Disusun oleh :
NUR RAHMI
180600089
MEDAN
2018
PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN ANAK USIA 2-5 TAHUN
SERTA TINGKAH LAKUNYA DALAM PERAWATAN GIGI
Nur Rahmi
180600089
Email : nurrahmi2818@gmail.com
PENDAHULUAN
Perkembangan anak selalu diikuti oleh pertumbuhan baik fisik maupun psikis.
Pertumbuhan dan perkembangan anak berlangsung di luar kontrol anak itu sendiri. Namun
demikian, pengalaman yang didapatkan anak baik itu positif maupun negatif akan
mempengaruhi diri anak. Jadi pengaruh positif sifatnya mempengaruhi perkembangan anak,
sedangkan pengaruh negatif sifatnya menghambat perkembangan anak. Sebagaimana dalam
prinsip-prinsip perkembangan tentang hukum konvergensi yang menyatakan bahwa suatu
perkembangan anak merupakan produk interaksi antara hereditas dan lingkungan sosialnya.
Dari sinilah yang membentuk moral anak. Perkembangan dan penalaran moral dipengaruhi
oleh kematangan kognisi individu dalam menyikapi informasi-informasi yang diterima dari
luar diri individu, tidak pula ditentukan oleh umur. Perkembangan anak yang terkadang
mengalami penyimpangan itu adalah pengaruh dari beberapa faktor, yaitu; keluarga, sekolah,
lingkungan sekitar dan teman sebaya. Tingkah laku dan moral anak pada dasarnya merupakan
sesuatu yang dapat dipelajari oleh anak itu sendiri. Begitu pula tingkah laku anak dalam
perawatan gigi banyak anak-anak yang merasa kunjungan ke dokter gigi sebagai hal yang
menegangkan, ini karena didalamnya terdapat berbagai komponen yang menyebabkan stres,
seperti bertemu dengan beberapa orang dewasa yang tidak dikenal, bertemu dokter gigi, suara
dan rasa yang asing, keharusan untuk berbaring, ketidaknyamanan, dan bahkan rasa sakit.
Perilaku yang tidak kooperatif dan reaksi ketakutan merupakan sebuah hal umum yang harus
dihadapi dalam situasi klinis sehari-hari.
Pertumbuhan adalah bertambahnya jumlah dan besarnya sel di seluruh bagian tubuh yang
secara kuantitatif dapat diukur. Sedangkan perkembangan adalah bertambah sempurnanya
fungsi alat tubuh yang dapat dicapai melalui tumbuh, kematangan dan belajar. Pertumbuhan
dan perkembangan berjalan menurut norma-norma tertentu Walaupun demikian seorang anak
dalam banyak hal tergantung kepada orang dewasa, misalnya mengkunsumsi makanan,
perawatan, bimbingan, perasaana aman, pencegahan penyakit dan sebaginya. Oleh karena itu
semua orang-orang yang mendapat tugas mengawasi anak harus mengerti persoalan anak yang
sedang tumbuh dan berkembang. Banyak faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan
perkembangan, diantaranya adalah faktor lingkungan Bila lingkungan karena suatu hal menjadi
buruk, maka keadaan tersebut hendaknya diubah (dimodifikasi) sehingga pertumbuhan dan
perkembangan anak dapat berjalan dengan sebaik-baiknya.
Perkembangan Psikologis
Perkembangan psikologis anak merupakan suatu rentetan yang rumit dan sulit dipahami,
walaupun manifestasinya terlihat dari luar berupa aksi, sikap dan kepribadian anak.
Perkembangan psikologis juga erat hubungannya dengan usaha untuk memiliki pengetahuan,
keahlian dan kebutuhan emosional. Suasana pematangan psikologis dan fisik disusun menurut
suatu rencanan dan urutan yang sesuai dengan bawaan dan tidak mudah dipengaruhi oleh
pengaruh yang dapat mempercepat perkembangan itu. Seorang anak tidak dapat dilatih untuk
mempunyai tingkah laku tertentu, sebelum ia cukup matang atau sebelum ia sampai pada suatu
taraf tertentu yang memungkinkan latihan itu dapat berhasil. Meskipun urutan dan kecepatan
proses pematangan itu ditentukan oleh faktorfaktor keturunan, keadaan sekitarnya lingkungan
(lingkungan) juga mempunyai peranan sebagai pendorong dan penyesuaian dari tahap-tahap
perkembangan.
Perkembangan psikologis merupakan hasil perpaduan antara kekuatan faktor keturunan
yang ada pada diri anak dan lingkungannya. Keadaan lingkungan yang baik akan mencapai
hasil yang optimal dari kekuatan yang diperoleh dari segi keturunan dari seorang anak.
Sebaliknya bila suasana lingkungan tidak baik dapat menghambat bakat-bakat yang ada.
Tiap anak mempunyai batas psikologis dalam kesanggupannya menghadapi keadaan.
Penting bagi seorang dokter gigi untuk mengenal batasbatas relatif perkembangan psikologis
seorang anak pada berbagai usia, untuk dapat mendekati anak sehubungan perawatan gigi yang
akan dilakukan.
Teori-Teori Klasik Pada Perkembangan Paikologis :
1) Teori Tahap Perkembangan Kognisi menurut Piaget
Menurut Piaget, proses perkembangan kognisi meru pakan rangkaian yang terdiri
dari beberapa tahap. Bagi Piaget, tahap adalah periode waktu di mana pikiran dan perilaku
anak dalam beberapa situasi merupakan refleksi atau pantulan dari tipe struktur mental
tertentu yang mendasarinya. fleksi atau pantulan dari tioe struktur mental tertentu yang
mendasarinya.
Tahap perkembangan kognisi menurut Piaget :
a) Periode Sensorimotor (dari lahir sampai 2 tahun)
Bayi memahami dunia seperti yang terlihat oleh mereka dan apa saja yang
tertangkap indera mereka yang lain. Mereka berkembang dari fungsi refleks yang
sederhana, seperti menghisap, menuju kemampuan mengorganisasi skema melalui
beberapa tahap. Pada akhir tahun pertama bayi sudah mampu memunculkan respon
dalam urutan yang lebih kompleks, seperti mampu mengambil benda yang
tersembunyi dengarn meraih ke balik tutupnya atau mencari benda yang
disembunyikan di balik sapu tangan.
b) Perlode Pra-operasional (2-7 tahun)
Anak mulai mampu membuat penilaian sederhana terhadap objek dan kejadian di
sekitarnya. Mereka mampu menggunakan simbol (kata-kata, bahasa tubuh) untuk
mewakili objek dan kejadian yang mereka maksudkan. Penggunaan simbol ini
menunjukkan peningkatan kemampuan mengorganisasi informasi dan kemampuan
berpikir. Pada periode ini anak belum mampu mengembangkan konsep tentang
aturan dalam bermain, namun hanya melakukan apa yang boleh dan tidak boleh
seperti dikatakan orang dewasa di sekitar mereka. Misalnya ketika anak bermain
sepak bola. Mereka tahu tidak boleh memegang bola dengan tangan dan mereka
dapat mengikuti aturan itu ketika bermain, namun anak belum mampu menalar
mengapa aturannya seperti itu.
RASA TAKUT
Rasa takut terhadap perawatan gigi dapat dijumpai pada anak-anak di berbagai unit pelayanan
kesehatan gigi misalnya di praktek dokter gigi, di rumah sakit ataupun di puskesmas. Rasa
takut adalah emosi pertama yang diperoleh bayi setelah lahir yang merupakan suatu
mekanisme protektif untuk melindungi diri dari gabungan faktor-faktor lain yang tidak
menyenangkan yang dapat mempengaruhi aktifitas susunan saraf otonom. Apabila terjadi
reaksi rasa takut yang kuat akan diikuti dengan debar jantung yang keras disertai tanda-tanda
emosi yang lain seperti perubahan tingkah laku yaitu gelisah, gemetar, serta berusaha
menghindar diri dari pihak lain yang menyerangnya.
Rasa takut merupakan salah satu dari sekian banyak emosi yang biasa diperlihatkan anak pada
perawatan gigi. Kebanyakan diperoleh pada masa anak dan remaja. Rasa takut menghantarkan
anakanak pada prosedur yang mungkin tidak menyenangkan dan selanjutnya memperbesar rasa
takut terhadap prosedur perawatan gigi. Rasa takut mempengaruhi tingkah laku dan
keberhasilan pada perawatan gigi.
Anak usia sekolah umumnya mempunyai rasa takut terhadap orang yang masih asing seperti
dokter, ataupun dokter gigi, rumah sakit, dan rasa takut ini merupakan suatu hal yang normal.
Sebagaimana diketahui bahwa peralatan yang digunakan ataupun tindakan yang dilakukan
tenaga kesehatan gigi terlihat di depan mata, di samping bunyi bur yang mengilukan
merupakan factor penyebab timbulnya rasa takut.
Rasa takut biasanya lebih banyak pada anak perempuan daripada anak laki-laki. Anak yang
takut lebih besar kemungkinannya untuk mendapatkan pengalaman perawatan gigi yang tidak
menyenangkan dibandingkan dengan anak yang kurang takut. Orang tua tidak boleh
menggunakan perawatan gigi sebagai ancaman dan membawa anak ke dokter gigi sebagai
hukuman. Anak harus diajarkan bahwa praktek dokter gigi bukan merupakan tempat untuk
ditakuti.
3. Kent, G.G. dan A.S. Blinkorn. 2005. Pengelolaan Tingkah Laku Pada Praktik Dokter
Gigi. Edisi Kedua, Jakarta: Buku Kedokteran EGC.
4. Mulyati, Sri dan Nindy Amita. 2013. “Praktek Merawat Gigi Pada Anak”: Jurnal
Inovasi dan Kewirausahaan Volume 2 (Hal.130-135).
6. Nirwesti, Rati. 2009. Aspek Psikologis Penatalaksanaan Tingkah Laku Pada Perawatan
Gigi Anak: Jurnal MIGKI Volume 11 (Hal. 83-86).
7. Pay, Mery Novaria, Sri Widiati, Niken Widyanti Sriyono. 2016. “Identifikasi Faktor
Yang Mempengaruhi Perilaku Anak Dalam Pemeliharaan Kebersihan Gigi dan Mulut”:
Majalah Kedokteran Gigi Volume 2 (Hal. 27-34).