Anda di halaman 1dari 14

TUGAS INDIVIDUAL RADIOLOGI DENTAL

“KERATOSIS ODONTOGENIK”

Oleh :
NUR RAHMI
(180600089)
(Kelompok 3)

Dosen Pembimbing :
LIDYA IRANI NAINGGOLAN, drg., Sp. RKG

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI


UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2019
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kista adalah rongga patologis yang berisi cairan, semi cairan atau gas dan tidak
disebabkan oleh akumulasi pus, bisa dibatasi oleh epitel tetapi bisa juga tidak dan lapisan
luarnya dilapisi oleh jaringan ikat dan pembuluh darah. Kista dapat berada dalam jaringan
lunak atau keras. Kista pada rahang menyebabkan pembesaran intraoral maupun ekstraoral
yang secara klinis dapat menyerupai tumor jinak.¹,²

Dapat terletak seluruhnya didalam jaringan lunak atau diantara tulang atau juga diatas
permukaan tulang. Kista yang terletak pada tulang rahang kemungkinan epitelnya berasal dari
epitel odontogenik, misalnya dari sisa lamina dental atau.organ enamel. Adanya proliferasi dan
degenerasi kistik dari epitel odontogenik dapat menimbulkan kista odontogenik.¹

Kista Primordial atau Odontogenik keratokista diperkenalkan oleh Philipsen dan


sekarang dipergunakan secara luas. Keratokista digunakan unutk menjelaskan setiap kista pada
rahang dimana keratin terbentuk pada sebagian besar dindingnya. Berasal dari primordial
odontogenic epithelium dan memiliki lapisan berkeratin. Sekitar 60% kista ini berasal darı
pertumbuhan sisa sisu dental lamina alau sel basal epitel rongga mulut atau 40% Sisanya
berasal dari pertumbuhan reduced enamel dental follicle. Kista ini lebih sering tumbuh pada
mandibula daripada maksila terutama di posterior mandibula dan cenderung terjadi pada laki-
laki dibandingkan pada wanita.¹

Kista ini merupakan jenis kista vang paling agresit dan mudah rekuren. Prinstip teorinya
yaitu enukleasi, namun dikarenakan tingkat rekurent yang tinggi maka setiap tindakan
enukleasi harus disertai dengan tindakan kuretase.³
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi

Pada tahun 1956, istilah “odontogenic keratocyst” (kista keratosis odontogenik)


diperkenalkan untuk menamai semua jenis kista pada rahang yang mengandung keratin. Kista
keratosis odontogenik merupakan bentuk khusus dari kista odontogenik perkembangan yang
memberikan gambaran histopatologis, gambaran klinis, dan gambaran mikroskopis yang khas.
Kistaini lebih cenderung terjadi pada pria dibandingkan wanita, sering tumbuh di mandibula
terutamadi bagian posterior mandibula. Keratosis Odontogenik juga sering tumbuh di sekitar
gigi yang tidak erupsi. Kista ini dapat tumbuh dengan ukuran besar dan mengakibatkan
destruksi padatulang rahang. Keratosis Odontogenik mempunyai kecenderungan rekuren yang
tinggi, sekitar 30% - 60%, hampir sama dengan ameloblastoma.

2.2 Patologi

Kista keratosis odontogenik merupakan kelainan perkembangan yang berasal dari


epitel odontogenik. Kista keratosis odontogenik dapat terjadi selama proses pembentukan gigi
belum sempurna, yaitu pada akhir tahap bell stage. Kista keratosis odontogenik dapat berasal
dari proliferasi sel basal dari epitel mulut. Terdapat akumulasi pulau-pulau epitel di dalam
mukosa superfisial kista odontogenik yang telah dieksisi, terutama pada ramus asenden.
Kadang-kadang pulau epitel itu terlihat sebagai lapisan basal epitel mukosa mulut dan kista
keratosis odontogenik melekat ke mukosa mulut melalui fenetrasi tulang. Fenomena ini
terutama mencolok pada kista keratosis odontogenik yang diangkat dari pasien dengan sindrom
karsinoma sel basal nevoid. Dari hasil penelitian, juga terlihat bahwa ada dua sumber epitel
tempat asal kista keratosis odotogenik, yaitu pertama lamina dentis pada rahang atas maupun
rahang bawh atau sisa-sisanya sebelum pembentukan gigi sempurna dan kedua adalah
proliferasi sel basal dari epitel mukosa mulut menutupinya. Pada kasus yang jarang, kista
keratosis odontogenik dapat berasal dari sisa-sisa lamina dentis pada gusi dan memberi
gambaran menyerupai kista gingiva pada orang dewasa.¹
2.3 Etiologi

Kista keratosis odontogenik merupakan kista odontogenik non inflamasi yang muncul
dari epitel lamina dental atau rest of Serres yang berasal dari epitel rongga mulut yang menetap
di jaringan setelah menginduksi perkembangan.. Kista ini tumbuh karena memiliki potensi
pertumbuhan bawaan, seperti pada tumor jinak.¹

2.4 Gambaran Klinis

Kista yang kecil biasanya asimptomatis dan hanya ditemukan pada gambaran
radiografi saja, tidak tampak secara klinis. Pada kista primordial (odontogenic keratocyct) yang
besar mungkin dapat menyebabkan pembengkakan, dan drainase pada daerah kista. Pasien
akan mengeluh akan adanya rasa sakit, pembengkakan atau adanya cairan. Kadangkala mereka
juga mengeluhkan paraestesia pada bibir bawah atau gigi geligi. Beberapa diantara pasien
tersebut tidak menyadari adanya lesi sampai lesi tersebut berkembang menjadi fraktur patologis.
Pada beberapa keadaan, pasien juga benar benar bebas dari gejala gejala sampai akhirnya kista
tersebut mencapai ukuran yang besar, melibatkan sinus maksilari, dan seluruh ramus asendens,
termasuk kondil dan prosesus koronoid.¹

Walaupun kista ini bervariasi ukurannya, Forssell menunjukkan bahwa hampir


setengah dari kasus mempunyai diameter sekitar 40 mm atau lebih, biasanya dijumpai pada
kista yang terletak di ramus asendens dan sudut mandibula, juga didaerah molar tiga bawah
atau lebih ke belakang pada tepi anterior ramus asenden mandibula.

Apabila terjadi pada ramus, bisa menyebabkan ketidaknyamanan pergerakan sendi


TMJ. Pada saat kista membesar, dapat menyebabkan malposisi gigi, ekspansi tulang rahang
dan resorpsi akar gigi serta pada kasus yang cukup ekstrem dapat juga terjadi resorpsi tulang
rahang.

2.5 Teknik Pemeriksaan

 Radiografi periapikal

Radiografu Periapikal mencatat hasil gambar dari garis, posisi, dan tingkat mesiodistal dari gigi dan
jaringan sekitarnya. Dalam radiografi periapikal, penting untuk mendapatkan panjang penuh gigi dan
setidaknya 2 mm dari tulang periapikal. Ukuran film yang paling umum digunakan adalah film no. 2
radiografi periapikal dapat Radiografi periapikal mencatat hasil gambar dari garis, posisi, dan tingkat
mesiodistal dari gigi dan jaringan sekitarnya. Dalam radiografi periapikal, penting untuk mendapatkan
panjang penuh gigi dan setidaknya 2 mm dari tulang periapikal. Ukuran film yang paling umum
digunakan adalah film no. 2 radiografi periapikal dapat digunakan untuk pasien anak atau orang dewasa.

Keuntungan dari pengambilan gambar radiografi periapikal antara lain:

1. Memperlihatkan gambaran mahkota gigi hingga apikal,


2. Memiliki detail gambar yang sangat jelas mengenai jaringan tulang, jaringan ikat periodontal,
jaringan keras gigi (enamel, dentin, sementum), jika ada karies gigi, kelainan pada daerah
apikal gigi dan benih gigi.

Kerugian dari pengambilan radiografi secara periapikal:

3. Kerugiannya yaitu jika kurang menguasai teknik pengambilannya maka akan menimbulkan
distorsi pada gambar
4. Tidak dapat melihat kista yang sudah meluas karena ukuran film periapikal yang kecil, 2x3 cm
dan 3x4 cm.

Gambar 2.1. Gambaran radiografi periapikal kista radikuler.

 Orthopantomograph / Panoramik
Radiografi panoramik adalah prosedur radiografi yang menghasilkan gambar tomografi tunggal dari
struktur wajah termasuk kedua lengkung rahang atas dan rahang bawah serta struktur pendukungnya.
Keuntungan dari pengambilan gambar radiografi panoramik antara lain:

1. Radiografi panoramik biasanya digunakan pada kasus yang luas


2. Waktu yang dibutuhkan untuk menghasilkan gambar radiografi lebih singkat dibandingkan
dengan radiografi intraoral seperti periapikal.
3. Dosis radiasi yang rendah
4. Ideal bagi pasien yang tidak bisa membuka mulut (trismus) dan bagi pasien yang memiliki
reflek muntah tinggi.

Kerugian dari pengambilan radiografi secara periapikal:

5. Detail gambar yang kurang pada daerah periapikal dan periodontal


6. Gambar yang overlap/tumpang tindih, sering terjadi superimposisi dari tulang belakang yang
terlihat pada bagian anterior dari panoramik.

 untuk pasien anak atau orang dewasa.

Keuntungan dari pengambilan gambar radiografi periapikal antara lain:

1. Memperlihatkan gambaran mahkota gigi hingga apikal,


2. Memiliki detail gambar yang sangat jelas mengenai jaringan tulang, jaringan ikat periodontal,
jaringan keras gigi (enamel, dentin, sementum), jika ada karies gigi, kelainan pada daerah
apikal gigi dan benih gigi.

Kerugian dari pengambilan radiografi secara periapikal:

3. Kerugiannya yaitu jika kurang menguasai teknik pengambilannya maka akan menimbulkan
distorsi pada gambar
4. Tidak dapat melihat kista yang sudah meluas karena ukuran film periapikal yang kecil, 2x3 cm
dan 3x4 cm.

Gambar 2.1. Gambaran radiografi periapikal kista radikuler.

 Orthopantomograph / Panoramik
Radiografi panoramik adalah prosedur radiografi yang menghasilkan gambar tomografi tunggal dari
struktur wajah termasuk kedua lengkung rahang atas dan rahang bawah serta struktur pendukungnya.

Keuntungan dari pengambilan gambar radiografi panoramik antara lain:

1. Radiografi panoramik biasanya digunakan pada kasus yang luas


2. Waktu yang dibutuhkan untuk menghasilkan gambar radiografi lebih singkat dibandingkan
dengan radiografi intraoral seperti periapikal.
3. Dosis radiasi yang rendah
4. Ideal bagi pasien yang tidak bisa membuka mulut (trismus) dan bagi pasien yang memiliki
reflek muntah tinggi.

Kerugian dari pengambilan radiografi secara periapikal:

5. Detail gambar yang kurang pada daerah periapikal dan periodontal


6. Gambar yang overlap/tumpang tindih, sering terjadi superimposisi dari tulang belakang yang
terlihat pada bagian anterior dari panoramik.

2.6 Gejala Klinis

Tidak ada gejala yang dihubungkan dengan perkembangan suatu kista, kecuali yang
kebetulan diikuti nekrosis pulpa. Suatu kista dapat menjadi cukup besar untuk secara nyata
menjadi pembengkakan. Tekanan kista cukup untuk menggerakkan gigi yang bersangkutan,
yang disebabkan oleh timbunan cairan kista. Pada kasus semacam itu, apeks-apeks gigi yang
bersangkutan menjadi renggang, sehingga mahkota gigi dipaksa keluar jajaran. Gigi juga dapat
menjadi goyang. Bila dibiarkan tidak dirawat, suatu kista dapat terus tumbuh dan merugikan
rahang atas atau rahang bawah.5

2.7 Gambaran Radiografi

Kista keratosis odontogenik memberikan gambaran radiologis berbatas jelas yang


merupakan gambaran tepi yang mengalami dekortikasi yang membatasi gambaran
radiolusen yang dapat berbentuk lesi soliter dengan tepi yang halus atau scallop atau
multiokuler, polikista. Pada kasus kista yang mengalami proses radang batas jelas hilang.
Gambaran radiologi suatu kista primordial dapat dibingungkan dengan gambaran radiologis
dari kista dentigerous, kista periodontal lateralis, kista residual, dan kista fisural.

Gambar radiografi dari keratosis odontogenik dengan tipe scalloped

Kista keratosis odontogentik menutupi mahkota premolar yang belum erupsi


Kista keratosis odontogenik yang berkembang dj lokasi molar tiga bawah

2.8 Diagnosis Banding

Kista Keratosis odontogenik memiliki diagnosa banding dengan beberapa kista rongga
mulut lainnya, yaitu Kista Dentigerous, Ameloblastoma dan Kista Odontogenik.,5

Berkalsifikasi:

a) Kista Dentigerous
Kista Dentigerous tumbuh dari dental follicle pada gigi yang tidak erupsi atau
dari gigi yang sedang dalam masa pertumbuhan. Paling sering tumbuh di regio posterior
baik mandibula maupun maksila dan umumnya berkaitan dengan gigi molar ketiga.
Kista ini ditemukan pada semua usia dengan angka kejadian terbesar pada usia 20
tahun.6
b) Ameloblastoma
Ameloblastoma di kenal juga dengan nama adamantinoma. Ameloblastoma
berkembang dari sel ameloblast yang merupakan epitel odontogenik yang bertanggung
jawab pada pembentukan enamel. Ameloblastoma memiliki tingkat rekuren yang tinggi
dan biasanya terjadi di dekat sudut mandibula daerah molar tiga meskipun sebenarnya
ameloblastoma dapat timbul di sepanjang alveolus, baik mandibula (80%) maupun
maksila(20%). Ameloblastoma berkembang lambat dan timbul pada usia 30 – 50
tahun.4,7
c) Kista Odontogenik Berkalsifikasi
Kista odontogenik berkalsifikasi merupakan lesi kistik yang non neoplastik
dimana lapisan epitel menunjukkan lapisan sel-sel kolumnar yang tebal dan sejumlah
kumpulan sel-sel ghost yang terdapat pada dinding kista. Sel-sel ghost ini dapat
berkalsifikasi. Kista ini dapat tumbuh di segala usia dengan angka kejadian terbesar
pada usia remaja dan sering tumbuh pada wanita dan regio yang sering adalah maksila.
Kista ini merupakan kista satu-satunya yang berkalsifikasi sehingga memiliki
gambaran campuran radiolusen dan radiopak.

2.9 Penatalaksanaan

Kista keratosis odontogenik merupakan jenis kista yang paling agresif dan mudah
rekuren. Prinsip terapi kista keratosis odontogenik adalah enukleasi. Enukleasi
merupakan suatu proses pembuangan kista secara utuh dalam satu potongan tanpa
fragmentasi. Kista harus dibuang seluruhnya tanpa merobek atau menusuk. Pemisahan
lapisan kista dari ikatan neurovaskuler alveolar bawah, dasar antral dan apeks gigi harus
dilakukan dengan sangat hati-hati. Diseksi menggunakan instrumen yang tumpul
disarankan untuk dilakukan. Prinsip enukleasi sendiri memberikan perlindungan pada
rongga kista dari tutup mukoperiosteal dan ruang tersebut terisi dengan gumpalan
darah, yang selanjutnya akan membentuk tulang yang normal.²

Dikarenakan tingkat rekuren yang tinggi dari odontogenik keratokista, maka setelah
tindakan enukleasi harus selalu disertai dengan tindakan kuretase. Enukleasi dengan kuret
berarti bahwa setelah enukleasi, kuret atau bur digunakan untuk membuang 1 sampai 2 mm
tulang di sekeliling rongga kista. Hal ini dilakukan untuk membuang sisa sel epitel yang
mungkin masih ada di sekeliling dinding kista atau rongga tulang. Sel-sel tersebut bisa
berproliferasi menjadi kekambuhan kista. enukleasi dengan kuret dapat dilakukan dengan 2
(dua) keadaan, yaitu keadaan pertama adalah jika dokter sedang membuang keratokista
odontogenik. Dalam hal ini, pendekatan enukleasi dengan kuret yang lebih agresif harus
dilakukan karena keratokista odontogenik menunjukkan perilaku klinis yang agresif dan
memiliki tingkat kekambuhan yang tinggi. Tingkat kekambuhan yang dilaporkan mencapai
antara 20% sampai 60%. Alasan untuk perilaku yang agresif ini adalah berdasarkan aktivitas
mitosis yang meningkat dan seluleritas epitelium keratokista odontogenik.²

Pada kasus kista keratosis odontogenik yang memerlukan tindakan reseksi0


rahang dilakukan apabila:

1). Bila didapatkan kembali lesi multiple setelah perawatan kuretase dan enukleasi
2). Bila pada lesi sedemikian besar dan pada tindakan kuretase dan enukleasi akan
menyisakan sedikit tulang di bagian marginal dan akan menyebabkan hilanganya
kontinuitas rahang, maka diperlukan tindakan reseksi. Pada kasus kista keratosis
odontogenik yang telah meluas, di mana telah terjadi perforasi pada tepi atau margin
mandibula, maka perawatannya adalah melakukan reseksi. Kista keratosis odontogenik
mempunyai kecenderungan untuk kambuh tinggi, sehingga pemeriksaan ulang dengan
interval tertentu. Pemeriksaan umumnya dilakukan pada kurun 5 tahun pertama setelah
operasi dan diikuti dengan pemeriksaan 10 tahun kemudian. Kista keratosis odontogenik
mempunyai kecenderungan kambuh yang tinggi, kecuali jenis orthokeratinized
mempunyai prediksi kambuh kurang dari 5%.
BAB III

KESIMPULAN

3.1 Kesimpulan

Kista keratosis odontogenik atau kista primordial merupakan kista odontogenik non
inflamasi yang muncul dari dental lamina. Kista keratosis odontogenik dapat terjadi selama
proses pembentukan gigi belum sempurna, yaitu pada akhir tahap bell stage. Kista ini paling
sering dijumpai didaerah molar tiga bawah atau lebih ke belakang pada tepi anterior ramus
asenden mandibula. Kista yang kecil biasanya asimptomatis dan hanya ditemukan pada
gambaran radiografi saja, tidak tampak secara klinis. Pada kista yang besar mungkin dapat
menyebabkan pembengkakan, dan drainase pada daerah kista. Kista keratosis odontogenik
memberikan gambaran radiologis berbatas jelas yang merupakan gambaran tepi yang
mengalami dekortikasi yang membatasi gambaran radiolusen yang dapat berbentuk lesi soliter
dengan tepi yang halus atau scallop atau multiokuler, polikista. Kista keratosis odontogenik
merupakan jenis kista yang paling agresif dan mudah rekuren. Prinsip terapi kista keratosis
odontogenik adalah enukleasi. Kista keratosis odontogenik mempunyai kecenderungan untuk
kambuh tinggi, sehingga pemeriksaan ulang dengan interval-interval tertentu. Pemeriksaan
umumnya dilakukan pada kurun 5 tahun pertama setelah operasi dan diikuti dengan
pemeriksaan 10 tahun kemudian.
DAFTAR PUSTAKA

¹
Mulyaningsih, E.H, Bakti S. Kista Multipel Rahang. Jurnal THTKI.2012; vol 5(2): 90-
100.

² Rivera, V., Ghanee N, Kenny EA, Dawson KH. Odontogenic Keratocyst:


Northwestern USA Experience. The Journal Contemporary Dental Practice. 2000.

³Smith IM, Harvey N, Logan RM, David DJ, Anderson PJ. Odontogenic Keratocyst in
a 5 years-old child: a rare of cause of maxillarry swelling in children. Journal of
Surgical reconstruktion; Elseiver, 22 January 2007: 189-191.

4
Cahyawati, TD. Ameloblastoma. Jurnal Kedokteran Unram. 2018; vol 7(1):19-25.

5
Kuhuwael, FG, Pieter N, Nasrul. Kista Odontogenik di Rumah Sakit DR. Wahidin
Sudirohusodo Makassar. Jurnal Dentofasial. 2009; vol. 8(2): 80-7.

6 Mhaske S, Ragavendra T, Doshi J, Nadaf I. Dentigerous Cyst associated with


impacted permanent maxillary canine. Bhanpur. People’s Journal of Scientific
Research Vol. 2(2); 2009: 17-20.

7Gumgum S, Hosgoren B. Clinical and radiologic behavior of ameloblastoma in 4 cases.


Journal Canadian Dental Association. 2005; 71(7): 481.

Anda mungkin juga menyukai