MODUL 6.1
IMPAKSI GIGI
Materi:
Gigi impaksi merupakan gigi yang erupsi sebagian atau tidak dapat erupsi oleh karena terhalang
oleh gigi, tulang atau jaringan lunak yang ada disekitarnya. Hal ini memerlukan penanganan medis
khusus.
Gigi impaksi sering terjadi pada gigi molar ketiga (M3) bawah, gigi M3 atas, gigi kaninus atas dan
insisivus kedua, dapat juga terjadi pada kaninus bawah dan premolar atas dan bawah.
Etiologi Gigi Impaksi
Etiologi gigi impaksi dapat diakibatkan baik secara sistemik maupun lokal. Penyebab secara
sistemik baik pada masa prenatal maupun postnatal. Pada masa prenatal yaitu hereditary syndrome
dan miscegenation. Etiologi postnatal seperti; rickets, anemia, syphilis, tuberculosis dan endocrine
deficiencies. Etiologi penyebab gangguan pertumbuhan yaitu oxycephaly,
cleidocranial dysplasia, achondroplasia, progeria, cleft palate. Kemudian etiologi pengaruh lokal
adalah persistensi gigi sulung, malposisi benih gigi,
defisiensi lengkung rahang, gigi supernumerari, tumor odontogenik, lokasi erupsi yang abnormal,
inflamasi kronis, bone necrosis disease, prematur ekstraksi dan tekanan dari gigi sebelahnya.
Adalah suatu rongga patologis berisi cairan, dibatasi epitel dan dikelilingi oleh dinding
jaringan ikat. Sering terjadi pada rahang oleh karena kebanyakan kista berasal dari sejumlah epitel
odontogenic rest yang terbentuk saat pertumbuhan gigi. Cairan kista disekresikan oleh dinding
lapisan epitel atau produk cairan jaringan sekitar. Kista mempunyai bentuk sperichal atau bulat
didasari oleh akumulasi cairan. Pertumbuhan kista konsentris. Kista yang kaya akan segment
tulang kortikal dapat berkembang menjadi datar.
Secara klinis kista dapat menyebabkan pembengkakan dan tidak ada nyeri (lack of pain)
tidak termasuk kista sekunder terinfeksi berhubungan dengan gigi non vital. Kista sering
berhubungan dengan gigi yang tidak erupsi khusunya gigi molar tiga.
Secara radiografis kista sering secara sentral di tulang maksila atau mandibula tetapi jarang
terjadi pada tulang kondilus dan prosesus coronoid. Kista odontogenic sering ditemukan pada
pada kondisi gigi “tooth bearing”. Pada mandibula itu berasal dari sisi bawah kanalis mandibula.
Sedangkan kista odontogenic dapat terjadi pada sinus maksila, beberapa terkait antrum dan sedikit
kista yang berasal dari jaringan lunak orofasial, dari segi poerifer lesi kista yang terjadi pada
tulang biasanya memiliki batas tepi yang baik dan terkortikasi ( radiopak mengelilingi dengan
bentuk sama, ketebalan dan garis radioapk yang sama) meskipun infeksi sekunder dapat merubah
tepi menjadi lebih tipis, sklerotik dan kehilangan kortikal. Secara bentuk kista berbentuk oval,
struktur interna kista terdiri dari area totally radiolusen, meskipun terkadang kista terdapat yang
disthorpic, yang membuat gambaran menjadi kabur (sparese), kista juga dapat memberikan
struktur multilokler dibatasi oleh dinding (septa). sedangkan untuk pengaruh pada jaringan sekitar
adalah kista tumbuh lambat, menyebabkan displacement dan resopsi akar, pola resopsi biasanya
tajam, melengkung. Kista dapat berkembang dan mendesak kanalis mandibula atau menekan
antum.
Secara umum klasifikasi kista
A. Epithelial line
A. Developmental origin
B. Inflammatory origin
2. Kista residual
Merupakan kista yang tersisa dari pengambilan kista sebelumnya yang kurang sempurna,
terutama setelah pencabutan gigi. Biasanya asimptomatik dan baru ditemukan saat pemeriksaan
radiograf di daerah edentulous. Namun dapat tampak pembengkakan rahang atau nyeri jika terjadi
infeksi sekunder.
Tampakan radiograf
Kista residual dapat terjadi pada maksila dan mandibula walaupun lebih sering ditemukan
pada mandibula. Biasanya terletak pada daerah apikal gigi yang telah dicabut. Pada mandibula
biasanya diatas kanalis mandibula.
Berbatas jelas terkortikasi kecuali ada infeksi sekunder. Berbentuk oval atau sirkular.
Struktur internal tampak radiolusen. Kalsifikasi distropik mungkin tampak pada kista kronis. Kista
residual dapat menyebabkan displacement atau resorpsi akar atau menyebabkan ekspansi tulang
kortikal rahang. Dapat menginvaginasi antrum maksilaris ataupun menekan kanalis mandibula.
4. Kista bifurkasi bukal / buccal bifurcation cyst (kista paradental, mandibular infected buccal
cyst, inflammatory paradental cyst)
Kemungkinan berasal dari epithelial cell rests pada membran periodontal bifurkasi bukal
molar mandibula. Etiologi proliferasi belum diketahui, kemuungkinan karena adanya inflamasi
namun inflamasi tidak selalu terjadi.
Tanda klinis kista ini adalah gigi molar pertama/ kedua mandibula tidak/ terlambat erupsi.
Pemeriksaan klinis menunjukkan tidak adanya gigi molar, atau tonjol lingual lebih tinggi
dibanding tonjol bukal. Pembengkakan keras pada sisi bukal gigi molar yang terlibat, gigi masih
vital. Jika ada infeksi sekunder, pasien dapat mengeluh nyeri.
Tampakan radiograf
Paling sering terjadi pada molar pertama mandibula, diikuti molar kedua mandibula.
Terkadang terjadi bilateral. Selalu terletak pada bifurkasi bukal molar yang terlibat. Pada radiograf
panoraik dan periapikal, lesi dapat tampak sedikit ke bukal dari furkasi.
Pada beberapa kasus, batas tidak begitu jelas dan tampak daerah radiolusen superimposisi
dengan akar gigi molar. Pada kasus lain tampak batas jelas terkortikasi berbentuk sirkular. Struktur
internal tampak radiolusen.
Karakteristik diagnostik kista ini adalah akar gigi molar tipping ke tulang kortikal lingual
sedang mahkota tipping ke bukal mandibula. Teknik paling baik untuk digunakan adalah standard
oklusal mandibula. Jika kista terlalu besar, dapat menyebabkan displacement dan resorbsi gigi
sekitarnya dan menyebabkan ekspansi tulang kortikal bukal.
1. Kista nasopalatina
Kista terbentuk pada canalis nasopalatinus saat sisa epitel duktus nasopalatinus mengalami
proliferasi dan degenerasi kistik.
Tampakan radiograf
Kebanyakan ditemukan pada foramen/ canalis nasopalatina, namun jika berekspansi ke posterior
maka akan melibatkan palatumm durum. Biasanya berbatas jelas terkortikasi Berbentuk oval atau
sirkular, namun terkadang spina nasalis superimposisi dengan kista, sehingga kista tampak
berbentuk seperti hati. Struktur internal kebanyakan berupa radiolusen total, walaupun pada kasus
yang jarang tampak kalsifikasi distropik yang tampak berbatas tidak jelas, amorphous, dan
radiopak scattered. Kista ini seringkali menyebabkan akar gigi incisivus central saling menjauh,
dan kadang terjadi resorpsi akar. Pada aspek lateral tampak kista berekspansi ke tulang korteks
labial dan palatal.