. Madeline Leininger, seorang perawat yang ahli antropologi,

mempunyai andil besar dalam meningkatkan riset dalam perawatan trans-kultural dan dalam

merangsang program-program studi yang erat kaitannya. Ia adalah pelopor keperawatan

transkultural dan seorang pemimpin dalam mengembangkan keperawatan transkultural serta

teori asuhan keperawatan yang berfokus pada manusia. Leininger juga adalah seorang

perawat professional pertama yang meraih pendidikan doctor dalam ilmu antropologi social

dan budaya.

Tahun 1950-an sampai 1960-an, Leininger mengidentifikasi beberapa area umum dari

pengetahuan dan penelitian antara perawatan dan anthropologi: formulasi konsep

keperawatan transkultural, praktek dan prinsip teori. Bukunya yang berjudul Nursing and

anthropology : Two Words to Blend ; yang merupakan buku pertama dalam keperawatan

transkultural, menjadi dasar untuk pengembangan bidang keperawatan transkultural, dan

kebudayaan yang mendasari perawatan kesehatan. Buku yang berikutnya, ”Transcultural

Nursing : Concepts, theories, research, and practise (1978 )” , mengidentifikasi konsep mayor,

ide-ide teoritis, praktek dalam keperawatan transkultural, bukti ini merupakan publikasi

definitif pertama dalam praktek perawatan treanskultural. Dalam tulisannya, dia menunjukkan

bahwa perawatan treanskultural dan anthropologi bersifat saling melengkapi satu sama lain,

menkipun berbeda. Teori dan kerangka konsepnya mengenai Cultural care diversity and

universalitydijelaskan dalam buku ini.


2) Pengertian Culture Care ialah Cultur care diversity (Perbedaan budaya dalam asuhan

keperawatan)merupakan bentuk yang optimal dari pemberian asuhan keperawatan, mengacu

pada kemungkinan variasi pendekatan keperawatan yang dibutuhkan untuk memberikan

asuhan budaya yang menghargai nilai budaya individu, kepercayaan dan tindakan termasuk

kepekaan terhadap lingkungan dari individu yang datang dan individu yang mungkin kembali

lagi (Leininger, 1985).

3) Asumsi dasar

Asumsi mendasar dari teori adalah perilaku Caring. Caring adalah esensi dari

keperawatan, membedakan, mendominasi serta mempersatukan tindakankeperawatan.

Tindakan Caring dikatakan sebagai tindakan yang dilakukan dalam memberikan dukungan

kepada individu secara utuh. Perilaku Caring semestinya diberikan kepada manusia sejak lahir,

dalam perkembangan dan pertumbuhan, masa pertahanan sampai dikala manusia itu

meninggal. Human caring secara umum dikatakan sebagai segala sesuatu yang berkaitan

dengan dukungan dan bimbingan pada manusia yang utuh. Human caring merupakan fenomena

yang universal dimana ekspresi, struktur dan polanya bervariasi diantara kultur satu tempat

dengan tempat lainnya.


RANGKUMAN PEMBELAJARAN 13

Pengkajian Budaya

A. Pengkajian Asuhan Keperawatan Budaya

Peran perawat dalam transkultural nursing yaitu menjembatani antara sistem Perawatan

yang dilakukan masyarakat awam dengan sistem perawatan melalui Asuhan

keperawatan.Tindakan keperawatan yang diberikan harus memperhatikan 3 prinsip asuhan

Keperawatan yaitu:

• Cara I : Mempertahankan budaya

Mempertahankan budaya dilakukan bila budaya pasien tidak bertentangan dengan

Kesehatan. Perencanaan dan implementasi keperawatan diberikan sesuai dengan Nilai-nilai

yang relevan yang telah dimiliki klien sehingga klien dapat meningkatkan Atau

mempertahankan status kesehatannya, misalnya budaya berolahraga setiap pagi.

• Cara II : Negosiasi budaya

Intervensi dan implementasi keperawatan pada tahap ini dilakukan untuk membantu

Klien beradaptasi terhadap budaya tertentu yang lebih menguntungkan kesehatan. Perawat

membantu klien agar dapat memilih dan menentukan budaya lain yang Lebih mendukung

peningkatan kesehatan, misalnya klien sedang hamil mempunyai Pantang makan yang berbau

amis, maka ikan dapat diganti dengan sumber protein Hewani yang lain.

• Cara III : Restrukturisasi budaya

Restrukturisasi budaya klien dilakukan bila budaya yang dimiliki merugikan status

Kesehatan. Perawat berupaya merestrukturisasi gaya hidup klien yang biasanya Merokok

menjadi tidak merokok. Pola rencana hidup yang dipilih biasanya yang Lebih menguntungkan

dan sesuai dengan keyakinan yang dianut.


Model konseptual yang di kembangkan oleh Leininger dalam menjelaskan asuhan

Keperawatan dalam konteks budaya digambarkan dalam bentuk matahari terbit (Sunrise

Model). Geisser (1991) menyatakan bahwa proses keperawatan ini digunakan oleh Perawat

sebagai landasan berpikir dan memberikan solusi terhadap masalah klien (Andrew and Boyle,

1995). Pengelolaan asuhan keperawatan dilaksanakan dari mulai Tahap pengkajian,

diagnosa keperawatan, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi.Pengkajian adalah proses

mengumpulkan data untuk mengidentifikasi masalah Kesehatan klien sesuai dengan latar

belakang budaya klien ( Giger and Davidhizar, 1995).

• Pengkajian dirancang berdasarkan tujuh komponen yang ada pada”Sunrise Model” Yaitu:

a. Faktor teknologi (technological factors)

Teknologi kesehatan memungkinkan individu untuk memilih atau mendapat

Penawaran menyelesaikan masalah dalam pelayanan kesehatan. Perawat perlu Mengkaji:

Persepsi sehat sakit, kebiasaan berobat atau mengatasi masalah Kesehatan, alasan

mencari bantuan kesehatan, alasan klien memilih pengobatan Alternative dan persepsi klien

tentang penggunaan dan pemanfaatan teknologi Untuk mengatasi permasalahan

kesehatan ini.

b. Faktor agama dan falsafah hidup ( religious and philosophical factors )

Agama adalah suatu symbol yang mengakibatkan pandangan yang amat realistis

Bagi para pemeluknya. Agama memberikan motivasi yang sangat kuat untuk Mendapatkan

kebenaran diatas segalanya, bahkan diatas kehidupannya sendiri. Faktor agama yang

harus dikaji oleh perawat adalah: agama yang dianut, status Pernikahan, cara pandang

klien terhadap penyebab penyakit, cara pengobatan dan Kebiasaan agama yang

berdampak positif terhadap kesehatan.

c. Faktor sosial dan keterikatan keluarga ( kinshop and Social factors )


Perawat pada tahap ini harus mengkaji faktor-faktor: nama lengkap, nama

Panggilan, umur dan tempat tanggal lahir, jenis kelamin, status, tipe keluarga, Pengambilan

keputusan dalam keluarga dan hubungan klien dengan kepala Keluarga.

d. Nilai-nilai budaya dan gaya hidup (cultural value and life ways )

Nilai-nilai budaya adalah sesuatu yang dirumuskan dan ditetapkan oleh penganut Budaya

yang di anggap baik atau buruk. Norma –norma budaya adalah suatu Kaidah yang

mempunyai sifat penerapan terbatas pada penganut budaya terkait.Yang perlu di kaji

pada factor ini adalah posisi dan jabatan yang dipegang oleh Kepala keluarga, bahasa

yang digunakan, kebiasaan makan, makanan yang Dipantang dalam kondisi sakit, perseosi

sakit berkaitan dengan aktivitas sehari-Hari dan kebiasaan membersihkan diri.

e. Faktor kebijakan dan peraturan yang berlaku (political and legal factors )

Kebijakan dan peraturan rumah sakit yang berlaku adalah segala sesuatu yang

Mempengaruhi kegiatan individu dalam asuhan keperawatan lintas budaya (Andrew and

Boyle, 1995 ). Yang perlu dikaji pada tahap ini adalah: peraturan Dan kebijakan yang

berkaitan dengan jam berkunjung, jumlah anggota keluarga Yang boleh menunggu, cara

pembayaran untuk klien yang dirawat.

f. Faktor ekonomi (economical factors)

Klien yang dirawat dirumah sakit memanfaatkan sumber-sumber material yang

Dimiliki untuk membiayai sakitnya agar segera sembuh. Faktor ekonomi yang Harus dikaji

oleh perawat diantaranya: pekerjaan klien, sumber biaya pengobatan, Tabungan yang

dimiliki oleh keluarga, biaya dari sumber lain misalnya asuransi, Penggantian biaya dari

kantor atau patungan antar anggota keluarga.

g. Faktor pendidikan ( educational factors )

Latar belakang pendidikan klien adalah pengalaman klien dalam menempuh jalur Formal

tertinggi saat ini. Semakin tinggi pendidikan klien maka keyakinan klien Biasanya didukung
oleh bukti-bukti ilmiah yang rasional dan individu tersebut Dapat belajar beradaptasi

terhadap budaya yang sesuai dengan kondisi Kesehatannya. Hal yang perlu dikaji pada

tahap ini adalah: tingkat pendidikan Klien, jenis pendidikan serta kemampuannya untuk

belajar secara aktif mandiri Tentang pengalaman sedikitnya sehingga tidak terulang

kembali.

B. Prinsip-prinsip pengkajian budaya:

• Jangan menggunakan asumsi

• Jangan membuat streotif bisa menjadi konflik misalnya: orang Padang Pelit,orang Jawa

halus.

• Menerima dan memahami metode komunikasi.

• Menghargai perbedaan individual.

• Tidak boleh membeda-bedakan keyakinan klien.

• Menyediakan privacy terkait kebutuhan pribadi.


Soal Evaluasi Modul 13

1. Jelaskan Pengkajian Budaya Menggunakan Model Matahari Terbit

2. Jelaskan Tujuh Pedoman Pengkajian Budaya Menurut Model Matahari Terbit

3. Jelaskan trategi Tindakan Keperawatan Menurut Leininger

Jawaban:

1) Model The Sunrise Model ( Model matahari terbit)

Sunrise Model dari teori Leininger, Matahari terbit sebagai lambang/ symbol perawatan.

Suatu kekuatan untuk memulai pada puncak dari model ini dengan pandangan dunia dan

keistimewaan struktur sosial untuk mempertimbangkan arah yang membuka pikiran yang mana

ini dapat mempengaruhi kesehatan dan perawatan atau menjadi dasar untuk menyelidiki

berfokus pada keperawatan profesional dan sistem perawatan kesehatan secara umum. Anak

panah berarti mempengaruhi tetapi tidak menjadi penyebab atau garis hubungan. Garis

putus-putus pada model ini mengindikasikan sistem terbuka. Model ini menggambarkan bahwa

tubuh manusia tidak terpisahkan/ tidak dapat dipisahkan dari budaya mereka.

2) Pengkajian dirancang berdasarkan 7 komponen yang ada pada "Sunrise Model" yaitu :

• Faktor teknologi (tecnological factors) Teknologi kesehatan memungkinkan individu untuk

memilih atau mendapat penawaran menyelesaikan masalah dalam pelayanan kesehatan.

Perawat perlu mengkaji : persepsi sehat sakit, kebiasaan berobat atau mengatasi masalah

kesehatan, alasan mencari bantuan kesehatan, alasan klien memilih pengobatan alternatif

dan persepsi klien tentang penggunaan dan pemanfaatan teknologi untuk mengatasi

permasalahan kesehatan saat ini.

• Faktor agama dan falsafah hidup (religious and philosophical factors) Agama adalah

suatu simbol yang mengakibatkan pandangan yang amat realistis bagi para pemeluknya.

Agama memberikan motivasi yang sangat kuat untuk menempatkan kebenaran di atas
segalanya, bahkan di atas kehidupannya sendiri. Faktor agama yang harus dikaji oleh

perawat adalah : agama yang dianut, status pernikahan, cara pandang klien terhadap

penyebab penyakit, cara pengobatan dan kebiasaan agama yang berdampak positif

terhadap kesehatan.

• Faktor sosial dan keterikatan keluarga (kinship and social factors) Perawat pada tahap

ini harus mengkaji faktor-faktor : nama lengkap, nama panggilan, umur dan tempat tanggal

lahir, jenis kelamin, status, tipe keluarga, pengambilan keputusan dalam keluarga, dan

hubungan klien dengan kepala keluarga.

• Nilai-nilai budaya dan gaya hidup (cultural value and life ways) Nilai-nilai budaya

adalah sesuatu yang dirumuskan dan ditetapkan oleh penganut budaya yang dianggap

baik atau buruk. Norma-norma budaya adalah suatu kaidah yang mempunyai sifat

penerapan terbatas pada penganut budaya terkait. Yang perlu dikaji pada faktor ini

adalah : posisi dan jabatan yang dipegang oleh kepala keluarga, bahasa yang

digunakan, kebiasaan makan, makanan yang dipantang dalam kondisi sakit, persepsi sakit

berkaitan dengan aktivitas sehari-hari dan kebiasaan membersihkan diri.

• Faktor kebijakan dan peraturan yang berlaku (political and legal factors) Kebijakan dan

peraturan rumah sakit yang berlaku adalah segala sesuatu yang mempengaruhi kegiatan

individu dalam asuhan keperawatan lintas budaya (Andrew and Boyle, 1995). Yang perlu

dikaji pada tahap ini adalah : peraturan dan kebijakan yang berkaitan dengan jam

berkunjung, jumlah anggota keluarga yang boleh menunggu, cara pembayaran untuk klien

yang dirawat.

• Faktor ekonomi (economical factors) Klien yang dirawat di rumah sakit memanfaatkan

sumber-sumber material yang dimiliki untuk membiayai sakitnya agar segera sembuh.

Faktor ekonomi yang harus dikaji oleh perawat diantaranya : pekerjaan klien, sumber
biaya pengobatan, tabungan yang dimiliki oleh keluarga, biaya dari sumber lain misalnya

asuransi, penggantian biaya dari kantor atau patungan antar anggota keluarga.

• Faktor pendidikan (educational factors) Latar belakang pendidikan klien adalah

pengalaman klien dalam menempuh jalur pendidikan formal tertinggi saat ini. Semakin

tinggi pendidikan klien maka keyakinan klien biasanya didukung oleh buktibukti ilmiah

yang rasional dan individu tersebut dapat belajar beradaptasi terhadap budaya yang

sesuai dengan kondisi kesehatannya. Hal yang perlu dikaji pada tahap ini adalah : tingkat

pendidikan klien, jenis pendidikan serta kemampuannya untuk belajar secara aktif mandiri

tentang pengalaman sakitnya sehingga tidak terulang kembali.

3) Srategi Tindakan Keperawatan Menurut Leininger Yaitu:

• Strategi 1, Perlindungan’mempertahankan budaya. Mempertahankan budaya dilakukan bila

budaya pasien tidak bertentangan dengan keschatan. Perencanaan dan implementasi

keperawatan diberikan sesuai dengan nilai-nilai yang relavan, misalnya budaya berolah raga

setiap pagi.

• Strategi II, Mengakomodasi’negosiasi budaya. Intervensi dan implementasi keperawatan pada

tahap ini dilakukan untuk membantu klien beradaptasi terhadap budaya tertentu yang lebih

menguntungkan keschatan. Perawat membantu klien agar dapat memilih dan menentukan

budaya lain yang lebih mendukung peningkatan keschatan, misalnya klien sedang hamil

mempunyai pantang makan yang berbau amis, maka ikan dapat diganti dengan sumber

protein hewani atau nabati lain yang nilai gizinya setara dengan ikan.

• Strategi III, Mengubah/mengganti buduya klien Restrukturisasi budaya klien dilakukan bila

budaya yang dimiliki merugikan status kesehatan. Perawat berupaya merestrukturisasi gaya

hidup klien yang biasanya merokok menjadi tidak merokok. Pola rencana hidup yang dipilih

biasanya yang lebih menguntungkan dan sesuai dengan keyakinan yang dianut.
RANGKUMAN PEMBELAJARAN 14

Aplikasi Transcultural Nursing Sepanjang Daur Kehidupan Manusia

A. Pengertian Transkultural

Bila ditinjau dari makna kata , transkultural berasal dari kata trans dan culture, Trans

berarti perpindahan perpindahan , jalan lintas atau penghubung.Menurut Kamus Besar Bahasa

Indonesia; trans berarti lintas, melintas , menembus , melalui. Kebudayaan berarti budaya.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia kultur berarti:

a. Kebudayaan, cara pemeliharaan, pembudidayaan.

b. Kepercayaan, nilai – nilai dan pola perilaku yang umum berlaku bagi suatu kelompok dan

pada generasi berikutnya, sedangkan budaya berarti: sesuatu yang berkaitan dengan

budaya. Budaya itu sendiri berarti: akal budi, hasil dan adat istiadat. Dan kebudayaan berarti

a. Hasil kegiatan dan penciptaan batin (akal budi) manusia seperti kepercayaan, kesenian dan

adat istiadat.

b.Keseluruhan pengetahuan manusia sebagai makhluk sosial yang digunakan untuk menjadi

pedoman perilakunya Jadi, transkultural dapat diartikan sebagai:

• Lintas budaya yang mempunyai efek bahwa budaya yang satu mempengaruhi budaya

lain

• Pertemuan kedua nilai – nilai budaya yang berbeda melalui proses interaksi sosial

• Keperawatan Transkultural merupakan suatu bidang kajian ilmiah yang berkaitan dengan

perbedaan maupun kesamaan nilai-nilai budaya (nilai budaya yang berbeda, yang

mempengaruhi pada seorang perawat saat melakukan asuhan kepada klien / pasien).

Menurut Leininger (1991). B. Konsep Transkultural Kazier Barabara (1983) dalam bukunya

yang berjudul Fundamentals of Nursing Concept and Procedures mengatakan bahwa konsep
pemeliharaan adalah perawatan yang merupakan konfigurasi dari ilmu kesehatan dan seni

merawat yang meliputi ilmu humanistik, philosopi perawatan, praktik klinis, komunikasi dan ilmu

sosial. . Konsep ini ingin memberikan penegasan bahwa sifat seorang manusia yang menjadi

sasaran pelayanan dalam perawatan adalah bersifat bio – psikoSosial – rohani.

Oleh karena itu, tindakan perawatan harus didasarkan pada tindakan yang komperhensif

sekaligus holistik. Budaya merupakan salah satu wujud nyata atau interaksi yang nyata

sebagai manusia yang bersifat sosial. Budaya yang berupa norma, adat istiadat menjadi

acuan perilaku manusia dalam kehidupan dengan yang lain. Pola kehidupan yang berlangsung

lama dalam suatu tempat, selalu diulangi, membuat manusia terikat dalam proses yang

dijalaninya. Keberlangsungan terus – menerus dan lama merupakan proses internalisasi dari

suatu nilai – nilai yang mempengaruhi pembentukan karakter, pola pikir, pola interaksi perilaku

yang kesemuanya itu akan memiliki pengaruh pada pendekatan intervensi intervensi

(pendekatan keperawatan budaya)

B. Peran dan Fungsi Transkultural

Budaya memiliki pengaruh luas terhadap kehidupan individu. Oleh sebab itu,

penting bagi perawat mengenal latar belakang budaya orang yang dirawat (Pasien).

Misalnya kebiasaan hidup sehari – hari, seperti tidur, makan, kebersihan diri, pekerjaan,

pergaulan sosial, praktik kesehatan, pendidikan anak, ekspresi perasaan, hubungan

kekeluargaaan, peran masing – masing orang menurut umur. Kultur juga terbagi dalam sub

– kultur. Subkultur adalah kelompok pada suatu kultur yang tidak keseluruhan mengaanut

pandangan keompok kultur yang lebih atau anggota makna yang berbeda. Kebiasaan

hidup juga saling berkaitan dengan kebiasaan budaya. Nilai – nilai budaya Timur,

menyebabkan sulitnya wanita yang hamil mendapat pelayanan dari dokter pria.

Dalam beberapa pengaturan, lebih mudah menerima pelayanan kesehatan

sebelum melahirkan dari dokter wanita dan bidan. Hal ini menunjukkan bahwa budaya
Timur masih kental dengan hal – hal yang dianggap tabu. Dalam tahun – tahun terakhir ini,

semakin ditekankan pengaruh budaya terhadap pelayanan perawatan. Perawatan

Transkultural merupakan bidang yang relatif baru; ia berfokus pada studi perbandingan

nilai dan budaya tentang kesehatan dan hubungannya dengan perawatannya. Leininger

(1991) mengatakan bahwa keperawatan transkultural merupakan suatu bidang kajian

ilmiah yang berkaitan dengan perbedaan maupun kesamaan nilai budaya (nilai budaya

yang berbeda ras, yang mempengaruhi seseorang perawat saat melakukan asuhan

kepada pasien. Perawatan transkultural adalah hal yang berkaitan dengan budaya yang

ditujukan untuk pemujaan dan pengobatan rakyat (tradisional).

Menurut Dr. Madelini Leininger, studi praktik pelayanan kesehatan transkultural

berfungsi untuk meningkatkan pemahaman atas tingkah laku manusia dalam kaitan dengan

kesehatannya. Dengan Identifikasi praktik kesehatan dalam berbagai budaya, baik di

masa lampau maupun zaman sekarang akan terkumpul persamaan – persamaan. Lininger

berpendapat, kombinasi pengetahuan tentang pola praktik transkultural dengan kemajuan

teknologi dapat menyebabkan semakin sempurnanya pelayanan perawatan dan

kesehatan orang banyak dan berbagai kultur.

C. Kepercayaan Kuno dan Praktik Pengobatan

Sistem pengobatan tradisional merupakan sub budaya masyarakat sederhana,

pengetahuan tradisional. Dalam masyarakat tradisional, sistem pengobatan tradisional ini

adalah pranata sosial yang harus dipelajari dengan cara yang sama seperti mempelajari

pranata sosial umumnya dan bahwa praktik pengobatan asli adalah rasional dari sudut

pandang yang berlaku mengenai sebab akibat.

Beberapa hal yang berhubungan dengan kesehatan (sehat – sakit) menurut budaya

– budaya yang ada di Indonesia diantaranya adalah: 1. Budaya Jawa Menurut orang

Jawa, “sehat adalah keadaan yang seimbang dunia fisik dan batin. Bahkan, semua itu
berakar pada batin. Jika “batin karep ragu nututi”, artinya batin berkehendak, raga /

badan akan mengikuti. Sehat dalam konteks raga berarti “waras”. Jika seseorang mampu

menjalankan peranan sosialnya sehari – hari, misalnya bekerja di ladang , sawah , selalu

gairah bekerja , gairah hidup , kondisii inilah yang dikatakan sehat . Dan ukuran sehat

untuk anak – anak adalah apabila kemauannya untuk makan tetap banyak dan selalu

bersemangat. Untuk menentukan sebab – sebab suatu penyakit ada dua konsep , yaitu

konsep personalistik dan konsep naluralistik .

Dalam konsep personalistik , penyakit yang disebabkan oleh makhluk supernatural

( makhluk gaib , dewa ), makhluk yang bukan manusia ( hantu , roh leluhur , roh jahat ) dan

manusia ( tukang sihir , tukang tenung ) . Penyakit ini disebut “ ora lumrah “ atau “ ora

sabaene “ ( tidak wajar / tidak biasa ) . Penyembuhannya adalah berdasarkan

pengetahuan secara gaib atau supernatural , misalnya melakukan upacara dan sesaji.

Dilihat dari segi personalistik jenis penyakit ini terdiri dari kesiku , kebendhu , kewalat ,

kebulisan , keluban , keguna – guna , atau digawe wong , kampiran bangsa lelembut dan

lain sebagainya .

➢ Pengertian dukun bagi masyarakat Jawa adalah yang pandai atau ahli dalam mengobati

penyakit melalui “Japa Mantera” , yaitu doa yang diberikan oleh dukun kepada pasien.

Ada beberapa kategori dukun pada masyarakat Jawa yang memiliki nama dan fungsi

masing-masing :

• Dukun bayi: penanganan khusus terhadap penyakit yang berhubungan dengan

kesehatan bayi , dan orang yang ingin melahirkan.

• Dukun pijat / tulang (sangkal putung) : Khusus pegangan orang yang sakit terkilir ,

patah tulang , jatuh atau salah urat.

• Dukun klenik : khusus menangani orang yang terkena guna – guna atau “ digawa uwong

“..
• Dukun mantra : khusus menangani orang yang terkena penyakit karena kemasukan roh

halus.

• Dukun hewan : khusus mengobati hewan.

➢ Adapun beberapa contoh pengobatan tradisional masyarakat jawa yang tidak terlepas

dari tumbuhan dan buah –buahan yang bersifat alami adalah :

• Daun dadap sebagai penurun panas dengan cara ditempelkan di dahi.

• Sedikit gula batu dan dapat juga digunakan sebagai penambah nafsu makan.

• Akar ilalang untuk menyembuhkan penyakit hepatitis

• Mahkota dewa untuk menurunkan tekanan darah tinggi, yakni dengan dikeringkan

terlebih dahulu seperti teh dan diminum seperlunya.

• Brotowali sebagai obat untuk menghilangkan rasa, peredam panas , dan penambah

nafsu makan.Jagung muda ( yang harus merupakan hasil curian Berhubungan Dengan

Kepercayaan Berguna Untuk Menyembuhkan penyakit cacar dengan cara dioleskan

➢ Budaya Sunda

Menurut orang sunda , orang sehat adalah yang makan terasa enak walaupun

dengan lauk seadanya, dapat tidur nyenyak dan tidak ada yang dikeluhkan , sedangkan

sakit adalah jika badan terasa sakit , panas atau makan terasa pahit , kalau anak kecil

sakit biasanya pusing , sering menangis , dan serba salah / gelisah Ada beberapa

perbedaan antara sakit ringan dan sakit berat . Orang disebut sakit ringan apabila masih

dapat berjalan kaki , masih dapat bekerja , masih dapat makan – minum dan dapat

sembuh dengan minum obat atau obat tradisional yang dibeli di warung . Orang disebut

sakit berat , apabila badan terasa lemas , tidak dapat melakukan kegiatan sehari – hari ,

sulit tidur , berat badan menurun , harus berobat ke dokter / puskesmas , apabila menjalani

rawat inap memerlukan biaya mahal.


Berikut beberapa contoh sakit dengan penyebab , pencegahan dan pengobatan

sendiri.:

a) Sakit Kepala

Keluhan yang berbeda antara nyeri kepala ( bahasa sunda = rieut atau nyeri

sirah , kepala terasa berputar / pusing / bahasa sunda = Lieur ), dan sakit kepala

sebelah / migran ( bahasa sunda = rieut jangar ) . Penyebab sakit kepala adalah

dengan menghindari terkena sinar matahari langsung , dan jangan banyak pikiran .

Pengobatan sendiri , sakit kepala dapat dilakukan dengan obat warung yaitu paramek

atau puyer bintang tujuh

b) Demam

Demam demam ( bahasa sunda = muriang atau panas tiris ) ditandai dengan

badan terasa pegal – pegal , menggigil , kadang – kadang bibir biru . Penyebab

demam adalah udara kotor , tempat debu kotor . pergantian cuaca , kondisi badan

lemah , kehujanan , kepanasan cukup lama , dan keletihan. Pencegahan demam dengan

menjaga kebersihan udara yang dihisap , makan teratur, olahraga yang cukup , minum

cukup, jika panas tubuh selalu mandi , jangan lupa makan sayuran atau buah-buahan .

Pengobatan sendiri demam dapat dilakukan dengan obat tradisional, yaitu kompres

badan dengan tumbukan daun melinjo, daun cabe atau daun singkong, atau dapat

juga dengan obat warung yaitu Paramek atau Puyer bintang tujuh

c) Keluhan Batuk

Batuk TBC, yaitu batuk yang sampai mengeluarkan darah dari mulut , batuk

biasa (bahasa sunda = fohgoy ), dan batuk yang terus menerus dengan suaranya

melengking (bahasa sunda = batuk bangkong ) dengan gejala tenggorokan gatal ,

kadang hidung rapet , dan kepala sakit ). Penyebab batuk TBC adalah karena orang

tersebut menderita penyakit TBC paru , sedangkan batuk biasa atau batuk adalah
debu dari tanah kering yang baru tertimpa hujan , alergi salah satu makanan , makanan

dasar , masuk angin , makan makanan yang digoreng dengan minyak yang tidak baik

, atau tersedak makanan / keselek . Pencegahan batuk dilakukan dengan menjaga

menjaga agar jangan kedinganan , jangan makan makanan basi , paling sering minum

, menghindari makanan yang berlebihan , atau menyebabkan alergi . pengobatan

sendiri batuk dapat Pencegahan batuk dilakukan dengan menjaga menjaga agar

jangan kedinganan , jangan makan makanan basi , paling sering minum , menghindari

makanan yang berlebihan , atau menyebabkan alergi .

➢ Budaya Batak

Arti “sakit” bagi orang Batak adalah keadaan dimana seseorang hanya masalah,

dan penyembuhannya melalui cara – cara tradisional , atau ada juga yang membawakan

orang yang sakit tersebut kepada dukun atau “ orang pintar “. Dalam Tindakan

Pengobatan sendiri yang sesuai dengan aturan masih rendah karena umumnya masyarakat

membeli obat secara eceran sehingga tidak dapat memaca keterangan yang tercantum

pada setiap kemasan obat.

Dalam Kehidupan sehari – hari orang batak , segala sesuatunya termasuk

pengobatan terlebih dahulu , untuk mengetahui bagaimana cara mendekatkan diri pada

pencipta agar manusia tetap sehat dan jauh dari mara bahaya. Bagi orang batak , di

samping penyakit spesifik penyakit , ada juga tipe supranatural , yaitu :

a) Jika mata seseorang bengkak , orang tersebut diyakini telah melakukan perbuatan yang

tidak baik ( mis : mengintip ) . Cara mengatasinya agar yang disebutkan itu sembuh adalah

dengan mengoleskan air sirih.

b) Nama tidak cocok dengan dirinya ( alasan nama ) sehingga membuat orang tersebut

sakit. Cara mengobatinya dengan mengganti nama tersebut dengan nama yang lain , yang

lebih cocok dan didoakan serta diadakan jamuan adat bersama keluarga.
Asal mula manusia menurut orang batak adalah dari ayam dan burung. Obat

dappol si buruk ini dulunya berasal dari burung siburuk yang mana langsung di praktikkan

dengan penelitian alam dan menghambat seluruh keturunan

Siraja Batak menggunakan obat ini dalam kehidupan sehari – hari. Untuk sakit

mengobati mata. Menurut orang batak , mata adalah satu panca indra sekaligus penentu

dalam kehidupan manusia , dan menurut legenda pada mata manusia berdiam Roh Raja

Simosimin , Berdasarkan pesan dari si raja batak , untuk mengeluarkan penyakit dari mata

, maukkan biji sirintak ke dalam mata yang sakit . Setelah itu tutuplah mata dan tunggulah

beberapa saat , karena biji sirintak akan menarik seluruh penyakit yang ada di mata .

Gunakan waktu 1x 19 hari , agar mata tetap sehat. Sirintak adalah tumbuhan Batak yang

dalam bahasa Indonesia.


Soal Evaluasi Modul 14

1. Jelaskan perawatan kehamilan dan kelahiran berdasarkan padangan budaya

2. Jelaskan perawatan pada anak, dan lansia berdasarkan pandangan budaya

3. Jelaskan beberapa pengobatan kuno yang masih digunakan/diterapkan

Jawaban:

1) Dari segi budaya, melahirkan tidak hanya merupakan suatu proses semata mata berkenaan

dengan lahirnya sang bayi saja, namun tempat melahirkan pun harus terhindar dari berbagai

kotoran tapi “kotor” dalam arti keduniawian, sehingga kebudayaan menetapkan bahwa

proses mengeluarkan unsur unsur yang kotor atau keduniawian harus dilangsungkan di tempat

yang sesuai keperluan itu. Jika dokter memiliki obat obat medis maka dukun bayi punya

banyak ramuan untuk dapat menangani ibu dan janin, umumnya ramuan itu diracik dari

berbagai jenis tumbuhan, atau bahan bahan lainnya yang diyakini berkhasiat sebagai

penguat tubuh atau pelancar proses persalinan.

Menurut pendekatan biososiokultural dalam kajian antropologi, kehamilan dan kelahiran dilihat

bukan hanya aspek biologis dan fisiologis saja, melainkan sebagai proses yang mencakup

pemahaman dan pengaturan hal-hal seperti; pandangan budaya mengenai kehamilan dan

kelahiran, persiapan kelahiran, para pelaku dalam pertolongan persalinan, wilayah tempat

kelahiran berlangsung, cara pencegahan bahaya, penggunaan ramuan atau obat-obatan

tradisional, cara menolong kelahiran, pusat kekuatan dalam pengambilan keputusan mengenai

pertolongan serta perawatan bayi dan ibunya

2) Perawatan Pada Anak

Disepanjang daur kehidupannya, manusia akan melewati masa transisi dari awal masa

kelahiran hingga kematiannya. Kebudayaan turut serta mempengaruhi peralihan tersebut.

Dalam asuhan keperawatan budaya, perawat harus paham dan bias mengaplikasikan
pengetahuannya pada tiap daur kehidupan manusia. Menurut Urie Bronfenbrenner (1990)

setidaknya ada 5 (lima) sistem yang berpengaruh terhadap tumbuh kembang anak,yaitu:

• Pertama, sistem mikro yang terkait dengan setting individual di mana anak tumbuh dan

berkembang yang meliputi:keluarga,teman sebaya,sekolah dan lingkungan sekitar

tetangga.

• Kedua, sistem meso yang merupakan hubungan di antara mikro sistem,misalnya hubungan

pengalaman-pengalam an yang didapatkan di dalam keluarga dengan pengalaman di

sekolah atau pengalaman dengan teman sebaya.

• Ketiga, sistem exo yang menggambarkan pengalaman dan pengaruh dalam setting sosial

yang berada di luar kontrol aktif tetapi memiliki pengaruh langsung terhadap

perkembangan anak,seperti,pekerjaan orang tua dan media massa.

• Keempat, sistem makro yang merupakan budaya di mana individu hidup

seperti:ideologi,budaya,sub-budaya atau strata sosial masyarakat.

• Kelima, sistem chrono yang merupakan gambaran kondisi kritis transisional (kondisi

sosiohistorik).

Keempat sistem pertama harus mampu dioptimalkan secara sinergis dalam pengembangan

berbagai potensi anak sehingga dibutuhkan pola pengasuhan,pola pembelajaran,pola

pergaula termasuk penggunaan media massa, dan pola kebiasaan (budaya) yang koheren

dan saling mendukung.

➢ Perawatan Pada Lansia

Bila suatu bentuk pelayanan kesehatan baru diperkenalkan ke dalam suatu masyarakat

dimana faktor-faktor budaya masih kuat. Biasanya dengan segera mereka akan menolak dan

memilih cara pengobatan tradisional sendiri. Apakah mereka akan memilih cara baru atau

lama, akan memberi petunjuk kepada kita akan kepercayaan dan harapan pokok mereka
lambat laun akan sadar apakah pengobatan baru tersebut berfaedah , sama sekali tidak

berguna, atau lambat memberi pegaruh. Namun mereka lebih menyukai pengobatan

tradisional karena berhubungan erat dengan dasar hidup mereka. Maka cara baru itu akan

dipergunakan secara sangat terbatas, atau untuk kasus-kasus tertentu saja. Pelayanan

kesehatan yang modern oleh sebab itu harus disesuaikan dengan kebudayaan setempat, akan

sia-sia jika ingin memaksakan sekaligus cara-cara modern dan menyapu semua cara-cara

tradisional . Bila tenaga kesehatan berasal dari lain suku atau bangsa, sering mereka merasa

asing dengan penduduk setempat . ini tidak akan terjadi jika tenaga kesehatan tersebut

berusaha mempelajari kebudayaan mereka dan menjembatani jarak yang ada diantara

mereka. Dengan sikap yang tidak simpatik serta tangan besi, maka jarak tersebut akan

semakin lebar. Setiap masyarakat mempunyai cara pengobatan dan kebiasaan yang

berhubungan dengan ksehatan masing-masing.

3) Adapun beberapa contoh pengobatan tradisional masyarakat jawa yang tidak terlepas dari

tumbuhan dan buah-buahan yang bersifat alami adalah

• Daun dadap sebagai penurun panas dengan cara ditempelkan di dahi.

• Temulawak untuk mengobati sakit kuning dengan cara di parut, diperas dan airnya

diminum 2 kali sehari satu sendok makan, dapat ditambah sedikit gula batu dan dapat

juga digunakan sebagai penambah nafsu makan.

• Akar ilalang untuk menyembuhkan penyakit hepatitis B.

• Mahkota dewa untuk menurunkan tekanan darah tinggi, yakni dengan dikeringkan terlebih

dahulu lalu diseduh seperti teh dan diminum seperlunya.

• Brotowali sebagai obat untuk menghilangkan rasa nyeri, peredam panas , dan penambah

nafsu makan.
• Jagung muda ( yang harus merupakan hasil curian = berhubungan dengan kepercayaan

) berguna untuk menyembuhkan penyakit cacar dengan cara dioleskan dibagian yang

terkena cacar.

• Daun sirih untuk membersihkan vagina.

• Lidah buaya untuk kesuburan rambut.

• Cicak dan tokek untuk menghilangkan gatal – gatal. Mandi air garam untuk menghilangkan

sawan.

• Daun simbung dan daun kaki kuda untuk menyembuhkan influenza.

• Jahe untuk menurunkan demam / panas , biasanya dengan diseduh lalu diminum ataupun

dengan diparut dan detempelkan di ibu jari kaki.

• Air kelapa hijau dengan madu lebah untuk menyembuhkan sakit kuning yaitu dengan cara

1 kelapa cukup untuk satu hari , daging kelapa muda dapat dimakan sekaligus , tidak

boleh kelapa yang sudah tua.

➢ Pengobatan Kuno yang Masih diterapkan Yaitu:

• Lintah. berasal dari india, metode ini menempatkan lintah penghisap darah pada kulit

manusia.tujuan utamanya untuk membuang kelebihan darah selama operasi mikro.

• Lidah buaya. penggunaan tanaman yang disebut lidah buaya ini awalnya berasal dari

zaman romawi kuno dan yunan, yang menggunakan Aloevera untuk perawatan luka.

• Madu. pada zaman kuno, madu ditemukan baik digunakan dalam pengobobatan ulkus

dan luka.saat ini madu pun digunakan untuk mengobati luka bakar ringan dan segala

macam pilek.

• Pijat, banyak peradaban yang menggunakan pijat untuk mengobati sakit otot dan

kecapean.

Anda mungkin juga menyukai