Anda di halaman 1dari 8

Tinjauan Peran Dan Sifat Material Yang

Digunakan Sebagai Scaffold Dalam Rekayasa


Jaringan

Ellyza Herda1, Dewi Puspitasari2


1
Staf Pengajar Departemen Ilmu Material Kedokteran Gigi
ISSN 2302-5271
Fakultas Kedokteran Gigi, Universitas Indonesia
2
Staf Pengajar Fakultas Kedokteran Gigi, Universitas Lambung
Mangkurat

Abstrak

Rekayasa jaringan bertujuan untuk mengembalikan,


mempertahankan atau memperbaiki fungsi dari jaringan yang
rusak atau hilang oleh karena kondisi fisiologis, patologis dan
mekanis atau trauma dengan cara mengembangkan substitusi
atau pengganti biologis atau dengan merekonstruksi jaringan.
Sel punca (stem cell), scaffold dan growth factor merupakan
komponen dasar yang disebut sebagai triad rekayasa jaringan.
Scaffold memiliki peran penting dalam menyediakan lingkungan
mikro untuk membantu sel punca melakukan adhesi, proliferasi
dan diferensiasi sehingga dapat menghasilkan jaringan yang
diharapkan. Scaffold perlu didesain agar mepunyai sifat yang
diharapkan. Makalah ini bertujuan untuk membahas fungsi
scaffold, sifat-sifat yang harus dimiliki oleh scaffold dan jenis
materialnya. Ukuran, bentuk dan jenis material, ukuran pori
dan interkonektifitasnya, mempengaruhi perilaku dan fungsi
sel punca sehingga mempengaruhi nasib sel punca akan
menjadi sel apa nantinya.

Kata kunci: Scaffold, sifat material

Korespondensi:

Ellyza Herda
Departemen Ilmu Material
Kedokteran Gigi
Fakultas Kedokteran Gigi,
Universitas Indonesia
Email :ellyza_herda@yahoo.com

JMKG 2016;1(5):56-63.
56
Ellyza Herda:Tinjauan Peran Dan Sifat Material Yang Digunakan

Review Of Material Properties And Roles Used


As Scaffold In Tissue Engineering

Abstract

Tissue engineering aims to restore, maintain, or improve


tissue functions that are defective or have been lost by
pathological, phisiological and mechanical or traumatic
conditions by developing biological substitutes or by
reconstructing tissues. Stem cells, scaffolds and growth factor
are the key components of engineered tissues and referred as
the tissue engineering triad. Scaffold has an important role
in providing a microenvironment to assist stem cells to make
adhesion, proliferation and differentiation in order to produce
the expected tissue. The scaffold should be designed in order
to have the expected properties. This paper aims to discuss
the function of the scaffold, properties must be owned by the
scaffold and the type of material. Size, shape and the type
of material, pore size and interconnetivity, influencing the
behavior and function of stem cell therefore influence stem
cells fate.

Key words : Scaffold, material properties.

Pendahuluan jaringan dalam bidang kedokteran gigi


adalah penelitian Ikeda dkk (dalam Marei
Bidang rekayasa jaringan (tissue dkk) yaitu sel mesenkim dan sel epitel pada
engineering) telah berkembang dengan benih gigi tikus yang dikultur dalam scaffold
pesat pada empat dekade terakhir.1, kemudian ditransplantasikan pada soket
2
Rekayasa jaringan bertujuan untuk tikus dewasa yang telah diekstraksi seluruh
mengembalikan, mempertahankan atau giginya, hasil menujukkan bahwa ujung cusp
memperbaiki fungsi dari jaringan yang rusak gigi yang direkayasa dapat erupsi.5
atau hilang oleh karena kondisi fisiologis, Ketiga faktor penting yang dikenal
patologis dan mekanis atau trauma dengan sebagai triad rekayasa jaringan: scaffold, sel
cara mengembangkan substitusi / pengganti punca (stem cell) dan faktor pertumbuhan
biologis atau dengan merekonstruksi (growth factor) merupakan faktor yang
jaringan.3
Dengan menggabungkan tidak dapat terpisahkan.6 Ketiganya disusun
biomaterial sebagai scaffold, sel punca (stem sedemikian rupa sehingga menyerupai
cell) dan faktor pertumbuhan atau growth regenerasi alami yang terjadi pada sel,
factor, tujuan yang dulu hanya berupa jaringan dan organ.7 Bidang ilmu material
kemungkinan sekarang telah menghasilkan telah menyumbang peran besar untuk
produk rekayasa jaringan yang telah dapat proses ini yaitu melalui pengembangan
diterapkan dalam bidang kedokteran.4 perancah (scaffold).4 Scaffold merupakan
Contoh dari penerapan rekayasa jaringan media atau kerangka yang berperan dalam
adalah sebagai berikut: penggantian jaringan menyediakan lingkungan untuk membangun
tulang, kartilago, kulit, ligamen, usus, telinga dan membantu sel punca atau stem cell
dan juga gigi. 1, 2 Salah satu hasil rekayasa yang akan melakukan adhesi, proliferasi dan

57
diferensiasi yang pada akhirnya menghasilkan menyediakan ruangan untuk vaskularisasi,
jaringan yang diharapkan. Scaffold perlu pembentukan jaringan baru dan terjadi
didesain agar mempunyai sifat-sifat yang remodeling. Mampu memfasilitasi transpor
diharapkan sehingga dapat menjalankan nutrisi, growth factor, pembuluh darah dan
fungsinya dengan baik dan permukaan material sampah (buangan) sebagai hasil
scaffold perlu mempunyai morfologi yang metabolisme.11 Scaffold harus menyediakan
tepat untuk perlekatan dan diferensiasi sel. lingkungan mikro yang menyerupai
Pemilihan biomaterial merupakan faktor lingkungan fisiologis sehingga sel punca
penting sama pentingnya juga dengan dapat menginterpretasi instruksi biomaterial
mengeksplorasi dan menentukan material scaffold dan merubah berdasarkan nasibnya,
scaffold yang cocok untuk menyerupai berdasarkan komposisi dan strukturnya
matriks ekstraseluler dari jaringan yang biomaterial akan mengirimkan sinyal
digantikan. Pentingnya pemilihan scaffold spesifik kepada sel menjadi sinyal biokimia.
yang sesuai dengan sel punca oleh karena Sehingga sifat topografi , kimia dan fisik
biomaterial akan mempengaruhi nasib dari sel biomaterial merupakan faktor penting untuk
punca. 8, 9 Namun disamping kelebihan yang mengarahkan nasib dari sel punca.9
dipaparkan, scaffold memiliki kekurangan
yaitu teknik pembuatan yang tidak mudah Syarat-syarat scaffold dalam rekayasa
untuk memproses material dasar menjadi jaringan
scaffold yang siap pakai dan tidak semua Syarat-syarat scaffold untuk menjalankan
material dapat cocok atau sesuai dengan fungsinya adalah sebagai berikut:
sel punca.10 Makalah ini bertujuan untuk 1. Biokompatibel artinya tidak
membahas tentang material yang digunakan mengakibatkan respon biologis yang tidak
untuk scaffold rekayasa jaringan, bentuk, diinginkan. Scaffold harus biokompatibel
ukuran dan sifat-sifat penting yang harus dengan sel-sel dan dapat berintegrasi dengan
dimiliki oleh scaffold. jaringan host tanpa menimbulkan respon
imun dan sitotoksisitas. Biokompatibilitas
Telaah Pustaka dapat dipengaruhi oleh teknik pembuatan
scaffold dan produk korosi. Misalnya residu
Pengertian dan syarat scaffold kimia yang terlibat dalam proses polimerisasi
Menurut Karande dkk (2008) scaffold atau (seperti pelarut organik, inisiator, staiblizer,
perancah adalah biomaterial solid, porus dan crosslinking agent atau monomer yang
berbentuk 3 dimensi yang didesain berperan tidak bereaksi) dapat keluar / bocor dari
untuk mendukung interaksi sel-biomaterial, scaffold yang telah ditanam, sehingga tidak
adhesi sel dan deposisi matriks ekstraseluler, hanya biomaterial yang kontak tetapi juga
menyediakan suplai gas, nutrisi dan komponen yang mudah keluar dan produk
faktor pengaturan sehingga dapat terjadi degradasi harus biokompatibel. Penglepasan
proliferasi, diferensisasi dan maturasi sel. hasil samping asam dari material scaffold
Fungsi scaffold untuk regenerasi jaringan dapat menyebabkan nekrosis jaringan atau
adalah sebagai berikut: sebagai space inflamasi oleh karena penurunan tajam pada
holder untuk mencegah adanya gangguan/ pH lokal.3, 11-13
bahaya terhadap jaringan, menyediakan 2. Dapat didegradasi artinya dapat
struktur yang bersifat sementara untuk terurai dan dieliminasi dari tubuh melalui
mendukung jaringan oleh karena struktur ini proses yang terjadi secara alami. Scaffold
akan hilang karena degradasi seiring dengan harus dapat didegradasi dan diresorbsi
waktu, sebagai substrat bagi sel agar dapat dengan tingkat yang dapat dikontrol dan
melakukan adhesi, tumbuh, berproliferasi, disesuaikan dengan pertumbuhan sel atau
migrasi dan berdiferensiasi.Berperan sebagai jaringan.3,11, 13, 14 Contohnya biodegradasi
alat pengiriman untuk sel, memfasilitasi biomaterial polimer melibatkan pembelahan
distribusi sel pada jaringan yang akan tumbuh, ikatan terhadap hidrolisis dan enzimatis

JMKG 2016;1(5):56-63.
58
Ellyza Herda:Tinjauan Peran Dan Sifat Material Yang Digunakan

dalam polimer sehingga menyebabkan saling berhubungan yang sesuai untuk


erosi pada polimer. Tingkat degradasi vaskularisasi, integrasi jaringan dan transport
scaffold dapat dipengaruhi oleh banyak aliran nutrisi serta sampah metabolisme.1, 11
faktor : struktur dan berat molekul material 6. Teknik pembuatan scaffold yaitu
komponen. Semakin tinggi berat molekul mudah diproses ke dalam bentuk tiga
maka semakin sulit untuk didegradasi. dimensi, dapat direproduksi dan sterilitas
Struktur scaffold contohnya rasio permukaan yang baik. Scaffold harus dapat direproduksi
terhadap volume, porositas , ukuran pori dan pada skala besar dan mudah disterilkan untuk
bentuk berperan penting pada kecepatan mencegah infeksi, metode sterilisasi tidak
degradasi.3, 11. Scaffold polimer yang tidak boleh mempengaruhi biokompatibilitas.3, 11
dapat didegradasi secara biologi bersifat
stabil dan bisa memberikan dukungan PEMBAHASAN
permanen sepanjang waktu dan harusnya
bekerja ideal sepanjang usia pasien. Contoh Banyak yang harus diperhatikan dalam
: PMMA digunakan sebagai bone cement pembuatan dan penggunaan scaffold,
pada pinggul dan lutut, dan highdensity PE Scaffold harus memiliki sifat-sifat yang
membentuk permukaan sendi pinggul dan diaharapkan sehingga dapat menjalankan
lutut.3 Scaffold terdegradasi secara bertahap fungsinya dengan baik, sifat-sifat biomaterial
ditentukan oleh periode waktu, nantinya sebagai scaffold dalam rekayasa jaringan
akan digantikan oleh jaringan yang baru adalah sebagai berikut:
tumbuh dari sel-sel yang menempel. Hasil 1. Sifat permukaan. Syarat
degradasi berakibat pada pembongkaran dan biomaterial untuk aplikasi biomedis adalah
resorpsi melalui permukaan scaffold. Scaffold harus menyediakan lingkungan mikro yang
polimer yang mengalami bulk degradation menyerupai nich/ceruk fisiologis sehingga
cenderung untuk memecah struktur internal sel punca dapat menafsirkan instruksi
scaffold sehingga mengurangi massa biomaterial dan memodifikasi berdasarkan
molekul. Permukaan scaffold polimer yang nasib mereka.6 Berdasarkan komposisi dan
mengalami degradasi dapat digambarkan struktur, biomaterial akan mengirimkan sinyal
seperti larutnya sabun batangan.3 khusus ke sel yang akan menerjemahkan kode
3. Memiliki sifat mekanik yang baik kedalam sinyal biokimia, sehingga topografi
dan konsisten dengan jaringan yang sifat kimia dan fisik dari biomaterial sangat
menggantinya. Banyak scaffold yang berpengaruh. Sel-sel dapat merasakan dan
dihasilkan dengan sifat mekanik yang beradaptasi dengan topografi mikro dan
baik dengan mengurangi jumlah porositas nanometer dengan cara meluruskan dan
sehingga gagal saat ditanamkan secara in mengorientasikan diri sepanjang groove.
vitro karena vaskularisasi yang kurang.3, 11, 13 Penelitian-penelitian menunjukkan bahwa
4. Mempunyai sifat permukaan human bone marrow mesenchymal stem
yang mampu memberikan perlekatan, cells dapat merespon desain pola nano. Pola
pertumbuhan, proliferasi dan diferensiasi sel groove juga menunjukkan efek lebih dinamis,
seperti pembentukan matriks ekstraseluler. berhubungan dengan orientasi dan elongasi
Scaffold harus mempunyai permukaan sel punca.9 Sifat kimia berkaitan dengan
yang sesuai dengan sel untuk mendukung kemampuan protein untuk mengawali
perlekatan, proliferasi dan diferensiasi sel.15 penyerapan protein dan kemudian sel-sel
5. Mempunyai sifat arsitektur dalam akan menempel ke permukaan material.
hal ukuran pori, porositas, interkonektifitas Sedangkan sifat topografi berkaitan dengan
dan permeabilitas pori serta mampu osteokonduktifitas. Dalam hal regenerasi
memfasilitasi transpor nutrsi, growth factor, tulang scaffold harus dapat menjalankan
pembuluh darah dan material sampah fungsinya untuk osteokonduksi, osteoinduksi,
(buangan). Scaffold harus berbentuk 3 osteointegrasi.15 Osteokonduksi adalah
dimensi dan sangat porus dengan pori yang kemampuan material untuk memfasilitasi/

59
memandu sel-sel melakukan adhesi, 3. Sifat elektrostriktif. Sifat
pertahanan dan proliferasi sel-sel elektrostriktif atau elektroaktif merujuk
osteogenik, menyediakan struktur yang pada perubahan material dalam bentuk
saling berhubungan (interkonektivitas) dan ukuran mengikuti stimulasi input
melalui sel-sel baru yang mampu bermigrasi elektrik. Biomaterial dapat dialiri muatan
dan pembuluh darah baru dapat terbentuk. elektrik melalui ion-ion, muatan elektris ini
11, 12, 15
Osteoinduksi adalah kemampuan menunjukkan peran yang penting dalam
material untuk menginduksi sel punca menstimulasi proliferasi atau diferensiasi
/ stem cell dari jaringan disekelilingnya berbagai macam tipe sel punca. 9
untuk berdiferensiasi menjadi osteoblas sel 4. Sifat elektrik. Pengaruh adhesi
pembentuk tulang.15 Proses sel-sel punca sel, migrasi dan orientasi merespon stimuli
dibawa ke sisi penyembuhan tulang sehingga elektrik. Sifat elektrik dapat diatur dengan
dapat menstimulasi jalur diferensiasi memperkenalkan nanostruktur konduktif,
osteogenik. 11 Osseointegrasi adalah ikatan contohnya adalah partikel nano metal (silver,
permukaan (surface bonding) antara tulang gold) dan struktur nano karbon (contoh :
dan biomaterial.15 nanotubes, nanofibers).9
2. Sifat mekanis. Sel punca merespon 5. Sifat morfologi. Morfologi scaffold
sifat mekanik substrat tempat sel tersebut mencakup tentang interkonektivitas, ukuran
akan tumbuh, faktor yang mempengaruhi dan bentuk pori. Scaffold merupakan struktur
sifat mekanis scaffold adalah antarmuka artifisial yang harus mirip dengan struktur
adhesi antara sel dengan material.9 Sifat morfologi dan fungsi jaringan disekeklilingnya.
mekanik secara in vitro : scaffold harus Scaffold harus dapat terjadi perlekatan dan
mempunyai kekuatan yang cukup untuk migrasi sel, mengirim dan mempertahankan
menahan tekanan hidrostatik dari cairan sel dan faktor pertumbuhan, mampu
jaringan dan mempertahankan ruangan melakukan difusi nutrisi sel, porositas tinggi
yang dibutuhkan untuk pertumbuhan sel untuk meningkatkan area permukaan yang
dan produksi matriks. Sifat mekanik secara tersedia untuk perlekatan sel dan jaringan
in vivo: karena jaringan selalu dibawah tumbuh dan memfasilitasi distribusi sel
tekanan fisiologi (seperti kompresi, tekanan, secara seragam dan transpor nutrien yang
torsi dan tekukan) sifat mekanik scaffold cukup.9
yang ditanam harus sedekat mungkin Diagram cara kerja scaffold dan cara
sesuai dengan jaringan yang hidup sehingga untuk pertumbuhan selnya dapat dilihat
penyembuhan dapat terjadi.3, 6, 11 pada gambar 1.

Gambar 1.A dan B) Scaffold dengan struktur berpori. Oksigen & nutrisi disediakan oleh
media kultur sel. C) Sel ditanam dalam scaffold. D) Sel mulai berproliferasi & bermigrasi
ke matriks scaffold. E) Sel berkolonisasi penuh pada matriks & mulai menempati matrix
extrasellulernya.F) Lapisan atas sel mengkonsumsi oksigen & nutrisi, lalu mengurangi jumlah
sel awal yang bermigrasi kedalam scaffold. Bahkan sel berhenti migrasi karena kekurangan
oksigen & nutrisi. Lapisan sel dapat bertahan pada difusi oksigen & nutrisi dari medium yang
disebut depth penetration (Dp) sel.

JMKG 2016;1(5):56-63.
60
Ellyza Herda:Tinjauan Peran Dan Sifat Material Yang Digunakan

Bentuk dan ukuran scaffold porus yang besar untuk memperoleh


Hydrogel. Hidrogel merupakan polimer vaskularisasi dan oksigenasi yang tinggi.2
hidrofilik yang mengalami cross linking yang Scaffold mikrostruktur memiliki ukuran pori
mengandung sebagian besar adalah air yang kurang dari 10 μm.2 Mikroporositas berperan
tidak larut.16 Hidrogel merupakan scaffold untuk meningkatkan area permukaan
rekayasa jaringan yang paling banyak biomaterial, semakin banyak porinya maka
digunakan oleh karena kesamaaan fungsional semakin besar area permukaan, sehingga
dan struktural dengan matriks ekstraseluler adsorpsi protein meningkat selanjutnya akan
natural.17 Hidrogel digunakan untuk cartilage meningkatkan perlekatan sel. Makroporus
wound healing, bone regeneration, wound memberikan area permukaan yang leih
dress, sebagai carriers for drug delivery. kecil tetapi volume terbuka yang lebih besar
Contoh polimer yang membentuk hidrogel : sehingga dapat meningkatkan pertumbuhan
kolagen, gelatin, fibrin, HA, alginate, chitosan jaringan.2
dan polimer sintesis (PLA (Polylactide), PEG
(Polyethylene glycol) ) -derivative dan PVA Biomaterial yang digunakan untuk
(Polyvinyl alcohol)).3 rekayasa jaringan
Fibrous scaffold. Fibrous scaffold 1. Logam. Material logam yang
berbentuk serat yang terbuat dari polimer sering digunakan sebagai scaffold adalah
alami dan polimer sintetis. Polimer yang Titanium & Logam paduanTitanium ,
digunakan untuk pembuatan nanofiber keuntungan material ini yaitu elastisitas
contohnya : gelatin, chitosan, HA, silk fibrin, yang hampir sama dengan tulang dan tidak
PLA [Polylactide], PU [Polyurethane], PCL menyebabkan korosi dengan membentuk
[Poly(ε-caprolactone)], PLGA [Polylactyde passive layer TiO2, namun shear strength
glycolide], PEVA dan PLA-CL.3 buruk. Penelitian-penelitian selanjutnya
Microsphere Scaffold. Microsphere menunjukkan bahwa paduan Ti–6Al–4V
Scaffold berbentuk bulat, digunakan untuk dapat melepaskan vanadium dan aluminium
drug delivery system, terapi gen, perawatan sehingga menyebabkan reaksi toksik.2, 5
antibiotik tulang yang terinfeksi dll. 2. Polimer. Polimer dibagi menjadi
Scaffold ini umumnya merupakan matriks polimer natural dan polimer sintetis.
polimer yang digunakan untuk menyelimuti Polimer natural antara lain: protein (silk,
penglepasan obat untuk periode waktu kolagen, gelatin, fibrinogen, elastin,
tertentu. Polimer dengan berat molekul keratin, aktin, dan miosin), polisakarida
rendah digunakan sebagai mikrosfer porus (cellulose, amylose, dextran, chitin dan
untuk penglepasan obat yang cepat. Polimer glycosaminoglycans), polynucleotides (DNA,
dengan berat molekul tinggi digunakan RNA) , alginate, chitosan, dan hyaluronate.
sebagai mikrosfer untuk penglepasan obat Polimer sintetis : PLA (Polylactide), PGA
yang lebih lambat.3 (Polyglycolide), PLGA (Poly(l-lactide-co-
Berdasarkan ukuran, scaffold dibagi glycolide)) dan hydrogel. 2, 3 PGA sering
menjadi makrostruktur, mikrostruktur digunakan sebagai biomaterial oleh karena
dan nanostruktur. Scaffold makrostruktur bersifat hidrofilik dan cepat terdegradasi
merupakan scaffold rekayasa jaringan 2-4 minggu. Contoh aplikasi polimer adalah
dengan ukuran pori minimum yang Polyglycolic acid (PGA), polylactide (PLA) dan
direkomendasikan untuk scaffold 100 polydioxanone (PDS) untuk fiksasi tulang
μm (berdasarkan hasil penelitian Hubert dan dapat diresorpsi, sedangkan polimer
dkk dalam Holzapfel (2013)). Penelitian- bioaktif modern digunakan sebagai scaffold
penelitian selanjutnya menunjukkan yang mempunyai sifat dapat meniru /mimic
bahwa osteogenesis dapat ditingkatkan matriks ekstraseluler dan dapat didegradasi.2
dengan ukuran pori lebih dari 300 μm, hal Material polimer yang digunakan sebagai
ini menunjukkan tidak hanya pori dengan biodegradable polymer scaffolds untuk
diameter besar tetapi juga interkoneksitas regenerasi gigi antara lain poly-L-lactate-

61
co-glycolate (PLGA), silk, gelatin chondroitin tricalcium phosphate, TCP). Sedangkan
hyaluronan, gel atau sponge collagen dan keramik kalsium fosfat yang paling banyak
self-assembled peptide. diteliti : TCP, HA (Ca10(PO4)6(OH)2) dan
3. Keramik. Keramik merupakan tetracalcium phosphate.12
material inorganik, mempunyai struktur Material berukuran nano saat ini makin
keras dan brittle, sulit untuk dibuat struktur banyak digunakan oleh karena kesamaan
porus. Bioactive calcium phosphate ceramics dimensi terhadap jaringan contohnya tulang
contohnya adalah hydroxyapatite (HA) dan kartilago, nanomaterial menunjukkan
&tricalcium phosphate (TCP, Ca3(PO4)2) sifat permukaan yang unik (topografi
yang digunakan sebagai pengganti tulang.2 permukaaan, kimia permukaan, pembasahan
Scaffold dari material keramik digunakan permukaan dan energi permukaan) oleh
untuk menyerupai hidroksiapatit yang karena area permukaan dan kekasaran yang
terdapat dalam jaringan tulang yang meningkat dibandingkan dengan material
mengalami mineralisasi yaitu material konvensional / mikron.19 Keuntungan
keramik fosfat kalsium. Contohnya: biomaterial dengan struktur nano adalah
hidroksiapatit dan fosfat beta trikalsium ukuran kecil, porositas tinggi dan rasio area
sering digunakan untuk aplikasi rekayasa permukaan terhadap volume tinggi. Area
jaringan tulang oleh karena biokompatibilitas permukaan yang tinggi pada nanomaterial
dan sifat mekanik yang mirip dengan meningkatkan adsopsi protein adhesif.15
tulang.5 Scaffold keramik yang terbuat dari Namun pengaruh nanomaterial terhadap
bubuk keramik hydroxyapatite/tricalcium kesehatan manusia dan lingkungan
phosphate (HA/TCP) dan digunakan masih belum jelas dimengerti, khususnya
bersama dengan adult human dental pulp respon toksik terhadap nanopartikel yang
stem cells (DPSCs) dilaporkan membentuk ditimbulkan oleh degradasi nanomaterial
struktur seperti pulpa dan dentin saat yang tertanam. Banyak laporan yang
ditransplantasikan secara subkutan kedalam menyatakan masuknya nanopartikel ke
immunocompromised Mice. Hydroxyapatite dalam sel pada paru-paru, sistem imun
(HA) memiliki komponen yang sama dnegan dan juga organ lain. Nanopartikel diserap
mineral jaringan tulang dan tetap stabil oleh sel-sel endotel, makrofag alveolar,
dalam melawan kelarutan oleh karena cairan epitel pulpmonary atau usus, sel-sel saraf
tubuh, sedangkan tricalcium phosphate (TCP) dll. Gutwein dkk (dalam Zang dkk) meneliti
mempunyai tingkat resopsi yang lebih tinggi tentang viabilitas osteoblas in vitro saat
dibandingkan dengan HA. Dengan mengatur dikultur dengan partikel nanoalumina
rasio komponen pada komposit HA/TCP dan titania selama 6 jam. Penelitian ini
maka tingkat resorpsi dapat dikontrol.5, 18 menunjukkan bahwa nanopartikel keramik
Keramik kalsium fosfat telah banyak diteliti lebih aman terhadap osteoblas daripada
dan digunakan untuk sintesis scaffold karena partikel keramik konvensional, berukuran
komposisinya hampir sama dengan tulang mikron.Sebaliknya, pada paru-paru carbon
yaitu komposisi kalsium-fosfat didalam nanotube lebih toksik daripada carbon black
tubuh, menunjukkan biokompatibilitas, yang membahayakan kesehatan karena
osteokonduktivitas dan biodegradasi. terpapar inhalasi kronis.19
Contohnya : hidroksiapatit yang dihasilkan
dari coral / karang rekonstruksi ortopedi. Simpulan
Kelemahan coral HA adalah sulit untuk
mengontrol ukuran pori sehingga digunakan Persyaratan scaffold untuk rekayasa jaringan
HA sintetis. Material inorganik dan dapat sangat kompleks dan spesifik dengan
diresorpsi yang digunakan untuk aplikasi struktur dan fungsi jaringan yang diharapkan.
rekayasa jaringan tulang adalah: CaCO3 Ukuran, bentuk dan jenis material, ukuran
(argonite), CaSO4-2H2O (plaster of Paris) pori dan interkonektifitasnya, mempengaruhi
Ca3(PO4)2 (beta-whitlockite, bentuk dari perilaku dan fungsi sel punca sehinnga

JMKG 2016;1(5):56-63.
62
Ellyza Herda:Tinjauan Peran Dan Sifat Material Yang Digunakan

mempengaruhi nasib sel punca akan menjadi Stem cell-biomaterial interactions for
sel apa nantinya. regenerative medicine. Biotechnology
Advances 30:338–51.
Daftar Pustaka 10. Chen, Q., Roether, J.A., Boccaccini, A.R.
2008. Tissue Engineering Scaffolds from
1. Pramanik, S., Pingguan-Murphy, B., Bioactive Glass and Composite Materials.
Osman, N.A.A. 2012. Progress of key Topics in Tissue Engineering 4:1-27.
strategies in development of electrospun 11. Karande, T.S., Agrawal, C.M. Function
scaffolds: bone tissue. Sci. Technol. Adv. and requirements of synthetic scaffolds
Mater 13:1-13. in tissue engineering. In: Laurencin ,C.T.,
2. Holzapfel, B.M., Reichert, J.C., Schantz, Nair, L.S., editors. 2008. Nanotechnology
J.T., Gbureck, U., Rackwitz, L., Nöth, U., and Tissue Engineering - The Scaffold.
et al.2013. How Smart Do Biomaterials London, New York: CRC Press. Hlm. 54-68.
Need To Be? A Translational Science And 12. Oh, S., Oh, N., Appleford, M., Ong, J.L.
Clinical Point Of View. Advanced Drug Bioceramics for Tissue Engineering
Delivery Reviews 65. Applications - A Review. 2006 American
3. Dhandayuthapani, B., Yoshida, Y., Journal of Biochemistry and Biotechnology
Maekawa, T., Kumar, D.S. 2011. 2(2):49-56.
Polymeric Scaffolds In Tissue Engineering 13. O’Brien, F.J. Biomaterials & scaffolds
Application: A Review. Hindawi Publishing for tissue engineering. 2011. Materials
Corporation International Journal Of Today 14(3):88-95.
Polymer Science :1-16. 14. Collins, M.N., Birkinshaw, C. 2013.
4. Galler, K.M., D’Souza, R.N., Hartgerink, Hyaluronic acid based scaffolds for tissue
J.D., Schmalz, G. 2011. Scaffolds for engineering—A review. Carbohydrate
Dental Pulp Tissue Engineering. Adv Dent Polymers 92:1262- 79.
Res 23(3):333-39. 15. Chiara, G., Letizia, F., Lorenzo, F., Edoardo,
5. Marei, M.K.2010. Regenerative Dentistry. S., Diego, S., Stefano, S., et al. 2012.
Egypt: Morgan & Claypool Publisher. Nanostructured Biomaterials for Tissue
6. Chan, B.P., Leong, K.W.2008. Scaffolding Engineered Bone Tissue Reconstruction.
in tissue engineering: general approaches Int. J. Mol. Sci. 13: 737-57.
and tissue-specific considerations. Eur 16. Ma, P.X., Elisseeff, J. 2 005. Scaffolding
Spine J 17(4):S467-S79. in Tissue Engineering. United Kingdom:
7. Murugan, R., Ramakrishna, S.2007. Taylor & Francis Ltd; 2005.
Development of Cell-Responsive 17. Burdick, J,A., Mauck, R.L. 2011.
Nanophase Hydroxyapatite for Tissue Biomaterials for Tissue Engineering
Engineering. American Journal of Applications. New York: Springer. Hlm:10.
Biochemistry and Biotechnology 18. Mastrogiacomo, M., Muraglia, A., Komlev,
3(3):118-24. V., Peyrin, F., Rustichelli, F., Crovace, A.,
8. Zhang, L., Morsi, Y., Wang, Y., Li, et al. 2005.Tissue engineering of bone:
Y., Ramakrishna, S. 2013. Review search for a better scaffold. Orthod
scaffold design and stem cells for tooth Craniofacial Res 8: 277-84.
regeneration. Japanese Dental Science 19. Zhang, L., Webster, T.J. 2009.
Review 49:14-26. Nanotechnology and nanomaterials:
9. Martino, S., D’Angelo, F., Armentano, Promises for improved tissue
I., Kenny, J.M., Orlacchio, A. 2012. regeneration. Nano Today 4:66-80.

63

Anda mungkin juga menyukai