Anda di halaman 1dari 19

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


vddbddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddbbbbbbbb
bbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbb
bvddbddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddbbbbbbbbbbbb
bbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbb
bbbbbbbbbbbbbbbdbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbb
bbbbbddvddbddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddbbbbbb
bbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbb
bbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbdbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbb
bbbbbbbbbbbddvddbdddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddd
bbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbb
bbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbdbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbb
bbbbbbbbbbbbbbbbbddbbbbbbbbbbbbbbbbbbdbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbb
bbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbdd
1.2 Rumusan Masalah
1.3 Tujuan Pembelajaran
BAB II

PEMBAHASAN

SKENARIO 4

ADA NANAH DIGUSIKU

Seorang perempuan berusia 40 tahun datang ke RSGM dengan keluhan gusi


bagian depan bawah bengkak sejak 5 hari yang lalu, gigi terasa goyang dan gusi
mengeluarkan nanah saat ditekan. Pasien sebelumnya sudah merasakan
kegoyangan gigi sejak 2 tahun lalu dan melakukan pemeriksaan ke dokter gigi.
Menurut dokter gigi yang memeriksa, gigi pasien tersebut terdiagnosis
periodontitis kronis dengan poket periodontal 4 mm dan dianjurkan melakukan
perawatan periodontal. Namun pasien takut sehingga menolak dilakukan
perawatan. Saat ini kerusakan jaringan periodontal semakin parah dan pasien baru
ingin melakukan perawatan. Pasien meminta informasi mengenai perawatan yang
akan dilakukan pada kunjungan ini.

Pemeriksaan ekstra oral:

Tidak ada kelainan

Pemeriksaan intra oral:


1. Terlihat fistel pada gingiva regio 32
2. Tes vitalitas gigi 32 (+)
3. Skor OHI-S : buruk
4. Hasil pemeriksaan jaringan periodontal sebagai berikut :

KS (mm) LA Mob
Mesial Tengah Distal
(mm)
31 4 6 5 5 1
32 5 5 10 4 2
Pemeriksaan radiografis : Kerusakan tulang melebihi 2/3 servikal dengan pola
vertical
2.1 STEP I (Klarifikasi Istilah)
Dalam Step ini kami diminta menemukan istilah sulit atau istilah baru
yang tidak kami pahami di skenario ini. Diantaranya sebagai berikut:
 Fistel

Suatu benjolan pada gusi yang ditandai dengan adanya inflamasi bisa
disebut fistula biasanya terjadi karena perdangan yang terdapat pada
periapikal gigi yang dapat mengeluarkan darah dan nanah.

 Nanah

Suatu cairan abnnormal yang mengental dan memiliki warna kuning


keputih-putihan dan berbau tidak enak, terdiri dari sel darah putih dan
bakteri dimana sel darah putih berfungsi sebagai pertahanan tubuh
melawan infeksi bakteri.

 Jaringan Periodontal

Jaringan pendukung gigi terdiri dari tulang alveolar, ligamen,


sementum dan gingiva.

 Periodontitis Kronis

Peradangan pada jaringan peridontal yang disebakan bakteri spesifik


yg menyebabkan peradangan pada gingiva biasanya terjadi pada orang
dewasa maupun anak anak, gejalanya adalah kehilangan tulang.

2.2 STEP II (Menentukan Permasalahan)


Dalam skenario 2 kami menemukan beberapa permasalahan, yaitu:
1. Apa penyebab gusi pasien mengeluarkan nanah ?
2. Apa diagnosis dari skenario ?
3. Bagaimana etiologi dari skenario 4 ?
4. Apa patofisiologi dari sk4 ?
5. Perawatan apa yg akan dilakukan pada Skenario 4 ?
6. Bagaimana bisa terjadinya gigi goyang dan gusi bernanah ?
7. Bagaimana prognosis dari penyakit tersebut jika kita melakukan
perawatan ?
8. Bagaimana cara mengukur kedalaman saku dan ukuran normal saku ?
9. Apa yang menyebabkan jaringan periodontal semakin parah ?
10. Apa saja klasifikasi penyakit pada Skenario 4 ?
11. Apa saja gejala klinis selain dari Skenario 4 pada kasus ini ?
12. Apa antibiotik pada Skenario 4 ?
13. Apa bakteri yg berperan pada Skenario 4 ?

14. Apa penyebab terjadinya fistel pada Skenario 4 ?

2.3 STEP III (Brainstorming)


Dalam step ini kami mencurahkan pendapat kami mengenai masalah
yang dikemukakan. Hal itu seperti berikut ini:
1. Apa penyebab gusi pasien bernanah ?
Jawab : Awalnya bakteri masuk ke saku gingiva dan tidak diobati dan
terjadi inflamasi pada gingiva karena sudah terjadi inflamasi pada
darah tersebut maka terjadi pembekuan dan terjadi perubahan warna
yg disebut nanah.

2. Apa diagnosis dari skenario ?

Jawab : Abses periodontal

3. Bagaimana etiologi dari skenario 4 ?


Jawab :
1. Abses periodontal yang berhubungan dengan peridontitis
Adanya saku periodontal yg dalam
2. Abses periodontal yg tidak berhubungan dengan
periodontitis
Impaksi, tertusuk tulang ikan, biji popcorn, dll
Bakteri, OH yang buruk dan kesalahan dari menyikat gigi juga
mempengaruhi terbentuknya abses periodontal
4. Apa patofisiologi dari Skenario 4 ?

Jawab : Masuknya bakteri kedalam dinding saku jaringan gingiva,


terjadinya infeksi, lalu terjadi inflamasi ,infeksi dan memproduksi
pus/nanah.

5. Perawatan apa yg akan dilakukan pada Skenario 4 ?

Jawab : Insisi dan drainase itu untuk menghilang pus lalu diberikan
antibiotik dan analgesic setelah itu melakukan scalling dan pemberian
DHE agar menjaga kebersihan mulut pasien setelah itu pasien
dianjurkan melakukan pemeriksaan ke dokter gigi sekali 6 bulan.

6. Bagaimana bisa terjadinya gigi goyang dan gusi bernanah ?

Jawab : Kehilangan tulang dan terjadinya gigi goyang.

7. Bagaimana prognosis dari penyakit tersebut jika kita melakukan


perawatan ?

Jawab : Buruk

8. Bagaimana cara mengukur kedalaman saku dan ukuran normal


saku ?

Jawab : Diukur dengan alat probe diukur di bagian mesial, tengah,


distal, di vestibular dan oral ukuran normal dari saku adalah 1 - 3 mm.

9. Apa yang menyebabkan jaringan periodontal semakin parah ?

Jawab : Karena tidak dilakukan nya perawatan.

10. Apa saja klasifikasi penyakit pada Skenario 4 ?

Jawab : Berdasarkan jalanya ada abses akut dan abses kronis


sedangakn berdasarkan letak ada abses perikoronal, abses gingiva dan
abses periodontal, berdasarkan jumlah abses ada abses periodontal
tunggal dan abses periodontal multiple.

11. Apa saja gejala klinis selain dari Skenario 4 pada kasus ini ?

Jawab : Rasa sakit terus menerus, demam, badan lemas dan rasa tidak
nyaman. Manifestasi klinis nya ada gingiva bengkak mukosa sekitar
berwana kebiru biruan terasa sangat sakit dan demam.

12. Apa antibiotik pada Skenario 4 ?


Jawab : Amoxcicilin 500mg,metronidazole 250mg,tetracilin 250mg.

13. Apa bakteri yg berperan pada Skenario 4 ?

Jawab : Anaerob gram negatif yaitu porphyromonas gingivalis dan


provetella intermedia.

14. Apa penyebab terjadinya fistel pada Skenario 4 ?

Jawab : Adanya peradangan pada saluran akar yg mengakibatkan


inflamasi mencari jalan keluar dan mecari tembus ke gingiva.

2.4 STEP IV (Menganalisis Permasalahan)


1. Apa diagnosis dari skenario ?
2. Bagaimana etiologi dari skenario 4 ?
3. Apa patofisiologi dari skenario 4 ?
4. Apa saja klasifikasi penyakit pada Skenario 4 ?
5. Perawatan apa yg akan dilakukan pada Skenario 4 ?
6. Apa antibiotik pada Skenario 4 ?
7. Apa bakteri yg berperan pada Skenario 4 ?
8. Bagaimana prognosis dari penyakit tersebut jika kita melakukan
perawatan ?
9. Apa saja gejala klinis selain dari Skenario 4 pada kasus ini ?
10. Apa penyebab gusi pasien mengeluarkan nanah ?
11. Bagaimana bisa terjadinya gigi goyang dan gusi bernanah ?
12. Apa yang menyebabkan jaringan periodontal semakin parah ?
13. Apa penyebab terjadinya fistel pada Skenario 4 ?

14. Bagaimana cara mengukur kedalaman saku dan ukuran normal saku ?

2.5 STEP V (Tujuan Pembelajaran)


1. Mahasiswa mampu mengetahui dan menjelaskan diagnosa dari
skenario.
2. Mahasiswa mampu mengetahui dan menjelaskan teori dasar abses
periodontal.
3. Mahasiswa mampu mengetahui dan menjelaskan etiologi dan
patogenesis dari abses periodontal.
4. Mahasiswa mampu mengetahui dan menjelaskan klasifikasi dari abses
periodontal.
5. Mahasiswa mampu mengetahui dan menjelaskan gejala klinis dari
abses periodontal.

6. Mahasiswa mampu mengetahui dan menjelaskan perawatan dan


medikasi abses periodontal.

2.6 STEP VI (Belajar Mandiri)


Dalam step ini kami melakukan belajar mandiri, yaitu dengan mencari
berbagai literature yang berhubungan dengan tujuan pembelajaran baik dari
internet, buku, maupun dari pakarnya langsung.
2.7 STEP VII (Hasil Belajar Mandiri dan Membahas Tujuan
Pembelajaran)
Pada step ini kami mencurahkan referensi yang kami dapat, yaitu
setelah melalui step VI. Dari semua hasil mandiri yang kami lakukan sesuai
dengan tujuan pembelajaran yang hendak kami capai, maka kami
menguraikannya seperti berikut ini:

2.7.1 Mahasiswa mampu mengetahui dan menjelaskan diagnosis


scenario.

Jawab : Abses periodontal karena Penegakan diagnosis abses


periodontal harus didasarkan pada evaluasi secara keseluruhan dan
interpretasi dari keluhan utama pasien, bersamaan dengan
pemeriksaan klinis dan radiografis yangditemukan selama
pemeriksaan rongga mulut.

2.7.2 Mahasiswa mampu mengetahui dan menjelaskan teori dasar


abses periodontal.

Jawab : Abses periodontal adalah suatu inflamasi purulen terlokalisir


pada jaringan periodontal. Penyakit ini menempati posisi ketiga dari
kegawatdaruratan medis dalam bidang kedokteran gigi, 6-14% dari
semua kondisi kedaruratan gigi. Yang diklasifikasikan menjadi tiga
golongan diagnostik, yaitu: abses gingiva, abses periodontal, dan
abses perikoronal. Abses periodontal adalah suatu infeksi yang
terletak di sekitar poket periodontal serta dapat mengakibatkan
kerusakan ligamentum periodontal dan tulang alveolar.
Gejala yang paling menonjol dari abses periodontal adalah
adanya pembengkakan gingival disepanjang sisi lateral dari akar gigi.
Abses yang terletak di dalam jaringan mungkin akan lebih sulit
untukdiidentifikasi berdasarkan pembengkakan pada jaringan lunak
dan dapat terlihat sebagai suatupembengkakan yang difus atau cukup
sebagai suatu daerah kemerahan saja. Temuan lain yang
umumditemukan adalah supurasi, baik daripada fistula atau yang
paling sering dari poket.
Selama berlangsungnya pemeriksaan periodontal, abses
periodontal biasanya ditemukan padadaerah dengan poket periodontal
yang dalam. Tanda-tanda yang biasanya terkait dengan
periodontitis,seperti pendarahan pada saat probing, supurasi dan
kadang juga disertai peningkatan kegoyangan gigi.Pemeriksaan
radiografi dapat memperlihatkan adanya tampilan tulang interdental
yang normal ataukehilangan sebagian tulang hingga terjadinya
kerusakan tulang yang parah dan melibatkan sebagianbesar gigi yang
bersangkutan.

2.7.3 Mahasiswa mampu mengetahui dan menjelaskan etiologi dan


patogenesis dari abses periodontal.

Jawab :
Etiologi Abses Periodontal
Etiologi abses periodontal dibagi atas 2, yaitu:
a. Abses periodontal berhubungan dengan periodontitis
Hal- hal yang menyebabkan abses periodontal yang
berhubungan dengan periodontitis adalah:
1. Adanya saku periodontal yang dalam dan berliku.
2. Penutupan marginal saku periodontal yang dapat
mengakibatkan perluasan infeksi ke jaringan periodontal
sekitarnya karena tekanan pus di dalam saku tertutup.
3. Perubahan dalam komposisi mikroflora, virulensi bakteri,
atau dalam pertahanan host bisa juga membuat lumen saku
tidak efisien dalam meningkatkan pengeluaran suppurasi
4. Pengobatan dengan antibiotik sistemik tanpa debridemen
subgingiva pada pasien dengan periodontitis lanjut juga
dapat menyebabkan pembentukan abses.

b. Abses periodontal tidak berhubungan dengan periodontitis

Hal-hal yang menyebabkan abses periodontal yang tidak


berhubungan dengan periodontitis adalah:
1. Impaksi dari benda asing seperti potongan dental floss, biji
popcorn, potongan tusuk gigi, tulang ikan, atau objek yang
tidak diketahui.
2. Perforasi dari dinding gigi oleh instrumen endodontik.
3. Infeksi lateral kista.
4. Faktor-faktor lokal yang mempengaruhi morfologi akar
dapat menjadi predisposisi pembentukan abses
periodontal. Adanya cervical cemental tears dapat memicu
pekembangan yang cepat dari periodontitis dan
perkembangan abses.

Patogenesis Abses Periodontal


Masuknya bakteri kedalam dinding saku jaringan lunak
merupakan awal terjadinya abses periodontal. Sel-sel inflamatori
kemudian ditarik oleh faktor kemotaksis yang dilepaskan oleh
bakteri dan bersama dengan reaksi inflamatori akan menyebabkan
destruksi jaringan ikat, enkapsulasi dari infeksi bakteri dan
memproduksi pus.
Secara histologis, akan ditemukan neutrofil-neutrofil yang utuh
mengelilingi bagian tengah debris jaringan lunak dan destruksi
leukosit. Pada tahap berikutnya, membran piogenik yang terdiri
dari makrofag dan neutrofil telah terbentuk. Laju destruksi abses
tergantung pada pertumbuhan bakteri di dalamnya, virulensinya
dan pH lokal. Adanya pH asam akan memberi keuntungan
terhadap enzim lisosom.

2.7.4 Mahasiswa mampu mengetahui dan menjelaskan klasifikasi dari


abses periodontal

Jawab : Abses periodontal dapat di klasifikasikan atas 3 kriteria,


yaitu:
1. Berdasarkan etiologi
a) Abses periodontal berhubungan dengan periodontitis
Saat infeksi akut, berasal dari biofilm pada saku
periodontal yang dalam.
b) Abses periodontal tidak berhubungan dengan periodontitis
Saat infeksi akut berasal dari sumber lokal lainnya.
misalnya. Impaksi benda asing, faktor-faktor lokal yang
mempengaruhi morfologi akar.

2. Berdasarkan lokasi abses

a) Abses gingiva
Abses gingiva merupakan infeksi lokal purulen yang
terletak pada marginal gingiva atau papila interdental dan
merupakan lesi inflamasi akut yang mungkin timbul dari
berbagai faktor, termasuk infeksi plak mikroba, trauma,
dan impaksi benda asing. Gambaran klinisnya merah,
licin, kadang-kadang sangat sakit dan pembengkakan
sering berfluktuasi.

Gambar 1 Abses Gingiva

b) Abses periodontal

Abses periodontal merupakan infeksi lokal purulen


di dalam dinding gingiva pada saku periodontal yang
dapat menyebabkan destruksi ligamen periodontal dan
tulang alveolar. Abses periodontal secara khusus
ditemukan pada pasien dengan periodontitis yang tidak
dirawat dan berhubungan dengan saku periodontal yang
sedang dan dalam, biasanya terletak diluar daerah
mukogingiva.
 Gambaran klinisnya terlihat licin, pembengkakan
gingiva mengkilat disertai rasa sakit, daerah
pembengkakan gingivanya lunak karena adanya eksudat
purulen dan meningkatnya kedalaman probing, gigi
menjadi sensitif bila diperkusi dan mungkin menjadi
mobiliti serta kehilangan perlekatan periodontal dengan
cepat dapat terjadi.

Gambar 2 Abses Periodontal

c) Abses perikoronal

Abses perikoronal merupakan akibat dari inflamasi


jaringan lunak operkulum, yang menutupi sebagian erupsi
gigi. Keadaan ini paling sering terjadi pada gigi molar tiga
rahang atas dan rahang bawah. Sama halnya dengan abses
gingiva, abses perikoronal dapat disebabkan oleh retensi
dari plak mikroba dan impaksi makanan atau trauma.
Gambaran klinis berupa gingiva berwarna merah
terlokalisir, bengkak, lesi yang sakit jika disentuh dan
memungkinkan terbentuknya eksudat purulen, trismus,
limfadenopati, demam dan malaise

Gambar 3 Abses perikoronal

3. Berdasarkan jalannya lesi


a) Abses periodontal akut
Abses periodontal akut biasanya menunjukkan
gejala seperti sakit, edematous, lunak, pembengkakan,
dengan penekanan yang lembut di jumpai adanya pus,
peka terhadap perkusi gigi dan terasa nyeri pada saku,
sensitifitas terhadap palpasi dan kadang disertai demam
dan limfadenopati
b) Abses periodontal kronis
Abses periodontal kronis biasanya berhubungan
dengan saluran sinus dan asimtomatik, walaupun pada
pasien didapatkan gejala-gejala ringan. Abses ini
terbentuk setelah penyebaran infeksi yang disebabkan oleh
drainase spontan, respon host atau terapi. Setelah
hemeostatis antara host dan infeksi tercapai, pada pasien
hanya sedikit atau tidak terlihat gejalanya. Namun rasa
nyeri yang tumpul akan timbul dengan adanya saku
periodontal, inflamasi dan saluran fistula.

4. Berdasarkan jumlah abses

a) Abses periodontal tunggal


Abses periodontal tunggal biasanya berkaitan
dengan faktor-faktor lokal mengakibatkan tertutupnya
drainase saku periodontal yang ada.
b) Abses periodontal multipel
Abses ini bisa terjadi pada pasien diabetes mellitus
yang tidak terkontrol, pasien dengan penyakit sistemik dan
pasien dengan periodontitis tidak terawat setelah terapi
antibiotik sistemik untuk masalah non oral. Abses ini juga
ditemukan pada pasien multipel eksternal resopsi akar,
dimana faktor lokal ditemukan pada beberapa gigi.
2.7.5 Mahasiswa mampu mengetahui dan menjelaskan gejala klinis
dari abses periodontal.

Jawab : Gejala klinis dari abses periodontal antara lain rasa sakit,
bengkak terdapat pus, pendarahanpada saat probing dan gigi menjadi
goyang.
Gejala klinis dari abses periodontal akut adalah:
o Sekeliling gingiva membesar, merah, edematous, lunak dan rasa
sakit dengan permukaan yanglicin dan mengkilap.
o Pergerakan gigi yang meningkat.
o Gigi sensitive terhadap perkusi.
o Eksudat purulen kemungkinan keluar dari poket yang terbuka.
o Efek sistemik antara lain malaise, demam dan pembesaran
kelenjar limfe.
o Abses dapat timbul sebagai pembengkakan sirkuler dari gingiva.
o Kadang disertai rasa sakit yang berdenyut, menyebar serta
spontan.
o Poket periodontal seringkali dalam dan biasanya berhubungan
dengan abses. Poket dapatdiperiksa dengan probe.

Gejala klinis abses periodontal kronik biasanya asimtomatik. Abses


periodontal kronik dapat menjaditahap akut sehingga menimbulkan
gejala-gejala yang simtomatik

2.7.6 Mahasiswa mampu mengetahui dan menjelaskan perawatan dan


medikasi abses periodontal.
Jawab : Perawatan abses periodontal pada umumnya tidak berbeda
dengan perawatan infeksi pada gigi. Secara prinsip, penanganannya
dapat berupa secara lokal dan perawatan lanjutan yang sesuai setelah
keadaan daruratnya terkontrol. Penatalaksanaan pasien dengan abses
periodontal dapat dibagi menjadi tiga tahap, yaitu:
1) Penatalaksanaan segera
Tahap pertama yakni penatalaksanaan yang bersifat segera
atau keadaan darurat infeksi. Penanganan ini disertai dengan
terapi antimikroba. Penatalaksanaan segera tergantung dari
tingkat keparahan dari infeksi dan tanda/gelaja lokal. Pada
kondisi yang tidak terlalu parah penggunaan obat analgesik dan
antimikroba dapat menghentikan gejala sistemik, trismus, dan
penjalaran infeksi. Antibiotik diberikan secukupnya sesuai
dengan derajat keparahan dari infeksi. Antibiotik yang dapat
digunakan yaitu Phenoxymethylepinicillin 250-500 mg,
Amoxycilin 250-500 mg, Metronidazole 200-400 mg. Jika
terdapat alergi terhadap penicillin maka dapat digunakan
Erytromycin 250-500 mg, Doxycyline 100 mg, Clindamycin
150-300 mg.
2) Penatalaksaan awal
Penatalaksanaan awal dilakukan atas dasar terdapat abses
akut tanpa keracunan sistemik, lesi residual setelah perawatan
keracunan sistemik, dan pada abses periodontal kronis.
Penatalaksanaan awal terdiri dari:
a) Insisi dan drainase, sebelum insisi dilakukan irigasi
abses terlebih dahulu dengan menggunakan larutan
salin, serta dilakukan pemeriksaan benda asing yang
ada di dalam poket periodontal.
b) Lakukan skeling dan root planning untuk
membersihkan daerah abses.
c) Operasi periodontal dapat dilakukan untuk
mendapatkan drainase langsung melewati dasar
poket, terutama bila terdapat cacat tulang secara
vertikal yang dalam dan membersihkan kalkulus
subgingiva yang dalam. Untuk operasi flap
periodontal terlebih dahulu dilakukan anestesi pada
daerah abses. Setelah itu dinding poket diretraksi
dengan probe atau kuret untuk mendapatkan
drainase langsung melalui muara poket. Lakukan
penekanan dengan jari secara halus untuk
mengeluarkan pus, irigasi dapat dilakukan untuk
membersihkan eksudat dan dasar poket yang tersisa.
Apabila daerah abses besar, maka prosedur skeling
dan kuretase sebaiknya ditunda sampai tanda klinis
berkurang dengan terapi antibiotik. Perubahan oklusi
akan terjadi karena tekanan dari abses akan
mendorong gigi ke arah oklusal sehingga terjadi
peninggian gigitan.
d) Penggunaan obat antibiotik secara sistemik, dosis
tinggi dengan durasi pendek dianjurkan, tetapi
prosedur drainase dan skeling subgingiva harus
dilakukan setelah terapi antibiotik selesai. Antibiotik
sistemik yang direkomendasikan yaitu
Phenoxymethyl penicillin 250-500 mg,
Amoxxycillin/augmentin 250-500 mg,
metronidazole 250 mg (penggunaan metronidazole
kontra indikasi pada pasien hamil dan
mengkonsumsi alkohol), Tetracycline HCL 250 mg
(penggunaan tetracycline kontra indikasi pada pasien
hamil dan anak-anak dibawah 10 tahun), Doxycyline
100 mg.
e) Instruksi oral hygiene.

3) Perawatan definitif
Perawatan definitif dilakukan setelah perawatan
awal selesai untuk mengembalikan fungsi, estetik, dan
mempertahankan kesehatan jaringan periodonsium pasien.
Perawatan definitif dilakukan tergantung dari kebutuhan
pasien.
Penggunaan terapi antibiotik sistemik untuk
merawat abses periodontal dapat menjadi kontroversi
karena bila abses berulang akan timbul reaksi resistensi,
juga terapi antibiotik dapat merubah lingkungan
mikrobiota jaringan. Pemberian antibiotik yang
spektrumnya tidak cocok akan menyebabkan terjadinya
perubahan resistensi suatu bakteri yang dapat
menimbulkan pertumbuhan pesat dari bakteri tersebut dan
menghilangkan bakteri lain, hal ini akan mengakibatkan
eksaserbasi akut atau infeksi yang persisten.

BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Berdasarkan uraian sebelumnya, maka dapat disimpulkan bahwa abses
periodontal merupakan suatu inflamasi yang mengandung pus di jaringan
periodontal, yang bisa bersifat kronis atau akut.
3.2 Saran
Diharapkan penulis selanjutnya dapat mengetahui prosedur
pemeriksaan secara mendetail tentang penyakit periodontal, agar dapat
menegakkan diagnosa dengan tepat dan tentunya hal ini akan menunjang
pemilihan perawatan yang tepat dan sesuai dengan kasus yang sedang di
hadapi nantinya.

Daftar Pustaka

A, Carranza Fermin and Paulo M. Camargo. The Periodontal Pocket. In Michael G.


Newman, Fermin A editor. . Carranza’s Clinical Periodontology 11th ed.
Elsevier Saunders; 2011. P 137-139.

Gupta, Disha. 2015. Periodontal abscess – a localized collection of pus A review


TMU J Dent. Vol. 2; Issue 1.

Melnick,Philip R and Henry H Takei. Treatment of Periodontal Abscess. In Michael


G. Newman, Fermin A editor. . Carranza’s Clinical Periodontology 11th ed.
Elsevier Saunders; 2011. P 444-447.
Patel, Punit Vaibhav, Sheela Kumar G, dan Amrita Patel. 2011. Periodontal
Abscess: A Review. Journal of Clinical and Diagnostic Research. Vol-5(2):
404-409.

Singh, Awadhesh Kumar dan Anurag Saxena. 2015. The periodontal abscess: A
review. IOSR Journal of Dental and Medical Sciences. Volume 14, Issue 11 PP
81-86.

Anda mungkin juga menyukai