“KERATOSIS ODONTOGENIK”
Oleh :
NUR RAHMI
(180600089)
(Kelompok 3)
Dosen Pembimbing :
LIDYA IRANI NAINGGOLAN, drg., Sp. RKG
Dapat terletak seluruhnya didalam jaringan lunak atau diantara tulang atau juga diatas
permukaan tulang. Kista yang terletak pada tulang rahang kemungkinan epitelnya berasal dari
epitel odontogenik, misalnya dari sisa lamina dental atau.organ enamel. Adanya proliferasi dan
degenerasi kistik dari epitel odontogenik dapat menimbulkan kista odontogenik.¹
Kista ini merupakan jenis kista vang paling agresit dan mudah rekuren. Prinstip teorinya
yaitu enukleasi, namun dikarenakan tingkat rekurent yang tinggi maka setiap tindakan
enukleasi harus disertai dengan tindakan kuretase.³
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
2.2 Patologi
Kista keratosis odontogenik merupakan kista odontogenik non inflamasi yang muncul
dari epitel lamina dental atau rest of Serres yang berasal dari epitel rongga mulut yang menetap
di jaringan setelah menginduksi perkembangan.. Kista ini tumbuh karena memiliki potensi
pertumbuhan bawaan, seperti pada tumor jinak.¹
Kista yang kecil biasanya asimptomatis dan hanya ditemukan pada gambaran
radiografi saja, tidak tampak secara klinis. Pada kista primordial (odontogenic keratocyct) yang
besar mungkin dapat menyebabkan pembengkakan, dan drainase pada daerah kista. Pasien
akan mengeluh akan adanya rasa sakit, pembengkakan atau adanya cairan. Kadangkala mereka
juga mengeluhkan paraestesia pada bibir bawah atau gigi geligi. Beberapa diantara pasien
tersebut tidak menyadari adanya lesi sampai lesi tersebut berkembang menjadi fraktur patologis.
Pada beberapa keadaan, pasien juga benar benar bebas dari gejala gejala sampai akhirnya kista
tersebut mencapai ukuran yang besar, melibatkan sinus maksilari, dan seluruh ramus asendens,
termasuk kondil dan prosesus koronoid.¹
Radiografi periapikal
Radiografu Periapikal mencatat hasil gambar dari garis, posisi, dan tingkat mesiodistal dari gigi dan
jaringan sekitarnya. Dalam radiografi periapikal, penting untuk mendapatkan panjang penuh gigi dan
setidaknya 2 mm dari tulang periapikal. Ukuran film yang paling umum digunakan adalah film no. 2
radiografi periapikal dapat Radiografi periapikal mencatat hasil gambar dari garis, posisi, dan tingkat
mesiodistal dari gigi dan jaringan sekitarnya. Dalam radiografi periapikal, penting untuk mendapatkan
panjang penuh gigi dan setidaknya 2 mm dari tulang periapikal. Ukuran film yang paling umum
digunakan adalah film no. 2 radiografi periapikal dapat digunakan untuk pasien anak atau orang dewasa.
3. Kerugiannya yaitu jika kurang menguasai teknik pengambilannya maka akan menimbulkan
distorsi pada gambar
4. Tidak dapat melihat kista yang sudah meluas karena ukuran film periapikal yang kecil, 2x3 cm
dan 3x4 cm.
Orthopantomograph / Panoramik
Radiografi panoramik adalah prosedur radiografi yang menghasilkan gambar tomografi tunggal dari
struktur wajah termasuk kedua lengkung rahang atas dan rahang bawah serta struktur pendukungnya.
Keuntungan dari pengambilan gambar radiografi panoramik antara lain:
3. Kerugiannya yaitu jika kurang menguasai teknik pengambilannya maka akan menimbulkan
distorsi pada gambar
4. Tidak dapat melihat kista yang sudah meluas karena ukuran film periapikal yang kecil, 2x3 cm
dan 3x4 cm.
Orthopantomograph / Panoramik
Radiografi panoramik adalah prosedur radiografi yang menghasilkan gambar tomografi tunggal dari
struktur wajah termasuk kedua lengkung rahang atas dan rahang bawah serta struktur pendukungnya.
Tidak ada gejala yang dihubungkan dengan perkembangan suatu kista, kecuali yang
kebetulan diikuti nekrosis pulpa. Suatu kista dapat menjadi cukup besar untuk secara nyata
menjadi pembengkakan. Tekanan kista cukup untuk menggerakkan gigi yang bersangkutan,
yang disebabkan oleh timbunan cairan kista. Pada kasus semacam itu, apeks-apeks gigi yang
bersangkutan menjadi renggang, sehingga mahkota gigi dipaksa keluar jajaran. Gigi juga dapat
menjadi goyang. Bila dibiarkan tidak dirawat, suatu kista dapat terus tumbuh dan merugikan
rahang atas atau rahang bawah.5
Kista Keratosis odontogenik memiliki diagnosa banding dengan beberapa kista rongga
mulut lainnya, yaitu Kista Dentigerous, Ameloblastoma dan Kista Odontogenik.,5
Berkalsifikasi:
a) Kista Dentigerous
Kista Dentigerous tumbuh dari dental follicle pada gigi yang tidak erupsi atau
dari gigi yang sedang dalam masa pertumbuhan. Paling sering tumbuh di regio posterior
baik mandibula maupun maksila dan umumnya berkaitan dengan gigi molar ketiga.
Kista ini ditemukan pada semua usia dengan angka kejadian terbesar pada usia 20
tahun.6
b) Ameloblastoma
Ameloblastoma di kenal juga dengan nama adamantinoma. Ameloblastoma
berkembang dari sel ameloblast yang merupakan epitel odontogenik yang bertanggung
jawab pada pembentukan enamel. Ameloblastoma memiliki tingkat rekuren yang tinggi
dan biasanya terjadi di dekat sudut mandibula daerah molar tiga meskipun sebenarnya
ameloblastoma dapat timbul di sepanjang alveolus, baik mandibula (80%) maupun
maksila(20%). Ameloblastoma berkembang lambat dan timbul pada usia 30 – 50
tahun.4,7
c) Kista Odontogenik Berkalsifikasi
Kista odontogenik berkalsifikasi merupakan lesi kistik yang non neoplastik
dimana lapisan epitel menunjukkan lapisan sel-sel kolumnar yang tebal dan sejumlah
kumpulan sel-sel ghost yang terdapat pada dinding kista. Sel-sel ghost ini dapat
berkalsifikasi. Kista ini dapat tumbuh di segala usia dengan angka kejadian terbesar
pada usia remaja dan sering tumbuh pada wanita dan regio yang sering adalah maksila.
Kista ini merupakan kista satu-satunya yang berkalsifikasi sehingga memiliki
gambaran campuran radiolusen dan radiopak.
2.9 Penatalaksanaan
Kista keratosis odontogenik merupakan jenis kista yang paling agresif dan mudah
rekuren. Prinsip terapi kista keratosis odontogenik adalah enukleasi. Enukleasi
merupakan suatu proses pembuangan kista secara utuh dalam satu potongan tanpa
fragmentasi. Kista harus dibuang seluruhnya tanpa merobek atau menusuk. Pemisahan
lapisan kista dari ikatan neurovaskuler alveolar bawah, dasar antral dan apeks gigi harus
dilakukan dengan sangat hati-hati. Diseksi menggunakan instrumen yang tumpul
disarankan untuk dilakukan. Prinsip enukleasi sendiri memberikan perlindungan pada
rongga kista dari tutup mukoperiosteal dan ruang tersebut terisi dengan gumpalan
darah, yang selanjutnya akan membentuk tulang yang normal.²
Dikarenakan tingkat rekuren yang tinggi dari odontogenik keratokista, maka setelah
tindakan enukleasi harus selalu disertai dengan tindakan kuretase. Enukleasi dengan kuret
berarti bahwa setelah enukleasi, kuret atau bur digunakan untuk membuang 1 sampai 2 mm
tulang di sekeliling rongga kista. Hal ini dilakukan untuk membuang sisa sel epitel yang
mungkin masih ada di sekeliling dinding kista atau rongga tulang. Sel-sel tersebut bisa
berproliferasi menjadi kekambuhan kista. enukleasi dengan kuret dapat dilakukan dengan 2
(dua) keadaan, yaitu keadaan pertama adalah jika dokter sedang membuang keratokista
odontogenik. Dalam hal ini, pendekatan enukleasi dengan kuret yang lebih agresif harus
dilakukan karena keratokista odontogenik menunjukkan perilaku klinis yang agresif dan
memiliki tingkat kekambuhan yang tinggi. Tingkat kekambuhan yang dilaporkan mencapai
antara 20% sampai 60%. Alasan untuk perilaku yang agresif ini adalah berdasarkan aktivitas
mitosis yang meningkat dan seluleritas epitelium keratokista odontogenik.²
1). Bila didapatkan kembali lesi multiple setelah perawatan kuretase dan enukleasi
2). Bila pada lesi sedemikian besar dan pada tindakan kuretase dan enukleasi akan
menyisakan sedikit tulang di bagian marginal dan akan menyebabkan hilanganya
kontinuitas rahang, maka diperlukan tindakan reseksi. Pada kasus kista keratosis
odontogenik yang telah meluas, di mana telah terjadi perforasi pada tepi atau margin
mandibula, maka perawatannya adalah melakukan reseksi. Kista keratosis odontogenik
mempunyai kecenderungan untuk kambuh tinggi, sehingga pemeriksaan ulang dengan
interval tertentu. Pemeriksaan umumnya dilakukan pada kurun 5 tahun pertama setelah
operasi dan diikuti dengan pemeriksaan 10 tahun kemudian. Kista keratosis odontogenik
mempunyai kecenderungan kambuh yang tinggi, kecuali jenis orthokeratinized
mempunyai prediksi kambuh kurang dari 5%.
BAB III
KESIMPULAN
3.1 Kesimpulan
Kista keratosis odontogenik atau kista primordial merupakan kista odontogenik non
inflamasi yang muncul dari dental lamina. Kista keratosis odontogenik dapat terjadi selama
proses pembentukan gigi belum sempurna, yaitu pada akhir tahap bell stage. Kista ini paling
sering dijumpai didaerah molar tiga bawah atau lebih ke belakang pada tepi anterior ramus
asenden mandibula. Kista yang kecil biasanya asimptomatis dan hanya ditemukan pada
gambaran radiografi saja, tidak tampak secara klinis. Pada kista yang besar mungkin dapat
menyebabkan pembengkakan, dan drainase pada daerah kista. Kista keratosis odontogenik
memberikan gambaran radiologis berbatas jelas yang merupakan gambaran tepi yang
mengalami dekortikasi yang membatasi gambaran radiolusen yang dapat berbentuk lesi soliter
dengan tepi yang halus atau scallop atau multiokuler, polikista. Kista keratosis odontogenik
merupakan jenis kista yang paling agresif dan mudah rekuren. Prinsip terapi kista keratosis
odontogenik adalah enukleasi. Kista keratosis odontogenik mempunyai kecenderungan untuk
kambuh tinggi, sehingga pemeriksaan ulang dengan interval-interval tertentu. Pemeriksaan
umumnya dilakukan pada kurun 5 tahun pertama setelah operasi dan diikuti dengan
pemeriksaan 10 tahun kemudian.
DAFTAR PUSTAKA
¹
Mulyaningsih, E.H, Bakti S. Kista Multipel Rahang. Jurnal THTKI.2012; vol 5(2): 90-
100.
³Smith IM, Harvey N, Logan RM, David DJ, Anderson PJ. Odontogenic Keratocyst in
a 5 years-old child: a rare of cause of maxillarry swelling in children. Journal of
Surgical reconstruktion; Elseiver, 22 January 2007: 189-191.
4
Cahyawati, TD. Ameloblastoma. Jurnal Kedokteran Unram. 2018; vol 7(1):19-25.
5
Kuhuwael, FG, Pieter N, Nasrul. Kista Odontogenik di Rumah Sakit DR. Wahidin
Sudirohusodo Makassar. Jurnal Dentofasial. 2009; vol. 8(2): 80-7.