Anda di halaman 1dari 47

1.1.

Mekanisme Penyakit
Tumor jinak menunjukkan pertumbuhan baru yang tidak terkontrol yang
umumnya memiliki karakteristik sebagai berikut. Tumor jinak memiliki
pertumbuhan yang lambat dan menyebar dengan perluasan langsung dan tidak
dengan metastasis. Tumor jinak cenderung menyerupai jaringan asal secara
histologi. Contohnya, ameloblastoma, tumor yang berasal dari epitel odontogen,
biasanya terdiri dari sel-sel yang menyerupai ameloblas. Diperkirakan tumor jinak
memiliki potensi pertumbuhan yang tidak terbatas. Hamartoma seringkali
termasuk dalam kategori tumor jinak. Akan tetapi, hamartoma merupakan
pertumbuhan berlebih dari jaringan normal yang tidak teratur yang memiliki
potensi pertumbuhan yang terbatas. Contohnya, odontoma merupakan hamartoma
dari jaringan gigi (enamel, dentin, dan jaringan pulpa yang tidak teratur) berasal
dari folikel gigi yang berhenti berkembang pada waktu yang sama seperti jaringan
gigi normal lainnya. Hiperplasi mengacu pada pertumbuhan yang terbentuk
dengan peningkatan jumlah sel jaringan namun berbeda dari hamartoma.
Hiperplasi umumnya reaksi terhadap stimulus, seperti inflamasi. Akan tetapi,
hiperplasi memiliki pertumbuhan yang terbatas dan cenderung menurun ketika
stimulus dihilangkan.
1.2. Tanda Klinis
Tumor jinak biasanya memiliki onset berbahaya dan tumbuh lambat. Tumor
ini biasanya tidak sakit, tidak metastasis, dan tidak mengancam jiwa kecuali
mengganggu organ vital dengan perluasan langsung.
Tumor jinak biasanya dideteksi langsung dengan pembesaran rahang atau
ditemukan saat pemeriksaan radiografi. Terkadang pemeriksaan radiologi
dilakukan untuk mencoba menemukan penyebab kurangnya perkembangan gigi.
1.3. Pemeriksaan Radiografi
Setelah dokter membuat diagnosis awal adanya tumor, pemeriksaan radiologi
lengkap harus dilakukan untuk mendokumentasikan perluasan dan karakteristik
lesi. Pemeriksaan ini mungkin memerlukan gambaran lebih lanjur, seperti
panoramik, intraoral, atau gambar oklusal. Untuk lesi di sentral tulang, gambaran
computed tomography (CT) sangat penting untuk menilai gambaran tiga dimensi.

1
Jika lesi berasal dari jaringan lunak atau meluas dari tulang menuju sekitar
jaringan lunak, magnetic resonance imaging (MRI) perlu dilakukan.
Pemeriksaan radiografi yang teliti memberikan informasi mengenai perluasan
lesi. Pada satu sisi, terkadang karakteristiknya sangat spesifik sehingga dengan
pemeriksaan awal tipe tumor jinak dapat diketahui. Di sisi lain, gambaran
karakteristik lesi mungkin gagal menunjukkan tipe tumor. Pemeriksaan
menyeluruh juga meliputi pemeriksaan biopsi. Pada kebanyakan kasus,
pemeriksaan radiografi harus dilakukan sebelum prosedur biopsi.
1.4. Gambaran Radiografi
Gambaran berikut menunjukkan adanya neoplasma jinak.
1.4.1. Lokasi
Karena kebanyakan tumor memiliki anatomi spesifik, lokasi
neoplasma tertentu penting untuk menentukan diagnosis banding.
Contohnya, lesi odontogenik terjadi di prosesus alveolaris di atas kanal
nervus alveolaris inferior, dimana pembentukan gigi terjadi. Lesi
vaskular dan neural dapat berasal dari dalam kanal mandibula, timbul
dari jaringan neurovaskular. Tumor tulang rawan terjadi pada lokasi
rahang dimana terdapat sel residual tulang rawan, seperti di sekitar
kondilus mandibula.
1.4.2. Bentuk dan Tepi
Tumor jinak membesar dengan lambat dengan pembentukan jaringan
internal tambahan dan, sebegai hasilnya, tepi dari tumor jinak tampak
halus, jelas, dan kadang terkortikasi. Jika tumor menghasilkan produk
kalsifikasi, seperti material gigi yang abnormal atau tulang abnormal,
bagian paling matang dari tumor adalah pada daerah sentral dengan
bagian paling immatur terdapat di tepi. Terkadang pita radiolusen dari
jaringan lunak atau kapsul terdapat di bagian dimana produk
kalsifikasi belum terbentuk; pita ini memisahkan bagian radiopak yang
lebih matang dari tulang normal di sekitarnya.
1.4.3. Struktur Internal
Struktur internal mungkin seluruhnya radiolusen atau radiopak atau
mungkin gabungan jaringan radiolusen dan radiopak. Jika lesi

2
mengandung elemen radiopak, struktur ini biasanya menunjukkan
tulang residual, pembentukan tulang reaktif, atau material yang
terkalsifikasi yang diproduksi oleh tumor. Lengkung septa yang
merupakan karakteristik dari ameloblastoma menujukkan tulang
residual terperangkap di dalam tumor yang telah diubah menjadi
lengkung septa dengan struktur internal kistik. Ameloblastoma tidak
memproduksi tulang. Osteoblastoma biasanya memiliki pola radiopak
granular internal diproduksi oleh tulang abnormal yang sebenarnya
dihasilkan oleh tumor. Biasanya pola struktur internal dikarakteristik
untuk tipe spesifik tumor dan dapat membantu diagnosis.
1.4.4. Efek Jaringan Sekitar
Efek terhadap jaringan sekitar dapat menunjukkan tumor memiliki
perilaku jinak. Contohnya, tumor jinak memberikan tekanan pada
jaringan yang berdekatan, mengakibatkan gigi migrasi. Jika
pertumbuhan cukup lambat, terdapat waktu yang cukup bagi korteks
luar untuk remodel sebagai respon tekanan, menghasilkan tampilan
korteks yang bergeser akibat tumor. Tampilan ini disebabkan oleh
resorpsi oleh tulang di sepanjang endosteal dari korteks dan deposisi
tulang di sepanjang permukaan luar kortikal oleh periosteum. Melalui
proses remodeling ini, korteks mempertahankan keutuhannya dan
menahan perforasi, meskipun pertumbuhan tumor yang cepat melebihi
proses ini yang mengakibatkan perforasi korteks. Tumor jinak dapat
juga mengakibatkan pergeseran gigi geligi di sekitarnya. Pergeseran
gigi geligi yang berdekatan dengan tumor jinak prosesnya lambat
dikarenakan lesi tersebut bertumbuh lambat.
Akar gigi dapat teresorbsi dengan adanya tumor jinak atau ganas,
namun resorbsi akar umumnya berhubungan dengan tumor jinak.
Tumor jinak yang sangat memungkinkan terjadi resorbsi akar yaitu
ameloblastoma, ossifying fibroma, dan central giant cell granuloma.
Displasia tulang seperti fibrous dysplasia biasanya tidak menyebabkan
resorbsi gigi. Ketika resorbsi gigi berkaitan dengan tumor ganas,

3
resorbsi biasanya terjadi dalam jumlah kecil menyebabkan menipisnya
akar menjadi bentukan runcing.
1.5. Hiperplasi
1.5.1. Mekanisme Penyakit
Hiperplasi tulang bukan merupakan tumor karena bentukan jaringan
yang normal dan potensi pertumbuhan yang terbatas; pada beberapa
kasus, pertumbuhan ini merupakan respon terhadap stimulus.
Hiperplasi tulang merupakan pertumbuhan tulang baru yang
terkadang terjadi pada lokasi tertentu. Dalam kedokteran gigi, istilah
eksostosis dan hiperostosis digunakan untuk menjelaskan
pertumbuhan tulang yang terjadi pada permukaan tulang normal.
Dalam literatur medis, eksotosis seringkali digunakan untuk
pertumbuhan tulang di permukaan dengan osteokondroma.
1.5.2. Torus Palatinus
a. Sinonim
Sinonim untuk torus palatinus adalah palatine torus.
b. Mekanisme Penyakit
Torus palatinus merupakan hiperostosis yang terjadi pada
sepertiga dari median palatum durum.
c. Gambaran Klinis
Torus palatinus, hiperostosis yang paling umum, terjadi sekitar
20% populasi, Terjadi dua kali lebih banyak pada wanita daripada
pria dan lebih sering pada penduduk asli Amerika, Eskimo, dan
Norwegia. Meskipun dapat ditemui pada segala usia, jarang
ditemukan pada anak-anak. Biasanya mulai ditemukan pada usia
muda sebelum 30 tahun dan diduga muncul akibat faktor genetik
dan lingkungan. Dasar nodul tulang meluas pada bagian tengah
palatum durum, dan sebagian besar menonjol ke arah rongga
mulut. Ukuran dan bentuk torus palatinus bervariasi, dan lesi ini
digambarkan datar, berlobus, nodular, atau seperti jamur. Mukosa
normal menutupi massa tulang dan mungkin tampak pucat dan
terkadang terdapat ulser ketika terkena trauma. Pasien kadang

4
tidak menyadari hiperplasia ini, dan pasien yang menemukannya
mengaku sering terjadi dan bertumbuh cepat.
d. Gambaran Radiografi
1) Lokasi
Pada periapikal maksila atau gambaran panoramik, torus
palatinus tampak bayangan radiopak dan melekat pada
palatum durum. Mungkin tampak superimpos dengan daerah
apikal gigi rahang atas, terutama jika torus terdapat di tengah
regio anterior dari palatum.
2) Bentuk dan Tepi
Tepi dari bayangan radiopak biasanya tampak jelas dan
mungkin tepi bagian luar konveks atau berlobus.
3) Struktur Internal
Struktur internal tampak radiopak
e. Terapi
Torus palatinus biasanya tidak membutuhkan terapi, meskipun
mungkin perlu diambil jika dibuatkan gigi tiruan rahang atas.

Gambar 1.1 Torus Palatinus


1.5.3. Torus Mandibularis
a. Sinonim
Sinonim untuk torus mandibularis adalah mandibular torus.
b. Mekanisme Penyakit

5
Torus mandibularus merupakan hiperostosis yang menonjol dari
bagian lingual proses alveolaris mandibula, biasanya di dekat gigi
premolar.
c. Gambaran Klinis
Tori lebih jarang terjadi pada permukaan lingual mandibula
daripada palatum, dan terjadi sekitar 8% dari populasi. Tori
muncul single atau multipel, unilateral atau bilateral (biasanya
bilateral), dan kebanyakan pada regio premolar. Ukurannya
bervariasi, mulai dari tonjolan yang dapat diraba hingga kedua
torus saling bersentuhan. Torus mandibula, pertama ditemukan
pada usia pertengahan dewasa. Akan tetapi, memiliki predileksi
jenis kelamin yang sama dengan torus palatinus,
Faktor genetik dan lingkungan tampaknya terlibat dalam
pembentukan torus mandibularis, namun tekanan saat
pengunyahan dilaporkan sebagai faktor penting yang
menyebabkan pembentukan.
d. Gambaran Radiografi
1) Lokasi
Pengenalan torus mandibula tergantung pada bentuk dan
lokasi. Tampilannya yang bilateral memperkuat kesan,
meskipun dapat muncul secara unilateral. Pada gambaran
mandibular periapikal, torus mandibula tampak bayangan
radiopak, biasanya superimpose pada akar premolar dan molar
dan terkadang hingga caninus atau insisif. Biasanya
superimpos dengan tiga gigi.
2) Tepi
Pada gambaran periapikal tampak berbatas tegas pada bagian
anterior dan kurang tegas pada bagian posterior. Tidak
terdapat tepi antara tepi torus dengan permukaan mandibula
karena torus berhubungan dengan korteks mandibula.
3) Struktur Internal

6
Pada gambaran oklusal, torus mandibula tampak radiopak dan
homogen.
e. Terapi
Torus mandibula biasanya tidak membutuhkan terapi, meskipun
perlu diambil untuk pembuatan gigi tiruan pada rahang bawah.

Gambar 1.2 Torus Mandibula


1.5.4. Hiperostosis
a. Sinonim
Eksostosis merupakan sinonim untuk hiperostosis. Pada literatur
kedokteran gigi, hiperostosis dan eksostosis sama, namun pada
literatur medis eksostosis biasanya digunakan sebagai persamaan
dari osteokondroma, yang berbeda dari hiperostosis.
b. Mekanisme Penyakit
Hiperostosis atau eksostosis dapat terjado pada bagian lain dari
rahang. Biasanya merupakan bagian kecil dari osseous
hyperplasia dari tulang kortikal dan terkadang bagian dalam
tulang cancellous dan biasanya terjadi pada permukaan prosesus
alveolar.
c. Gambaran Klinis
Hiperostosis mungkin sering ditemukan pada permukaan bukal
pada prosesus alveolar maksila, biasanya pada kaninus atau molar.

7
Mungkin dapat terjadi pada permukaan palatal dan lebih sedikit
ditemukan pada prosus alveolar mandibula. Kadang, tumbuh pada
puncak dibawah pontik dari fixed bridge. Hiperostosis jarang
terjadi daripada torus mandibula atau palatinus, ukurannya dapat
besar, dan dapat muncul tunggal atau multipel. Berbentuk nodul,
bertangkai, atau datar pada permukaan tulang. Ditutupi oleh
normal mukosa dan terasa keras jika dipalpasi.
d. Gambaran radiografi
1) Lokasi
Lokasi terbanyak terdapat di prosesus alveolar maksila, dan
biasanya gambar overlap dengan akar gigi yang berdekatan.
2) Tepi
Tepi dari hiperostosis biasanya berbatas jelas dan konturnya
halus dengan tepi melengkung.
3) Struktur Internal
Biasanya homogen dan radiopak. Meskipun hiperostosis yang
besar dapat menunjukkan gambaran pola tulang cancellous,
paling sering hanya terdapat tulang kortikal.
e. Terapi
Hiperostosis biasanya tidak memerlukan terapi.

Gambar 1.3 Hiperostosis


1.5.5. Dense Bone Island
a. Sinonim
Enostosis dan periapical idiopathic osteosclerosis merupakan
sinonim untuk dense bone island (DBI).
b. Mekanisme Penyakit

8
DBI merupakan pertumbuhan tulang kompak yang terlokalisasi
yang berkembang di dalam tulang cancellous.
c. Gambaran Klinis
Asimtomatik
d. Gambaran Radiografi
1) Lokasi
DBI biasanya sering terjadi pada mandibula daripada maksila.
Sering terjadi pada daerah premolar-molar, meskipun
keberadaannya tidak berhubungan dengan ada tidaknya gigi.
2) Tepi
Biasanya berbatas jelas namun terkadang bercampur dengan
trabekula tulang disekitarnya. Tidak terdapat radiolusen atau
kapsul karena DBI berbatasan langsung dengan tulang normal.
3) Struktur internal
Struktur internal DBI biasanya radiopak tanpa adanya pola
karakteristik.
4) Efek terhadap jaringan sekitar
Jarang, DBI terdapat di periapikal akar gigi dan berhubungan
dengan resorpsi akar gigi. Gigi yang biasanya terlibat adalah
molar pertama atas. Dalam semua keadaan, gigi masih vital,
dan resorpsi akar tampak terbatas. Pada kasus yang sangat
jarang, DBI dapat menghambat erupsi gigi dan bahkan
pergeseran gigi.
e. Diagnosis Banding
Beberapa gambaran radiopak perlu dipertimbangkan dalam
membuat diagnosis banding. Periapical osseous dysplasia (POD)
dapat dibedakan dengan adanya tepi radiolusen. Ketika DBI
berada di apex akar, mungkin mirip dengan periapical sclerosing
osteitis. Akan tetapi, pada periapical osteitis, terdapat pelebaran
bagian periapikal pada membran periodontal. Juga, periapical
osteitis terletak pada bagian tengah akar gigi dan berbentuk
simetris. Terakhir, terdapat lesi inflamasi, seperti restorasi yang

9
besar atau lesi karies. Mungkin terdapat persamaan
hipersementosis atau sementoblastoma jinak, tapi pada kedua
kasus terdapat kapsul jaringan lunak di sekeliling, DBI terkadang
statik namun dapat bertambah besar, terutama jika terdapat
pertumbuhan aktif rahang.
f. Terapi
DBI tidak memerlukan terapi.

Gambar 1.4 Dense Bone Island


1.6. Tumor Jinak
Tumor jinak dibagi menjadi dua kelompok besar: (1) tumor odontogen dan (2)
tumor nonodontogen
1.7. Tumor Odontogen
1.7.1. Mekanisme Penyakit
Tumor odontogen muncul dari jaringan aparatus odontogenik.
Berdasarkan World Health Organization (WHO), tumor ini dapat
diklasifikasikan menjadi tiga kategori berdasarkan asal jaringan: (1)
tumor yang berasal dari epitel odontogen, (2) tumor campuran berasal
dari epitel odontogen dan ektomesenkim odontogen, dan (3) tumor
berasal dari ektomesenkim.
1.7.2. Odontogenic Epithelial Tumors
a. Ameloblastoma
1) Sinonim
Sinonim untuk ameloblastoma adalah adamantinoma,
adamantoblastoma, dan epithelial odontoma.

10
2) Mekanisme Penyakit
Ameloblastoma, neoplasma sejati dari epitel odontogen,
merupakan tumor yang persisten dan mengivasi secara lokal;
memiliki karakteristik agresif namun karakteristik
pertumbuhan yang jinak. Ameloblastoma merupakan tumor
odontogen yang paling umum. Ameloblastoma merupakan
neoplasma agresif yang muncul dari sisa lamina dental dan
epitel odontogen. Ameloblastoma dibedakan menjadi tipe
solid/multikistik, tipe unikistik, dan tipe desmoplastik.Tipe
unikistik dapat berbentuk satu kesatuan atau mungkin
terbentuk dari lapisan epitel kista dentigerous; yang disebut
mural ameloblastoma.
3) Gambaran Klinis
Terdapat sedikit kecenderungan lesi ini terjadi pada laki-laki,
dan sering ditemukan pada Afrika Amerika. Meskipun
mungkin ditemukan pada anak usia 3 tahun dan usia lebih dari
80 tahun, beberapa pasien antara 20 dan 50 tahun.
Ameloblastoma tumbuh lambat, dan beberapa, jika ada,
terdapat gejala pada tahap awal. Tumor ini biasanya
ditemukan saat pemeriksaan gigi rutin. Biasanya pasien
merasakan pertumbuhan wajah yang asimetri. Pipi, gusi, dan
palatum durum membengkak dilaporkan sebagai keluhan
utama pada 95% ameloblastoma maksila yang tidak diobati.
Mukosa tampak normal, namun gigi pada regio yang terlibat
dapat bergeser atau goyang. Saat tumor membesar, palpasi
akan terasa keras seperti tulang atau krepitasi akibat tulang
menipis. Jika lesi menghancurkan tulang diatasnya,
pembengkakan akan terasa keras atau fluktuatif. Saat
bertumbuh, tumor ini dapat menyebabkan ekspansi tulang dan
terkadang erosi melewati tulang kortikal yang berdekatan
dengan invasi berikutnya pada jaringan lunak disekitar.

11
Tumor yang tidak diobati dapat bertumbuh besar dan lebih
parah jika di maksila, dimana dapat meluas ke struktur vital
dan mencapal basis kranial. Tumor yang ditemukan di maksila
dapat meluas kesinus paranasal, orbita, nasofaring, atau
struktur vital pada dasar tulang. Tingkat kekambuhan lebih
tinggi pada pasien yang lebih tua dan pada pasien dengan lesi
multilokular. Seperti yang terlihat pada tumor rahang lainnya,
rekurensi lokal, apakah terdeteksi secara radiografi atau
histologi, dapat lebih agresif dari tumor asli.
4) Gambaran Radiografi
a) Lokasi
Kebanyakan ameloblastoma (80%) terjadi pada ramus
regio molar rahang bawah, namun dapat meluas ke area
simfisis. Kebanyakan lesi yang muncul di rahang atas
terdapat di area molar ketiga fan meluas hingga sinus
maksula dan nasal floor.
b) Tepi
Ameloblastoma biasanya berbatas jelas dan sering
digambarkan dengan tulang kortikal. Tepi biasanya
melengkung, dan pada lesi yang kecil tepi dan bentuk
tidak dapat dibedakan dari kista. Tepi dari lesi pada
maksila biasanya lebih tidak jelas.
c) Struktur Internal
Struktur internal bervariasi dari benar-benar radiolusen
hingga campuran adanya septa tulang yang membentuk
ruang-ruang internal. Septa ini dapat teratur namun yang
lebih sering kasar dan melengkung dan berasal dari tulang
normal yang terkurung di dalam tumor. Karena tumor ini
sering memiliki komponen internal kistik, septa ini sering
diubah ulang menjadi bentukan melengkung membentuk
pola sarang lebah atau soap bubble. Umumnya, lokulasi
lebih besar pada posterior mandibula dan lebih kecil pada

12
anterior mandibula. Pada variasi desmoplastik, tulang
menyerupai displasia tulang atau tumor berbentuk tulang.
d) Efek terhadap Jaringan Sekitar
Dapat menyebabkan resorpsi akar yang luas dan biasanya
pergeseran gigi. Karena berasal dari oklusal dari gigi,
beberapa gigi dapat bergeser ke apikal. Radiografi oklusal
menunjukkan ekspansi seperti kista dan penipisan tulang
kortikal. Tipe unikistik ameloblastoma menyebabkan
ekspansi ramus mandibula, dan sering tepi anterior ramus
tidak tampak pada gambaran panoramik.
5) Ameloblastoma Rekuren
Ameloblastoma dapat kembali ketika prosedur pembedahan
awal tidak dapat menghilangkan seluruh tumor. Tumor
rekuren memiliki tampilan karakteristik struktur seperti kista
kecil multipel denagn tepi kortikal sklerotik yang kasar dan
terkadang terpisah dengan tulang normal.
6) Gambaran Radiografi Tambahan
Jika diagnosis awal ameloblastoma dibuat, multidetektor CT
(MDCT) perlu dilakukan. Gambaran MDCT tidak hanya dapat
mengkonfirmasi diagnosis tapi juga mendemonstrasikan
secara akurat anatomi perluasan dari tumor. Dalam kasus ini,
gambaran MDCT memiliki keuntungan daripada gambaran
CBCT dimana dapat menunjukkan struktur jaringan lunak dan
dapat mendeteksi perforasi dari korteks terluar dan invasi pada
jaringan lunak disekitar. Jika invasi jaringan lunak meluas,
MRI dapat memberikan gambaran superior dari sifat dan
jangkauan invasi.
7) Diagnosis Banding
Unilokular kecil ameloblastoma yang terdapat disekitar
mahkota gigi yang belum erupsi sering tidak dapat dibedakan
dari kista dentigerous. Karena penampakan septa tulang
penting untuk identifikasi ameloblastoma, tipe lesi lainnya

13
yang juga memiliki septa internal, seperti odontogenic
keratocyst, giant cell granuloma, odontogenic myxoma, dan
ossifying fibroma, memiliki tampilan yang sama. Odontogenic
keratocyst mungkin mengandung septa melengkung, namun
biasanya keratocyst cenderung tumbuh di sepanjang tulang
tanpa perpanjangan yang ditandai, yang merupakan
karakteristik ameloblastoma. Giant cell granuloma terjadi
pada kelompok usia muda dan memiliki granular atau septa
yang tidak jelas. Odontogenic myxoma memiliki septa yang
tampak sama; akan tetapi, biasanya terdapat satu atau dua
septa lurus, tipis tajam, yang merupakan karakteristik
myxoma. Juga, myxoma ekspansil seperti ameloblastoma dan
cenderung bertumbuh di sepanjang tulang. Septa pada
ossifying fibroma biasanya lebar, granular, dan tidak jelas, dan
sering terdapat trabekula kecil dan ireguler.
8) Terapi
Terapi yang umum adalah bedah reseksi. Prosedur bedah
harus mempertimbangkan kecenderungan neoplasma untuk
menginvasi tulang disekitar. Gambaran MDCT dan MRI
berguna untuk menentukan perluasan tumor. Jika
ameloblastoma kecil, dapat dihilangkan dengan pendekatan
intraoral, dan pada lesi yang lebih besar dibutuhkan reseksi
rahang. Maksila biasanya diterapi lebih agresif karena
kecenderungan ameloblastoma untuk menginvasi struktur vital
disekitar. Terapi radiasi dapat digunakan untuk tumor yang
tidak dapat dibedah, terutama tumor posterior maksila.

14
Gambar 1.5 Ameloblastoma multilokuler
b. Calcifying Epithelial Odontogenic Tumor
1) Sinonim
Sinonim untuk calcifying epithelial odontogenic tumor
(CEOT) merupakan Pindborg tumor dan ameloblastoma
dengan tipe tidak biasanya disertai kalsifikasi.
2) Mekanisme Penyakit
CEOT merupakan neoplasma jarang. Jumlahnya 1% dari
tumor odontogen. Tumor ini biasanya terdapat dalam tulang
dan menghasilkan substansi mineralisasi dalam material
seperti amyloid dan mengandung untai atau lembar sel
polihedral epitel dalam stroma fibrous.
3) Gambaran Klinis
CEOT kurang agresif dibandingkan ameloblastoma dan
ditemukan pada kelompok usia yang sama. Jarang tumor ini
memiliki lokasi extraosseous. Neoplasma ini lebih sering
terjadi pada laki-laki, dan pasien dengan rentan usia dari 8
sampai 92 tahun, dengan usia rata-rata sekitar 42 tahun.
Ekspansi rahang merupakan gambaran umum dan biasanya
hanya satu-satunya gejala. Palpasi pada pembengkakan
menunjukkan tumor keras.
4) Gambaran Radiografi

15
a) Lokasi
Sama dengan ameloblastoma, CEOT memiliki predileksi
yang pasti untuk mandibula, dengan rasio setidaknya 2:1,
dan kebanyakan ditemukan pada daerah premolar-molar,
dengan 52% berhubungan dengan gigi yang tidak erupsi
atau gigi impaksi. Pada setengah kasus, radiografi yang
dilakukan saat pembentukan tumor menunjukkan
gambaran daerah radiolusen disekitar mahkota dari gigi
yang belum erupsi.
b) Tepi
Tepi tampak korteks seperti kista dengan batas jelas, Pada
beberapa tumor, batas ireguler dan tidak jelas.
c) Struktur Internal
Aspek internal tampak unilokuler atau multilokuler dengan
banyak tersebar, pusat radiopak dengan ukuran dan
densitas bervariasi. Beberapa elemen radiopak memiliki
bentuk sabut atau bentukan donat dengn pusat radiolusen.
d) Efek terhadap Jaringan Sekitar
CEOT dapat menggeser gigi yang akan erupsi. Ekspansi
rahang juga dapat terjadi.
5) Diagnosis Banding
Lesi dengan struktur internal radiopak mungkin mirip kista
dentigerous atau ameloblastoma. Lesi lain dengan pusat
radiopak, termasuk adenomatoid odontogenic tumor,
ameloblastic fibro-odontoma, dan calcifying odontogenic cyst
memiliki tampilan yang sama. Akan tetapi, lokasi tonjolan
CEOT dan usia pasien membantu diagnosis banding.
6) Terapi
Terapi CEOT lebih konservatif dari terapi ameloblastoma,
dengan reseksi lokal.
1.7.3. Mixed Odontogenic Tumors
a. Odontoma

16
1) Sinonim
Compound odontoma, compound composite odontoma,
complex odontoma, complex composite odontoma,
odontogenic hamartoma, calcified mixed odontoma, dan
cystic odontoma merupakan sinonim untuk odontoma.
2) Mekanisme Penyakit
Odontoma digunakan untuk mengidentifikasi tumor yang
ditandai oleh produksi dari pematangan enamel, dentin,
sementum, dan jaringan pulpa. Komponen ini terlihat dalam
berbagai pernyataan histodiferensiasi dan morfodiferensiasi.
Karena pertumbuhannya yang terbatas dan lambat dan
jaringan gigi terdiferensiasi dengan baik, lesi ini dianggap
sebagai hamartoma dan bukan tumor sejati.
Hubungan struktural dari komponen jaringan dapat bervariasi
dari masa yang tidak bisa dideskripsikan dari jaringan gigi
disebut sebagai complex odontoma hingga bentukan dentikel
gigi disebut compound odontoma. Pelebaran odontoma
dijelaskan sebagai tipe lain dari odontoma; akan tetapi, ini
merupakan struktur single yang sebenarnya adalah ciri
keparahan dari dens in dente.
3) Gambaran Klinis
Odontoma merupakan tumor odontogen yang umum.
Seringkali mengganggu erupsi gigi permanen. Lesi
menunjukkan tidak terdapat predileksi jenis kelamin, dan
kebanyakan mulai terbentuk ketika perkembangan gigi
normal. Odontoma terbentuk dan matang sementara gigi
terbentuk dan berhenti berkembang ketika gigi yang terlibat
terbentuk sempurna. Kebanyakan odontoma terjadi pada
dekade kedua dan seringkali ditemukan selama investigasi
erupsi yang tertunda dari gigi yang berdekatan atau gigi
sulung yang tertahan. Pada kasus yang jarang, odontoma
berhubungan dengan gigi sulung. Mereka bertahan jika tidak

17
diobati, meskipun tidak bertambah besar dan dapat terdeteksi
kemudian. Compound odontoma dua kali lebih sering terjadi
daripada tipe komples.
4) Gambaran Radiografi
a) Lokasi
Kebanyakan tipe compound (62%) terjadi pada anterior
maksila berhubungan dengan mahkota dari kaninus yang
tidak erupsi. 70% complex odontoma ditemukan pada area
molar pertama dan kedua rahang bawah.
b) Tepi
Tepi odontoma berbatas jelas dan mungkin halus atau
ireguler. Lesi ini memiliki tepi kortikal.
c) Struktur Internal
Bagian dalam lesi ini adalah radiopak. Compound
odontoma memiliki struktur seperti sejumlah gigi atau
dentikel yang tampak seperti gigi yang cacat. Complex
odontoma menunjukkan massa ireguler dari jaringan yang
terkalsifikasi. Derajat radiopak setara atau melebihi
struktur gigi disekitar dan dapat bervariasi derajat
radiopaknya dari satu regio ke regio lain, menunjukkan
variasi jumlah dan tipe jaringan keras yang terbentuk.
Odontoma yang melebar memiliki struktur kalsifikasi
dengan bagian sentral yang radiolusen yang memiliki
bentuk seperti donat.
d) Efek terhadap Jaringan Sekitar
Odontoma dapat mengganggu gigi yang erupsi.
Kebanyakan odontoma (70%) berhubungan dengan
abnormalitas, seperti impaksi, malposisi, diastema, aplasia,
malfomasi, dan devitalisasi gigi yang berdekatan.
Odontoma complex yang besar dapat menyebabkan
ekspansi rahang.
5) Diagnosis Banding

18
Gambaran dentikel dari struktur radiopak jelas memudahkan
compound odontoma. Complex odontoma berbeda dari
ossifying fibroma oleh kecenderungan yang berhubungan
dengan molar yang belum erupsi dan karena biasanya lebih
radiopak dari ossifying fibroma. Odontoma biasanya
ditemukan pada pasien yang lebih muda dari ossifying
fibroma. Periapical osseous dysplasi (periapical cemental
dysplasia) mirip dengan complex odontoma namun biasanya
multipel dan terpusat pada bagian periapikal gigi. Akan tetapi,
diagnosis banding akan lebih susah jika lesi osseous dysplasia
soliter dan terletak oada daerah edentulous. Tepi osseous
dysplasia biasanya lebih lebar, perbatasan sklerotik yang tidak
merata, dimana odontoma tampak tulang kortikal yang jelas,
dan biasanya kapsul jaringan lunak lebih seragam dan lebih
tampak dengan odontoma dibandingkan dengan osseous
dysplasia. DBI meskipun radiopak, tidak memiliki kapsul
jaringan lunak, seperti yang tampak pada odontoma.
6) Terapi
Complex dan compound odontoma biasanya diambil dengan
eksisi sederhana. Tidak rekuren dan tidak invasif.

Gambar1.5 Complex Odontoma

19
b. Ameloblastic Fibroma
1) Sinonim
Sinonim untuk ameloblastic fibroma adalah soft odontoma,
soft mixed odontoma, mixed odontogenic tumor,
fibroadamantoblastoma, dan granular cell ameloblastic
fibroma.
2) Mekanisme Penyakit
Ameloblastic fibroma merupakan mixed odontogenic tumor
yang bersifat jinak. Merupakan proliferasi neoplastik dari
epitel odontogen seperti komponen primitif mesenkimal yang
menyerupai dental papila. Enamel, dentin, dan sementum
tidak terbentuk pada tumor ini.
3) Gambaran Klinis
Ameloblastic fibroma bersifat jinak. Kebanyakan tumor ini
terjadi pada usia antara 5 sampai 20 tahun. Biasanya tidak
disertai rasa sakit, pertumbuhan lambat, dan pergeseran gigi
yang terlibat. Meskipun gejala yang paling sering adalah
bengkak atau nyeri oklusal, tumor dapat ditemukan saat
pemeriksaan radiografi rutin. Dapat berhubungan dengan gigi
hilang.
4) Gambaran Radiografi
a) Lokasi
Ameloblastic fibroma biasanya terjadi pada daerah
premolar-molar mandibula. Pada beberapa kasus, tumor
melibatkan ramus dan meluas pada daerah premolar-
molar. Umumnya berada di dekat puncak prosesus
alveolar atau pada hubungan folikuler dengan gigi yang
tidak erupsi, atau muncul pada daerah dimana gigi gagal
berkembang.
b) Tepi
Tepi ameloblastic fibroma berbatas jelas dan kadang
terkortikasi sama dengan kista.

20
c) Struktur Internal
Ameloblastic fibroma umumnya unilokuler (radiolusen)
namun dapat juga multilokuler dengan lengkung septa
yang tidak jelas.
d) Efek terhadap Jaringan Sekitar
Jika lesi besar, dapat terjadi ekspansi tulang kortikal.
Dapat menghambat erupsi gigi atau menggeser gigi ke
arah apikal.
5) Diagnosis Banding
Tumor ini memiliki gambaran yang sama dengan
ameloblastoma; akan tetapi, ameloblastic fibroma terjadi pada
usia awal, dan septa ameloblastoma lebih jelas dan kasar.
Giant cell granuloma dapat muncul multilokuler, namun
tumor ini biasanya memiliki episentrum anterior ke molar
pertama pada pasien muda, dan septa berbentuk granular dan
tidak jelas. Odontogenic myxoma tampak multilokuler, namun
biasanya terdaat beberapa septa lurus tajam , yang bukan
merupakan karakteristik ameloblastic fibroma, dan myxoma
biasanya terjadi pada kelompok usia tua.
6) Terapi
Ameloblastic fibroma bersifat jinak, dan tingkat rekurensi
yang rendah. Pendekatan bedah konservatif, termasuk
enukleasi dan kuret mekanik tulang disekitar, dilaporkan
sukses pada kasus ini.

21
Gambar 1.6 Ameloblastic Fibroma
c. Ameoblastic Fibro-Odontoma
1) Mekanisme Penyakit
Ameloblastic fibro-odontoma merupakan tumor campuran
dengan semua elemen ameloblastic fibroma namun dengan
kumpulan tersebar dari enamel dan dentin. Beberapa penulis
menyebutkan ameloblastic fibro-odontoma merupakan tahap
awak dari pembentukan odontoma; akan tetapi, terdapat bukti
meyakinkan ameloblastic fibro-odontoma merupakan entitas
terpisah dan memiliki sifat lebih ganas dari odontoma.
2) Gambaran klinis
Gambaran klinis sama dengan odontoma, sering berhubungan
dengan gigi hilang atau gigi yang gagal erupsi. Kadang, tumor
ini menempati gigi yang hilang. Tumor ini muncul pada usia
yang sama dengan odontoma dan ameloblastic fibroma tanpa
predileksi jenis kelamin.
3) Gambaran radiografi
a) Lokasi
Beberapa kasus terjadi pada bagian posterior mandibula.
Episentrum lesi biasanya pada daerah oklusal gigi yang
berkembang atau menuju ke puncak tulang alveolar.
b) Tepi
Biasanya berbatas jelas dan kadang terkortikasi.

22
c) Struktur Internal
Lesi kecil tampak folikel yang membesar dengan satu atau
dua diskrit radiopasiti. Lesi yang besar memiliki lebih
banyak struktur internal yang terkalsifikasi. Pada beberapa
kasus, kalsifikasi ini berbentuk bulat dengan tepi radiopak
seperti enamel seperti donat kecil, dan beberapa tampak
sebagai gigi yang cacat. Seringkali berhubungan dengan
gigi impaksi.

4) Diagnosis Banding
Jika tidak terdapat kalsifikasi, tumor ini tidak dapat dibedakan
dari ameloblastic fibroma. Perbedaan dengan odontoma yang
berkembang mungkin sukar, namun umumnya tumor ini
memiliki komponen jaringan lunak yang banyak (radiolusen)
dari odontoma. Complex odontoma yang memiliki lokasi yang
sama, biasanya memiliki satu massa jaringan yang tidak
teratur terletak di tengah, sedangkan ameloblastic fibro-
odontoma biasanya memiliki bagian kecil yang tersebar
berupa jaringan keras gigi. Meskipun compound odontoma
memiliki banyak dentikel, jarang ditemukan pada posterior
mandibula.
5) Terapi
Biasanya dilakukan enukleasi, meskipun dilaporkan terdapat
rekurensi.

23
Gambar 1.7 Ameloblastic fibro-odontoma
d. Adenomatoid Odontogenic Tumor
1) Sinonim
Adenoameloblastoma dan ameloblastic adenomatoid tumor
merupakan sinonim untuk adenomatoid odontogenic tumor.
2) Mekanisme Penyakit
Adenomatoid odontogenic tumor merupakan tumor epitel
odontogenik yang tidak biasa dan tidak agresif dan memiliki
pola yang bervariasi bercampur dengan stroma jaringan ikat
yang matang. Adenomatoid odontogenic tumor berasal dari
epitel organ enamel dan diklasifikasikan sebagai mixed tumor
karena terdapat stroma jaringan penyangga dan terkadang
kalsifikasi diinterpretasikan seperti enamel dan material
dentin. Tumor sentral dibagi menjadi tipe folikuler dan tipe
ekstrafolikuler. Sekitar 73% lesi sentral merupakan tipe
folikuler.
3) Gambaran Klinis
Adenomatoid odontogenic tumor terjadi pada rentan usia 5
sampai 50 tahun; akan tetapi, sekitar 70% pada dekade kedua,
dengan rata-rata usia 16 tahun. Tipe folikuler didiagnosis lebih
awal daripada tipe ekstrafolikuler. Tumor berkembang lambat
dan bermanifestasi sebagai pembesaran secara bertahap,
bengkak tanpa rasa sakit atau asimetri, kadang berhubungan
dengan gigi hilang.

24
4) Gambaran Radiografi
a) Lokasi
Setidaknya 75% adenomatoid odontogenic tumor terjadi
pada maksila. Regio incsisif-kaninus-premolar dan
terutama regio kaninus merupakan daerah yang paling
sering terlibat pada kedua rahang. Terjadi lebih sering
pada maksila. Tumor ini memiliki hubungan folikuler
dengan gigi impaksi; akan tetapi, biasanya tidak melekat
pada cementoenamel junction namun mengelilingi
sebagian besar gigi, paling sering kaninus.
b) Tepi
Tepi jelas terkortikasi atau tepi sklerotik.
c) Struktur Internal
Pusat radiopak terbentuk pada dua atau tiga kasus. Satu
tumor dapat tampak radiolusen, dan lainnya pusat radiopak
tipis, dan beberapa menunjukkan sekelompok tepi
radiopak tidak jelas; kadang, kalsifikasi kecil dan dengan
tepi jelas, sama dengan sekelompok kerikil kecil.
Radiografi intraoral mungkin diperlukan untuk melihat
kalsifikasi pada lesi, yang tidak dapat terlihat dengan
radiografi panoramik. Secara mikroskopik ukuran, jumlah
dan densitas dari radiopak kecil pada sentral radiolusen
dari lesi bervariasi dari tumor ke tumor dan bertambah
seiring usia.
d) Efek terhadap Jaringan Sekitar
Saat tumor membesar, gigi disekitar dapat bergeser. Jarang
terjadi resorpsi akar. Lesi ini dapat menghambat erupsi
gigi yang terlibat. Meskipun terkadang terjadi ekspansi
rahang.
5) Diagnosis Banding
Ketika tumor ini benar-benar radiolusen dan memiliki
hubungan folikuler dengan impaksi gigi, sukar dibedakan

25
dengan kista folikuler atau pericoronal odontogenic
keratocyst. Jika perlekatan lesi radiolusen lebih ke apikal dari
cementoenamel junction, kista folikuler dapat diabaikan; akan
tetapi, bukan termasuk odontogenic keratocyst. Jika terdapat
produk kalsifikasi (radiopak) pada tumor ini, lesi lain dengan
kalsifikasi dapat menjadi diagnosis banding. Regio maksila
dan mandibula anterior merupakan lokasi umum calcifying
odontogenic cyst. Ameloblastic fibro-odontoma dan CEOT
terjadi lebih sering pada posterior mandibula.
6) Terapi
Bedah konservatif eksisi diperlukan karena tumor tidak
menginvasi secara lokal, terenkapsulasi dengan baik, dan
mudah dipisahkan dari tulang.
1.7.4. Mesenchymal Tumors
a. Odontogenic Myxoma
1) Sinonim
Sinonim odontogenic myxoma adalah myxoma, myxofibroma,
dan fibromyxoma.
2) Mekanisme Penyakit
Odontogenic myxoma merupakan tumor yang jarang
ditemukan dan hanya terhitung 3% sampai 6% dari tumor
odontogen. Bersiffat jinak, neoplasma intraosseous yang
berasal dari odontogenic extomessenchyme dan menyerupai
bagian mesenkimal dari dental papila. Myxoma ini tidak
terenkapsulasi dan cenderung menginfiltrasi tulang cancelous
sekitar namun tidak metastasis. Memiliki konsistensi longgar
dan seperti agar-agar dan secara mikroskopik tampak seperti
myxoma jaringan lunak pada ekstremitas. Odontogenic
myxoma terjadi hanya pada tulang wajah. Teori yang
menyatakan lesi ini terbentuk dari odontogenik daripada
nonodontogenic ectomesenchyme didukung dengan fakta
bahwa odontogenic myxoma hanya terjadi pada rahang, dan

26
pada beberapa kasus odontogenic epithelium dapat dideteksi
secara mikroskopik.
3) Gambaran Klinis
Jika odontogenic myxoma memiliki predileksi jenis kelamin,
lebih sering terjadi pada wanita. Meskipun lesi ini dapat
terjadi pada setiap usia, lebih dari setengah muncul pada
individu antara 10 sampai 30 tahun; jarang terjadi sebelum
usia 10 atau setelah usia 50. Bertumbuh lambat dan mungkin
dapat menyebabkan atau tidak menyebabkan rasa sakit. Dapat
menyebabkan bengkak dan dapat tumbuh cukup besar jika
tidak diobati. Dapat juga menginvasi sinus maksila. Tingkat
rekurensi 25% telah dilaporkan. Tingkat rekurensi yang tinggi
dapat dijelaskan dengan kurangnya enkapsulasi pada tumor,
perluasan sarang atau poket myxoid tumor ke dalam ruang
trabekula, dimana susah untuk dideteksi dan dihilangkan
dengan bedah.
4) Gambaran Radiografi
a) Lokasi
Myxoma lebih sering mengenai tepi mandibula dengan
perbandingan 3:1. Pada mandibula, tumor ini terjadi pada
daerah premolar dan molar dan jarang terjadi pada ramus
dan kondili. Myxoma pada maksila biasanya melibatkan
prosesus alveolar pada regio premolar dan molar dan
prosesus zigomatikus.
b) Tepi
Lesi ini biasanya jelas dan memiliki batas terkortikasi
namun kebanyakan tidak jelas, terutama pada maksila.
c) Struktur Internal
Ketika terjadi pada perikoronal dengan gigi impaksi,
odontogenic myxoma seperti kista, tepi unilokular,
meskipun kebanyakan memiliki pola internal campuran
radiopak-radiolusen. Tulang residual terperangkap dalam

27
tumor remodel dalam septa. Keberadaan septa membuat
tumor tampak multilokuler. Karakteristik septum yang
tampak pada tumor ini yaitu lurus, tipis, dengan goresan.
Septa ini tampak seperti raket tenis atau pola seperti anak
tangga, namun pola ini jarang terlihat. Kenyataannya,
kebanyakan septa melengkung dan kasar, namun pada satu
atau dua penemuan septa lurus membantu
mengidentifikasi tumor ini.
d) Efek terhadap Jaringan Sekitar
Ketika bertumbuh pada daerah bergigi, odontogenic
myxoma berpindah dan menyebabkan gigi goyang namun
jarang menyebabkan resorpsi gigi. Tumor ini memiliki
kecenderungan bertumbuh disepanjang gigi yang terlibat
tanpa ekspansi dengan jumlah yang sama yang tampak
dengan tumor jinak lainnya; akan tetapi, ketika berukuran
besar, dapat menyebabkan ekspansi.
5) Diagnosis Banding
Karena odontogenic myxoma sering memiliki pola internal
multilokuler, diagnosis banding merupakan lesi multilokuler
lainnya, seperti ameloblastoma, central giant cell granuloma,
dan central hemangioma. Adanya karakteristik septa lurus
tipis dengan sedikit ekspansi tulang sangat berguna untuk
diagnosis banding. Kadang, pada sebagian kecil ekspansi
dengan septa lurus dapat diproyeksikan pada korteks tulang
terluar dan memberikan gambaran yang tampak pada
osteogenic sarcoma. Pemeriksaan seksama pada area ekspansi
menunjukkan korteks terluar yang tipis namun utuh yang tidak
terlihat pada osteogenic sarcoma. Odontogenic fibroma
kadang memiliki karakteristik radiografi yang sama dan tidak
dapat dibedakan dari myxoma.
6) Terapi

28
Odontogenic myxoma diterapi dengan reseksi dengan jumlah
yang besar dari tulang sekitar untuk memastikan pengambilan
myxomatous tumor yang menginfiltrasi daerah sumsum
sekitar. Dengan terapi yang benar, prognosisnya baik.
b. Sementoblastoma jinak
1) Sinonim
Sementoblastoma dan true cementoblastoma merupakan
sinonim untuk smeentoblastoma jinak.
2) Mekanisme Penyakit
Sementoblastoma jinak tumbuh lambat, neoplasma
mesenkimal yang terdiri dari jaringan seperti sementum.
Tumor bermanifestasi sebagai pertumbuhan bulbous dan
melekar pada apex akar gigi. Karakteristik histologi sama
seperti osteoblastoma. Tumor kebanyakan bertumbuh pada
gigi permanen namun pada kasus jarang terjadi pada gigi
sulung.
3) Gambaran Klinis
Lesi ini lebih sering ditemukan pada laki-laki daripada
perempuan, dan usia yang dilaporkan berkisar antara 12
sampai 65 tahun, meskipun kebanyakan pasien relatif muda.
Tidak ada predileksi ras. Tumor biasanya lesi soliter yang
bertumbuh lambat. Gigi yang terlibat vital dan kadang sakit.
Rasa sakit bervariasi tiap pasien dan dapat dihilangkan dengan
obat antiinflamasi.
4) Gambaran Radiografi
a) Lokasi
Sementoblastoma jinak sering terjadi pada mandibula
(78%) dan lebih sering terjadi pada akar premolar atau
molar pertama.
b) Tepi
Lesi ini berbatas radiopak jelas dengan tepi terkortikasi
dan cincin radiolusen jelas didalam tulang kortikal.

29
c) Struktur Internal
Sementoblastoma jinak merupakan lesi campuran
radiolusen-radiopak dengan sebagian besar struktur
internal radiopak.
d) Efek terhadap Jaringan Sekitar
Jika tampak tepi akar, pada kebanyakan kasus terlihat
resorpsi eksternal. Jika cukup besar, tumor ini dapat
menyebabkan ekspansi mandibula dan pada beberapa
kasus terdapat perforasi melalui kortikal luar tanpa reaksi
periosteal.
5) Diagnosis Banding
Lesi yang paling umum meniru tampilan ini yaitu lesi soliter
dari periapical osseous dysplasia. Diagnosis banding sukar
pada beberapa kasus, dan ada tidaknya gejala atau observasi
lesi selama jangka waktu tertentu diperlukan. Umumnya,
cincin radiolusen disekitar sementoblastoma jinak biasanya
tampak jelas daripada osseous dysplasia. Juga, karena pola
pertumbuhan sementoblastoma, bentuk keseluruhan lebih
seragam dan lebih bulat daripada cemental dysplasia. Lesi lain
yang termasuk diagnosis banding adalah periapical sclerosing
osteitis, DBI, dan hipersementosis. Akan tetapi, periapical
sclerosing osteitis, dan DBI tidak memiliki kapsul jaringan
lunak, sama seperti sementoblastoma jinak. Hipersementosis
seharusnya dikelilingi memran periodontal, yang biasanya
lebih tipis daripada kapsul jaringan lunak dari
sementoblastoma jinak, dan tidak ada resorpsi akar atau
ekspansi rahang dengan pada hipersementosis.
6) Terapi
Sementoblastoma jinak tampaknya membatasi diri dan jarang
terjadi rekurensi setelah enukleasi. Eksisi sederhana dan
ekstraksi gigi yang berhubungan merupakan perawatan yang

30
cukup. Pada beberapa kasus, tumor dapat diamputasi dari gigi,
yang dilakukan secara endodontik.

Gambar 1.7 Sementoblastoma


c. Central Odontogenic Fibroma
1) Sinonim
Sinonim central odontogenic fibroma adalah simple
odontogenic fibroma dan odontogenic fibroma (tipe WHO).
2) Mekanisme Penyakit
Central odontogenic fibroma merupakan neoplasma jarang
yang terkadang dibagi menjadi dua tipe berdasarkan
penampakan histologi: (1) tipe sederhana, yang mengandung
jaringan fibrous matang dengan odonotgenic epithelial rest
yang jarang tersebar; dan (2) tipe WHO, yang lebih seluler,
memiliki lebih banyak epithelial rest dan mengandung
kalsifikasi yang mirip displastik dentin, sementum, atau
osteoid.
3) Gambaran klinis
Beberapa kasus central odontogenic fibroma terjadi antara
usia 11 dan 39 tahun. Neoplasma menunjukkan didominasi
perempuan, dengan rasio 2,2:1. Pasien yang terkena tidak
menunjukkan gejala atau ada bengkak dan gigi goyang.
Penampakan tidak biasa dan berbeda dari beberapa kasus
maksila adalah celah atau penurunan mukosa palatal dimana
diharapkan terjadi ekspansi tumor.
4) Gambaran Radiografi

31
a) Lokasi
Central odontogenic fibroma terjadi lebih sering pada
mandibula. Daerah prevalensi pada regio molar-premolar
mandibula dan anterior hingga molar pertama pada
maksila.
b) Tepi
Biasanya berbatas jelas.
c) Struktur Internal
Lesi yang lebih kecil biasanya unilokuler, dan lesi yang
lebih besar memiliki pola multilokuler. Septa interna halus
dan lurus, sama seperti odontogenic myxoma, atau
granular, seperti septa yang terlihat pada giant cell
granuloma. Beberapa lesi benar-benar radiolusen.
d) Efek terhadap Jaringan Sekitar
Central odontogenic fibroma dapat menyebabkan ekspansi
atau dapat bertumbuh disepanjang tulang dengan minimun
ekspansi sama dengan odontogenic myxoma. Pergeseran
gigi sering terjadi, dan juga resorpsi akar. Beberapa lesi
maksila memiliki sifat yang berbeda dari resorpsi tulang
disekitar gigi tanpa pergeseran gigi atau resorpsi tanpa
ekspansi prosesus alveolar.
5) Diagnosis Banding
Gambaran histologi sama seperti central desmoplastic
fibroma jika tidak terdapat epithelial rest. Desmoplastic
fibroma lebih agresif cenderung menembus peripheral cortex
dan menginvasi jaringan lunak sekitar. Septa desmoplastic
fibroma sangat tebal, lurus, dan angular. Jika tipis, terdapat
septa lurus pada odontogenix fibroma tidak mungkin
membedakan neoplasma ini dari odontogenic myxoma
menggunakan radiografi saja. Jika terdapat septa granular,
penampakannya sama dengan giant cell granuloma.
6) Terapi

32
Central odontogenic fibroma diterapi dengan eksisi sederhana.
Lesi ini memiliki tingkat rekurensi yang sangat rendah.
1.8. Tumor Jinak Nonodontogen
1.8.1. Tumor Jinak yang Berasal dari Saraf
a. Neurilemoma
1) Sinonim
Schwannoma merupakan sinonim dari neurilemoma.
2) Mekanisme Penyakit
Sentral neurilemoma merupakan tumor yang berasal dari
neuroektodermal, timbul dari sel Schwann’s yang menyusun
lapisan dalam yang menutupi saraf peripheral. Tumor ini tidak
berpotensi menjadi keganasan.
3) Gambaran Klinis
Neurilemoma bertumbuh lambat, dapat terjadi pada segala
usia, dan terjadi pada frekuensi yang sama pada wanita dan
pria. Lokasi yang paling sering terjadi adalah mandibula dan
sakrum. Lesi ini menyebabkan beberapa gejala selain yang
terkait dengan lokasi dan ukuran tumor. Keluhan yang biasa
adalah bengkak. Meskipun kadang tidak sakit kecuali tumor
mengganggu saraf disekitar, parestesis mungkin muncul,
terutama lesi yang berasal dari kanalis alveolaris inferior.
4) Gambaran Radiografi
a) Lokasi
Neurilemoma kebanyakan sering melibatkan mandibula,
dengan kurang dari 1 dalam 10 kasus terjadi pada maksila.
Tumor lebih sering berlokasi dalam kanalis alveolar
inferior posterior yang meluas ke foramen mental.
b) Tepi
Sesuai dengan tingkat pertumbuhan yang lambar, tepi
tumor ini berbatas jelas dan biasanya terkortikasi. Lesi
yang kecil tampak seperti kista namun lebih sering
berbentuk fusiform.

33
c) Struktur Internal
Radulusen seragam.
d) Efek terhadap Jaringan Sekitar
Jika tumor mencapai foramen mandibula atau foramen
mentale, dapat menyebabkan pembesaran foramen.
Ekspansi kanal alveolaris inferior lambat, dan korteks luar
dari kanal tetap. Tumor yang membesar tidak
menyebabkan resorpsi tulang gigi yang berdekatan.
5) Diagnosis Banding
Karena neurilemoma sering berasal dari dalam kanal alveolar
inferior, lesi vaskular, seperti hemangioma atau arterivenous
(A-V) fistula, perlu diperhatikan. Akan tetapi, neurilemoma
memiliki episentrum yang berbeda, sedangkan lesi vaskular
biasanya menyebabkan pelebaran seluruh kanal, tidak
memiliki episentrum yang jelas, dan biasanya mengubah
jalannya kanal. Hanya tumor saraf dan lesi vaskular berasal
dari dalam kanal alveolaris inferior, namun lesi keganasan
yang tumbuh dan membesarkan kanal perlu dimasukkan ke
dalam diagnosis banding.
6) Terapi
Eksisi biasanya menjadi pilihan terapi. Lesi ini umumnya
tidak rekuren jika dihilangkan seluruhnya.
b. Neuroma
1) Sinonim
Amputation neuroma dan traumatic neuroma merupakan
sinonim neuroma.
2) Mekanisme Penyakit
Berdasarkan namanya, neuroma bukan neoplasma.
Sebaliknya, merupakan pertumbuhan berlebih serat saraf
mencoba untuk regenerasi dengan proliferasi abnormal dari
jaringan parut setelah melibatkan fraktur peripheral nerve.
Sebagai hasilnya, proliferasi saraf membentuk kumpulan serat

34
saraf yang tidak beraturan komposisi dari axons, perineural
connective tissue, sel Schwann’s, dan jaringan parut.
3) Gambaran Klinis
Central neurofibroma bertumbuh lambat, reaktif hiperplasia
yang jarang menjadi besar, jarang membesar hingga diamter
1cm. Dapat menyebabkan berbagai macam gejala, termasuk
sakit.
4) Gambaran Radiografi
Gambaran radiografi berhubungan dengan perluasan dan
bentuk dari proliferasi massa jaringan saraf.
a) Lokasi
Lokasi yang paling umum adalah foramen mentale, diikuti
anterior maksila dan posterior mandibula.
b) Tepi
Biasanya berbatas jelas, tepi terkortikasi.
c) Struktur Internal
Benar-benar radiolusen
d) Efek terhadap Jaringan Sekitar
Ekspnasi saraf alveolar inferior.
5) Diagnosis Banding
Tidak memungkinkan membedakan lesi ini dari tumor saraf
jinak lainnya.
6) Terapi
Terapi disaranakna karena neuroma cenderung membesar.
Dapat menyebabkan sakit. Setelah eksisi mungkin terjadi
rekurensi
c. Neurofibroma
1) Sinonim
Neurinoma merupakan sinonim neurofibroma
2) Mekanisme Penyakit
Neurofibroma merupakan tumor yang cukup keras, jinak, dan
berbatas baik disebabkan proliferasi sel Schwann’s pada pola

35
yang kacau melibatkan bagian serat saraf, seperti peripheral
nerve, axons, dan jaringan penyangga pelapis Schwann.
3) Gambaran Klinis
Lesi sentral neurofibroma sama seperti lesi multipel yang
mengberkembang pada penyakit von Recklinghausen’s.
Neurofibroma dapat terjadi pada segala usia namun biasanya
ditemukan pada pasien usia muda. Neurofibroma yang
berhubungan dengan saraf mandibula menghasilkan rasa sakit
atau parestesi. Neurofibroma juga dapat meluas dan perforasi
korteks, menyebabkan pembengkakan yang terasa keras jika
dipalpasi.
4) Gambaran Radiografi
a) Lokasi
Neurofibroma sentral dapat terjadi pada kanal mandibula,
pada tulang cancellous, dan dibawah periosteum.
b) Tepi
Sama dengan neurilemoma, biasanya tampak tajam dan
terkortikasi.
c) Struktur Internal
Tumor biasanya muncul unilokuler namun kadang muncul
multilokuler.
d) Efek terhadap Jaringan Sekitar
Neurofibroma pada saraf gigi inferior menunjukkan
pembesaran fusiform dari kanal.
5) Diagnosis Banding
Perbedaan dari tipe lain dari lesi saraf tidak memungkinkan.
Tumor ini dapat dibedakan dari lesi vaskular karena ekspnasi
kanal berbentuk fusiform, sedangan lesi vaskular
membesarkan seluruh kanal dan mengubah jalur.
6) Terapi
Meskipun telah dieksisi kadang dapat rekuren. Akan tetapi,
lebih baik memeriksa kembali area secara periodik karena

36
tumor ini tidak terenkapsulasi, dan beberapa mengalami
perubahan keganasan.
d. Neurofibromatosis
1) Sinonim
Sinonim untuk neurofibromatosis adalah von
Recklinghausen’s disease.
2) Mekanisme Penyakit
Nurofibromatosis adalah sindrom terdiri dari bintik café au
lait pada kulit; multipel peripheral nerve tumor; dan berbagai
macam abnormalitas displastik lainnya pada kulit, sistem
saraf, tulang, organ endokrin, dan pembuluh darah. Dua
klasifikasi utama yaitu neurofibromatosis 1 (NF1), bentuk
umum, dan NF2, bentuk sentral.
3) Gambaran Klinis
Terjadi 1:3000 kelahiran dan ada pada sekitar 30 orang per
10.000. Beberapa manifestasi yaitu kongenital, namun
beberapa muncul secara bertahap selama masa kecil dan
dewasa. Bintik café au lait membesar dan jumlahnya
bertambah seiring berjalannya usia.
4) Gambaran Radiografi
Perubahan morfologi pada rahang dengan neurofibromatosis
dapat dikarakteristik. Perubahan ini termasuk mengikuti
perubahan bentuk mandibula; pembesaran coronoid notch ;
deformitas kepala kondil; pemanjangan leher kondil. Pada
mandibula tampak pembesaran kanal mandibula dan mental
dan foramen mandibula.
5) Terapi
Beberapa pasien hidup dengan kehidupan normal dengan atau
tanpa gejala. Small cutaneous dan subcutaneous neurofibroma
dapat dihilangkan jika terdapat sakit.
1.8.2. Tumor Mesodermal
a. Osteoma

37
1) Mekanisme Penyakit
Osteoma dapat terbentuk dari membran tulang ada tempurung
kepala atau wajah. Penyebab osteoma bertumbuh lambat
adalah tersembunyi, tumor dapat muncul dari kartilago atau
periosteum embrional. Masih belum jelas apakah osteoma
adalah neoplasma jinak atau hamartoma. Lesi ini bisa soliter
atau multipel, terjadi ada satu tulang atau beberapa tulang.
Osteoma berasal dari periosteum dan dapat terjadi secara
eksternal atau di dalam sinus paranasal.Sering terjadi pada
sinus frontal dan ethmoid daripada sinus maksila. Osteoma
dibagi menjadi tiga tipe: (1) lesi terbentuk dari tulang kompak,
(2) lesi terbentuk dari tulang cancellous. Dan (3) lesi terbentuk
dari kombinasi kompak dan tulang cancellous.
2) Gambaran Klinis
Osteoma dapat terjadi pada berbagai usia namun lebih sering
ditemukan pada individu yang lebih tua dari 40 tahun. Satu-
satunya gejala dari osteoma yang berkembang adalah asimetri
disebabkan oleh tulang, pembebengkakan rahang.
Pembengkakan tidak sakit sampai ukurannya mengganggu
fungsi. Osteoma melekat pada korteks rahang. Mukosa yang
menutupi tumor tampak berwarna normal dan dapat
digerakkan.Tipe kortikal banyak terjadi pada laki-laki,
sedangkan tipe cancellous banyak terjadi pada wanita
3) Gambaran Radiografi
a) Lokasi
Lebih sering pada mandibula daripada maksila. Banyak
ditemuka pada bagian posterior mandibula pada bagian
lingual ramus atau pada tepi inferior mandibula dibawah
molar. Lokasi lain termasuk kondil dan regio koronoid.
b) Tepi
Tepi jelas.
c) Struktur Internal

38
Tersusun dari tulang kompak dan radiopak.
d) Efek terhadap Jaringan Sekitar
Lesi yang besar menggeser jaringan lunak disekitar seperti
otot, dan menyebabkan disfungsi.
4) Diagnosis Banding
Osteoma yang melibatkan kepala kondil susah untuk
dibedakan dari osteokondroma, osteophytes, atau condylar
hyperplasia, dan osteoma yang melibatkan prosesus koronoid
sama dengan osteokondroma. Osteoma yang kecil tampak
sama dengan torus atau eksostosis.
5) Terapi
Lesi ini tidak membutuhkan terapi.
b. Gardner’s Syndrome
1) Sinonim
Sinonim dari Gardner’s syndroma adalah familial
adenomatous polyposis.
2) Mekanisme Penyakit
Merupakan penyakit yang diturunkan yang menyebabkan
pertumbuhan polip multipel pada kolon. Polip ini menjadi
keganasan pada usia rata-rata 39 pada bentukan klasik dan
pada rata-rata 59 tahun pada attenuated form. Terdapat
pertumbuhan tambahan diluar kolon.
3) Terapi
Umumnya, pengambilan osteoma tidak dibutuhkan kecuali
tumor mengganggi fungsi normal atau perhatian kosmetik.
c. Central Hemangioma
1) Mekanisme Penyakit
Hemangioma merupakan proliferasi pembuluh darah
menghasilkan massa mirip neoplasma, meskipun pada
beberapa kasus merupakan hamartoma. Hemangioma dapat
terjadi dibagian tubuh manapun namun yang sering diketahui
adalah kulit dan jaringan subkutan.

39
2) Gambaran Klinis
Sering terjadi pada wanita dibandingkan pria dengan rasio 2:1.
Tumor ini kebanyakan terjadi pada dekade pertama namun
dapat juga terjadi kemudian. Pembesarannya lambat.
Menghasilkan ekspansi rahang yang terjadi pada beberapa
bulan atau tahun. Pembengkakan dapat atau tidak terasa sakit,
tidak lunak, dan biasanya keras seperti tulang.
3) Gambaran Radiografi
a) Lokasi
Mengenai mandibula dua kali lebih sering daripada
maksila. Pada mandibula kebanyakan pada posterior bodi
dan ramus dalam kanal alveolaris inferior.
b) Tepi
Berbatas jelas dan terkortikasi. Pada beberapa kasus, tidak
jelas dan mirip seperti keganasan
c) Struktur Internal
Ketika terdapat tulang residual terjebak dalam pembuluh
darah tampak multilokuler. Bagian internal trabekula
menghasilkan pola sarang lebah.
d) Efek terhadap Jaringan Sekitar
Akar gigi pada regio lesi vaskluar teresorbsi atau bergeser.
Ketika lesi melibatkan kanal saraf alveolaris inferior, kanal
dapat membesar. Foramen mental mandibula daat
membesar.
4) Diagnosis Banding
Ketika hemangioma menghasilkan sun-ray, dan tulang spikula
pada tepi, penampakan nya susah dibedakan dari osteogenic
sarcoma.
5) Terapi
Harus segera dilakukan terapi karena trauma yang
mengganggu integritas rahang dapat mengakibatkan kehabisan

40
darah. Secara khusus, bedah embolisasi, dan teknik sklerosing
digunakan sendiri atau bersama.
d. Arteriovenous Fistula
1) Sinonim
Sinonim untuk A-V fistula adalah A-V defect, A-V shunt, A-V
aneurysm, dan A-V malformation.
2) Mekanisme Penyakit
Bukan merupakan tumor namun komunikasi langsung antara
arteri dan vena yang memotong intervensi kapiler. Biasanya
dihasilkan dari trauma. Dapat terjadi pada anggota tubuh
manapun, jaringan lunak, prosesus alveolaris, dan sentral
rahang.
3) Gambaran Klinis
Bervariasi, tergantung perluasan tulang atau jaringan lunak
yang terlibat. Lesi dapat mengekspansi tulang, dan massa
dapat terbentuk pada jaringan lunak ekstraosseous.
Pembengkakan jaringan lunak tampak berwarna keunguan.
4) Gambaran Radiografi
a) Lokasi
Terbentuk pada daerah ramus dan retromolar mandibula
dan melibatkan kanal mandibula.
b) Tepi
Berbatas jelas dan terkortikasi.
c) Struktur Internal
Tampak multilokuler. Lesi radiolusen.
d) Efek Terhadap Jaringan Sekitar
Lesi sentral dan lesi pada jaringan lunak sekitar dapat
mengikis tulang, menghasilkan lesi berbatas jelas.
5) Diagnosis Banding
Diagnosis banding sama dengan hemangioma dan termasuk
lesi multilokuler.
6) Terapi

41
Terapi secara bedah.
e. Osteoblastoma
1) Sinonim
Giant osteoid osteoma merupakan sinonim dari
osteoblastoma.
2) Mekanisme Penyakit
Osteoblastoma jarang ditemukan, tumor jinak dari osteoblas
dengan area osteoid dan tulang immatur. Tumor ini
kebanyakan terjadi pada tulang belakang orang muda. Osteoid
trabekula pada osteoblastoma umumnya lebih besar daripada
osteoid osteoma. Osteoblastoma biasanya tidak sakit, dan
memiliki lebih banyak osteoklas.
3) Gambaran Klinis
Osteoblastoma dan osteoid osteoma jarang ditemukan pada
rahang. Ratio pria dan wanita adalah 2:1. Secara klinis, pasien
mengeluhkan sakit dan bengkak pada regio yang terkena.
4) Gambaran Radiografi
a) Lokasi
Ditemukan pada daerah bergigi dan umumnya disekitar
sendi temporomandibular.
b) Tepi
Bisa diffuse atau menunjukkan tanda korteks. Sering
memiliki kapsul jaringan lunak pada tepi menunjukkan
tumor ini lebih matang pada daerah sentral dimana
terdapat bukti tulang abnormal.
c) Struktur Internal
Radiolusen saat awal pembentukan tumor atau
menunjukkan berbagai macam derajat material yang
terkaslifikasi.
d) Efek terhadap Jaringan Sekitar
Dapat meluaskan tulang, namun biasanya masih terdapat
korteks terluas yang tipis.

42
5) Diagnosis Banding
Osteogenic sarcoma berbatas jelas karena secara histologi
tampak sama. Perbedaan bergantung pada tampakan jinak
osteoblastoma seperti yang ditunjujkkan gambaran diagnostik.
Osteoid osteoma biasanya lebih kecil dan berhubungan dengan
reaksi sklerotik tulang daerah tepi. Kadang osteoblastoma
mirip dengan cemental dysplasia. Keduanya memiliki kapsul
jaringan lunak namun osteoblastoma lebih agresif seperti
tumor.
6) Terapi
Osteoblastoma diterapi dengan kuret atau eksisi lokal.
f. Osteoid Osteoma
1) Mekanisme Penyakit
Osteoid osteoma merupakan tumor jinak yang sangat jarang
ditemukan pada rahang. Asalnya belum diketahui, namun
beberapa investigasi menunjukkan variasi osteoblastoma.
Tumor berbentuk oval atau bulat, inti seperti tumor dengan
diameter 1 cm, meskipun beberapa mencapai 5 atau 6 cm.
Tumor terbentuk dalam korteks terluar namun bisa terbentuk
di dalam tulang cancellous. Terdapat reaksi sklerotik tulang di
sekitar tepi.
2) Gambaran Klinis
Terjadi pada usia muda, biasanya laki-laki antara usia 10 dan
25 tahun. Biasanya terjadi sebelum usia 4 tahun atau setelah
usia 40. Kebanyakan lesi terjadi pada femur dan tibia; jarang
melibatkan rahang. Jaringan lunak pada daerah yang terlibat
mungkin terjadi bengkak dan lunak.
3) Gambaran Radiografi
a) Lokasi
Lesi kebanyakan ditemuka pada korteks tulang belakang.
Pada rahang baling banyak ditemukan pada badan
mandibula.

43
b) Tepi
Berbatas jelas
c) Struktur Internal
Aspek internal lesi yang masih muda tampak ovoid kecil
atau radiolusen bulat. Pada lesi yang matang, sentral
radiolusen memiliki pusat radiopak menunjukkan tulang
abnormal.
d) Efek terhadap Jaringan Sekitar
Dapat menimbulkan reaksi tulang sklerotik dan
menyebabkan penebalan korteks luar dengan menstimulasi
pembentukan tulang baru periosteal.
e) Diagnosis Banding
Osteoid osteoma jarang terjadi pada rahang. Klinisi yang
mencurigai lesi sklerotik sebagai osteoid osteoma perlu
mempertimbangkan sclerosing osteitis, cemento-ossifying
fibroma, benign cementoblastoma, dan cemental
dysplasia. Adanya radiolusen sentral menghilangkan
dugaan enostosis atau osteosklerosis.
f) Terapi
Eksisi merupakan terapi yang direkomendasi karena
menghilangkan sakit dan menyembuhkan penyakit.
g. Ossifying Fibroma
1) Sinonim
Sinonim untuk ossifying fibroma adalahcemento ossifying
fibroma, cementifying fibroma, dan juvenile aggressive
ossifying fibroma.
2) Mekanisme Penyakit
Tumor tulang ini mengandung sel yang banyak, jaringan
fibrous yang mengandung sejumlah tulang abnormal.
Sebelumnya, material aseluler amorf yang terkandung
dalam beberapa lesi disebut sementum atau seperti
sementum; akan tetapi, ini menunjukkan tulang amorf

44
abnormal. Ossifying fibroma muda lebih agresig daripada
ossifying fibroma yang terjadi 2 dekade pertama.
3) Gambaran Klinis
Gambaran klinis dapat bervariasi dari yang bersifat lamban
hingga agresif. Ossifying fibroma dapat terjadi pada usia
berapapun namun biasanya pada usia muda. Wanita lebih
sering terkena daripada pria. Biasanya asimtomatik, saat
pertama kali ditemukan. Umumnya, terjadi asimetrir
wajah. Pergseran gigidapat menjadi gambaran klinis awal,
meskipun beberapa lesi ditemukan saat pemeriksaan gigi
rutin. Pada beberapa kasus ossifying fibroma muda,
pertumbuhan terjadi pada pasien usia muda,
mengakibatkan deformitas rahang yang terlibat.
4) Gambaran Radiografi
a) Lokasi
Terjadi pada tulang wajah dan kebanyakan mandibula,
khususnya inferior premolar dan molar dan superior
dari inferior kanal alveolar. Pada maksila, kebanyakan
terjadi pada fosa kaninus dan lengkung zigomatikus.
b) Tepi
Berbatas jelas.
c) Struktur Internal
Campuran radiopak-radiolusen dengan pola tergantung
dari jumlah dan bentukan material kalsifikasi. Pada
beberapa kasus, struktur internal tamapk radiolusen
dengan tampak material kalsifikasi.
d) Efek terhadap Jaringan Sekitar
Pertumbuhan tumor dapat menyebabkan pergeseran
gigi atau inferior kanal alveolar dab ekspansi tulang
kortikal.
5) Diagnosis Banding

45
Diagnosis banding ossifying fibroma adalah lesi dengan
struktur internal campuran radiopak-radiolusen. Sukar
dibedakan dengan fibrous dysplasia. Batas ossifying
fibroma biasanya tampak jelas, dan lesi ini memiliki
kapsul jaringan lunak dan korteks, sedangkan fibrous
dysplasia bercampur dengan tulang disekitar. Struktur
internal fibrous dysplasia pada maksila lebih homogen dan
menunjukkan lebih sedikit variasi. Kedua tipe lesi dapat
menggeser gigi. Fibrous dysplasia jarang meresorbsi gigi.
6) Terapi
Prognosis baik jika dilakukan bedah enukleasi atau
reseksi.
h. Desmoplastic Fibroma of Bone
1) Sinonim
Sinonim desmoplastic fibroma of bone adalah aggressive
fibromatosis.
2) Mekanisme Penyakit
Bersifat agresif, neoplasma infiltratif yang meghasilkan
serat kolagen . Terbentuk dari sel mirip fibroblas yang
memiliki nuklei elongasi atau ovoid pada serat kolagen.
3) Gambaran Klinis
Pasien biasanya mengeluhkan pembengkakan pada wajah,
rasa sakit, dan terkadang disfungsi, terutama jika
neoplasma terletak di dekat sendi. Lesi terjadi lebih
banyak pada awal 2 dekade, dengan rerata dilaporkan pada
usia 14 tahun. Meskipun berasal dari tulang, tumor ini
dapat menginvasi jaringan sekitar. Dapat muncul sebagai
bagian dari Gardner’s syndrome.
4) Gambaran Radiografi
a) Lokasi

46
Dapat terjadi pada maksila atau mandibula, daerah
yang paling sering adalah ramus dan posterior
mandibula.
b) Tepi
Berbatas tidak jelas memiliki karakteristik invasif
seperti tumor ganas.
c) Struktur Internal
Radiolusen, terutama jika lesi kecil. Lesi yang lebih
besar tampak multilokuler dengan septa tipis.
d) Efek terhadap Jaringan Sekitar
Dapat mengekspansi tulang dan menginvasi jaringan
lunak.
5) Diagnosis Banding
Sukar membedakan neoplasma ini dari fibroma sarcoma
secara histologi. Adanya septa tipis dan ireguler dapat
membantu menegakkan diagnosis. Tampilan septa juga
membantu membedakan lesi dari tumor multilokuler
lainnya.
6) Terapi
Reseksi neoplasma dengan tepi yang adekuat
direkomendasikan karena tingginya tingkat rekurensi.

47

Anda mungkin juga menyukai