Anda di halaman 1dari 58

KONJUNGTIVITIS

OLEH :
Putu Angga Tantra Dinata, S. Ked (21710148)
I Made Dharma Wijaya, S. Ked (21710199)

PEMBIMBING :
Dr. Gunawan Tri R, Sp.M

Mengetahui,
Kepala Bagian/SMF Mata

dr.Tutuk Wibowo Chamidy,Sp,M


NIP : 140364125
ANATOMI KONJUNGTIVA
Konjungtiva terdiri atas 3 bagian yaitu :
1. Konjungtiva palpebralis : melapisi permukaan
posterior palpebra dan melekat erat ke
tarsus.
2. Konjungtiva bulbaris : menutupi sebagian
permukaan anterior bola mata
3. Konjungtiva Forniks : tempat peralihan
konjungtiva tarsal dan konjungtiva bulbi.
Konjungtivitis
• Definisi
Konjungtivitis adalah peradangan pada
konjungtiva.

Berdasarkan klinis konjungtivitis dibagi


menjadi
1. Konjungtivitis hiperakut
2. Konjungtivitis akut
3. Konjungtivitis kronik
Berdasarkan penyebabnya
• Infeksi: Bakterial, Virus, Parasit, Jamur
• Noninfeksi: Iritasi yang tetap(mata kering),
Alergi, Toksin

Berdasarkan sekretnya
• Purulen: Bakteri ganas atau klamidia
• Molor : Pada Alergi, vernalis
• Mucus: Bakteri
• Serous : virus
Gejala Klinis Konjungtivitis

Mata merah
Keluar sekret
Sensasi benda asing, yaitu tergores atau panas
atau ngeres (sandy feeling)
Sensasi penuh di sekitar mata, gatal dan
fotofobia.
Tanda Konjungtivitis
1. Hiperemi
2. Eksudasi
3. Pseudoptosis
4. Kimosis
5. Hipertrofi papiler
6. Hipertrofi folikuler
7. Pseudo membran
8. Membran
9. Granuloma
10.Adenopati Preauricular
Komplikasi Konjungtivitis
• Ulserasi kornea.
• Membaliknya seluruh tepian palpebra
(eriteropion)
• Membaliknya bulu mata ke dalam (trikiasis)
• Obstruksi ductus nasolacrimalis.
• Turunnya kelopak mata atas karena
kelumpuhan (ptosis)
1. Konjungtivitis Bakteri
Merupakan inflamasi konjungtiva yang disebabkan

oleh bakteri, dibagi menjadi empat bentuk yaitu :


1. Hiperakut (biasanya disebabkan oleh N gonnorhoeae, Neisseria kochii

dan N meningitidis)

2. Akut biasanya (biasanya disebabkan oleh Streptococcus pneumonia

dan Haemophilus aegyptyus).

3. Subakut (biasanya disebabkan oleh H influenza dan Escherichia coli).

4. kronik sering terjadi pada konjungtivitis sekunder atau pada pasien

dengan obstruksi duktus nasolakrimalis


Gejala Klinis
 Mata merah
 Iritasi mata
 Injeksi konjungtiva baik segmental ataupun
menyeluruh.
 Sekret purulen
 Edema palpebra
 Tidak terjadi penurunan visus
 reaksi pupil normal
 kelopak mata yang saling melekat pada pagi hari
sewaktu bangun tidur
Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan mikroskopik terhadap kerokan
konjungtiva yang dipulas dengan pulasan
Gram atau Giemsa, pemeriksaan ini
mengungkapkan banyak neutrofil
polimorfonuklear.
Komplikasi
• Blefaritis marginal kronik
• Parut di konjungtiva
• Trikiasis
• Entropion sehingga bulu mata dapat
menggesek kornea dan menyebabkan
ulserasi, infeksi dan parut pada kornea
Penatalaksanaan
• Terapi spesifik tergantung pada temuan agen
mikrobiologiknya. Terapi dimulai dengan
antimikroba topikal spektrum luas.
• Pada konjungtivitis purulen yang dicurigai
disebabkan oleh diplokokus gram-negatif
harus segera dimulai terapi topical dan
sistemik .
• Pada konjungtivitis purulen dan mukopurulen,
sakus konjungtivalis harus dibilas dengan
larutan saline untuk menghilangkan sekret
konjungtiva.
2. KONJUNGTIVITIS GONORE
DEFINISI
• Radang akut dan hebat konjungtiva akibat infeksi
bakteri Neisseria gonorrhoeae
• Gonorrhoeae paling sering ditransmisikan melalui
hubungan seksual
• Dapat juga ditransmisikan dari ibu ke neonatus
saat proses kelahiran, neonatus terinfeksi karena
melewati traktus genitalia ibu yang telah
terinfeksi Neisseria gonorrhoeae, sehingga
menyebabkan ophthalmia neonatrum dan infeksi
neonatal sistemik.
GEJALA KLINIS
• Mata merah
• Sensasi benda asing.
• Mata susah dibuka terutama saat bangun dari tidur
• Sekret purulen.
• Periode inkubasi 2 -7 hari.
• Papil konjungtiva, Punktat keratitis superficial, kemosis
• Subconjunctival hemorrhage
• Pseudomembran
• Membrane
• Nodus preaurikular.
• Pada keadaan kronis terjadi ulserasi marginal dengan
uveitis anterior.
Pemeriksaan Penunjang
• Pada pemeriksaan penunjang dilakukan
pemeriksaan sediaan langsung sekret dengan
pewarnaan gram atau Giemsa untuk
mengetahui kuman penyebab dan uji
sensitivitas untuk perencanaan pengobatan.
Penatalaksanaan
• Sekret dibersikan dengan kapas yang dibasahi
garam fisiologik
• Berikan salep penisilin setiap ¼ jam atau
penisilin tetes mata 15.000-150.000 U/ml tiap ¼
jam
• Selanjutnya dilanjutkan dengan penisilin salep
diberikan tiap 5 menit hingga 30 menit.
• Disusul dengan pemberian salep penisilin setiap
jam selama 3 hari.
• Pada kasus yang berat dapat diberikan penisilin
atau ceftriaxon dalam bentuk injeksi.
3. KONJUNGTIVITIS TRAKOMA
• Konjungtivitis folikular kronik yang disebabkan
oleh Chlamydia trachomatis.
• Faktor resiko penyakit ini berdasarkan hygiene
perorangan ,keadaan cuaca tempat tinggal, usia
saat terkena, serta frekuensi dan jenis infeksi
bacterial mata yang sudah ada.
• Penyakit ini menyebar melalui kontak langsung
(saudara kandung,orang tua ). Vektor serangga,
khususnya lalat dan sejenis agas, dapat berperan
sebagai penular.
• Epidemologi
– Cara penularan adalah melalui kontak langsung
dengan sekret penderita trakoma atau melalui
alat-alat kebutuhan sehari-hari seperti handuk,
alat-alat kecantikan,dll. Masa inkubasi rata 7 hari
(berkisar 5-14 hari)
• Etiologi
– Penyebabnya adalah virus dari golongan P.L.T
(psitacosis lymphogranuloma trachoma) yang
disebut klamidozoa trakoma (chlamis = mantel,
zoa = binatang).
Klasifikasi Stadium Trakoma
Menurut Mac Callan
1. Stadium I = stadium insipien
– hipertropi papiler pd palpebra dan folikel imatur (tonjolan pembesaran
kelenjar limfe di konjungtiva) di tarsus bagian atas
2. Stadium II = stadium established = stadium nyata, terdiri
dari :
– A. Stadium IIA = stadium hipertrofi folikuler
– B. Stadium IIB = stadium hipertrofi papiler
– stadium IIa + IIb di sebut established trachoma didapatkan epithelial
keratitis, sub epitalia keratitis, panus, herbet”s pits
3. Stadium III = stadium sikatrik (stadium cicatrical)
– hipertrofi folikuler masih tampak, juga papil
– sikatrik akibat dari etripion dan trikiasis di palbebra di tarsus
– panus aktif di bagian atas kornea
4. Stadium IV = stadium sembuh (stadium healed)
– sikatrik tanpa ada tanda aktif trakoma
Komplikasi
• Parut di konjungtiva
• Trikiasis
• Entropion
• Ulserasi pada kornea
• Ptosis
Terapi
A. Pengobatan perorangan
- Pemakaian antibiotika tetrasiklin 1 % salep mata 3-4
kali sehari, dioleskan pada konjungtiva forniks
inferior selama 2 bulan.
- Tetracycline oral 4 x 250 mg selama 3-4 minggu
- Sulfonamide lokal ataupun sistemik dengan dosis
40-50 mg /kgBB,diberikan selama seminggu,
kemudian dihentikan seminggu sampai 2 bulan.
B. Pengobatan massal:
- Pendidikan kesehatan pada masyarakat
- Merusak agen-agen vektor dan mengerjakan
tindakan-tindakan sanitasi, sehingga lalat yang
dapat menyebarluaskan penyakit dapat diberantas
4. Konjungtivitis Vernalis
• Definisi
Merupakan suatu peradangan konjungtiva
kronik, rekuren bilateral, atopi, yang
mengandung secret mucous sebagai akibat
reaksi hipersensitivitas tipe I. Penyakit ini juga
dikenal sebagai “catarrh musim semi”.
Klasifikasi
Ada dua tipe konjugtivitis vernalis :
• Bentuk Palpebra
– Mengenai konjungtiva tarsal superior, terdapat
pertumbuhan papil yang besar atau cobble stone
yang diliputi secret yang mukoid. Konjungtiva
bawah hiperemi dan edema.
• Bentuk Limbal
– Hipertrofi pada limbus superior, panus dengan
sedikit eosinofil
Pemeriksaan Laboratorium
• Pemeriksaan laboratorium yang dilakukan
berupa kerokan konjungtiva untk mempelajari
gambaran sitologi. Hasil pemeriksaan
menunjukkan banyak eosinofil dan granula-
granula bebas eosinofilik. Di samping itu,
terdapat basofil dan granula basofilik bebas.
Penatalaksanaan
Tindakan Umum
– Pemakaian mesin pendingin ruangan berfilter
– Menghindari daerah berangin kencang yang biasanya
juga membawa serbuksari
– Menggunakan kacamata berpenutup total.
– Pemakaian lensa kontak dihindari
– Kompres dingin di daerah mata
– Pengganti air mata (artificial). Selain bermanfaat
untuk cuci mata juga berfungsi protektif karena
membantu menghalau allergen.
– Menghindari tindakan menggosok- gosok mata
dengan tangan atau jari tangan.
Terapi Medik
• Untuk menghilangkan sekresi mucus, dapat
digunakan irigasi saline steril dan mukolitik
seperti asetil sistein 10% - 20% tetes mata.
• Terapi yang dipandang paling efektif adalah
kortikosteroid, baik topical maupun sistemik..
• Untuk Konjungtivitis vernal yang berat, bisa
diberikan steroid topical prednisolone fosfat 1%,
6- 8 kali sehari selama satu minggu. Kemudian
dilanjutkan dengan reduksi dosis sampai dosis
terendah yang dibutuhkan oleh pasien tersebut.
5. Konjungtivitis Virus
• Definisi Konjungtivitis viral adalah penyakit
umum yang dapat disebabkan oleh berbagai
jenis virus, dan berkisar antara penyakit berat
yang dapat menimbulkan cacat hingga infeksi
ringan yang dapat sembuh sendiri dan dapat
berlangsung lebih lama daripada
konjungtivitis bakteri.
• Konjungtivitis viral dapat disebabkanoleh
adenovirus, herpes simplex virus , virus Varicella
zoster, picornavirus , poxvirus, dan human
immunodeficiency virus.
• Penyakit ini sering terjadi pada orang yang sering
kontak dengan penderita dan dapat menular
melalu di droplet pernafasan, kontak dengan
benda-benda yang menyebarkan virus (fomites)
dan berada di kolam renang yang terkontaminasi.
Gejala Klinis
• Pada Konjungtivitis Demam faringokonjungtivitis
Gejala :
- demam,
- faringitis,
- sekret berair dan sedikit
- mengenai satu atau kedua mata.
- Masa inkubasi droplet 5-12 hari.
- hiperemi konjungtiva,
- folikel pada konjungtiva,
- fotofobia,
• Pada keratokonjungtivitis epidemik
- demam
- mata seperti kelilipan,
- epifora
- pseudomembran
- gejala pada saluran pernafasan atas
- gejala infeksi umum lainnya seperti sakit
kepala dan demam.
• Pada konjungtivitis herpetic yang disebabkan
oleh virus herpes simpleks (HSV) yang
biasanya mengenai anak kecil dijumpai injeksi
unilateral, iritasi, sekret mukoid, nyeri,
fotofobia ringan dan sering disertai keratitis
herpes.
• Konjungtivitis hemoragika akut (enterovirus
dan coxsackie virus) memiliki gejala klinis
nyeri, fotofobia, sensasi benda asing,
hipersekresi airmata, kemerahan, edema
palpebra dan perdarahan subkonjungtiva dan
kadang terjadi kimosis.
KOMPLIKASI
• Blefarokonjungtivitis
• Pseudomembran, dan
• Timbul jaringan parut
• Timbul vesikel pada kulit
PENATALAKSANAAN
• Pengobatannya suportif karena umumnya
sembuh sendiri dan mungkin tidak diperlukan
terapi. Diberikan kompres, astringen,
lubrikasi. Pengobatan biasanya simptomatik
dan antibiotic untuk mecegah infeksi
sekunder.
6. Konjungtivitis Alergi
• Konjungtivitis alergi adalah bentuk alergi pada
mata yang disebabkan oleh reaksi inflamasi
pada konjungtiva yang diperantarai oleh
sistem imun
• Reaksi hipersensitivitas yang paling sering
terlibat pada alergi di konjungtiva adalah
reaksi hipersensitivitas tipe 1 (Majmudar,
2010).
Gejala Klinis
• Pada konjungtivitis alergi musiman keluhan
utama adalah gatal, kemerahan, air mata,
injeksi ringan konjungtiva, dan kemosis berat.
DIAGNOSIS

• Diperlukan riwayat alergi baik pada pasien


maupun keluarga pasien . Gejala yang paling
penting untuk mendiagnosis penyakit ini
adalah rasa gatal pada mata, yang mungkin
saja disertai mata berair, kemerahan dan
fotofobia.
KOMPLIKASI
• Komplikasi yang paling sering adalah ulkus
pada kornea dan infeksi sekunder.

PENATALAKSANAAN
• Penyakit ini dapat diterapi dengan tetesan
vasokonstriktor - antihistamin topikal dan
kompres dingin untuk mengatasi gatal-gatal
dan steroid topikal jangka pendek untuk
meredakan gejala lainnya.
7. Konjungtivitis Jamur
• Konjungtivitis jamur paling sering disebabkan
oleh Candida albicans. Ditandai dengan
bercak putih dan dapat timbul pada pasien
diabetes dan pasien dengan keadaan sistem
imun yang terganggu. Selain Candida sp,
penyakit ini juga dapat disebabkan oleh
Sporothrix schenckii, Rhinosporidium serberi,
dan Coccidioides immitis walaupun jarang .
8. Konjungtivitis Parasit
• Konjungtivitis parasit dapat disebabkan oleh
infeksi Thelazia californiensis, Loa loa, Ascaris
lumbricoides, Trichinella spiralis, Schistosoma
haematobium, Taenia solium dan Pthirus
pubis walaupun jarang (Vaughan, 2010).
9. Konjungtivitis Kimia atau Iritatif
• Konjungtivitis yang terjadi oleh pemajanan
substansi iritan yang masuk ke sakus konjungtivalis
seperti asam, alkali, asap dan angin, dan
menimbulkan gejala nyeri, pelebaran pembuluh
darah, fotofobia, dan blefarospasme.
• Konjungtivitis ini dapat diatasi dengan penghentian
substansi penyebab dan pemakaian tetesan ringan.
10. Konjungtivitis Lain
• Konjungtivitis juga dapat disebabkan oleh
penyakit sistemik dan penyakit autoimun
seperti penyakit tiroid, gout dan karsinoid.
• Terapi pada konjungtivitis oleh penyakit
sistemik tersebut diarahkan pada
pengendalian penyakit utama.
Laporan Kasus
• Identitas Pasien
• Nama : An. M Kholilur Rohman
• Nama Orang Tua : Ny. Munawar
• Umur : 5 Tahun
• Tanggal lahir : 25-10-2016
• Jenis kelamin : Laki-laki
• Alamat : Pungging No. 8 Mojosari Mojokerto
Desa Pungging Kec. Pungging , Kab. Mojokerto.
Laporan Kasus
• Identitas Pasien
• Pekerjaan : Belum bekerja
• Status Pernikahan : Belum Menikah
• Agama : Islam
• No RM : 00311526
• Keluhan utama : Mata kanan dan kiri merah
Anamnesa
• Keluhan utama
- Mata kanan dan kiri merah
• Riwayat Penyakit Sekarang
- Pasien datang dengan keluhan mata kanan dan
mata kiri merah sejak tadi malam. Pasien
mengalami panas atau peningkatan suhu badan,
kotoran atau sekret pada mata banyak.
• Riwayat Penyakit Dahulu
Pasien mengatakan sebelumnya tidak pernah sakit
seperti ini. Pasien sebelumnya di diagnosa
mengalami down’s syndrome oleh dokter
Fisioterapi.
• Riwayat Penyakit Keluarga
Keluarga pasien tidak ada yang sakit seperti ini
• Riwayat Pengobatan
Masyarakat di sekitar pemukiman tempat tinggal
pasien tidak ada yang menderita gejala seperti
pasien.
• Riwayat Pengobatan
Pasien sebelumnya diberikan obat penurun panas
(Syr. Paracetamol 120 mg/5 ml Fl No. I) satu hari
sebelum dibawa ke poli mata RSUD Bangil.
• Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum : Baik
Kesadaran : Kompos Mentis
Tanda vital : Nadi : 85x/mnt, RR : 18x/mnt
Pemeriksaan Umum : A/I/C/D = -/-/-/-
Status Lokalis :
OD OS
6/6 Visus 6/6
Tidak ditemukan bola Bulbus okuli Tidak ditemukan bola
mata proptosis mata proptosis

Tidak terdapat benjolan Palpebra Tidak ada benjoaln


Hiperemi (-) Hiperemi (-)
Bengkak (-) Bengkak (-)
Enteropion (-) Enteropion (-)
Trikiasis (-) Trikiasis (-)

CVI (+) PCVI (-) Konjunctiva CVI (+) PCVI (-)


Khemosis (+) Khemosis (+)
Status Lokalis :
Jernih Kornea Jernih
Edema (-) Edema (-)

Reguler Iris Reguler

Hipopion (-) COA Hipopion (-)


Hifema (-) Hifema (-)

3mm Pupil 3mm


Reflek cahaya (+) Reflek cahaya (+)

Jernih Lensa Jernih


Pemeriksaan Penunjang

A. Slit lamp
Pemeriksaan mata anterior dengan lampu celah (slit
lamp) dilakukan untuk mendeteksi adanya
kemerahan pada daerah konjungtiva, yang menjurus
pada penyakit konjungtivitis.
Pemeriksaan Penunjang

B. Pemerikssaan Klinik Spesialis Anak


Pemeriksaan ini di tunjukan untuk anak yang mengalami
Down’s syndrome, dimana kondisi anak dengan
kelainan genetik yang menyebabkan perbedaan fisik
dari orang normal dan ketidakmampuan untuk belajar.
Biasanya anak yang didiagnosis mengalami kondisi ini
akan terhambat dalam berbicara dan sulit untuk
mengingat dengan baik. Sehingga nantinya dokter akan
memberikan penatalaksanaan khusus pada anak
tersebut lewat ibu pasien.
Diagnosis
• ODS Konjungtivitis

Diagnosis Banding
• Keratitis, Uveitis. Glaukoma akut
Penatalaksanaan
1. Syr. Amoxycillin 125 mg/5 ml Fl No. I

S 3 d. d. cth I p. c. (Kegunaan sebagai obat antibiotik, mengatasi infeksi


bakteri).

2. Syr. Paracetamol 120 mg/5 ml Fl No. I

S 3 d. d. cth I p. c. p.r.n. (Kegunaan sebagai obat analgesik dan

antipiretik)

3. Cendo Floxa MD 6 dd gtt I. (Kegunaan atasi infeksi pada mata akibat


bakteri sensitif)
DAFTAR PUSTAKA
1. Shumway C L, Mothlagh M, Wade M.
Anatomy, Head and Neck, Eye Conjunctiva.
StatPearls, 2018. Available from : http:
//www.ncbi.nlm.nih.gov.pubmed/30137787.

2. Holland E J, Fingeret M, and Mah F S,


2019. Use of topical steroids in conjunctivitis:
a review of the evidence. Cornea, 38(8),
pp.1062-1067.
DAFTAR PUSTAKA
3. Sitompul R, 2017. Konjungtivitis Viral :
Diagnosis dan Terapi di Pelayanan Kesehatan
Primer. eJournal Kedokteran Indonesia, 5(1).
DAFTAR PUSTAKA
4. Herdianti Entianopa, Anastasia, Amanda Puspita
H E, 2018. Faktor Yang Berhubungan Dengan
Keluhan Konjungtivitis Pada Pekerja Bengkel
Las Wilayah Simpang Kawat Kota Jambi
Tahun 2017. J Ilm Ilmu Kesehat Wawasan
Kesehat [Internet]. 2018;(Vol 5, No 1 (2018): Juli
2018). Available from : http://journal.stikes-
kapuasraya.ac.id/index.php/JIIK-
WK/article/view/9515.
DAFTAR PUSTAKA
5. Hammerschlag M R, Smith Norowitz T, Kohlhoff
S A, 2017. Keeping an eye on Chlamydia and
gonorrhea conjunctivitis in infants in the United
States, 2010-2015. Sex Transm Dis 2017;44:577.
Thank You

Anda mungkin juga menyukai