Asuhan Keperawatan
Asuhan Keperawatan
PENDAHULUAN
Insidensnya meningkat sesuai dengan usia, kebanyakan pada pasien yang berusia
lebih dari 55 tahun. Kanker ini jarang ditemukan di bawah usia 40 tahun, kecuali pada
orang dengan riwayat kolitis ulseratif atau poliposis familial. Kedua kelamin terserang
sama seringnya, walaupun kanker kolon lebih sering pada wanita, sedangkan lesi pada
rektum lebih sering pada pria.
Distribusi tempat kanker pada bagian – bagian kolon adalah sebagai berikut :
Asendens : 25%
Transversa : 10%
Desendens : 15%
Sigmoid : 20 %
Rectum : 30 %
1
Namun pada tahun – tahun terakhir, diketemukan adanya pergeseran mencolok
pada distribusinya. Insidens kanker pada sigmoid & area rectal telah menurun, sedangkan
insidens pada kolon asendens dan desendens meningkat. Lebih dari 156.000 orang
terdiagnosa setiap tahunnya, kira – kira setengah dari jumlah tersebut meninggal setiap
tahunnya, meskipun sekitar tiga dari empat pasien dapat diselamatkan dengan diagnosis
dini dan tindakan segera. Angka kelangsungan hidup di bawah 5 tahun adalah 40 – 50 %,
terutama karena terlambat dalam diagnosis dan adanya metastase. Kebanyakan orang
asimptomatis dalam jangka waktu yang lama dan mencari bantuan kesehatan hanya bila
mereka menemukan perubahan pada kebiasaan defekasi atau perdarahan rectal. Pada
makalah ini penulis akan membahas mengenai asuhan keperawatan klien dengan
colorectal cancer.
3.Tujuan
a. Tujuan Umum
Mengetahui dan memahami bagaimana membuat asuhan keperawatan masalah
pencernaan dengan gangguan colorectal cancer.
b. Tujuan Khusus
Mengetahui dan memahami definisi colorectal cancer.
Mengetahui dan memahami etiologi colorectal cancer.
Mengetahui dan memahami patofisiologi colorectal cancer.
Mengetahui dan memahami manifestasi klinis yang dapat ditemukan pada
klien dengan colorectal cancer.
Mengetahui dan memahami penatalaksanaan klien dengan colorectal cancer.
Mengetahui dan memahami WOC dari colorectal cancer.
Mengetahui dan memahami komplikasi dari colorectal cancer.
2
4. Manfaat
3
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
Usus besar adalah bagian dari sistem pencernaan. Sebagaimana diketahui sistem
pencernaan dimulai dari mulut, lalu kerongkongan (esofagus), lambung, usus halus
(duodenum, yeyunum, ileum), usus besar (kolon), rektum dan berakhir di dubur. Usus
besar terdiri dari kolon dan rektum. Kolon atau usus besar adalah bagian usus sesudah
usus halus, terdiri dari kolon sebelah kanan (kolon asenden), kolon sebelah tengah atas
(kolon transversum) dan kolon sebelah kiri (kolon desenden). Setelah kolon, barulah
rektum yang merupakan saluran diatas dubur. Bagian kolon yang berhubungan dengan
usus halus disebut caecum, sedangkan bagian kolon yang berhubungan dengan rektum
disebut kolon sigmoid.
Usus besar atau kolon dalam anatomi adalah bagian usus antara usus buntu dan
rektum. Usus besar berbentuk tabung muscular beongga dengan panjang 1,5 meter dan
diameter sekitar 6,5 cm yang terbentang dari sekum hingga kanalis ani Usus besar di bagi
menjadi 3 bagian yaitu sekum, kolon, dan rectum. Kolon terdiri dari kolon menanjak
(ascending), kolon melintang (transverse), kolon menurun (descending), kolon
sigmoid.Bagian kolon dari usus buntu hingga pertengahan kolon melintang sering disebut
dengan "kolon kanan", sedangkan bagian sisanya sering disebut dengan "kolon kiri"
(http://id.wikipedia.org).
Sekum terdiri dari katup ileosekal dan apendik. Ileosekal mengendalikan aliran
kimus dari ileum ke sekum dan mencegah terjadinya aliran balik bahan fekal dari usus
besar ke usus halus. Kolon ascendant panjangnya 13 cm, terletak di bawah abdomen
sebelah kanan membujur ke atas dari ileum di bawah hati melengkung ke kiri,
lengkungan ini di sebut fleksura hepatica. Kolon transversum panjangnya kurang lebih 38
cm, membujur dari kolon ascendant sampai kolon descenden, berada di bawah abdomen,
4
sebelah kanan terdapat fleksura hepatica dan sebelah kiri terdapat fleksura lienalis. Kolon
descenden panjangnya kurang lebih 25 cm, terletak di bawah abdomen bagian kiri
membujur dari atas ke bawah dan fleksura lienalis sampai ke depan ileum kiri
bersambung dengan sigmoid. Kolon sigmoid merupakan lanjutan dari kolon descenden
terletak miring dalam rongga pelvis sebelah kiri, bentuknya menyerupai huruf S, dn ujung
bawahnya berhubungan dengan rectum. Rectum terletak di bawah kolon sigmoid yang
menghubungkan interstinum mayor dengan anus.
Dalam keadaan normal kolon menerima sekitar 500 ml kimus dari usus halus
setiap hari. Karena sebagian besar pencernaan dan penyerapan telah selesai di usus halus,
isi usus disalurkan ke kolon terdiri dari residu makanan yang tidak dapat dicerna
( misalnya selulosa ), komponen empedu yang tidak dapat diserap dan sisa cairan. Kolon
mengekstraksi H2O dan garam dari isi lumennya. Apa yang tersisa untuk dieliminasi di
kenal sebagai feses. Fungsi utama usus besar adalah untuk menyimpan bahan ini sebelum
defekasi. Selulosa dan bahan-bahan lain dalam makanan yang tidak dapat dicerna
membentuk sebagian besar feses dan membantu mempertahankan pengeluaran tinja
secara teratur karena berperan menentukan volume isi kolon.
Usus besar memiliki berbagai fungsi yang semuanya berkaitan dengan proses
akhir isi usus. Fungsi usus besar yang paling penting adalah absorbsi air dan elektrolit,
yang sudah hampir selesai dalam kolon dekstra. Kolon sigmoid berfungsi sebagai
reservoir yang menampung masa feses yang sudah terhidrasi hingga berlangsungnya
defekasi.
Pada umumnya usus besar bergerak secara lambat. Gerakan usus besar yang khas
adalah pengadukan haustral. Kantong atau haustra meregang dari waktu ke waktu otot
sirkular akan berkontraksi untuk mengososngkannya. Gerakan ini menyebabkan gerakan
usus bolak-balik dan meremas-remas sehingga member cukup waktu untuk terjadinya
absorpsi.
5
2 Definisi Colorectal Cancer
Kanker adalah penyakit pertumbuhan sel yang bersifat ganas. Bisa mengenai
organ apa saja di tubuh manusia. Bila menyerang di kolon, maka disebut kanker kolon,
bila mengenai di rektum, maka disebut kanker rektum. Bila mengenai kolon maupun
rektum maka disebut kanker kolorektal (Aru, 2006). Kanker kolon sebagaimana sifat
kanker lainnya, memiliki sifat dapat tumbuh dengan relatif cepat, dapat menyusup atau
mengakar (infiltrasi) ke jaringan disekitarnya serta merusaknya, dapat menyebar jauh
melalui kelenjar getah bening maupun pembuluh darah ke organ yang jauh dari tempat
asalnya tumbuh, seperti ke lever, paru-paru, yang pada akhirnya dapat menyebabkan
kematian bila tidak ditangani dengan baik ( Burkitt, 1971 ).
Kanker colorectal berasal dari jaringan kolon (bagian terpanjang di usus besar)
atau jaringan rektum (beberapa inci terakhir di usus besar sebelum anus). Sebagian besar
kanker colorectal adalah adenocarcinoma (kanker yang dimulai di sel-sel yang membuat
serta melepaskan lendir dan cairan lainnya).
3 Klasifikasi
Klasifikasi kanker kolon menurut modifikasi DUKES adalah sebagai berikut (FKUI,
2001 : 209) :
C1 : kanker telah mengadakan metastasis ke kelenjar getah bening sebanyak satu sampai
empat buah.
C2 : kanker telah mengadakan metastasis ke kelenjar getah bening lebih dari 5 buah.
6
D : kanker telah mengadakan metastasis regional tahap lanjut dan penyebaran yang luas
& tidak dapat dioperasi lagi.
Klasifikasi kanker kolon dapat ditentukan dengan sistem TNM (T = tumor, N =
kelenjar getah bening regional, M = jarak metastese).
T = Tumor primer
TO = Tidak ada tumor
TI = Invasi hingga mukosa atau sub mukosa
T2 = Invasi ke dinding otot
T3 = Tumor menembus dinding otot
N = Kelenjar limfa
N0 = tidak ada metastase
N1 = Metastasis ke kelenjar regional unilateral
N2 = Metastasis ke kelenjar regional bilateral
N3 = Metastasis multipel ekstensif ke kelenjar regional
M = Metastasis jauh
MO = Tidak ada metastasis jauh
MI = Ada metastasis jauh
1. Tipe menonjol
Semua tumor yang massa utamanya menonjol ke dalam lumen usus termasuk tipe ini.
Tumor tampak nodular, polipoid, seperti kembang kola tai fungoid. Massa tumor besar,
permukaan mudah mengalami perdarahan, infeksi, dan nekrosis. Umumnya terjadi di
belahan kanan kolon. Sifat invasi rendah, prognosis agak baik.
7
2. Tipe ulseratif
Setiap tumor dengan permukaan memiliki tukak jelas yang agak dalam
(kedalamannya biasanya mencapai atau melebihi tunika muskularis) termasuk tipe ini.tipe
ulseratif paling sering di jumpai, menempati lebih dari separuh kanker besar.
Karakteristiknya adalah pada massa terdapat tukak yang agak dalam, bentuk luar mirip
kawah gunung berapi, tepinya menonjol dank eras, dasarnya tidak rata, nekrosis, derajad
keganasan tinggi, metastasis limfogen lebih awal.
Tumor menginfiltrasi tiap lapisan dinding usus secara difus, sehingga dinding usus
setempat menebal, tapi tampak dari luar seringkali tidak jelas terdapat tukak atau
tonjolan. Tumor seringkali mengenai sekeliling saliran usus, disertai hyperplasia
abnormal jaringan ikat, lingkaran usus jelas menyusut, membentuk konstriksi anular,
dipermukaan serosa setempat sering tampak cincin konstriksi akibat traksi jaringan ikat.
Oleh karena itu mudah terjadi ileus, timbul diare dan obstipasi silih berganti. Tipe ini
sering ditemukan pada kolon sigmoid dan bagian atas rectum, derajad keganasan tinggi,
metastasis lebih awal.
4 .Etiologi
Penyebab nyata dari kanker kolorectal belum diketahui secara pasti, namun faktor resiko
& faktor predisposisi telah diidentifikasi. Faktor resiko yang mungkin adalah :
1. Riwayat kanker pribadi, orang yang sudah pernah terkena kanker colorectal dapat
terkena kanker colorectal untuk kedua kalinya. Selain itu, wanita dengan riwayat
kanker di indung telur, uterus (endometrium) atau payudara mempunyai tingkat
risiko yang lebih tinggi untuk terkena kanker colorectal.
2. Riwayat kanker colorectal pada keluarga, jika mempunyai riwayat kanker
colorectal pada keluarga, maka kemungkinan akan terkena penyakit ini lebih
besar, khususnya jika mempunyai saudara yang terkena kanker pada usia muda.
3. Riwayat penyakit usus inflamasi kronis.
8
4. Diet : kebiasaan mengkonsumsi makanan yang rendah serat (sayur-sayuran, buah-
buahan), kebiasaan makan makanan berlemak tinggi dan sumber protein hewani.
Faktor predisposisi yang penting adalah faktor gaya hidup, orang yang merokok,
atau menjalani pola makan yang tinggi lemak seperti lemak jenuh dan asam lemak
omega-6 (asam linol) dan sedikit buah-buahan dan sayuran memiliki tingkat risiko yang
lebih besar terkena kanker colorectal. Adanya hubungan dengan kebiasaan makan, karena
kanker kolorektal (seperti juga divertikulosis) adalah sekitar 10 kali lebih banyak pada
penduduk di dunia barat, yang mengkonsumsi lebih banyak makanan yang mengandung
karbohidrat refined dan rendah serat kasar, dibandingkan penduduk primitive (Afrika)
dengan diet kaya serat kasar. Burkitt (1971) mengemukakan bahwa diet rendah serat,
tinggi karbohidarat refined mengakibatkan perubahan pada flora feses dan perubahan
degradasi garam – garam empedu atau hasil pemecahan protein & lemak, dimana
sebagian dari zat – zat ini bersifat karsinogenik. Diet rendah serat juga menyebabkan
pemekatan zat yang berpotensi karsinogenik ini dalam feses yang bervolume lebih kecil.
Selain itu, massa transisi feses meningkat, akibatnya kontak zat yang berpotensi
karsinogenik dengan mukosa usus bertambah lama.
Etiologi lain :
1. Kontak dengan zat-zat kimia tertentu seperti logam berat, toksin, dan ototoksin
serta gelombang elektromagnetik.
2. Zat besi yang berlebihan diantaranya terdapat pada pigmen empedu, daging sapi
dan kambing serta tranfusi darah.
3. Minuman beralkohol, khususnya bir. Usus mengubah alkohol menjadi
asetilaldehida yang meningkatkan risiko menderita kanker kolon.
4. Obesitas.
5. Bekerja sambil duduk seharian, seperti para eksekutif, pegawai administrasi, atau
pengemudi kendaraan umum
6. Polip di usus (Colorectal polyps), polip adalah pertumbuhan pada dinding dalam
kolon atau rektum, dan sering terjadi pada orang berusia 50 tahun ke atas.
9
Sebagian besar polip bersifat jinak (bukan kanker), tapi beberapa polip (adenoma)
dapat menjadi kanker.
7. Colitis Ulcerativa atau penyakit Crohn, orang dengan kondisi yang menyebabkan
peradangan pada kolon (misalnya colitis ulcerativa atau penyakit Crohn) selama
bertahun-tahun memiliki risiko yang lebih besar.
8. Usia di atas 50, kanker colorectal lebih biasa terjadi pada usia manusia yang
semakin tua. Lebih dari 90 persen orang yang menderita penyakit ini didiagnosis
setelah usia 50 tahun ke atas.
5 Manifestasi Klinis
Gejala sangat ditentukan oleh lokasi kanker, tahap penyakit, dan fungsi segmen usus
tempat kanker berlokasi. Adanya perubahan dalam defekasi, darah pada feses, konstipasi,
perubahan dalam penampilan feses, tenesmus, anemia dan perdarahan rectal merupakan
keluhan yang umum terjadi.
1. Kanker kolonkanan, dimana isi kolon berupa caiaran, cenderung tetap tersamar
hingga stadium lanjut. Sedikit kecenderungan menimbulkan obstruksi, karena
lumen usus lebih besar dan feses masih encer. Anemia akibat perdarahan sering
terjadi, dan darah bersifat samara dan hanya dapat dideteksi dengan tes Guaiak
(suatu tes sederhana yang dapat dilakukan di klinik). Mucus jarang terlihat, karena
tercampur dalam feses. Pada orang yang kurus, tumor kolon kanan mungkin dapat
teraba, tetapi jarang pada stadium awal. Penderita mungkin mengalami perasaan
tidak enak pada abdomen, dan kadang – kadang pada epigastrium.
2. Kanker kolon kiri dan rectum cenderung menyebabkan perubahan defekasi
sebagai akibat iritasi dan respon refleks. Diare, nyeri kejang, dan kembung sering
terjadi. Karena lesi kolon kiri cenderung melingkar, sering timbul gangguan
obstruksi. Feses dapat kecil dan berbentuk seperti pita. Baik mucus maupun darah
segar sering terlihat pada feses. Dapat terjadi anemia akibat kehilangan darah
kronik. Pertumbuhan pada sigmoid atau rectum dapat mengenai radiks saraf,
pembuluh limfe atau vena, menimbulkan gejala – gejala pada tungakai atau
perineum. Hemoroid, nyeri pinggang bagian bawah, keinginan defekasi atau
10
sering berkemih dapat timbul sebagai akibat tekanan pada alat – alat tersebut.
Gejala yang mungkin dapat timbul pada lesi rectal adalah evakuasi feses yang
tidak lengkap setelah defekasi, konstipasi dan diare bergantian, serta feses
berdarah (Gale, 2000).
Tabel Perbedaan manifestasi klinis dari kolon kanan dan kolon kiri
Balikan vena: vena portaàhati kanan Balikan vena: v. lienalisàvena portaàhati kiri
Besar Kecil
Cair seperti bubur Berbentuk kering, padat
Terutama absorbsi air, elektrolit Storasi feses, defekasi
Umumnya berbentuk benjolan, sering Umumnya tipe infiltrative, mudah ileus
ulserasi luas, berdarah, infeksi
Massa abdominal, sistemik, perut Ileus, hematokezia, iritasi usus
kembung, nyeri samar dan gejala tak
khas
11
terlepas dari tumor primer dan menyebar ke bagian tubuh yang lain ( paling sering ke
hati)
Kebanyakan kanker usus besar berawal dari pertumbuhan sel yang tidak ganas atau
disebut adenoma, yang dalam stadium awal membentuk polip (sel yang tumbuh sangat
cepat). Pada stadium awal, polip dapat diangkat dengan mudah. Tetapi, seringkali pada
stadium awal adenoma tidak menampakkan gejala apapun sehingga tidak terdeteksi
dalam waktu yang relatif lama dan pada kondisi tertentu berpotensi menjadi kanker yang
dapat terjadi pada semua bagian dari usus besar (Davey, 2006 : 335).
Kanker usus besar awalnya berasal dari polip jinak. Polip dapat berupa massa polipoid,
besar, tumbuh dengan cepat, ganas dan menyusup serta merusak jaringan normal serta
meluas ke dalam sturktur sekitarnya. Lesi anular lebih sering terjadi pada bagian
rektosigmoid, sedangkan lesi polipoid yang datar lebih sering terjadi pada sekum dan
kolon ascenden. Secara histologist 95% kanker kolon dan rektum adalah
adenokarsinoma(tumor ganas yang tumbuh di jaringan epitel usus) yang dapat
menyekresi mucus yang jumlah yang berbeda-beda. Sel kanker dapat terlepas dari tumor
primer dan menyebar ke bagian tubuh yang lain ( paling sering ke hati).
12
Stadium pada Colorectal Cancer
Tabel : stadium pada karsinoma kolon yang ditemukan dengan system TMN
(Tambayong, 2000 : 143).
13
C2; kanker di sertai metastasis kelenjar limfe di pangkal arteri
mesenterium.
4. Stadium D: kanker disertai metastasis organ jauh, atau karena infiltrasi
luas local atau metastasis luas kelenjar limfe sehingga paska reseksi tak
mungkin kuratif atau nonresektabel.
7. Pemeriksaan Diagnostik
1. Endoskopi
2. Radiologis
14
Pemeriksan radiologis yang dapat dilakukan antara lain adalah foto dada dan foto kolon
(barium enema). Foto dada dilakukan untuk melihat apakah ada metastasis kanker ke
paru.
Sulit dilakukan untuk memeriksa kanker pada kolon, tetapi digunakan untuk melihat
ada tidaknya metastasis kanker ke kelenjar getah bening di abdomen dan hati.
4. Histopatologi.
Pada pemeriksaan enema barium, bahan cair barium dimasukkan ke usus besar
melalui dubur dan siluet (bayangan)-nya dipotret dengan alat rontgen. Pada pemeriksaan
ini hanya dapat dilihat bahwa ada kelainan, mungkin tumor, dan bila ada perlu diikuti
dengan pemeriksaan kolonoskopi. Pemeriksaan ini juga dapat mendeteksi kanker dan
polip yang besarnya melebihi satu sentimeter. Kelemahannya, pada pemeriksaan ini tidak
dapat dilakukan biopsi.
8 Penatalaksanaan
15
1. Pembedahan (Operasi)
Operasi adalah penangan yang paling efektif dan cepat untuk tumor yang
diketahui lebih awal dan masih belum metastatis, tetapi tidak menjamin semua sel kanker
telah terbuang. Oleh sebab itu dokter bedah biasanya juga menghilangkan sebagian besar
jaringan sehat yang mengelilingi sekitar kanker. Pembedahan merupakan tindakan primer
pada kira – kira 75 % pasien dengan kanker kolorektal. Pembedahan dapat bersifat kuratif
atau palliative. Kanker yang terbatas pada satu sisi dapat diangkat dengan kolonoskop.
Kolostomi laparoskopik dengan polipektomi, suatu prosedur yang baru dikembangkan
untuk meminimalkan luasnya pembedahan pada beberapa kasus. Laparoskop digunakan
sebagai pedoman dalam membuat keputusan di kolon ; massa tumor kemudian dieksisi.
Reseksi usus diindikasikan untuk kebanyakan lesi Kelas A dan semua Kelas B serta lesi
C. Pembedahan kadang dianjurkan untuk mengatasi kanker kolon D. Tujuan pembedahan
dalam situasi ini adalah palliative. Apabila tumor telah menyebar dan mencakup struktur
vital sekitarnya, maka operasi tidak dapat dilakukan.
Tipe pembedahan tergantung pada lokasi dan ukuran tumor. Prosedur pembedahan
pilihan adalah sebagai berikut ( Doughty& Jackson, 1993 ) :
16
rektosigmoid dan rektum atas dilakukan rektosigmoidektomi dan dibuat anastomosis.
Desenden kolorektal. Pada kanker di rektum bawah dilakukan proktokolektomi dan
dibuat anastomosis kolorektal.
1. Kolostomi
Terapi radiasi memakai sinar gelombang partikel berenergi tinggi misalnya sinar
X, atau sinar gamma, difokuskan untuk merusak daerah yang ditumbuhi tumor, merusak
genetic sehingga membunuh kanker. Terapi radiasi merusak sel-sel yang pembelahan
dirinya cepat, antara alin sel kanker, sel kulit, sel dinding lambung & usus, sel darah.
Kerusakan sel tubuh menyebabkan lemas, perubahan kulit dan kehilangan nafsu makan.
3. Kemoterapi
Kemoterapi memakai obat antikanker yang kuat , dapat masuk ke dalam sirkulasi
darah, sehingga sangat bagus untuk kanker yang telah menyebar. Obat chemotherapy ini
ada kira-kira 50 jenis. Biasanya di injeksi atau dimakan, pada umumnya lebih dari satu
macam obat, karena digabungkan akan memberikan efek yang lebih bagus (FKUI, 2001 :
211). Kemoterapi yang diberikan ialah 5-flurourasil (5-FU). Belakangan ini sering
dikombinasi dengan leukovorin yang dapat meningkatkan efektifitas terapi. Bahkan ada
yang memberikan 3 macam kombinasi yaitu: 5-FU, levamisol, dan leuvocorin. Dari hasil
penelitian, setelah dilakukan pembedahan sebaiknya dilakukan radiasi dan kemoterapi.
Radiasi dan kemoterapi dapat diberikan secara berkesinambunagn dengan memperhatikan
17
derajat kanker. Deteksi kanker yang dapat dilanjutkan dengan pemberian kemoterapi
disesuaikan dengan klasifikasi dengan sistem TNM(T = tumor, N = kelenjar getah bening
regional, M = jarak metastese) yaitu :
TI = Invasi hingga mukosapat atau sub mukosa, dapat dilakukan pengangkatan dan
kemoterapi
4. Diet
18
5. Keperawatan
6. Pencegahan
2.9 Komplikasi
19
Pada pasien dengan kanker kolon yaitu:
BAB III
20
ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 Pengkajian
1. Anamnesa
a. Identitas:
Nama, umur, jenis kelamin, agama, suku bangsa, alamat, tanggal masuk
rumah sakit, nomor register, tanggal pengkajian dan diagnosa medis.
Identitas ini digunakan untuk membedakan klien satu dengan yang lain.
Jenis kelamin, umur dan alamat.
2. Keluhan utama:
Nyeri abdomen.
21
3.2 Diagnosa Keperawatan
1. Perubahan eliminasi alvi berhubungan dengan penurunan asupan cairan dan serat,
kelemahan otot abdomen sekunder akibat Ca Colorectal
2. PK Perdarahan
3. Nyeri berhubungan dengan proses penyakit
4. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
mual/muntah.
5. Risiko infeksi berhubungan dengan perdarahan tonjolan CA.
6. Risiko defisit volume cairan berhubungan dengan dehidrasi
7. Ansietas berhubungan dengan proses penyakit
8. Konsep diri berhubungan dengan proses penyakit
9. Harga diri berhubungan dengan proses penyakit
3.3 Intervensi
22
dan/atau peritonitis.
perawat dalam memberikan bantuan
defekasi kepada klien.
23
3. Mengetahui dengan jelas
factor penyebab
memudahkan pilihan
intervensi yang tepat.
4. Akan meningkatkan pola
defekasi yang optimal.
5. Mencegah terjadi
perubahan tanda vital, sakit
kepala atau perdarahan.
6. Untuk mengetahui
aktivitas kinerja system
pencernaan klien
7. Pada keadaan kekurangan
serat dan cairan.
Diagnosis : PK Perdarahan
Kriteria hasil : Melena tidak terjadi selama 2x24 jam
Hematemesis tidak terjadi selama 2x24 jam
Tujuan : - Perdarahan terhenti
Intervensi Keperawatan Rasional
1. Posisikan klien 1. Memberikan posisi nyaman selama
klien dalam proses perawatan
2. Perkembangan tanda-tanda vital
akan menentukan pola intervensi
1. Pantau tanda-tanda vital
selanjutnya.
3. Meningkatkan keadekuatan tubuh
klien
1. Batasi aktivitas klien
4. Mengatasi melena dengan
2. Membantu dan melayani klien dalam
konsentrasi darah berlebihan tanpa
hal penggunaan Diapers
tahanan sfingter
3. Kolaborasi rehidrasi kumbah
24
lambung 5. Membantu mengurangi
4. PK. Kolaborasi: hematemesis
Diagnosis : Nyeri berhubungan dengan proses penyakit
Kriteria hasil : Pasien tampak rileks, dapat beristirahat/tidur dan melakukan
pergerakkan yang berarti sesuai toleransi.
Tujuan : Pasien mengatakan bahwa rasa nyeri telah terkontrol atau hilang.
Intervensi Keperawatan Rasional
1. Monitor rasa sakit secara reguler, catat 1. Sediakan informasi mengenai
karakteristik, lokasi dan intensiitas (0- kebutuhan/efektivitas intervensi.
10)
2. Catat munculnya rasa cemas/takut dan
hubungkan dengan lingkungan dan
1. Perhatikan hal-hal yang tidak
persiapan untuk prosedur.
diketahui dan/atau persiapan
inadekuat (misalnya apendikstomi
darurat) dapat memperburuk
1. Kaji tanda-tanda vital, perhatikan persepsi pasien akan rasa sakit.
takikardia, hipertensi dan peningkatan 2. Dapat mengindikasikan rasa sakit
pernapasan, bahkan jika pasien akut dan ketidaknyamanan.
25
3. Pahami penyebab
menyangkal adanya rasa sakit.
ketidaknyamanan, sebagai
2. Berikan informasi mengenai sifat
langkah pemberian teknik
ketidaknyamanan, sesuai kebutuhan.
pengalihan nyeri / relaksasi
4. Mungkin mengurangi rasa sakit
dan meningkatkan sirkulasi.
1. Lakukan reposisi sesuai petunjuk, Posisi semi – Fowler dapat
misalnya semi – Fowler ; miring. mengurangi tegangan otot
abdominal dan otot pungguung
artritis, sedangkan miring
mengurangi tekanan dorsal.
5. Respirasi mungkin menurun pada
pemberian narkotik, dan mungkin
menimbulkan efek-efek
sinergistik dengan zat-zat
anastesi.
1. Observasi efek analgetik.
6. Analgetik IV akan dengan segera
mencapai pusat rasa saki,
menimbulkan penghilang yang
lebih efektif dengan obat dosis
kecil.
Diagnosis : Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
mual/muntah.
Kriteria hasil : - klien akan memperlihatkan perilaku mempertahankan atau
26
meningkatkan berat badan dengan nilai laboratorium normal.
terpenuhi
27
kesukaan/ketidaksukaan klien yang
menyebabkan distres.
4. Kolaborasi ahli gizi pemberian
makanan yang bervariasi.
5. Kolaborasi dengan dokter dalam
pemberian suplemen dan obat-
obatan, serta kebutuhan nutrisi
parenteral dan pemasang pipa
lambung.
6. Menganalisa penyebab
melaksanakan intervensi.
7. Mengidentifikasi
kekurangan/kebutuhan nutrisi
berfokus pada masalah membuat
suasana negatif dan mempengaruhi
masukan.
8. Mengawasi keefektifan secara diet.
9. Tidak memberi rasa bosan dan
pemasukan nutrisi dapat
ditingkatkan.
10. Mulut yang bersih meningkatkan
nafsu makan.
11. Dapat mengurangi mual dan
menghilangkan gas.
12. Melibatkan pasien dalam
perencanaan, memampukan pasien
memiliki rasa kontrol dan
mendorong untuk makan.
13. Makanan yang bervariasi dapat
meningkatkan nafsu makan klien.
28
14. Menstimulasi nafsu makan dan
mempertahankan intake nutrisi
yang adekuat.
Diagnosis : Risiko infeksi berhubungn dengan perdarahan tonjolan CA..
Kriteria hasil : Setelah dilakukan perawatan 3x24jam resiko infeksi dan metastase ke
organ lain tidak cepat dan mungkin hilang
Tujuan : Meminimalkan proses penyebaran infeksi dan metastase ke organ lain
Intervensi Rasional
Mandiri
29
Intervensi Rasional
1. Pantau intake cairan, pastikan 1. Ca colorectal dapat bermetastase
sedikitnya 1500 ml cairan per oral, ke ginjal yang dapat
serta pantau haluaran, pastikan mempengaruhi kerja ginjal,
sedikitnya 1000-1500 ml per 24 jam sehingga perlu mengatur jumlah
2. Pantau kadar elektrolit darah, nitrogen cairan yang masuk dan keluar.
urea darah, urin dan serum, 2. Menunjukkan pola intervensi
osmolalitas, kreatinin, hematokrit, dan selanjutnya
Hb.
3. Kolaborasi pemberian dextros G5
1. Kolaborasi pemberian tranfusi darah
30
Kriteria hasil : Meningkatkan kenyamanan psikologis dan fisiologis klien
Tujuan : Klien dan perawat dapat bekerja sama dalam menentukan pola koping
yang sesuai
Intervensi Rasional
1. Monitor tingkat ansietas klien 1. Menentukanpola intervensi yang akan
dilakukan
2. Untuk meningkatakan koping dan
harga diri klien
1. Berikan edukasi mengenai penyakit
3. Memberikan kenyamanan dalam
yang diderita.
berkomunikasi dengan klien, dan
2. Komunikasi terapeutik
menawarkan keterbukaan
4. Mengurangi tingkat stres
31
menawarkan keterbukaan
3. Mengurangi tingkat stres
4. Meningkatkan kenyamanan
psikologis klien
1. Singkirkan stimulasi yang 5. Memberikan rangsangan luar agar
berlebihan klien dapat memperoleh perhatian
2. Berikan latihan relaksasi, imajinasi lebih, sehingga mampu meningkatkan
terbimbing. konsep dirinya.
3. Komunikasikan dengan keluarga
pasien bagaiman membangun
hubungan yang baik selama proses
perawatan.
Intervensi Rasional
1. Berikan edukasi mengenai penyakit
yang diderita.
2. Komunikasi terapeutik
32
2. Untuk meningkatakan koping dan
harga diri klien
3. Memberikan kenyamanan dalam
berkomunikasi dengan klien, dan
menawarkan keterbukaan
4. Mengurangi tingkat stres
Evaluasi adalah stadium pada proses keperawatan dimana taraf keberhasilan dalam
pencapaian tujuan keperawatan dinilai dan kebutuhan untuk memodifikasi tujuan atau
intervensi keperawatan ditetapkan (Brooker, 2001).
1. Diagnosa :
Pola eleminasi dalam rentang yang diharapkan ; bentuk feses dalam bentuk
normal
2. Diagnosa
Melena tidak terjadi selama 2x24 jam
Hematemesis tidak terjadi selama 2x24 jam
3. Diagnosa
33
Pasien tampak rileks, dapat beristirahat/tidur dan melakukan pergerakkan yang
berarti sesuai toleransi.
4. Diagnosa
klien akan memperlihatkan perilaku mempertahankan atau meningkatkan
berat badan dengan nilai laboratorium normal.
klien mengerti dan mengikuti anjuran diet
melaporkan peningkatan intake makana
tidak ada mual/muntah.
5. Diagnosa
Leukosit normal 10.000-40.00
Tidak ditemukan tanda-anda inflamasi
6. Diagnosa
cair Turgor kulit norma dan haluaran normal selama pemantauan 2x24
jam
7. Diagnosa
Meningkatkan kenyamanan psikologis dan fisiologis klien
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Kanker colorectal berasal dari jaringan kolon (bagian terpanjang di usus besar) atau
jaringan rektum (beberapa inci terakhir di usus besar sebelum anus). Sebagian besar
colorectal cancer adalah adenocarcinoma (kanker yang dimulai di sel-sel yang membuat
serta melepaskan lendir dan cairan lainnya).
Etiologi dari colorectal cancer yaitu terdiri atas faktor resiko dan faktor predisposisi.
Faktor risiko terdiri dari usia, riwayat kanker pribadi, riwayat kanker colorectal pada
keluarga, riwayat penyakit usus inflamasi kronis, riwayat penyakit polip di usus, dan
34
riwayat penyakit crohn. Sedangkan faktor predisposisinya terdiri dari merokok, pola
makan yang tidak sehat (tinggi lemak dan rendah serat), kontak dengan zat-zat kimia,
minuman beralkohol, obesitas, dan bekerja sambil duduk seharian.
Asuhan keperawatan yang tepat akan menentukan keberhasilan perawtan klien dengan
colorectal cancer.
DAFTAR PUSTAKA
Flyfreeforhelp.2010.(online).
..........2010.http://lifestyle.okezone.com/read/2010/02/22/27/306051/search.html. diakses
pada tanggal 15 November 2010
35
……...2010.(online).http://www.soft-ko.co.cc/2010/10/colorectal cancer_06.html. diakses
pada tanggal 19 November 2010
36