DISUSUN OLEH:
DWIKI RAMADHAN
G1G012020
I. Gambaran Umum
Perawatan endodontik pada anak memiliki tujuan yang umumnya sama
dengan dewasa, yaitu untuk meringankan rasa sakit dan mengontrol sepsis dari
pulpa dan jaringan periapikal sekitarnya, serta mengembalikan keadaan gigi yang
sakit agar dapat di terima secara biologis oleh jaringan sekitarnya. Hal tersebut
memiliki arti bahwa tidak terdapat lagi gejala, gigi dapat berfungsi dengan baik,
dan tidak ada tanda-tanda patologis yang lain. Faktor pertimbangan khusus
diperlukan pada saat memutuskan rencana perawatan yang sesuai untuk gigi
geligi desidui yaitu untuk mempertahankan gigi selama mungkin hingga
waktunya tanggal dan menjaga lengkung rahang tetap baik sesuai dengan pola
tumbuh kembang rahang (Bence, 2005)
II. Macam-macam Perawatan
A. Indirect Pulp Capping
Indirect pulp capping merupakan tindakan yang dilakukan untuk
mempertahankan vitalitas pulpa melalui pemberian material pada dentin yang
terinfeksi di atas pulpa pada kavitas yang dalam, dimana pulpa belum terbuka
(Andlaw dan Rock, 2012).
1. Indikasi Kontraindikasi
Indikasi dari indirect pulp capping adalah ketidaknyamanan yang ringan
karena rangsangan kimia dan termal dan tidak ada nyeri spontan yang
mengindikasikan pulputis reversibel. Terdapat lesi karies besar, gingiva yang
berdekatan normal, dan warna gigi normal. Pemeriksaan radiografi
menunjukkan lamina dura normal, ruang ligamen periodontal normal, dan
tidak ada radiolusensi periapikal. Kontraindikasi dari indirect pulp capping
adalah nyeri yang tajam, spontan, penetrasi sakit bertahan setelah penarikan
stimulus yang mengindikasikan pulpitis ireversibel. Mobilitas gigi yang
berlebihan dan terjadi perubahan warna gigi. Pemeriksaan radiografi
menunjukkan terganggunya atau rusaknya lamina dura, ruang ligamen
periodontal melebar, dan radiolusensi di daerah apeks akar atau di daerah
furkasi (Ingle dkk., 2008).
2. Prosedur
Menurut Koch dan Poulsen (2001), prosedur dari perawatan indirect
pulp capping adalah sebagai berikut.
a. Persiapan instrumen dan bahan
b. Isolasi gigi dengan menggunakan rubber dam atau isolasi gigi juga dapat
menggunakan cotton roll
c. Preparasi kavitas pada permukaan oklusal pada tempat karies sampai
kedalaman 1,5 mm (kira-kira 0,5 mm ke dalam dentin)
d. Buang karies dengan ekskavator, mula-mula dengan menghilangkan karies
tepi kemudian berlanjut kearah pulpa
e. Keringkan kavitas dengan cotton pellets lalu tutup bagian kavitas yang
dalam dengan pasta kalsium hidroksida
f. Tutup dengan restorasi sementara untuk menilai keberhasilan perawatan,
apabila perawatan berhasil dapat ditumpat permanen.
B. Direct Pulp Capping
Direct pulp capping merupakan tindakan yang dilakukan untuk
mempertahankan vitalitas pulpa melalui pemberian material pada daerah
pulpa yang terbuka untuk merangsang terbentuknya barier atau dentin
reparatif. Terdapat dua hal yang menyebabkan prosedur ini harus dilakukan,
yakni jika pulpa tidak sengaja terbuka secara mekanis dan pulpa terbuka
karena karies. Terbukanya pulpa secara mekanis dapat terjadi pada preparasi
kavitas atau preparasi mahkota yang berlebihan, penempatan pin atau alat
bantu retensi. Jaringan pulpa pada kasus pemajanan mekanis yang tidak
sengaja kemungkinan besar masih normal, sementara pada pulpa yang terbuka
karena karies yang dalam kemungkinan besar jaringan pulpa telah inflamasi
(Andlaw dan Rock, 2012; Ingle dkk., 2008).
1. Indikasi Kontraindikasi
Indikasi dari perawatan direct pulp capping yaitu pulpa masih vital dan
terbuka karena faktor mekanis dan dalam keadaan steril. Kontraindikasi dari
perawatan direct pulp capping yaitu nyeri gigi spontan, mobilitas berlebihan,
penebalan ligamen periodontal, perdarahan yang tidak terkendali, dan terdapat
eksudat purulen (Ingle dkk., 2008).
2. Prosedur
Menurut Koch dan Poulsen (2001), prosedur dari perawatan direct pulp
capping adalah sebagai berikut.
a.
karena
karies
atau
bersihkan
permukaan
fraktur
3)
Isolasi gigi dengan rubber dam atau cotton roll dan jaga
keberadaannya selama perawatan
6)
D. Pulpotomi Devital
Pulpotomi devital adalah tindakan pengambilan jaringan pulpa yang
terdapat dalam kamar pulpa yang sebelumnya telah di devitalisasi dengan
jaringan pulpa dalam saluran akar ditinggalkan dalam keadaan aseptik. Hal
tersebut dilakukan untuk menghilangkan proses infeksi dari pulpa menuju
jaringan periapikal dan memfiksasi bakteri yang tersisa di saluran akar
(Tarigan, 2004).
1. Indikasi Kontraindikasi
Perawatan pulpotomi dengan teknik devitalisasi ini secara umum
memiliki indikasi dan kontraindikasi yang sama dengan pulpotomi vital
konvensional. Hanya saja, perawatan ini lebih dianjurkan untuk kasuskasus dimana perawatan pulpotomi vital konvensional tidak berhasil atau
tidak dapat dilakukan dikarenakan masalah tingkah laku anak (Tarigan,
2004).
2. Prosedur
Menurut Andlaw dan Rock (2012), prosedur perawatan pulpotomi
devital di bagi menjadi 2 kali kunjungan
a. Kunjungan pertama
1) Persiapan instrumen dan bahan
2) Isolasi gigi dengan rubber dam atau cotton roll
3) Preparasi kavitas, ekskavasi dan buang jaringan karies
4) Letakkan bahan devitalisasi pulpa seperti arsen atau euparal
sebesar ujung sonde dan terbungkus dengan kapas pada
bagian atas kamar pulpa yang terbuka
5) Tutup kavitas dengan tumpatan sementara.
6) Instruksikan pasien untuk kembali 1 sampai dengan 3 hari
apabila
menggunakan
arsen
atau
hari
apabila
menggunakan euparal
b. Kunjungan kedua
1) Isolasi gigi dengan rubber dam
2) Membuka tumpatan sementara. Apabila gigi masih vital,
maka perawatan ulang seperti pada kunjungan pertama
3) Bersihkan kamar pulpa dan berikan bahan antiseptik
4) Aplikasi semen zinc oxide eugenol
5) Restorasi gigi dengan tumpatan permanen
E. Pulpektomi Vital
Pulpektomi vital merupakan tindakan pengambilan seluruh jaringan
dalam ruang pulpa dan saluran akar secara vital dan di ikuti pengisian saluran
akar dengan bahan semen yang dapat diresorbsi (Andlaw dan Rock, 2012).
1. Indikasi Kontraindikasi
Indikasi pulpektomi vital menurut Andlaw dan Rock (2012), yaitu gigi
insisivus desidui yang mengalami trauma dengan kondisi patologis, tidak
terdapat kondisi patologis dengan resorpsi akar yang lebih dari 2/3, dan
kelanjutan perawatan jika perawatan pulpotomi gagal. Kontraindikasi dari
perawatan pulpektomi vital yaitu resorpsi akar gigi yang meluas, pasien tidak
kooperatif, dan gigi goyang disebabkan keadaan patologis.
2. Prosedur
Menurut Budiyanti (2012), prosedur perawatan pulpektomi vital gigi
desidui adalah sebagai berikut.
a.
Kunjungan pertama
1) Persiapan instrumen dan bahan
2) Pemberian anestesi lokal untuk mengurangi rasa sakit saat perawatan
3) Isolasi gigi dengan rubber dam
4) Seluruh jaringan karies di buang bersamaan dengan pembentukan
outline form yang benar dan atap pulpa di buka seluruhnya. Jaringan
pulpa pada bagian korona diambil dengan ekskavator atau dengan
round bur
5) Sisa-sisa jaringan kemudian di irigasi, dibersihkan, dan dikeringkan.
6) Jaringan pulpa dalam saluran akar di ambil dengan jarum ekstirpasi
yang dimasukan perlahan-lahan hingga terdapat hambatan untuk
masuk tempat ini disebut dengan resistance point. Memasukan jarum
ekstirpasi dapat dengan menggunakan perhitungan melalui hasil
radiografi dan kondisi klinis. Memasukkan jarum tidak boleh
melewati resistance point, hal tersebut untuk menghindari bahaya
kerusakan jaringan periapikal
7) Saluran
akar
dilebarkan
dengan
menggunakan
file
untuk
diagnosis gangren pulpa atau nekrosis pulpa (Andlaw dan Rock, 2012).
1. Indikasi Kontraindikasi
Menurut Andlaw dan Rock (2012), indikasi dari perawatan pulpektomi
non-vital yaitu mahkota gigi masih dapat direstorasi, gigi tidak goyang dan
periodontal normal, tidak terlihat adanya fistel, resorpsi akar tidak lebih dari
1/3 apikal, tidak ada granuloma pada gigi-geligi desidui, kondisi kesehatan
dan sosial ekonomi pasien baik. Kontraindikasi pulpektomi non-vital yaitu
gigi tidak dapat direstorasi lagi, kondisi kesehatan pasien yang tidak baik,
terdapat pembengkokan ujung akar dengan granuloma atau kista.
2. Prosedur
Menurut Budiyanti (2012), prosedur perawatan pulpektomi non-vital
gigi desidui adalah sebagai berikut.
a. Kunjungan pertama
1) Persiapan instrumen dan bahan
2) Isolasi gigi dengan rubber dam
3) Atap pulpa di buka seluruhnya hingga terlihat orifice
4) Sisa-sisa jaringan kemudian di irigasi, dibersihkan, dan dikeringkan.
5) Jaringan pulpa dalam saluran akar di ambil dengan jarum ekstirpasi
yang dimasukan perlahan-lahan hingga terdapat hambatan untuk
masuk tempat ini disebut dengan resistance point. Memasukan jarum
ekstirpasi dapat dengan menggunakan perhitungan melalui hasil
radiografi dan kondisi klinis. Memasukkan jarum tidak boleh
melewati resistance point, hal tersebut untuk menghindari bahaya
kerusakan jaringan periapikal
6) Saluran
akar
dilebarkan
dengan
menggunakan
file
untuk
DAFTAR PUSTAKA
Andlaw, R., J., Rock, W., P., 2012, A Manual of Paedodontics, Churchill Livingstone,
New York
Bence, R., 2005, Handbook of Clinical Endodontics, Mosby, London
Budiyanti, A., 2012, Perawatan Endodontik pada Anak, EGC, Jakarta.
Ingle, J., I., Bakland, L., K., Baumgartner, J., C., 2008, Ingles Endodontic, Bc Decker
Inc., Hamilton
Koch, G., Poulsen, S., 2001, Pediatric Dentistry a Clinical Approach, Munksgaard,
Copenhagen
Tarigan, R., 2004, Perawatan Pulpa Gigi (Endodonti), EGC, Jakarta
Welbury, R., R., Duggal, M., S., Hosey, M., T., 2005, Paediatric Dentistry, Oxford
University Press, New York