Anda di halaman 1dari 7

Large Dentigerous Cyst in the Maxillary Sinus Leading to Diplopia and Nasal Obstruction: Case Report

M Isa Kara, Saim Yanik, Ahmet Altan, Onur Oznalcin, Sinan Ay


Di-review Oleh:
Famila Kirana, Luxy Imaroch Ain, Nisa Al Fida Arraniry, Renny Tri Hapsari
Pembimbing: drg. Bambang Tri Hartomo
Jurusan Kedokteran Gigi, Universitas Jenderal Soedirman, Puworkerto, Jawa Tengah
Email: luxy.ain@gmail.com, nisaalfidaa@gmail.com, familakirana@gmail.com, hapsawijaya@gmail.com
ABSTRAK
Impaksi atau gigi terpendam adalah gigi yang erupsi normalnya terhalang atau terhambat, biasanya oleh gigi
didekatnya atau jaringan patologis sehingga gigi tersebut tidak keluar dengan sempurna mencapai oklusi yang normal.
Gigi impaksi dapat menyebabkan timbulnya kista dentigerous. Kista dentigerous Kista dentigerous merupakan salah satu
kista yang menutupi mahkota gigi yang belum erupsi dan melekat pada leher gigi. Kista dentigerous merupakan
pembesaran ruangan folikuler di sekitar gigi yang belum erupsi. Laporan kasus ini memaparkan seorang wanita berusia
16 tahun dengan keluhan pembengkakan pada pipi sebelah kanan, terasa sangat sakit, dan sudah berlangsung selama
6 bulan. Pemeriksaan intra oral menunjukkan gigi molar 3 maksila tidak erupsi. Pemeriksaan radiografi menunjukkan
adanya gigi molar 3 ektopik di sinus maksilaris dan terdapat kista dentigerous mengelilingi gigi. Pilihan perawatan pada
kista dentigerous adalah enukleasi dan marsupialisasi. Ukuran kista yang besar dan lokasinya yang berada di sinus
maksila tidak memungkinkan dilakukan enukleasi langsung dan akan berbahaya. Perawatan yang dapat dilakukan
adalah gabungan marsupialisasi dengan enukleasi.
Kata kunci :

Impacted tooth, Ectopic tooth, Dentigerous Cyst, Marsupialization, Enucleation

PENDAHULUAN

dan daerah temporal. Hal itu terjadi akibat penekanan

Gigi impaksi adalah gigi yang gagal erupsi

gigi pada nervus yang terletak didekatnya. Gigi impaksi

secara utuh pada posisi yang seharusnya. Hal ini dapat

yang tidak ditangani dengan baik, dapat menimbulkan

terjadi karena tidak tersedianya ruangan yang cukup

komplikasi serius, seperti karies dentis, infeksi dan

pada rahang untuk tumbuhnya gigi dan angulasi yang

pembentukan kista atau tumor.2

tidak benar dari gigi tersebut.1 Insiden impaksi yang

Kista adalah rongga patologis yang berisi cairan

paling sering terjadi adalah pada gigi molar tiga. Hal

bahan setengah cair atau gas biasanya berdinding

tersebut karena gigi molar ketiga adalah gigi yang

jaringan ikat dan berisi cairan kental atau semi likuid,

terakhir tumbuh, sehingga sering mengalami impaksi

dapat berada dalam jaringan lunak ataupun keras

karena tidak ada atau kurangnya ruang yang memadai.1

seperti tulang. Rongga kista di dalam rongga mulut

Gigi yang mengalami impaksi, dapat terjadi

selalu dibatasi oleh lapisan epitel dan dibagian luarnya

tanpa gejala atau hanya menimbulkan rasa nyeri tumpul

dilapisi oleh jaringan ikat dan pembuluh darah.2

pada rahang, yang menyebar sampai ke leher, telinga


Case Report : Dentistry of Jenderal Soedirman University

|1

Kista dentigerous merupakan salah satu kista

Seorang wanita berumur 16 tahun datang ke

yang menutupi mahkota gigi yang belum erupsi dan

klinik dengan keluhan adanya pembengkakan pada pipi

melekat pada leher gigi. Kista dentigerus merupakan

sebelah kanan, terasa sangat sakit, dan sudah

pembesaran ruangan folikuler di sekitar gigi yang belum

berlangsung selama 6 bulan. Dia telah diberikan

erupsi.3 Kista ini terbentuk pada saat mahkota gigi

perawatan dengan obat antibiotik dan analgesik namun

terbentuk dengan sempurna.

keluhannya tidak kunjung sembuh. Pasien tidak memiliki

Pembesaran kista pada rahang mengakibatkan


destruksi tulang. Kista juga akan menghuni dan
membuat rongga luas dalam tulang. Hal itu akan
menimbulkan

asimetri

wajah,

menyebabkan

fraktur

rahang

dan

dapat

riwayat penyakit sistemik dan tidak ada riwayat trauma


dari regio fasial maksila.
Pada

pemeriksaan

intraoral,

seluruh

gigi

pula

permanen masih utuh kecuali gigi molar 3 maksila

Kista

sebelah kanan dan gigi kaninus maksila kanan dan kiri,

dentigerous yang terbentuk oleh impaksi totalis gigi

namun tidak ada riwayat pencabutan. Gigi kaninus tidak

permanen atas, bahkan dapat dengan bebas mengisi

erupsi karena faktor kongenital. Selanjutnya, terdeteksi

sinus maksilaris, menembus dinding lateral sinus

adanya

sehingga menimbulkan benjolan pada pipi sehingga

maksilaris

pasien akan merasa tidak nyaman dan apabila terjadi

menunjukkan

infeksi pasien akan merasa kesakitan pada area

perpanjangan rahang atas. Kejelasan visual dan

tersebut.2

gerakan mata normal, tetapi tingkat bola mata tidak

patologis.

Kista dentigerous bahkan dapat berkembang

perluasan

pembengkakan

sebelah
bahwa

kanan.
wajah

diatas

sinus

Pemeriksaan

fisik

asimetris

karena

normal karena tekanan kista (Gambar 1).

menjadi tumor yaitu ameloblastoma. Ameloblastoma


dapat membesar, merupakan massa jaringan fibrous
yang padat dan mendesak gigi geligi di sekitarnya
sehingga lengkung rahang berubah. Mengingat sifat
neoplasma tersebut yang secara klinis ganas pada
daerah yang terbatas, diperlukan perawatan radikal
berupa reseksi rahang (blok/parsial/total), sekaligus

Gambar 1. Wajah asimetri dan pembengkakan yang


meluas diatas sinus maksila sebelah kanan

odontektomi gigi bungsu yang impaksi totalis tersebut.2


Kista dentigerous mudah diangkat dengan cara
enukleasi, gigi yang berhubungan juga dilakukan
ekstraksi. Perawatan untuk kista yang lebih besar harus
dilakukan dengan cara marsupialisasi karena jika

Aliran udara hidung tersedat di sisi kanan.


Sebuah lesi kista menyelubungi molar ketiga yang
ektopik terlihat pada pemeriksaan radiografi (Gambar
2). Lesi terletak di atap sinus maksilaris sebelah kanan.

dilakukan enukleasi dan ekstraksi gigi saja dapat


merusak saraf dan pembuluh darah terhadap gigi.2
LAPORAN KASUS

Case Report : Dentistry of Jenderal Soedirman University

|2

Gambar 2. Gigi molar 3 ektopik pada sinus maksilaris.


Tahapan perawatan yang dilakukan adalah
aspirasi dengan jarum 18 gauge kemudian biopsi
dengan insisi, untuk dapat membedakan jenis kista.

Gambar 4. Enukliasi lesi kista dan gigiektopik.

Karena rongga kista besar dan terjadi perpindahan gigi


impaksi ke arah atap sinus sehingga lesi kista diambil

Perdarahan telah berhenti dan luka ditutup

dengan metode marsupialisasi dan enukleasi. Pertama-

dengan 3.0 vicryl suture. Rongga diirigasi dan ditutup

tama lakukan anestesi lokal, lalu membuat lubang

dengan kain kasa. Kasa diangkat setelah 72 jam.

berukuran 1 cm di dinding kanan sinus maksilaris.

Pasien diperbolehkan untuk pulang pada keesokan

Biopsi dari lesi kista diambil, kemudian saluran drainase

harinya. Follow-up setelah 10 hari menunjukkan tidak

yang berbahan keras dimasukkan ke dalam lubang

ada kelainan pada lokasi bedah, juga tidak ada

untuk tetap terbuka dan menurunkan tekanan kista

parestesi. Pasien bebas dari gejala awal setelah operasi

(Gambar 3). Dilaporkan bahwa kasus tersebut

dan tetap bebas gejala awal selama periode follow-up

merupakan

pemeriksaan

lebih dari 3 tahun (Gambar 5). Informed consent

histopatologi. Saluran drainase diganti dua kali

diperoleh dari ibu pasien. Ibu pasien memberi izin untuk

seminggu dan setelah enam bulan follow-up, gigi

pengobatan putrinya.

kista

dentigerous

oleh

dipindahkan turun dari atap sinus dan ukuran kista


menurun.

Gambar 5. Gambaran radiorafi panoramik dan foto


ekstraoral pasca operasi dengan periode follow-up 3
Gambar 3. Saluran drainase ditempatkan pada lubang

tahun.

yang sudah dibentuk


Setelah dilakukan anestesi total, insisi gingiva
diperpanjang dari insisiv lateral secara vertikal hingga
molar pertama. Flap mukoperiosteal ini terangkat dan
lubang tulang terbentuk pada dinding anterior dari sinus
maksilaris dengan menggunakan round bur. Flap
diperluas dengan rongeur forceps. Gigi diangkat dengan
enukleasi dari lapisan kista dan isi sinus dibersihkan
(Gambar4).

PEMBAHASAN
Impaksi atau gigi terpendam adalah gigi yang
erupsi normalnya terhalang atau terhambat, biasanya
oleh gigi didekatnya atau jaringan patologis sehingga
gigi tersebut tidak keluar dengan sempurna mencapai
oklusi yang normal.1
Berdasarkan posisinya, gigi impaksi diklasifikan
berdasarkan

posisi gigi molar ketiga terhadap gigi

molar kedua, yaitu: (1) Vertical, (2) Horizontal, (3)


Inverted, (4) Mesioangular (miring kemesial), (5)
Distoangular (miring ke distal), (6) Bukoangular (miring
Case Report : Dentistry of Jenderal Soedirman University

|3

ke bukal), (7) Linguoangular (miring ke lingual), (8)


Posisi yang tidak biasa yang disebut dengan unusual
1

position.

Penyebab timbulnya kista dentigerous antara


lain,

gigi

impaksi,

gigi

yang

erupsi

tertunda,

perkembangan gigi, dan odontoma. Secara proses

Gigi ektopik adalah gigi yang terletak tidak pada

patogenesisnya dimana gigi impaksi memiliki potensi

tempatnya di rahang atau daerah lain selain lengkung

untuk erupsi akan menyebabkan penyumbatan aliran

alveolar. Erupsi ektopik merupakan keadaan yang

venous dan mengakibatkan transudasi cairan serum

jarang ditemukan, namun ada laporan beberapa gigi

dinding-dinding kapiler sehingga banyak akumulasi

ditemukan di hidung, kondilus mandibula, prosesus

cairan jaringan atau darah. Selanjutnya terjadi dilatasi

coronoideus,

ruang folikular normal di sekitar mahkota gigi yang

dan

sinus

maksilaris,

yang

juga

merupakan sinus terbesar dari sinus paranasal.1

sedang erupsi. Hal tersebut akan menyebabkan

Erupsi ektopik dapat terjadi sebagai akibat dari

tekanan hidrostatik yang akan memisahkan folikel dari

proses yang berbeda dijelaskan di bawah ini, atau

mahkota gigi sehingga menyebabkan perluasan kista.

mungkin

pada

Umumnya kista terbentuk mengelilingi mahkota dan

perkembangan gigi. Odontogenesis merupakan proses

melekat pada cemento enamel junction dari gigi. Saat

yang kompleks, dan interaksi jaringan abnormal antara

telah terbentuk sempurna, mahkota akan berprotusi

epitel mulut dan jaringan mesenchymal yang menjadi

kedalam lumen dan akar-akarnya akan memanjang ke

dasar

sisi luar kista.4,5,6

idiopatik,

selama

yaitu:

(1)

perkembangan

Gangguan

yang

berpotensi

mengakibatkan perkembangan gigi ektopik dan erupsi.


(2) Proses patologis. Hal ini diyakini bahwa perpindahan
dari tooth buds dikarenakan ekspansi perkembangan
yang

progresif

dari

kista

dentigerous

yang

menyebabkan berpindahnya gigi ke tempat lain. Dalam


kasus ini, faktor etiologi dari kista dentigerous juga

disekitar CEJ

menentukan.4
Kista

Gambar 6. Perkembangan kista dentigerous terjadi

dentigerous

adalah

kista

yang

menyelubungi mahkota dari gigi yang umumnya belum

Kista dentigerous biasanya asimtomatik kecuali

mengalami erupsi atau pada gigi supernumerari. Kista

bila ukurannya menjadi sangat besar (10-15 cm) atau

dentigerous dapat terjadi baik dirahang atas maupun di

bila terjadi infeksi sekunder akan terasa sakit. Kista

rahang bawah. Paling banyak ditemukan pada daerah

berlangsung lambat dan mungkin ada selama beberapa

prosesus alveolaris, ramus asendens, molar tiga bawah,

tahun tanpa diketahui. Ketika kista sudah melibatkan

sudut mandibula, kaninus atas, molar tiga atas dan

sinus maksilaris, dapat menyebabkan sakit kepala,

premolar

sinus

obstruksi sinus, epiphora karena obstruksi saluran

maksilaris. Meskipun demikian, kista dentigerous dapat

nasolacrimal, sinusitis berulang, rhinorrhea purulen,

terjadi pada setiap gigi yang tidak bererupsi, mahkota

elevasi dasar orbital, dan patah tulang. Lesi pada dasar

gigi tersebut terdapat dalam lumen kista.5

orbital dapat menyebabkan diplopia dan mungkin

bawah

serta

daerah

menyebabkan kebutaan.5,6
Case Report : Dentistry of Jenderal Soedirman University

|4

Pada pemeriksaan radiografis, kista dentigerous

sebagai pendekatan alternatif untuk mengurangi ukuran

tampak berupa gambaran radiolusen simetris, unilokular

kista, kemudian selanjutnya diikuti dengan enukleasi.

dengan berbagai ukuran, berbatas tegas dibatasi

Pendekatan yang dilakukan sebaiknya dari intraoral,

dinding sklerotik dan mengelilingi mahkota gigi yang

namun pada beberapa kasus juga dapat melalui kulit

impaksi. Ukuran normal ruang folikular kurang dari 2,5

submandibula. Kista dentigerous yang berukuran besar

mm pada radiograf intraoral dan 3mm pada radiograf

dapat menghasilkan pergeseran ekstrim dari gigi yang

panoramik. Maka dari itu, ukuran yang lebih besar

berhubungan. Pergeseran gigi yang terjadi bisa jauh

dianggap sebagai kista. Temuan diagnosis yang penting

dari posisinya yang normal terutama pada regio

yakni kista dentigerous melekat pada cemento enamel

maksila, seperti pada kasus. Arah migrasi gigi bisa ke

junction. Beberapa keadaan kista dentigerous yang lain,

arah suborbital, prosesus koronoid atau kondiloid.8

kista dapat berkembang dari aspek lateral folikel

Tahapan enukleasi adalah sebagai berikut9:

sehingga kista menempati area sebelah mahkota, 1

Pemberian antibiotik profilaksis bagi pasien yang

bukan di atas mahkota.4,5,7

memiliki riwayat penyakit sistemik tertentu


Proses anestesi
Dilakukan mucoperiosteal flap dan akses ke kista

2
Pilihan perawatan pada kasus kista dentigerous
3
adalah enukleasi dan marsupialisasi. Enukleasi
merupakan proses pengangkatan seluruh lesi kista
tanpa

terjadinya

perpecahan

pada

kista

melalui labial plate of bone, yang meninggalkan


alveolar crest tetap utuh untuk memastikan tinggi

atau

merupakan proses pembuangan total dari lesi kista. 4

tulang adekuat setelah penyembuhan


Kista dienukleasi melalui osseus window, menggunakan

Lapisan jaringan ikat di antara komponen epitelial (yang

thin-bladed curretage untuk memotong jaringan ikat

membatasi aspek interior kista) dan dinding tulang dari

dinding kista dari kavitas tulang. Permukaan yang

kavitas kista memungkinkan dilakukannya proses

cekung harus selalu menghadap ke kavitas tulang.

tersebut, sehingga kista dapat dilepaskan dari kavitas

Tahapan ini harus dilakukan dengan sangat hati-hati

tulang.

Enukleasi harus dilakukan dengan hati-hati, kista

untuk menghindari tertinggalnya jaringan kista.

sebaiknya diangkat dalam satu potongan tanpa

Pemeriksaan kavitas tulang ini dapat dipermudah

fragmentasi untuk mencegah rekurensi. Namun pada

dengan irigasi dan pengeringan dengan gauze.

praktiknya, hal tersebut cukup rumit untuk dilakukan,

Apabila terdapat jaringan kista yang tersisa maka

keutuhan kista tidak selalu dapat terjaga, potongan kista


dapat hancur. Indikasi enukleasi adalah ukuran kista
yang kecil dan tidak membahayakan jaringan sekitar.
Kista dentigerous yang berukuran kecil (kurang dari 2
cm) biasanya dapat dienukleasi dengan mudah,
bersamaan dengan pencabutan gigi yang berhubungan
dengan kista tersebut.8

untuk menghindari hancurnya kista.


Setelah kista berhasil diangkat, kavitas tulang diperiksa

diangkat dengan menggunakan kuret.


Daerah di tepi kavitas dihaluskan dengan bone file.
Kemudian flap ditutup dan dilakukan suturing
dengan appropriately positioned suture dan ditutup
dengan watertight primary closure.
Kavitas tulang akan berisi bekuan darah yang
akan menghilang seiring waktu. Gambaran radiografis

Jika enukleasi beresiko buruk terhadap struktur


di sekitarnya maka dapat dilakukan eksternalisasi

yang menunjukkan pertumbuhan tulang akan tampak


dalam waktu 6 hingga 12 bulan.9

Case Report : Dentistry of Jenderal Soedirman University

|5

Marsupialisasi adalah proses pembuatan suatau

enukleasi merupakan pilihan perawatan yang tepat

"jendela" pada dinding kista dalam pembedahan, untuk

dalam kasus ukuran kista yang besar.

kemudian diambil isi kistanya sehingga kontinuitas kista


dengan rongga mulut atau dengan sinus maksilaris atau
rongga hidung dapat terpelihara. Bagian kista yang
diambil hanya isi dari kista, batas dari dinding kista

Tahapan marsupialisasi secara singkat adalah


sebagai berikut9:
1
2
3

dengan oral mukosa dibiarkan pada tempatnya. Proses

window yang besar 1 cm atau lebih pada kista. Jika

ini dapat mengurangi tekanan interkista dan membantu


penyusutan

dari

Marsupialisasi

kista

dapat

serta

pengisian

digunakan

sebagai

tulang telah terekspansi dan menjadi tipis karena

tulang.

kista, insisi pertama kali dilakukan dari tulang

suatu

menuju kavitas kista, isi jaringan kemudian

perawatan tunggal atau sebagai suatu perawatan awal

dilakukan pemeriksaan patologis. Jika sisa tulang

dan selanjutnya dilakukan enukleasi.8

masih tebal, osseus window dihilangkan dengan

Marsupialisasi dilakukan pada kista dentigerous


yang berukuran besar, namun dapat menimbulkan
resiko ameloblastoma in situ atau transformasi
neoplastik lain dari dinding kista yang berkembang
menjadi

penyakit

yang

lebih

invasif.

4
5

menggunakan bur atau rongeur.


Isi kista dibuang
Irigasi dilakukan untuk membilas sisa fragmen dari

debris.
Pemeriksaan visual untuk memeriksa adanya

Proses

ulserasi dan ketebalan dinding perlu dilakukan untuk

penyembuhan luka pasca marsupialisasi juga lebih

mencegah kemungkinan terjadinya neoplasma atau

lambat dengan perawatan pasca-operasi yang lebih


rumit, serta terjadi reduksi pada regenerasi tulang.8

Marsupialisasi dilakukan bila memenuhi indikasi


Jika marsupialisasi memungkinkan gigi untuk erupsi
spontan atau dipandu secara ortodontik ke posisi
2

fungsionalnya pada lengkung rahang


Jika ahli bedah mengidentifikasi resiko terjadinya
kerusakan gigi yang berkembang atau bundel

neurovaskular selama enukleasi.


Jika letak kista berdekatan dengan struktur yang vital
sehingga beresiko menyebabkan kerusakan jaringan
yang tidak perlu. Contohnya dapat menyebabkan
fistula pada sekitar rongga hidung, atau kerusakan

nervus alveolaris inferior.


Kista yang berukuran besar. Enukleasi kista yang
berukuran

besar

dapat

menyebabkan

displasia pada dinding kista.


Jika dinding kista memiliki ketebalan yang cukup
dan terdapat akses, maka perimeter dinding

sebagai berikut2:
1

Pemberian antibiotik profilaksis bila diperlukan


Anestesi
Insisi sirkular atau eliptik untuk menghasilkan

sekitarnya dapat dijahit pada mukosa mulut.


Kavitas harus diberikan banyak gauze yang telah

diberi benzoin atau salep antibiotik.


Setelah terjadi initial healing (1 minggu), pencetakan
dapat dilakukan untuk pembuatan obturator akrilik
untuk mencegah masuknya makanan ke dalam
kavitas.
Pada kasus, ukuran kista dentigerous cukup

besar dan letaknya berada pada struktur vital, yaitu


sinus maksila. Gigi molar ketiga yang impaksi dan
tumbuh ektopik merupakan penyebab dari tumbuhnya
kista tersebut. Pemeriksaan penunjang yang dilakukan
berupa biopsi dan radiografi sudah tepat untuk

resiko

penegakan diagnosa. Gigi mengalami migrasi hingga ke

terjadinya patah rahang. Marsupialisasi diikuti

atap sinus karena ukuran kista. Perawatan yang

Case Report : Dentistry of Jenderal Soedirman University

|6

dilakukan

pada

kasus

merupakan

gabungan

marsupialisasi dengan enukleasi.10


Ukuran kista yang besar dan lokasinya yang

REFERENSI
1

berada di sinus maksila tidak memungkinkan dilakukan

tiga mandibula impaksi terhadap kualitas hidup

enukleasi langsung dan akan berbahaya. Marsupialisasi

mahasiswa universitas sumatera barat. Dentika

dilakukan dengan memasang hard drain pada insisi


yang diganti setiap 2 minggu selama 6 bulan hingga

ukuran kista mengecil dan gigi molar ketiga kanan


3

Edinburgh, Toronto, 2003.


Harty F. J., Oston R., 1995, Kamus Kedokteran Gigi,

Jakarta, EGC.
Danudiningrat, C.P., 2006, Kista Odontogen dan

seluruh bagian kista untuk mencegah rekurensi.


Perawatan yang dilakukan sudah sesuai standar dan

Nonodontogen,

tepat, dengan hasil follow up yang baik tanpa keluhan


setelah 3 tahun pasca tindakan.

dari folikel yang mengelilingi gigi yang sedang dalam

EGC.
Shear, Mervyn, 2012, Kista Rongga Mulut edisi 3,

Jakarta: EGC.
Anna, Gadewa., Ewa Jach., Tomasz Tomaszewski.,
Jolanta, W., 2011, Treatment of the follicular cyst of
the mandible in a pregnant woman. Journal of Pre

maupun maksila dan umumnya berkaitan dengan molar


gigi

impaksi,

gigi

yang

erupsi

Clinical and Clinical Research, Vol 5, No 1, 38-40.


Glick, M., 2014, Burket's Oral Medicine 12th Edition,

BC Decker.Inc., London.
Balaji, S.M., 2013, Textbook of Oral & Maxillofacial

tertunda,

perkembangan gigi, dan odontoma. Kista dentigerous


yang melibatkan sinus maksilaris dapat bersifat
asimtomatik dan simtomatik. Kista yang semakin besar
dapat menyebabkan rasa sakit.

Surabaya:

Paling sering tumbuh di regio posterior baik mandibula

lain,

Press,

Airlangga 14-24, 32-34.


Sudiono, Janti, 2011, Kista Odontogenik, Jakarta:

masa pertumbuhan atau pada gigi yang tidak erupsi.

ketiga. Penyebab timbulnya kista dentigerous antara

University

SIMPULAN
Kista dentigerous adalah kista yang yang timbul

Dental Journal 2005;10(2):73-4


Stenhouse, D. Cysts of the Jaws: Textbook of
General and Oral Surgery. Churchill Livingstone,

10

rahang atas turun dari posisinya semula.


Enukleasi kemudian dilakukan untuk mengambil

Alamsyah RM, Situmarong N. Dampak gigi molar

Surgery, 2nd Edition, Elsevier, India.


10 Kara, M.I., Yanik, S., Altan, A., Oznalcin, O., Sinan,
A.Y., 2015, Large Dentigerous Cyst in The Maxillary
Sinus Leading to Diplopia and Nasal Obstruction:

Pilihan perawatan pada kasus kista dentigerous

Case Report, J Istanbul Univ Fac Dent 49(2): 46-50.

adalah enukleasi dan marsupialisasi. Ukuran kista yang


besar dan lokasinya yang berada di sinus maksila tidak

memungkinkan dilakukan enukleasi langsung dan akan


berbahaya. Perawatan yang dapat dilakukan adalah
gabungan marsupialisasi dengan enukleasi.

Case Report : Dentistry of Jenderal Soedirman University

|7

Anda mungkin juga menyukai