Anda di halaman 1dari 35

REFERAT

AMELOBLASTOMA PADA RAHANG

Oleh:

Nadya Kusuma Wardani (21710129)

Komang Ricky Arya Darmawan (21710007)

Dosen Pembimbing:

drg. Enny Wilianti, M.Kes


drg. Theodora, Sp.Ort

drg. Wahyuni Dyah Parmasari, Sp.Ort

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER MUDA


KSM ILMU GIGI DAN MULUT
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS WIJAYA KUSUMA
SURABAYA
2022
LEMBAR PENGESAHAN

REFERAT
“HUBUNGAN STUNTING DENGAN ORAL HYGIENE”

Penyusun:

Nadya Kusuma Wardani (21710129)

Komang Ricky Arya Darmawan (22710007)

Telah disetujui dan disahkan pada :


Hari/Tanggal :

Mengetahui,

Kepala Bagian KSM Ilmu Penyakit Gigi dan Mulut

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER MUDA


KSM ILMU GIGI DAN MULUT
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS WIJAYA KUSUMA
SURABAYA
2022
KATA PENGANTAR

Segala puji kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan
rahmat dan hidayah-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan referat “Ameloblastoma pada
Rahang” ini dengan baik sesuai dengan waktu yang telah ditentukan. Semoga referat ini dapat
bermanfaat bagi kita semua. Bersama ini sayajuga menyampaikan terima kasih kepada semua
pihak yang telah membantu hingga terselesaikannya Referat ini, terutama kepada dokter
pembimbing saya yang telah membimbing, memberi arahan, dan masukan kepada saya
sehingga referat ini dapat saya susun. Dalam penyusunan Referat ini tentu jauh dari sempurna,
oleh karena itu segala kritik dan saran sangat saya harapkan demi perbaikan dan
penyempurnaan referat ini dan untuk pelajaran bagi kita semua.

Surabaya, 24 February 2023

Penulis

i
DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN .................................................................... ii

KATA PENGANTAR .............................................................................. i

DAFTAR ISI ............................................................................................ ii

BAB I ........................................................................................................ 2

BAB II ...................................................................................................... 3

TINJAUAN PUSTAKA .......................................................................... 4

2.1 Stunting ......................................................................................... 4

a. Definisi .................................................................................... 4

b. Etiologi ................................................................................... 4

c. Epidemiolgi ............................................................................. 4

d. Diagnosis................................................................................. 6

e. Tatalaksana ............................................................................. 7

f. Komplikasi .............................................................................. 7

g. Prognosis ................................................................................. 7

2.2 Oral Hygiene ................................................................................. 8

BAB III ................................................................................................... 10

RESUME JURNAL .............................................................................. 10

................................................................................................................. 26

LAMPIRAN

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Secara etimologi, ameloblastoma berasal dari bahasa Perancis kuno yaitu


amel yang bermaksud enamel dan bahasa Yunani yaitu blastos yang berarti kuman.
Dari masa ke masa tumor ini telah disebut dengan banyak nama yang berbeda
termasuk cystosarcoma, adamantine epithelioma, adamantinoma dan akhirnya
ameloblastoma.1

Istilah ameloblastoma pertama kali diperkenalkan oleh Gorlin yang


mengidentifikasi Cusack sebagai orang pertama dengan kelainan ini pada tahun
1827. Falkson memberikan deskripsi yang detail dari kelainan ini pada tahun 1879.
Histopatologi pertama dideskripsikan oleh Wedl pada tahun 1853 yang
menyebutnya sebagai tumor cystosarcoma atau cystosarcoma adenoids dan
dipikirkan bahwa kelainan ini berasal dari lamina gigi. Malassez pada 1885
memperkenalkan istilah adamantine epithelioma sedangkan Derjinsky (1890)
memperkenalkan istilah adamantinoma. Meskipun demikian istilah ini telah
dihindari dan tidak digunakan lagi. Ivy dan Churchill pada tahun 1930
menggunakan istilah ameloblastoma sebagai terminologi yang digunakan sampai
sekarang.Ameloblastoma merupakan tumor jinak odontogenik yang berasal dari
sisa- sisa epitel pada masa pembentukan gigi. Ameloblastoma dapat tumbuh dari
berbagai macam epitel odontogenik yang tersisa di antara jaringan lunak alveolar
dan tulang. Tumor ini tumbuhnya lambat, agresif secara lokal dan dapat
menyebabkan deformitas wajah yang besar. Ameloblastoma memiliki angka
kejadian rekurensi yang tinggi bila tumor ini tidak dihilangkan secara luas dan
teliti.2

Ameloblastoma dapat terjadi pada kisaran usia yang lebar, dengan puncak
kejadian pada dekade ketiga dan keempat, dan tidak terdapat predileksi jenis
kelamin.2Ameloblastoma paling sering terjadi di mandibula posterior, terutama
pada regio gigi molar ketiga, dan berhubungan dengan kista folikular atau gigi
yang impaksi.7 Sekitar 15-20% kasus dilaporkan berasal dari maxilla dengan
hanya sekitar 2% yang berasal dari anterior dari premolar.3

2
B. Rumusan masalah

1. Apakah pengertian dari Amebloblastoma?

2. Apakah penyebab dari Ameloblastoma?

3. Apasaja Klasifikasi dari Ameloblastoma ?

4. Bagaimana Prognosis dari pengobatan pada penderita Ameloblastoma pada


Rahang ?

C. Tujuan

1. Mengetahui tentang ameloblastoma

2. Mengetahui penyebab dari ameloblastoma


3. Mengetahui macam macam ameloblastoma
4. Mengetahui Prognosis dari pengobatan pada penderita ameloblastoma m
pada rahang

3
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi
Ameloblastoma adalah suatu tumor jinak epitelial odontogenik yang berasal
dari jaringan pembentuk gigi yaitu jaringan pembentuk email gigi yang mengalami
gangguan perubahan pada saat proses pembentukan gigi.1
WHO (1992) mengklasifikasikan ameloblastoma merupakan tumor epitelial
odontogenik yang jinak tapi locally invasive. Asal kata “Ameloblastoma” yang diperkenalkan
oleh Churchill (1934) untuk menggantikan kata”adamantinoma” yang diperkenalkan oleh
Malassez (1885) karena adamantinoma berarti pembentukan jaringan keras namun
kenyataannya tidak ditemukan adanya jaringan keras dalam tumor ini. Menurut Robinson
(1977) ameloblastoma merupakan tumor epitelial odontogenik yang paling umum terjadi
tumor yang unisentrik, nonfungsional, dan intermiten dalam pertumbuhan, secara anatomia
jinak dan secara klinis persisten. Pendapat Shafer (1983) menyatakan bahwa ameloblastoma
adalah neoplasma sejati dari suatu jaringan dengan tipe organ emanuel yang tidak mengalami
diferensiasi sampai ke titik pembentukan enamel. Caldwel, Sparsky, dan Luccbesi (1970)
serta Shatkin dan Hoffmeister (1965) menyatakannya sebagai tumor yang locally malignant
dengan pertumbuhan yang persisten.2

B. Epidemiologi
Ameloblastoma adalah tumor odontogenik yang paling umum di negara
berkembang dan memiliki tingkat kejadian sekitar 14% dari semua tumor dan kista
rahang. Insiden global ameloblastoma adalah 0,5 kasus per juta orang per tahun, dan
merupakan tumor odontogenik yang sering dijumpai di Afrika dan Cina. Di Belahan
Barat, Ameloblastoma adalah tumor odontogenik nomor dua yang paling umum
terjadi setelah Odontoma, tetapi populasi Afrika-Amerika lima kali lebih mungkin
mengembangkan ameloblastoma dibandingkan dengan populasi Kaukasia.
Sebagian besar pasien dengan ameloblastoma berusia antara 30 dan 60 tahun,
tetapi usia rata-rata pada saat diagnosis bervariasi dari benua ke benua yang
diperkirakan masing-masing sekitar 42,3 dan 30,4 tahun di Eropa dan Afrika. Hanya
10-15% kasus ameloblastoma terjadi pada populasi anakanak, namun hal ini dapat
mencapai 25% di Afrika dan Asia.3

4
C. Etiologi
Etiologi ameloblastoma sampai saat ini belum diketahui dengan jelas.
Penyebab ameloblastoma bervariasi, namun pencetus terjadinya proses
proliferasi neoplasma jaringan epitelialnya belum diketahui. Diduga tumor ini
berawal dari:
(1) Sisa sel organ enamel Mallasez, baik sisa dari dental lamina maupun
selubung Hertwig pada ligament periodontal,
(2) Organ enamel yang sedang berkembang,
(3)Sisa epitel serres pada gingival,
(4) Sel basal dari permukaan epitel pembentuk rahang,
(5) Sel basal oral mukosa, hasil dari invaginasi sel basal epitel ke tulang rahang
yang sedang berkembang
(6) Epitel heterotropik dari bagian tubuh yang lain terutama kelenjar hipofisis
(pituitan), yang bermigrasi ke rahang, dan
(7) Epitel dari kista terutama kista dentigerous.2

Mekanisme ameloblastoma tumbuh membesar dan menginvasi terlihat


pada ekspresi TNF-α, protein anti apoptotic (Bcl-2,Bcl-xl), dan protein
interfase (faktor pertumbuhan fibroblast [FGF], matriks metaloprotein
[MMP]. Ameloblastoma mengalami proliferasi terlihat dalam siklus sel yang
berhubungan dalam Ki-57, Mutasi gen p 53 tidak terlihat pada perkembangan
atau pertumbuhan ameloblastoma2

D. Klasifikasi Ameloblastoma

Berdasarkan World Health Organization (WHO) tahun 2005, ameloblastoma


diklasifikasi menjadi 4 tipe, yaitu tipe multikistik/padat, unikistik, periferal/ ekstra-
osseous dan desmoplastik4
a. Ameloblastoma multikistik/padat4
Ameloblastoma tipe multikistik/padat merupakan tipe yang paling sering
ditemukan. Sering terjadi pada usia antara 20-40 tahun, walaupun dapat terjadi pada
semua usia. Ameloblastoma pada umumnya bersifat de novo, tetapi ada juga yang
berasal dari tipe unikistik dan periferal yang tidak dirawat. Lesi dari tipe ini
mempunyai kecenderungan untuk membesar atau meluas ke arah tulang kortikal dan

5
pertumbuhannya yang lambat memungkinkan periosteum untuk menghasilkan lapisan
tulang tipis yang melapisi perluasan lesi. Pada gambaran radiografis, karakteristiknya
adalah berupa gambaran multilokuler dan tampak gambaran “soap bubble” (Gambar
1).

Gambar 1. Ameloblastoma multikistik/padat. Radiograf menunjukkan gambaran multilokuler (“soap


bubble’) (panah putih). (Sumber: Contemporary oral and maxillofacial pathology. 2nd ed.)

b. Ameloblastoma unikistik4
Ameloblastoma tipe unikistik biasanya ditemukan pada saat pemeriksaan
mikroskopik kista unilokuler yang besar dan umumnya berhubungan dengan mahkota
gigi impaksi pada pasien dengan usia muda (16- 20 tahun). Pada tipe ini tidak dapat
ditentukan apakah lesi berasal dari transformasi lapisan kista atau de novo dari sel
epitel odontogenik. Lesi ini dapat meluas dan menghancurkan sebagian besar tulang,
tetpi tidak menginfiltrasi tulang sekitarnya. Pada gambaran radiografis, tampak lesi
dengan batas tulang kortikal yang jelas dan gigi tampak berada di dalam area
radiolusen (Gambar 2). Berdasarkan gambaran histopatologinya, ameloblastoma
unikistik dibagi menjadi dua varian yaitu luminal dan mural. Varian luminal
merupakan lesi kistik yang dibatasi oleh epitel ameloblastoma. Namun dapat
terbentuk perluasan intraluminal yang biasanya menunjukkan pola epitel pleksiformis,
dan tidak ada infiltrasi tumor ke dinding fibrous. Pada varian mural tampak bahwa
epitel ameloblastoma menginfiltrasi dinding kista dan memberikan gambaran pola
folikular atau pleksiformis. Namun kedua varian tersebut dapat terjadi dalam satu lesi
yang sama.

Gambar 2. Ameoblastoma unikistik. Radiograf pasien usia muda dengan lesi besar pada regio
kiri mandibula menunjukkan gigi molar yang baru terbentuk sebagian terdesak ke inferior dan ekspansi
dari tulang kortikal (panah putih). (Sumber: Contemporary oral and maxillofacial pathology. 2nd ed.

6
c. Ameloblastoma periferal/ekstraosseous
Ameloblastoma tipe periferal merupakan tumor odontogenik yang sangat
jarang ditemukan. Lesi tipe ini diduga berasal dari epitel permukaan atau dari sisa
lamina dental pada jaringan lunak ekstraosseous.Lesi tipe ini tidak menunjukkan sifat
infiltratif. Secara klinis lesi tampak sebagai nodul keras bertangkai pada gingival area
tidak bergigi dengan ukuran 0,5-2,0 cm, dengan pemukaan yang halus dan warna
normal. Pada gambaran radiografis, tampak adanya radiolusensi berbentuk kawah
atau “cup” pada permukaan lapisan tulang kortikal yang terletak di bawah nodul
(Gambar 3).

Gambar 3. Ameloblastoma periferal. Radiograf pada regio retromolar pada


menunjukkan gambaran kawah dari tulang kortikal (panah hitam). (Sumber: Contemporary oral
and maxillofacial pathology. 2nd ed.)

d. Ameloblastoma desmoplastik
Ameloblastoma tipe desmoplastik merupakan tipe dengan gambaran klinis,
radiografik, dan histologis yang spesifik. Lesi ini dapat terjadi pada semua usia dan
tidak terdapat perbedaan antara laki-laki dan perempuan. Lesi paling banyak
ditemukan pada daerah anterior mandibula, dan rasio kejadian antara maksila dan
mandibula adalah 1:1. Secara klinis, pasien mengeluhkan pembengkakan yang tanpa
disertai rasa sakit. Secara radiografis, 50% ameloblastoma tipe ini menunjukkan
gambaran mottled (campuran radiolusen- radiopak dengan batas yang tidak tegas),
seperti gambaran lesi fibro-osseous. Lesi ini juga dapat menyebabkan terjadinya
resorpsi akar gigi dan tulang (Gambar 4).
Semua usia dan tidak terdapat perbedaan antara laki-laki dan perempuan. Lesi
paling banyak ditemukan pada daerah anterior mandibula, dan rasio kejadian antara
maksila dan mandibula adalah 1:1. Secara klinis, pasien mengeluhkan pembengkakan
yang tanpa disertai rasa sakit. Secara radiografis, 50% ameloblastoma tipe ini
menunjukkan gambaran mottled (campuran radiolusen- radiopak dengan batas yang

7
tidak tegas), seperti gambaran lesi fibro-osseous. Lesi ini juga dapat menyebabkan
terjadinya resorpsi akar gigi dan tulang (Gambar 4)

Gambar 4. Ameloblastoma desmoplastik. Gambaran radiolusensi irregular yang besar


dengan radiopasitas fokal (panah putih). (Sumber: Oral and maxillofacial pathology. 2nd ed.)

Tabel 1. Clinicohistopatologic type dari ameloblastoma. Gambaran klinis,


histologis, dan radiografi dari subtipe histologis ameloblastoma

Sumber: Effiom OA, Ogundana OM, Akinshipo AO, Akintoye SO. Ameloblastoma: current
etiopathological concepts and management. Oral Dis.2018;24(3):307–1

E. Tatalaksana
Penatalaksanaan ameloblastoma telah menjadi kontroversial disebabkan sifat
invasif lokal yang tumbuh lambat dengan tingkat kekambuhan yang tinggi. Tingkat
kekambuhan setelah perawatan radikal sebesar 15-25% dan 75-90% kambuh setelah
perawatan konservatif.

8
Terapi bedah ameloblastomas dapat dibagi menjadi tiga tahap yaitu (1) eksisi
tumor, (2) rekonstruksi, (3) rehabilitasi. Pendapat mengenai terapi yang paling
memadai untuk ameloblastoma bervariasi dan mencakup faktor-faktor seperti
kemungkinan terapi akhir, kemungkinan mengendalikan penyakit dengan operasi nanti
jika didiagnosis kambuh, usia pasien, derajat gangguan fungsi dan pertumbuhan dan
kemungkinan pemeriksaan follow-up.5,4
Perawatan bedah ameloblastoma yang optimal harus meminimalkan
kekambuhan, mengembalikan fungsi dan estetika dan menghadirkan morbiditas
minimal di daerah donor. Perencanaan bedah harus dilakukan berdasarkan
komorbiditas pasien, ukuran dan lokasi tumor, teknik yang tersedia untuk rekonstruksi
dan pengalaman dokter bedah.4
a. Enukleasi5
Enukleasi adalah pengangkatan kista baik lapisan pembungkusnya hingga isinya.
Indikasi enukleasi adalah lesi odontogenik keratosis yang memiliki tingkat rekurensi
tinggi. Enukleasi memiliki 2 cara pendekatan, yaitu pendekatan intraoral dan ekstraoral.
Pendekatan intraoral dilakukan dengan insisi dan elevasi flap, pengangkatan tulang, dan
enukleasi kista. Perawatan konservatif, seperti enukleasi, dapat menjaga integritas
tulang dan memungkinkan pertumbuhan mandibula yang berkelanjutan. Meskipun
demikian, pendekatan seperti itu ditemukan terkait dengan tingkat kekambuhan pasca
operasi yang tinggi di kisaran 60-80%.
b. Dredging
Dredging adalah perawatan setelah dilakukan enukleasi. Kuret atau bur digunakan
untuk mengangkat 1-2 mm tulang di sekitar rongga tumor. Keuntungan teknik ini
adalah bila enukleasi meninggalkan sisa-sisa epitel, kuretase bisa mengangkat sisa-sisa
tersebut, sehingga kemungkinan terjadinya rekurensi menurun. Sedangkan
kerugiannya, kuretase bersifat lebih destruktif terhadap tulang sekitar dan jaringan
lainnya (misalnya saraf dan pembuluh darah) sehingga harus ekstra hati-hati dalam
pelaksanaannya
c. Kuretase
Kuretase merupakan salah satu prosedur konservatif dalam mengobati
ameloblastoma. Kuretase adalah pengangkatan tumor dengan cara memotong tumor
dari jaringan normal di sekitar. Kebanyakan kasus ditangani dengan pendekatan
intraoral, yaitu biasanya pendekatan bukal, labial, atau palatal.Kuretase adalah

9
pengangkatan tumor dengan memotongnya dari jaringan normal sekitar. Kegagalan
kuretase disebabkan oleh tempat tinggal tumor perifer pada jaringan. Teknik ini dapat
digunakan untuk lesi kecil ameloblastoma unikistik di mandibula. Sebagian besar kasus
ditangani dengan pendekatan intraoral, yang biasanya berupa pendekatan bukal, labial,
atau palatal. Kuretase bersenar dengan penutup mukoperiosteal dengan dasar yang
cukup lebar untuk memastikan suplai darah tidak terganggu. Amplop penutup yang
paling umum digunakan. Kemudian dibuat insisi pada sulkus gingiva (untuk pasien
bergigi) dan pada puncak alveolar (untuk pasien tidak bergigi), flap mukoperiosteal full
thickness dibuka. Kuret digunakan untuk menghilangkan lesi dari rongga tulang. Lebih-
lebih lagi, tepi tulang yang normal juga dibuang dengan pengikisan untuk memastikan
semua tumor diangkat, dan cacat tulang kecil ditutup dengan penutupan primer, Cacat
tulang yang besar dapat sembuh dengan niat sekunder.
d. Reseksi
Reseksi merupakan suatu tindakan radikal dimana pengangkatan tumor
dilakukan dengan memotong daerah (tulang) yang normal disekitar tumor, sehingga
instrument tidak berkontak langsung dengan tumor. Reseksi terbagi atas beberapa jenis
6
yaitu:
1. Reseksi marginal
Reseksi tumor tanpa mengganggu kontuinitas tulang
2. Reseksi Parsial
Reseksi tumor dengan memotong bagian rahang dengan full-thickness.
Jika dilakukan pada mandibula dapat bervariasi mulai dari kontuinitas defek
kecil hingga hemimandibulektomi serta dapat menggangu kontuinitas rahang.
3. Reseksi Total
Reseksi tumor dengan pengangkatan secara keseluruhan tulang yang
terlibat seperti maksilektomi dan mandibulektomi.

10
Gambar 5. Jenis reseksi mandibula yang umum. (A) Marginal Reseksi yang tidak mengganggu
kontuinitas tulang; (B-C) Parsial Reseksi yang mengganggu kontuinitas tulang. Pemotongan dilakukan
hingga menyisakan condylus mandibula ditujukan untuk keperluan rekonstruksi. ( Sumber: Hupp JR,
Ellis III E, Tucker MR. Contemporary Oral and Maxillofacial Surgery [Internet]. 6th ed. Vol. 3. Elsevier
Inc.; 2015. 54–67 p. Available from: http://repositorio.unan.edu.ni/2986/1/5624.pdf )

4. Reseksi Composite7
Reseksi tumor dengan pengangkatan tulang, jaringan lunak disekitar
tumor serta kelenjar getah bening yang berdekatan. Hal ini merupakan
prosedur ablative yang paling sering digunakan untuk tumor ganas.

Gambar 6. Representasi skematis dari reseksi komposit melalui pendekatan


pemisahan bibir tanpa diseksi perlekatan leher (Sumber : Goldenberg D. Surgical
techniques in otolaryngology- Head & Neck Surgery. 1st ed. Sataloff RT, editor. Vol.
53, London: Jaypee The Health Sciences Publisher; 2016.)

11
F. Penegakan Diagnosis
Sebagian besar kasus-kasus yang dilaporkan menunjukkan bahwa
ameloblastoma jauh lebih sering dijumpai pada mandibula dibanding pada maksila.
Ameloblastoma juga sering timbul pada daerah gigi yang tidak erupsi. Secara klinis,
umumnya ameloblastoma bersifat asimtomatik, tidak menyebabkan perubahan fungus
nervus sensoris, fistula, dan mobilitas gigi . Tumor ini berkembang sangat lambat dan
infiltratif sehingga menunjukkan pembesaran didaerah yang terpapar (deformitas
wajah)
Amelobalastoma dapat didiagnosis berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik
dan radiografi, serta biopsi. Untuk mendapatkan diagnosis akhir dari biopsi, sayatan
harus Selesai. Dilanjutkan dengan pemeriksaan histopatologi. Ameloblastoma
cenderung menyusup ke tepi tulang trabekula dari lesi sebelum resorpsi tulang terlihat
secara radiografi.8 Sitologi aspirasi jarum halus (FNAC) adalah teknik pengambilan lesi
dengan jarum halus untuk mengambil isinya untuk diagnosis sitologi. FNAC telah
banyak digunakan untuk diagnosis kelenjar getah bening, kelenjar ludah, dan penyakit
kelenjar tiroid dan paratiroid.
Meskipun FNAC adalah prosedur sederhana, cepat, dan invasif minimal yang
berbeda dari biopsi. Radiografi ameloblastoma dapat bervariasi sesuai dengan jenis
tumornya. Computes tomography (CT) biasanya membantu menentukan kontur isi lesi
dan ekstensi ke jaringan lunak. Pada pasien dengan pembengkakan pada rahang
langkah awal dalam menentukan diagnosis dapat dilakukan radiologi panoramik.
Namun, jika pembengkakan parah CT lebih disukai karena dapat mengidentifikasi
kontur lesi, isi dan ekstensi jaringan lunak. Dibandingkan CT, Magnetic Resonance
Imaging (MRI) sedikit lebih unggul untuk menentukan tingkat keberhasilan diagnosis
Ameloblastoma.8

G. Prognosis

Prognosis biasanya menguntungkan meskipun dapat menyebabkan kelainan


bentuk. Angka kekambuhan yang relatif tinggi untuk jenis tumor ini tetap menjadi
tantangan. Ameloblastoma konvensional yang diobati dengan enukleasi atau kuretase
menunjukkan tingkat kekambuhan yang lebih tinggi bila dibandingkan dengan
ameloblastoma asmisiononal unycistic dengan cara yang sama. Perawatan yang

12
ditujukan untuk ameloblastoma rekursif adalah pembedahan radikal yang memberikan
kelangsungan hidup bebas dari penyakit ini setidaknya selama 10 tahun tetapi
memerlukan pemantauan klinis dan radiografi untuk jangka waktu tertentu4,5,8

13
BAB III

RESUME JURNAL

A. Jurnal 1 : Patogenesis dan karakteristik ameloblastoma besar pada rahang:


laporan dari dua kasus yang jarang terjadi9

A. Pendahuluan
Ameloblastoma adalah salah satu tumor odontogenik yang paling umum
dan penting secara klinis. Ameloblastoma diperkirakan berasal dari jaringan
epitel yang berhubungan dengan pembentukan gigi, termasuk organ enamel,
sisa sel epitel Malassez, epitel enamel tereduksi, dan lapisan kista odontogenik.
Ameloblastoma terdiri dari beberapa jenis, termasuk ameloblastoma
konvensional, dan tipe perifer/ekstraosseous dan unikistik.
Transisi epithelial-mesenchymal (EMT) adalah proses kompleks yang
memungkinkan perubahan dinamis dalam sel dari epitel ke morfologi
mesenchymal. EMT memainkan peran penting dalam memediasi kemampuan
migrasi dan invasif dari banyak jenis sel tumor. Selain itu, beberapa penelitian
tentang ameloblastoma telah melaporkan perubahan transkripsi gen terkait
EMT, menunjukkan kemungkinan peran EMT dalam perkembangan dan
perkembangan ameloblastoma. Berbagai faktor, termasuk mutasi gen, terlibat
dalam tumorigenesis dan progresi tumor ameloblastoma, dan mutasi pada
beberapa onkogen, seperti Raf kinase tipe-B (BRAF) dan smoothened (SMO)
telah dilaporkan. polimorfisme nukleotida tunggal (SNP) memungkinkan
deteksi semua kemungkinan polimorfisme gen dalam satu chip, dan telah
digunakan secara luas untuk mengidentifikasi kemungkinan penanda genetik
pada berbagai jenis tumor.
B. Kasus
1. Kasus I
Seorang pasien wanita berusia 51 tahun datang dengan pembengkakan rahang yang
besar yang telah ada selama 17 tahun. Selama ini, pasien secara bertahap kehilangan
sensasi di bibirnya di sisi kiri dan kesulitan makan karena kemampuannya yang terbatas
untuk membuka mulut, saat itu dia datang ke rumah sakit untuk perawatan.
Pemeriksaan mengungkapkan pembengkakan ekstra-oral 16-12 cm di regio
mandibula bukal kiri (Gambar 1a, b). Pembengkakan intra-oral yang melibatkan lidah

14
kiri bawah, daerah wajah bukal kiri, dan daerah maksila kiri juga diamati. Pencitraan
radiografi mengungkapkan beberapa lesi radiolusen yang muncul sebagai campuran
jaringan kistik dan padat dengan transudasi cairan yang signifikan (Gambar 1c).
Rongga intra-oral dan basis cranii juga terpengaruh karena kompleksitas struktur
anatomi dan ukuran tumor yang besar.

Gambar 1. Kasus 1. (a) Foto pasien menunjukkan tumor yang melibatkan


rongga mulut kiri bawah, dan daerah wajah bukal kiri dan rahang atas. (b) Tumor yang
direseksi. (c) Gambar sinar-X menunjukkan tumor besar di mandibula kiri dengan
banyak lesi radiolusen.

C. Metode
1. Histologi
Tumor direseksi melalui pembedahan, difiksasi menggunakan 10%
neutral-buffered formalin, paraffin tertanam, didekalsifikasi menggunakan
asam format 10%, dan dipotong menjadi bagian setebal 4 lm untuk pewarnaan
hematoksilin dan eosin (H&E).

15
a. Penemuan secara Histologi
Pewarnaan H&E mengungkapkan perubahan pertumbuhan heterogen
karena pertumbuhan jangka Panjang dari ameloblastoma pada kedua kasus.
mengungkapkan metaplasia skuamosa (Gambar 3a, b), pertumbuhan sel padat,
pewarnaan nuklir dalam (Gambar 3c, d), degenerasi granular (Gambar 3e), dan
hialinisasi intraseluler di beberapa daerah ameloblastoma (Gambar 3f).

2. Analisis imunohistokimia

Bagian jaringan dideparafinisasi menggunakan xylene, diikuti oleh


rehidrasi melalui etanol bertingkat. Aktivitas peroksidase endogen dalam sampel
kemudian didinginkan menggunakan methanol yang mengandung H2O2 0,3% selama
30 menit, dilanjutkan dengan microwave dalam buffer sitrat fosfat (pH 6,0) untuk
memudahkan pengambilan antigen. Slide kemudian diperiksa semalam menggunakan
antibodi poliklonal yang sesuai (1:1000) pada 4C, diikuti oleh antibodi sekunder
(1:5000) selama 2 jam pada suhu kamar.

16
a. Hasil pewarnaan imunohistokimia
Hasil pewarnaan mengungkapkan bahwa kedua tumor positif untuk Ki-67
dalam nukleus dalam sel di lapisan retikuler perifer dan stellate CK8 / 18 dan CK19
diekspresikan dengan kuat dalam sitoplasma di lapisan retikuler perifer dan stellate
Penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa ameloblastoma dapat menunjukkan
pertumbuhan lokal yang agresif.17 Konsisten dengan ini, reseksi bedah menunjukkan
tanda-tanda yang jelas dari pertumbuhan agresif dan kerusakan tulang pada kedua
pasien saat ini. Kami juga mencari tanda-tanda EMT pada ameloblastoma, mendeteksi
penanda bio terkait EMT dengan western blot, dan menemukan tingkat ekspresi protein
b-catenin, Twist, N- cadherin, dan vimentin yang lebih tinggi serta tingkat E-cadherin
yang lebih rendah pada tumor, yang menunjukkan bahwa EMT diaktifkan pada jaringan
amelo blastoma dibandingkan dengan margin bebas tumor.

D. Hasil
Salah satu pasien (Kasus 1) yang menjalani operasi 14 tahun sebelumnya tanpa
pengobatan lebih lanjut. Penampilan pasien tidak rusak secara signifikan, dan tidak ada
tanda kekambuhan Kualitas hidup pasien sedikit terpengaruh, hanya dengan kesulitan
makan makanan keras. Pasien lain mangkir.

Foto tindak lanjut Kasus 1. (a) Gambar anterior dan (b) lateral pasien setelah operasi.

17
E. Keuntungan
Hasil dari pasien yang menggunakan EMT Biomarker yang menjalani operasi 14
tahun sebelumnnya
- Pasien tanpa perlu mendapatkan pengobatan lebih lanjut.
- Penampilan pasien tidak rusak secara signifikan
- Tidak ada kekambuan
F. Kelemahan
Hasil dari pasien yang menggunakan EMT Biomarker yang menjalani operasi 14
tahun sebelumnya juga memiliki kelemahan
- Mengalami kesulitan makan makanan yang keras

B. Jurnal 2 : Agresivitas tumor: laporan kasus ameloblastoma berulang di


mandibula10
A. Pendahuluan
Ameloblastoma adalah neoplasma odontogenik yang jarang terjadi pada
mandibula dan maksila. Penyakit ini sering melibatkan area mandibula (80%) dan
maksila. Terapi konservatif memiliki tingkat kekambuhan yang tinggi. Mereka
memiliki tingkat kekambuhan yang tinggi jika tidak diobati dengan benar. Karena
sifatnya yang agresif dan tingkat kekambuhan yang tinggi, pengobatan tetap menjadi
bahan perdebatan. Eksisi lengkap lesi dengan morbiditas paling sedikit akan menjadi
tantangan terapeutik.
B. Kasus

18
Seorang perempuan berusia 67 tahun dirujuk dari RSUP Haji Surabaya,
datang ke Poliklinik Bedah Kepala Leher RS Dr. Soetomo. Dia mengeluhkan
benjolan di rahang kirinya. Benjolan itu muncul empat tahun lalu, awalnya
benjolan kecil seukuran ibu jari tangan pasien. Selama 3,5 tahun, benjolan
tersebut tumbuh perlahan hingga berukuran diameter sekitar 8 cm. Namun, dalam
waktu enam bulan, benjolan tersebut tumbuh lebih cepat dan berukuran dua kali
lipat. Benjolan tidak nyeri, pasien masih bisa makan lembek bengkak ini sudah
dialami sejak 12 tahun lalu, benjolan seukuran buah rambutan. Setahun
kemudian, operasi pengangkatan benjolan dilakukan di RS Serang Banten. Selain
pengangkatan benjolan, area sekitar benjolan dikerok, dan tidak dilakukan
reseksi pada tulang rahang. Kemudian pasien menjalani kontrol rawat jalan
selama dua tahun di Poliklinik THT. Delapan tahun kemudian, benjolan tersebut
tumbuh kembali di tempat yang sama, dan dirasakan semakin membesar. Pasien
sempat kontrol ke RS dan disarankan untuk menjalani operasi, namun pasien
menolak karena alasan ekonomi. Pasien menyangkal adanya riwayat tumor
dalam keluarga.
Dari pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum pasien kurang baik,
tanda vital dan status umum lainnya dalam batas normal, pada regio mandibula
kiri terlihat adanya massa pada area bekas luka.
Pada palpasi massa sebagian padat dan sebagian besar padat, kenyal,
permukaan tidak rata, berpunuk, dengan ukuran 18x11x11 cm, tidak ada nyeri
tekan, melekat pada dasar, kulit di atas massa dapat digerakkan, batas tidak jelas
. Di daerah intra-oral, pemeriksaan mengungkapkan massa hiperemik, berpunuk,
dan tidak ada ulkus. Massa tampak mengisi sisi intra-oral kiri dan mendorong
lidah ke sisi yang berlawanan. Terdapat karies pada gigi premolar 1 dan 2. Pada
palpasi, massa padat, tidak nyeri, melekat pada dasar (lihat gambar 1).Tidak ada
pembesaran kelenjar getah bening di leher pada pemeriksaan fisik daerah kepala
dan leher. Pemeriksaan daerah dada dalam batas normal. Pada pemeriksaan
laboratorium didapatkan Hb 10,1 mg/dl dengan leukosit 17.370 dan trombosit
490.000. Tes darah lainnya dalam batas normal. Kadar hemoglobin pasien berada
pada batas normal bawah. Tidak ada transfusi pra operasi yang dilakukan pada
pasien ini, tetapi dua kantong darah PRC disiapkan untuk operasi.

19
Pemeriksaan sinar-X kepala dari pandangan AP/Lateral dari rumah sakit
sebelumnya menggambarkan tumor jaringan lunak dengan destruksi tulang
mandibula kiri. Sebuah radiografi panoramik menunjukkan beberapa lesi kistik
di mandibula kiri (Gambar 2). Di CT scan kepala dengan kontras didapatkan
massa jaringan lunak bagian kistik dengan ukuran massa 10,39x8,77x9,98 cm
disertai destruksi mandibula di sebelah kiri dari columna, angulus ke badan
mandibula dan tidak ada infiltrasi massa intrakranial. CT scan menunjukkan
tumor tulang primer (Gambar 3). Rontgen dada pra operasi tidak menunjukkan
kelainan pada jantung dan tanda-tanda metastasis di paru-paru dan tulang yang
diproyeksikan. Tidak ada tanda metastasis di hati, kelenjar getah bening aorta,
dan organ lain yang diproyeksikan pada pemeriksaan ultrasonografi perut bagian
atas-bawah. Pada pasien ini, FNAB diperiksa. Dilakukan tusukan pada
mandibula kiri didapatkan cairan serosa kemerahan kurang lebih 12 ml. Dari
gambaran mikroskopis ditemukan bahwa apusan tersebut mengandung sebaran
sel radang, histiosit, mononuklear, dan PMN dengan latar belakang matriks
mukoid yang besar. Pada hasil pemeriksaan tersebut, ditemukan tumor kistik
yang diduga ameloblastoma.

20
C. Metode
Pada kasus ini, pasien ini memiliki riwayat tumor dan dugaan
ameloblastoma di area yang sama 12 tahun yang lalu. Kemudian pasien menjalani
operasi konservatif berupa enukleasi dan kuretase. Operasi itu adalah
hemimandibulektomi kiri, yang mengangkat jaringan tumor dengan tulang
mandibula dan gigi yang menempel.
Operasi dilakukan pada tanggal 3 April 2017. Pasien ditempatkan di meja
operasi dalam posisi terlentang dengan anestesi umum. Pada pasien ini, FNAB
diperiksa. Dilakukan tusukan pada mandibula kiri didapatkan cairan serosa
kemerahan kurang lebih 12 ml. Dari gambaran mikroskopis ditemukan bahwa
apusan tersebut mengandung sebaran sel radang, histiosit, mononuklear, dan
PMN dengan latar belakang matriks mukoid yang besar. Pada hasil pemeriksaan
tersebut, ditemukan tumor kistik yang diduga ameloblastoma.

D. Hasil
a. Hasil pemeriksaan patologi
menunjukkan secara makroskopik jaringan seberat 850 gram, ukuran 21x11x10 cm,
tercetak massa dengan ukuran 18x10x9 cm seperti terlihat pada Gambar 5. Jarak
antara massa dengan ujung reseksi tulang proksimal adalah 2 cm. Jarak antara
massa dan ujung reseksi tulang distal adalah 1 cm. Dalam persiapannya, didapat
pula tujuh buah gigi. Irisan tampak multikistik dengan diameter 1,5 - 4 cm, berisi
cairan kental berwarna sebagian kecoklatan. Kesan massa telah menghancurkan
tulang.
Hasil analisis mikroskopis menunjukkan potongan jaringan neoplasma jinak, terdiri
atas proliferasi sel epitel odontogenik, dengan inti bulat, monoton, kromatin
halus, tersusun palisading dengan stroma stellate reticulum pada lumen
membentuk pola folikel.
Jarak antara tumor dan tepi reseksi posterior adalah 2 cm, dan jarak antara tumor dan
tepi reseksi anterior adalah 1 cm. Kesimpulan dari hasil analisis PA adalah
ameloblastoma tipe folikuler.
E. Kelebihan dan kelemahan
a. Kelemahan :

21
Penelitian Dandriyal et al. (2011) menunjukkan bahwa terapi konservatif memiliki
angka kekambuhan yang tinggi, mencapai 60% dibandingkan 10% pada terapi
dengan reseksi radikal. Pada penelitian tersebut enukleasi dengan kuretase
dilakukan pada 10 kasus, 6 diantaranya menunjukkan kekambuhan, sedangkan
satu kasus pada kelompok pembedahan menunjukkan kekambuhan
b. Kelebihan :
pada pasien ini, operasi radikal menghilangkan kemungkinan besar kekambuhan.
Rekonstruksi mandibula sementara dengan K-Wire adalah alternatif yang murah
dan dapat diterima secara estetika sebelum rekonstruksi definitif dengan cangkok
tulang atau prostetik autogenous.

Jurnal 3 : Ameloblastoma: lesi agresif mandibula11


A. Pendahuluan
Ameloblastoma adalah tumor odontogenik jinak yang paling umum pada
rahang yang merupakan sekitar 1% dari semua kista dan tumor pada rahang. 1 2
Ameloblastoma umumnya tidak nyeri, tumbuh lambat, tumor agresif lokal yang
menyebabkan perluasan tulang kortikal, perforasi pelat kortikal lingual atau
bukal dan infiltrasi jaringan lunak. Ini memiliki insiden puncak pada dekade
ketiga dan keempat kehidupan tetapi dapat ditemukan pada semua kelompok
umur dengan predileksi jenis kelamin yang sama . Pada mandibula mayoritas
ameloblastoma ditemukan di daerah ramus molar. Ekspansi lempeng kortikal
bukal dan lingual lebih sering terjadi pada ameloblastoma dibandingkan tumor
lainnya. Tantangan dalam mengelola ameloblastoma adalah dalam mencapai
eksisi lengkap dan rekonstruksi defek ketika tumornya besar. Ameloblastoma
diobati dengan enukleasi, kuretase, atau eksisi bedah tergantung pada ukuran dan
jenis lesi.

B. Kasus
Seorang wanita 55 tahun dilaporkan dengan pembengkakan (gambar 1) di sisi kiri
wajah sejak 2 tahun dan rasa sakit saat mengunyah makanan sejak 3 bulan.
Pembengkakan itu berbahaya pada awalnya dan secara bertahap meningkat
menjadi ukuran sekarang. Tidak ada riwayat trauma atau sakit gigi atau
penurunan ukuran pembengkakan atau keluarnya cairan dari pembengkakan.

22
Pasien mengalami nyeri saat mengunyah makanan keras. Pasien juga mengalami
perubahan sensasi pada daerah pipi kiri. Dia dikenal sebagai pengunyah pan.
Pada pemeriksaan, terdapat pembengkakan difus berbatas tegas soliter di
sepertiga tengah kiri dan sepertiga bawah wajah (gambar 1) berukuran sekitar
5×8 cm memanjang ke superior dari regio pretragal kiri ke batas bawah
mandibula dan mediolateral. 1 cm dari sudut kiri mulut ke batas lateral kiri
mandibula. Permukaannya halus dan kulit di atas pembengkakan meregang dan
berwarna normal tanpa perubahan sekunder yang ditemukan. Itu tidak lembut dan
sulit untuk jari-jari yang meraba.

(Gambar 2 )
(gambar 1 )

Pemeriksaan intraoral menunjukkan pembengkakan soliter yang tidak jelas


(gambar 2) di vestibulum bukal posterior kiri bawah yang meluas ke anterioposterior
dari 34 ke regio retromolar dan secara mediolateral 1,5 cm dari permukaan bukal molar.
sampai 1 cm lingual ke molar dengan permukaan halus dan mukosa di atasnya teregang
dan mirip dengan warna mukosa yang berdekatan tanpa perubahan sekunder yang
ditemukan. Konsistensinya tidak lunak dan keras dengan ekspansi pelat kortikal bukal
dan lingual.
Ada gigi yang hilang secara klinis (37 dan 38). Mempertimbangkan temuan
klinis, tumor jinak diagnosis tentatif di sisi kiri bawah candi dibuat. Ameloblastoma
dianggap sebagai yang pertama dalam daftar banding diagnosis karena merupakan
tumor yang paling sering terjadi di daerah ramus molar mandibula pada kelompok usia

23
ini. Kedua. myxoma odontogenik dipertimbangkan, yang memiliki tempat kejadian
serupa. Biopsi sisi dibuat dan spesimen menjadi sasaran pemeriksaan histopatologi.

C. Metode
Karena lesi sangat luas, dilakukan hemimandibulektomi bersamaan dengan
rekonstruksi menggunakan tulang krista iliaka.

( Gambar 3 )

Foto intraoperatif menunjukkan penempatan cangkok tulang yang diamankan ke


bagian lain dari mandibula.

D. Hasil
Periode pasca operasi lancar. Estetika dan fungsi pasien dipulihkan. Pasien
ditindaklanjuti selama 6 bulan tanpa bukti komplikasi atau kekambuhan Saat ini
pasien dalam tindak lanjut dua tahunan.
E. Kelebihan dan kelemahan
a. kelebihan
1. ameloblastoma harus selalu dipertimbangkan pertama kali dalam daftar diagnosis
banding untuk setiap pembengkakan di regio mandibula posterior pada kelompok
usia pertengahan.
2. Ameloblastoma multilokular/padat memiliki kekambuhan tertinggi di antara semua
jenis ameloblastoma. Oleh karena itu, reseksi lesi yang luas dengan batas aman
tulang yang sehat akan mencegah kekambuhan lesi tersebut.
3. Reseksi dengan rekonstruksi simultan menggunakan berbagai cangkok akan
mengembalikan estetika pasien serta fungsi rahang.

24
b. kelemahan
1. Radiografi konvensional cukup untuk lesi kecil tetapi lesi besar
membutuhkan pencitraan canggih seperti CT untuk manajemen bedah lesi
yang lebih baik.
D. Jurnal 4 : Ameoblastoma yang berulang, penanganan bedah8

A. Pendahuluan
Ameloblastoma adalah tumor odontogenik epitel jinak yang agresif secara lokal
pada rongga mulut. Ini pertama kali dikenali oleh Cusack pada tahun 1827 dan dinamai
pada tahun 1930 oleh Ivy dan Churchill Menurut klasifikasi WHO pada tahun 2005,.
ada 5 subtipe ameloblastoma jinak yang terdokumentasi, dan mereka adalah tipe
padat/multikistik, tipe desmoplastik, tipe unikistik, dan tipe ekstraosseous/perifer
Secara histopatologis, 6 subtipe adalah folikel , plexiform, acanthomatous, basal,
unicystic, dan desmoplastic ameloblastoma. Ini dapat dikelola baik dengan metode
konservatif atau pendekatan railical tergantung pada jenis, lokasi, dan ukuran serta usia
pasien. Tinjauan sistematis oleh Almaida. et al menjelaskan bahwa 50% kekambuhan
terlihat pada subtipe folikel dan tingkat kekambuhan secara signifikan rendah jika
pendekatan radikal digunakan.
B. Kasus 1
Seorang pasien laki-laki berusia 45 tahun mengunjungi Departemen Bedah Mulut
dan Maksilofasial dengan pembengkakan di area pelipis kanan wajah. Dia melaporkan
pembengkakan tanpa gejala sejak 1 bulan yang semakin meningkat ukurannya. Itu
adalah pembengkakan berbentuk halter lunak di daerah temporal kanan tanpa tanda-
tanda infeksi.
Kembali pada tahun 2012, dia dirujuk ke unit yang sama oleh dokter umum
karena pembengkakan parah di rahang kanan. Radiografi panoramik dan CT scan
menunjukkan multilocular radiolusen. pasien menjadi sasaran biopsi dan dilaporkan
sebagai ameloblastoma mandibula kanan. Dia menjalani hemimandibulektomi kanan.
Di atas meja, spesimen yang direseksi dilakukan radiografi intraoperatif untuk
memahami jarak aman dari margin radiologis 1,5 cm. (Laporan histologis juga
mengungkapkan ameloblastoma dengan ciri-ciri atipikal yang menunjukkan
hiperselularitas.Oleh karena itu, ia terus dipantau secara teratur. Pada tahun 2016, ia
melaporkan adanya pembengkakan di daerah pelipis kanan. Studi pencitraan MR

25
menunjukkan lesi intensitas sinyal yang diubah secara heterogen (berukuran 4,4 cm ×
3,7 cm × 4,6 cm) dengan area kistik kecil yang terlihat di fossa infratemporal kanan.
C. Metode
Pasien menjalani eksisi tumor dengan lapisan jaringan lunak di atasnya melalui
pendekatan transzygomatic. dikemas dengan flap otot temporalis. (spesimen dikirim
untuk evaluasi patologis. Bagian beku mengkonfirmasi diagnosis ameloblastoma
folikuler dengan bebas tumor

Foto intraoperatif menunjukkan pendekatan transzygomatic dan defek dipulihkan


dengan otot temporalis.
D. Hasil
Periode pasca operasi lancar. Estetika dan fungsi pasien dipulihkan. Masa inapnya
di rumah sakit lancar, dan dia saat itu sedang dalam tindak lanjut rutin.
E. Kelebihan Dan Kelemahan
1. Studi MRI harus dilakukan pada ameloblastoma besar untuk mengevaluasi
infiltrasi tumor ke bidang jaringan lunak yang berdekatan.
2. Radiografi intraoperatif harus dilakukan untuk menyingkirkan margin jaringan
keras yang positif.
3. Reseksi kompartemen tumor harus dilakukan untuk melibatkan semua margin
positif dan di atas meja bagian beku dari margin jaringan lunak .
4. Tindak lanjut jangka panjang dengan pencitraan MRI dan CT harus dilakukan
setelah operasi primer untuk mengevaluasi segala bentuk kekambuhan.

26
Kelemahan

1. Rekonstruksi harus dilakukan sebagai pembedahan bertahap pada


ameloblastoma raksasa setelah laporan histopatologi lengkap tersedia.

E. Jurnal 5 : Review Kasus Ameloblastoma5


a. Pendahuluan
Ameloblastoma adalah neoplasma epitel jinak dan berkisar dari 10% dari seluruh
tumor odontogenik. Ameloblastoma ditandai dengan pola pertumbuhan yang
lambat dan dapat tumbuh hingga ukuran yang sangat besar dan menyebabkan
kelainan bentuk wajah yang parah. Tumor ini paling sering terjadi pada usia
dekade ketiga dan keempat, dan paling sering terjadi pada mandibula posterior,
terutama pada gigi molar ketiga, serta berhubungan dengan kista folikel atau
gigi yang terimpaksi. Pemeriksaan radiologi yang dapat dilakukan untuk
mendiagnosis ameloblastoma adalah foto polos, CT Scan dan MRI. Deskripsi
ameloblastoma radiografi dapat bervariasi.1,4,5 Beberapa mengungkapkan
gambaran lesi radiolusensi tegas, unilocular, well-orticated, yang sering
berhubungan dengan gigi Corona yang terimpaksi atau tidak ada erupsi,
sehingga tidak dapat dibedakan dengan keratosis odontogenik dan kista
dentigerous pada radiografi.14 Beberapa yang lain, multilokular, septa internal
dan sisir madu atau gelembung sabun sering mirip dengan keratosis
odontogenik besar. Namun, hanya temuan histopatologis yang dapat membantu
menentukan tumor ganas dan perubahan karsinomatosa
b. Kasus
Seorang laki-laki berusia 25 tahun datang ke klinik gigi dengan keluhan bengkak
asimetris pada rahang bawah kanan. Pasien menyatakan bahwa pembengkakan
terjadi secara bertahap dan berkembang dalam ukuran dalam kursus 2 tahun.
Ada riwayat operasi yang didiagnosis sebagai suspek ameloblastoma sejak 3
tahun di rumah sakit lain dan sejak itu ada soket pencabutan yang tidak sembuh
dimana pasien telah berkonsultasi dengan beberapa dokter gigi yang
merawatnya namun tidak berhasil tanpa pemeriksaan dan diagnosis yang tepat.
Ia tidak memiliki riwayat penyakit lain.
Diagnosis fisik:Pasien secara fisik sehat dan mental waspada.Wajah asimetris
dengan melotot terlihat di pipi kanan.Secara ekstra oral terdapat pembengkakan

27
sferis soliter berbatas tegas yang melibatkan sudut kanan mandibula berukuran
±7 × 9 cm yang tidak dapat dimampatkan, tidak dapat direduksi, tidak bergerak,
tidak berfluktuasi, dan terfiksasi pada struktur di bawahnya dengan mandibula
kanan. tidak nyeri dengan mulut terbuka 2 jari.Intra oral terdapat buccal plate
bulging dan ekspansi dari regio molarke belakang. Warna sebagian dengan
warna jaringan mukosa sekitarnya, batas tidak jelas. Gigi 7 dan 8 rahang bawah
kanan hilang/pasca pencabutan, muncul ulkus pada mukosa daerah tersebut.
Diagnosis klinis sementara yang ditegakkan adalah ameloblastoma rekuren
mandibula kanan. Pasien dikirim ke departemen radiologi untuk evaluasi lebih
lanjut dengan pemindaian kontras multi-detektor computed tomography
(MDCT).

c. Metode
insisi dan elevasi flap Jika kista melibatkan gigi, sayatan dibuat di sekitar gigi, baik
dengan atau tanpa pertimbangan pencabutan. Tujuan insisi adalah untuk
memberikan akses yang baik dan mempermudah penyembuhan,
d. Hasil
Perawatan pasca operasi reseksi mandibula yaitu antibiotik dan obat analitik,
tidak perlu fiksasi Intermaksila. Hindari trauma fisik pada wajah atau rahang
karena dapat menyebabkan fraktur mandibula. Jaga kebersihan mulut hingga
luka operasi sembuh sempurna.

28
e. Kelebihan Dan Kekurangan
Kelebihan
1. biasanya menguntungkan meskipun dapat menyebabkan kelainan bentuk.

Kekurangan
1. memerlukan pemantauan klinis dan radiografi untuk jangka waktu tertentu.
2. Angka kekambuhan yang relatif tinggi

29
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan

30
DAFTAR PUSTAKA

1. Jurnal ke 2
2. Benny S. Latief. 2019. Ameloblastoma. BAB I : Evaluasi Ekspresi RANKL
dan OPG pada Ameloblastoma Tipe Folikular, Tipe Pleksiform, dan Tipe
Campuran (Penelitian pada Pasien RSCM periode Januari 2008 – Agustus
2012. ) Departemen Oral Maxillofacial Surgery Faculty of dentistry
Universitas of Indonesia
3. Cahyawati, Triana Dyah. 2018. Ameloblastoma. Vol 7 (1). Hlm: 19-25. Jurnal
Kedokteran Universitas Mataram
4. Syurri Innaddina, Syahraini Diah Rini Handjari,Benny S. Latief. 2019.
BAB II : Ekspresi E-Cadherin pada Berbagai Pola Ameloblastoma
Multikistik/Padat. Departemen Oral Maxillofacial Surgery Faculty of
dentistry Universitas of Indonesia
5. Aramanadka, C., Kamath, A. T., & Kudva, A. (2018). Recurrent ameloblastoma:
a surgical challenge. Case Reports in Dentistry, 2018.
6. Hupp JR, Ellis III E, Tucker MR. Contemporary Oral and Maxillofacial
Surgery [Internet]. 6th ed. Vol. 3. Elsevier Inc.; 2015. 54–67 p. Available
from: http://repositorio.unan.edu.ni/2986/1/5624.pdf
7. Goldenberg D. Surgical techniques in otolaryngology- Head & Neck
Surgery. 1st ed. Sataloff RT, editor. Vol. 53, London: Jaypee The Health
Sciences Publisher; 2016.
8. Indra Sukmana, B. (2020). Review of Ameloblastoma Case. Systematic Review
Pharmacy 11(6): 112-123
9. Xue Qiao, Xing Niu, Jiayi Liu,Lijie Chen, Yan Guo and Ming Zhong.
2021.Case Reports: Pathogenesis and characteristics of large
ameloblastoma of the jaw: a report of two rare cases. Journal of
International Medical Research 49(5) 1–12. Di unduh pada tanggal 21
February 2023, DOI: 10.1177/03000605211014803
journals.sagepub.com/home/imr
10. Marjono Dwi Wibowo, Agung Fuad Fathurochman. 2020. Case Report :
Aggressiveness tumor: a case report of recurrent ameloblastoma in the

31
mandible. Bali Medical Journal (Bali MedJ) 2021, Volume 10, Number 1:
184-188 P-ISSN.2089-1180, E-ISSN: 2302-2914. Published by Bali
Medical Journal. Di Unduh pada tanggal 21 February 2023, doi:
10.15562/bmj.v10i1.2114
11. M S Suma, K J Sundaresh, R Shruthy, Rachappa Mallikarjuna. 2013. Case
Report : Ameloblastoma: an aggressive lesion of the mandible. BMJ
Publishing Group. Diunduh pada tanggal 21 February 2023,
doi:10.1136/bcr-2013-200483

32

Anda mungkin juga menyukai