Anda di halaman 1dari 16

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kista dentigerous merupakan kista yang terbentuk disekitar mahkota
gigi yang belum erupsi. Kista ini mulai terbentuk bila cairan menumpuk di
dalam lapisan-lapisan epitel email yang tereduksi atau diantara epitel dan
mahkota gigi yang belum erupsi. Kista ini merupakan jenis kista terbanyak
setelah kista radikuler. Tumbuh paling sering di regio posterior mandibula
atau maksila dan umumnya berkaitan dengan gigi molar ketiga.
Predileksi tumbuh tersering kedua adalah di regio kaninus yang
dikaitkan dengan gigi kaninus impaksi. Kista jenis ini dapat ditemukan pada
semua jenis usia dengan predileksi terbesar pada usia 20 tahun. Kista dapat
tumbuh dalam ukuran besar dengan diameter mencapai 10-15 cm.Kurt H
Thoma (1969) mengatakan bahwa kista dentigerous adalah suatu kantong
yang dibungkus oleh epitelium yang terjadi dari enamel organ yang
berhubungan dengan mahkota gigi yang tidak erupsi. Mervyn Shear (1992)
mendefinisikan kista dentigerous sebagai kista yang menutupi gigi yang
belum erupsi dengan perluasan folikelnya dan menyerang hingga keleher
gigi. Menurut Gordon W Pedersen (1996), kista dentigerous adalah
pembesaran ruangan folikular di sekitar gigi yang belum erupsi.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa saja klasifikasi kasus pada skenario ?
2. Bagaimana pemeriksaan klinis dan pemeriksaan penunjang ?
3. Apa etiologi pada skenario ?
4. Bagaimana patogenesis pada skenario ?
5. Apa diagnosis dan diagnosis banding pada skenario ?
6. Apa prognosis pada skenario ?
7. Apa perawatan pada skenario ?

8. Apa saja komplikasi pada skenario ?


2

1.3 Tujuan Pembelajaran


1. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan klasifikasi kasus
pada skenario
2. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan pemeriksaan klinis
dan pemeriksaan penunjang
3. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan etiologi pada
skenario
4. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan patogenesis pada
skenario
5. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan diagnosis dan
diagnosis banding pada skenario
6. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan prognosis pada
skenario
7. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan perawatan pada
skenario
8. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan komplikasi pada
skenario
3

BAB II
PEMBAHASAN

SKENARIO 3

“RADIOLUSEN BERBATAS TEGAS”

Perempuan berusia 30 tahun datang ke RSGM dengan keluhan bengkak pada


rahang bawah belakang kiri sudah 2 tahun yang lalu. Pemeriksaan intra oral gigi
38 tidak erupsi, terdapat pembengkakan dengan palpasi terasa krepitasi pada
tulang alveolar regio 37 dan 38 warna gingival normal. Pemeriksaan radiografis
lesi radiolusen berbatas tegas radiopak menutupi mahkota gigi 38. Dokter gigi
menjelaskan kasus pasien merupakan salah satu jenis kista yang ada di rongga
mulut yang disebabkan oleh gigi.

2.1 Tujuan Pembelajaran


1. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan klasifikasi kasus
pada skenario
2. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan pemeriksaan klinis
dan pemeriksaan penunjang
3. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan etiologi pada
skenario
4. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan patogenesis pada
skenario
5. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan diagnosis dan
diagnosis banding pada skenario
6. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan prognosis pada
skenario
7. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan perawatan pada
skenario
8. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan komplikasi pada
skenario
4

2.2 Bahasan Tujuan Pembelajaran

2.2.1 Mampu memahami dan menjelaskan klasifikasi pada skenario

Klasifikasi kista odontogenik menurut WHO tahun 1992


1. Development
a. Kista dentigerous
b. Kista erupsi
c. Kista odontogenik keratosis
d. Kista orthokeratinisasi odontogenik
e. Kista gingival (alveolar) pada bayi
f. Kista gingival pada dewasa
g. Kista lateral periodontal
h. Calcifying odontogenic cyst
i. Kista glandular odontogenik
2. Inflammatory
a. Kista periapikal (radikular)
b. Kista residual periapical (radikular)
c. Buccal bifurcation cyst

Kasus skenario adalah kista dentigerous maka pembagian kista


dentigerous yang hubungannya dengan mahkota gigi, maka kista
dentigeous dibagi menjadi tiga macam yaitu, bagian sentral, lateral
dan sirkumferensial sesuai dimana kista tersebut terbentuk dalam
hubungannya dengan mahkota gigi.

A. Tipe sentral : Kista terletak tepat di mahkota gigi secara


simetris. Pada tipe sentral, kista terjadi sebelum degenerasi
organ enamel yang meliputi mahkota gigi. Kista dentigerous
sentral yang mengelilingi keseluruhan mahkota gigi secara
berangsur-angsur akan membesar.
5

B. Tipe lateral : Kista terletak disebelah mesial atau distal mahkota


gigi dan akan meluas menjauh dari gigi yang hanya disekitar
mahkota saja. Kista ini terbentuk pada bagian email yang
menetap setelah bagian atas permukaan oklusal telah berubah
menjadi dental kutikel.

C. Tipe Sirkumferensial : Seluruh email disekitar leher gigi


menjadi kista, menghasilkan gambar yang mirip dengan kista
radicular.
6

2.2.2 Mampu memahami dan menjelaskan pemeriksaan klinis dan


pemeriksaan penunjang

Secara ekstra oral, kista dapat diketahui bila kista sudah


membesar dan ditandai dengan adanya asimetri wajah. Sedangkan,
secara intra oral terlihat tidak tumbuhnya gigi pada daerah yang
membengkak, adanya pergeseran letak gigi yang ekstrim, dan
resorpsi tulang alveolar dan akar gigi,hal ini biasanya terjadi bila
kista sudah menjadi kronis. Jika kavitas kista mengandung darah,
pembengkakan dapat berwarna ungu atau biru tua yang disebut
eruption hematoma.
Pemeriksaan penunjang dapat dilakukan pemeriksaan
radiografi dan pemeriksaan histopatologis :
Dari Gambaran radiologi kista berbatas jelas, unilokuler dan
kadang-kadang tampak multilokuler yang radiolusen berhubungan
dengan mahkota gigi yang tidak erupsi. Gigi yang tidak erupsi
sering berpindah tempat. Pada mandibula, gambaran radiolusen
dapat meluas ke superior daerah molar ketiga ke ramus atau ke
anterior dan inferior sepanjang corpus mandibula. Untuk lesi yang
dianggap kista, beberapa peneliti percaya bahwa daerah
radiolusenya paling sedikit berdiameter 3- 4mm.

Sedangakan dari Pemeriksaan histopatologis kista bervariasi,


tergantung apakah kistanya terinflamasi atau tidak. Pada kista non
inflamasi, dinding jaringan fibrous tersusun longgar dan terdiri dari
substansi dasar glycosaminoglycan. Pulau-pulau kecil dan anyaman
7

sisa-sisa epitel odontogenik yang tidak aktif terdapat pada dinding


jaringan fibrous. Batasan epitel terdiri dari 2-4 lapisan sel epitel
kuboid dan ruang antara jaringan dan epitelnya datar.

Pada kista yang terinflamasi, dinding fibrous lebih banyak


kolagennya dengan disertai sel-sel inflamasi kronis. Batasan epitel
memperlihatkan bermacam jumlah hipeplasia dengan tonjolan rete
serta gambaran skuamousa. Permukaan yang mengalami
keratinisasi sering terlihat.

2.2.3 Mampu memahami dan menjelaskan etiologi pada skenario

Etiologi dari kista dentigerous umumnya berkembang diikuti


suatu akumulasi cairan antara sisa dari enamel organ dan mahkota
gigi disekitarnya. Sisa enamel organ atau epithelium enamel yang
mengalami reaksi membentuk suatu permukaan yang membatasi
kista dan pembentukan mahkota gigi yang lain.

Kista dentigerous biasanya berhubungan dengan gigi impaksi,


gigi yang erupsinya tertunda, perkembanggan gigi, dan odontoma.
Kista ini biasanya terjadi pada laki-laki dan pada gigi molar tiga
impaksi, caninus rahang atas, serta premolar dua bawah. Tetapi,
kista ini mungkin juga terjadi pada gigi lain yang masih tertanam.
Ini terjadi karena ukuran rahang yang lebih kecil pada wanita serta
tingginya kesadaran untuk melakukan ekstraksi profilaktik pada
gigi impaksi.

2.2.4 Mampu memahami dan menjelaskan patogenesis pada skenario

Patogenesis dimulai dengan degenerasi enamel organ sebagian


yang memungkinkan pertumbuhan kista oleh separasi dari elemen
enamel epithelium. Degenerasi yang terjadi terutama pada “stellate
reticulum”, yaitu pada tahap odontogenesis yang berhubungan
dengan hipoplasia enamel, dapat terjadi pembentukan mahkota
8

diikuti akumulasi antara struktur komponen dari epitel enamel yang


mengalami reduksi. Ekspansi yang terjadi berhubungan dengan
suatu peningkatan sekunder pada osmolaritas cairan kista hasil dari
sel-sel epitel kedalam lumen kista,
Patogenesis pertumbuhan atau perkembangan suatu kista dapat
dibagi menjadi 4 tahap, yaitu:
1) Tahap awal, ditandai kista belum merusak tulang sehingga
tulang di atasnya masih utuh dan teraba keras.
2) Tahap sensasi bola pingpong, ditandai sudah mulai terjadi
desakan kista yang semakin besar pada tulang,
3) Tahap krepitasi, pada tahap ini sudah terjadi fragmentasi dari
tulang di atasnya akibat desakan kista, sehingga pada palpasi
teraba adanya krepitasi.

4) Tahap fluktuasi, pada tahap ini hanya ada bila kista telah
mengerosi tulang secara sempurna

2.2.5 Mampu memahami dan menjelaskan diagnosis dan diagnosis banding


pada skenario
Diagnosis pada kasus diatas adalah Kista Dentigerous, dimana
kista dentigerous merupakan kista yang terbentuk disekitar
mahkota gigi yang belum erupsi. Kista ini mulai terbentuk bila
cairan menumpuk di dalam lapisan-lapisan epitel email yang
tereduksi atau diantara epitel dan mahkota gigi yang belum erupsi.
Diagnosis banding dari kista dentigerous meliputi odontogenik
keratosis,ameloblastoma dari dentigerous cyst lining juga bisa
menjadi diagnosis banding. Tumor odontogenik adenomatoid bisa
menjadi pertimbangan apabila ada radiolusensi perikoronal
anterior, dan fibroma ameloblastik apabila ada lesi yang terjadi di
rahang posterior pasien usia muda.
9

Dan diagnosis banding yang lain pada kasus kista dentigerous


adalah uniksitik ameloblastoma,adenomatoid odontogenik tumor
(AOT), stadium awal dari kista Gorlin, ameloblastik fibroma,
ameloblastik fibro-odontoma, odontogenik keratosis.

2.2.6 Mampu memahami dan menjelaskan prognosis pada skenario

Prognosis untuk kasus kista dentigerous adalah baik dan tanpa


adanya rekurensi. Rekurensi jarang terjadi jika pengangkatan
keseluruhan kista dilakukan dengan baik.Pada semua kista
dentigerous,semua gambaran mikroskopiknya harus diperhatikan,
untuk menyingkirkan terjadinya transformasi menjadi ameloblastoma
atau karsinoima sel skuamosa.

2.2.7 Mampu memahami dan menjelaskan perawatan pada skenario


Ada dua metode yang digunakan untuk melakukan perawatan
pada kista yaitu : enukleasi dan marsupialisasi .
a) Enukleasi adalah menghilangkan lapisan kista secara keseluruhan.
Enukleasi secara umum digunakan jika lapisan kista mudah
dipisahkan dari perlekatan tulang dan kavitas berisi bekuan darah.
Enukleasi dapat dilakukan pada semua kista yang berukuran kecil
sampai sedang.
- Sebuah flap mukoperiosteal standar dilakukan pada daerah
bukal dengan insisi secara vertikal.
- Tulang yang telah menipis dihilangkan dengan bone rongeurs
atau bur untuk mendapatkan akses bedah ke saluran cairan.
- Tepi kista kemudian dipisahkan dengan periosteal elevator
atau kuret dari tulang bony. Tepi kista ini sebaiknya dikirim
ke bagian histopatologik.
- Setelah irigasi dengan saline steril, flap dijahit kembali ke
posisi anatomisnya.
10

- Jika pengisian saluran akar telah dilakukan, prosedur


apikoektomy sebaiknya dilakukan pada waktu yang
bersamaan dengan penutupan kembali saluran jika waktunya
tepat.

Komplikasi pasca operasi jarang ditemukan, meskipun demikian


kerusakan luka dalam kista mandibular yang besar dapat terjadi.
Pasien secara normal menjalani kontrol 4-6 bulan setelah operasi.

b) Marsupialisasi adalah pengembalian kista seperti semula.


Indikasinya, antara lain pasien kooperatif, jika enukleasi terlalu
berisiko, untuk kista radikuler yang besar atau kista dentigerous
pada anak. Adapun keuntungan dari teknik marsupialisasi, antara
lain rasa sakit kurang dan pertumbuhan tulang yang diikuti dengan
penyusutan lesi. Adapun kerugiannya, antara lain memakan waktu
yang relatif lama.
- Marsupialisasi dapat dengan mudah dicapai dengan
melakukan pencabutan gigi yang berhubungan dengan
kista tersebut
- aspirasi seluruh isi soket kemudian irigasi lumen kista
sebelum pembukaan dengan surgical pack
- Ribbon gauze steril direndam dalam varnish whitehead,
bertujuan sebagai antiseptik untuk menghindari infeksi
pada rongga kista
- Pack kemudian ditempatkan pada soket sebagai gigi
pengganti dengan akar yang terbentuk dari akrilik yang
diperpanjang kedalam rongga kista dari soket.
- Rongga kista kemudian diirigasi dengan larutan saline
hangat dua kali sehari
- Kista radikuler dan kista dentigerous yang berukuran kecil
(kurang dari 2 cm) biasanya dapat dienukleasi dengan
mudah, bersamaan dengan pencabutan gigi yang
11

berhubungan dengan kista tersebut. Jika enukleasi beresiko


buruk terhadap struktur disekitarnya maka
eksternalisasi/penetrasi dapat dilakukan sebagai
pendekatan alternatif untuk mengurangi ukuran kista,
selanjutnya diikuti dengan enukleasi.

Marsupialisasi dapat menimbulkan resiko terbentuknya


ameloblastomain situ atau microinvasive ameloblastoma.
Prognosisnya baik sekali dan tidak ada kemungkinan rekurensi setelah
enukleasi. Namun kista residual dapat berkembang jika lesi tidak
dienukleasi dengan sempurna.

2.2.8 Mampu memahami dan menjelaskan komplikasi pada skenario

3 a) Kista yang terjadi


pada rahang atas
dapat menyumbat dan
4 merubah posisi maxillary
antrum dan rongga
hidung, terutama kista
5 yang berukuran besar.
12

6 b) Kista yang terjadi


pada rahang bawah
dapat menyebabkan
7 parestesi dan dapat
terjadi perubahan
displastik
8 a) Kista yang terjadi
pada rahang atas
dapat menyumbat dan
9 merubah posisi maxillary
antrum dan rongga
hidung, terutama kista
10 yang berukuran
besar.
13

11 b) Kista yang
terjadi pada rahang
bawah dapat
menyebabkan
12 parestesi dan dapat
terjadi perubahan
displastik
13 a) Kista yang
terjadi pada rahang
atas dapat menyumbat
dan
14 merubah posisi
maxillary antrum dan
rongga hidung, terutama
kista
14

15 yang berukuran
besar.
16 b) Kista yang
terjadi pada rahang
bawah dapat
menyebabkan
17 parestesi dan dapat
terjadi perubahan
displastik
Komplikasi yang dapat terjadi dari kista dentigerous di antaranya :
a. Kista yang terjadi pada rahang atas dapat menyumbat dan
merubah posisi maxillary antrum dan rongga hidung, terutama
kista yang berukuran besar.
b. Kista yang terjadi rahang bawah dapat meneybabkan parestesi
dan dapat terjadi perubahan dispalstik
15

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Berdasarkan kasus dari skenario ini dapat disimpulkan bahwa pasien
di diagonosis menderita kista dentigerous yang dimana terhambatnya
pembentukan gigi geraham rahang bawah dan taring rahang batas akibat
mahkota gigi masih berada di dasar gusi.
2.2 Saran
Mahasiswa untuk mengetahui lebih lanjut tentang kista dentigerous ini
dan kasus ini sering terjadi pada masyarakat dan penatalaksanaannya agar
menambah ilmu pengetahuan.
16

DAFTAR PUSTAKA

Fakhrurrazi. 2014. Kista Dentigerous Pada Anak-Anak. Cakradonya Dent J Vol 6

No 1 : 619-677

Kinura T et a1.. Dentigerous Cysts Assosialcd with lmpacted Mesiodens Repon of

Case with lmmunohistochemcal Examination for Cyloceratin Expression in

dre Epilhcli0l Linings. Asian Joumal Oml Mirllolircirll Srrrgen vol 10.No1.

Mappangara, Surijana dan Andi Tajrin. Kista radikuler dan kista dentigerous.

Bagian Bedah Mulut Mahasiswa Tahapan Profesi Fakultas Kedokteran Gigi

Universitas Hasanuddin Makassar, Indonesia.

Neville, Damm DD, Allen CM, Bouquot JE. Oral and maxillofacial pathology 2

nd ed. St. Louis: Saunders; 2002. H. 611-19.

Shear M. Kista rongga mulut (terj.) ed. 2. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran

EGC; 1988. H. 122-147

Wray D, Stenhouse D, Lee D, Clark A. Textbook of general and oral surgery.

2003. p.229-32

Anda mungkin juga menyukai