Anda di halaman 1dari 5

PENTINGNYA MEMAHAMI BERBAGAI MACAM MAKNA KATA DALAM

BAHASA INDONESIA

Dalam Bahasa Indonesia seringkali dijumpai istilah kosa kata. Menurut wikipedia
bahasa Indonesia kosa kata adalah himpunan kata yang dimiliki oleh seseorang atau entitas
lain, atau merupakan bagian dari suatu bahasa tertentu. Dengan demikian setiap orang
memiliki kuantitas penguasaan kosakata yang berbeda-beda. Hal inilah yang terkadang
mengakibatkan salah penafsiran terhadap suatu maksud kata. Sehingga, menimbulkan suatu
pengertian yang bercabang-cabang.

Kosa kata Bahasa Indonesia memiliki artian atau makna yang bermacam-macam.
Seperti, makna kata denotatif dan konotatif, makna kata leksikal dan gramatikal, makna kata
lugas dan kias. Makna adalah maksud pembicaraan, pengaruh satuan bahasa dalam
pemahaman persepsi, serta perilaku manusia atau kelompok (Kridalaksana, 2001:93).

Makna kata denotatif adalah makna kata yang sebenarnya, artinya kata ini
mengandung pengertian yang sesuai dan sebenar-benarnya. Sebagai contoh “meja hijau”.
Dalam artian makna kata denotatif “meja hijau” disini artinya meja yang berwarna hijau.
Jadi, makna kata denotatif ini bersifat wajar dan lugas.

Makna kata konotatif adalah makna kata yang tidak sebenarnya atau disebut juga
makna kias. Makna kata ini berkebalikan dengan makna kata denotatif. Misalnya, dengan
contoh yang sama kata “meja hijau”. Dalam artian makna kata konotatif “meja hijau” dapat
diartikan sebagai “pengadilan”. Makna kata konotatif ini seakan-akan menyimpan “sebuah
rasa” yang ingin disampaikan ke pembacanya. Jika diamati makna denotatif dan konotatif
memiliki perbedaan yang sangat jauh.

Makna kata leksikal adalah makna yang bersifat tetap dan berdiri sendiri. Artinya,
makna kata ini tidak dipengaruhi oleh konteks kalimat. Misalnya, pada sebuah kalimat “Adik
tidur di mobil”. Kata tidur pada kalimat ini bermakna leksikal. Tidur disini dalam artian
tidur dengan menutup mata.

Makna kata gramatikal dapat diartikan sebagai makna kata yang sifatnya berubah-
ubah yang disebabkan oleh pengimbuhan, pengulangan, atau pemajemukan. Misalnya, pada
kalimat “Adik tertidur di mobil” dan “Mereka tidur-tiduran di ruang keluarga.” Pada kedua
kalimat tersebut terdapat predikat yang berkata dasar tidur. Namun, keduanya memiliki
makna secara gramatikal karena terjadinya pengimbuhan dan pengulangan pada kata tersebut.
Pada kalimat pertama tertidur berarti tidak sengaja tidur. Pada kalimat kedua tidur-tiduran
berarti tidak memejamkan mata melainkan hanya berselonjor saja.

Makna kata lugas berarti makna kata yang sebenarnya mirip dengan kata denotatif.
Sedangkan makna kata kias makna kata yang bukan sebenarmya hampir sama dengan makna
kata konotatif.

Masyarakat Indonesia memiliki kecenderungan untuk berkomunikasi menggunakan


bahasa yang halus dan sopan. Hal ini dipengaruhi oleh budaya bersosialisasi di Indonesia.
Masyarakat Indonesia yang ramah, saling menghargai dan menjaga perasaan satu sama lain.
Dengan ini bahasa jelas berkaitan erat dengan budaya.

Menurut Vigotsky (dalam Herman, 2009: 1) bahwa perkembangan bahasa lebih awal
satu tahap sebelum berkembangnya pemikiran (budaya) yang kemudian keduanya bertemu
sehingga melahirkan pikiran berbahasa dan bahasa berpikir. Sebagian orang juga berpendapat
bahwa bahasa merupakan bagian dari budaya itu sendiri.

Disini penguasaan dan pemahaman kosakata dan makna kata menjadi penting adanya.
Pertama dengan pemilihan kata tertentu maka suatu ucapan atau kalimat akan terkesan lebih
sopan walaupun kata tersebut cenderung bersifat negatif. Perhatikan dua kalimat berikut “
Salah satu restoran terkenal di Jakarta Selatan mengizinkan para gelandangan untuk makan
gratis disana.” dan “ Salah satu restoran terkenal di Jakarta Selatan mengizinkan para
tunawisma untuk makan gratis disana.” Dua kalimat tersebut sebenarnya memiliki makna
yang sama. Namun, karena pemilihan katanya berbeda kalimat kedua terkesan lebih sopan.

Kedua, pengetahuan akan makna kata juga membantu penulis pemula. Menulis
bukanlah hal yang sulit jika sudah menguasai hal ini. Menurut Pranoto (2004: 9) menulis
berarti menuangkan buah pikiran ke dalam bentuk tulisan atau menceritakan sesuatu kepada
orang lain melalui tulisan.

Tulisan tersusun dari kalimat-kalimat, sedangkan kalimat terbentuk dari kata-kata


yang berkumpul. Bagaimana menyusun kata menjadi kalimat yang baik perlu diperhatikan.
Pentingnya memahami makna kata, dapat direlasikan disini. Penulis harus pandai memilih
kosakata agar pembaca bisa menerima informasi dengan baik. Pilihan kata yang baik adalah
kata yang mudah dimengerti dan tidak menimbulkan keambiguan makna atau arti.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia ambigu berarti mempunyai makna lebih dari
satu. Tentunya, hal ini akan menimbulkan kerancuan dan ketidakjelasan kalimat yang ditulis.
Amati kalimat berikut, “Bu Sarah datang ke rumah saya untuk memberi tahu.” Dari kalimat
tersebut tidak diketahui apakah yang dimaksud kata “tahu” merupakan makanan tahu atau
informasi. Penulis sebaiknya menghindari kata-kata seperti ini.

Hal lain yang perlu diperhatikan ialah target pembaca. Sebab, perbedaan target
pembaca mungkin mengakibatkan pemilihan kata yang digunakan juga berbeda. Seorang
penulis tidak mungkin menulis menggunakan kata-kata ilmiah jika target pembaca adalah
khalayak umum. MS-DOS (Microsoft Disk Operating System) adalah sebuah sistem
operasi yang sangat banyak digunakan oleh komputer IBM-PC atau yang kompatibel
dengannya. Kalimat seperti ini tidak tepat dimasukkan ke dalam tulisan yang target
pembacanya masyarakat umum. Dalam kalimat ini ditemukan kata “kompatibel” yang
mungkin tidak semua orang tahu makna dari kata tersebut. Menurut KBBI kompatibel berarti
mampu bergerak dan bekerja dengan keserasian, kesesuaian (misalnya mesin, komputer).

Ketiga, mengetahui makna dari berbagai kata memudahkan pembaca untuk


memahami suatu bacaan. Membaca menurut Mr. Juel dalam buku Mr. Sandjaja (2005)
membaca merupakan sebuah proses untuk dapat mengenal kata-kata dan memadukan
menjadi arti kata dan menjadi kalimat dan menjadi struktur baca. Ketika membaca buku tidak
jarang seorang pembaca menemukan istilah-istilah baru yang terdengar asing di telinga.
Untuk itu, pembaca perlu menambah kosakata sekaligus memahami makna kata tersebut.
Seorang pembaca juga harus mengerti relasi antara makna kata dan konteks kalimat.

Terkadang, memahami suatu bacaan tidak bisa hanya dilihat dari makna dari kata per
kata, namun juga dilihat makna kata tersebut jika berada dalam suatu konteks kalimat
tertentu. Misalnya dalam kalimat seperti ini, “Hari ini kami hanya melakukan apel saja.”
Dalam konteks kalimat seperti ini kata “apel” disini tidak bisa diartikan dengan melihat satu
sisi saja. Pembaca harus membaca kalimat ini secara keseluruhan agar dapat mengetahui
makna kata tersebut. Kata “apel” pada kalimat itu berati suatu kegiatan yang dilakukan untuk
mendisplinkan mirip seperti upacara. Jika pembaca hanya mengartikan perkata saja, maka
dapat dimungkinkan terjadi kesalahan penafsiran menjadi berarti buah apel.

Keempat, pentingnya memahami makna kata-kata untuk menghindari terjadinya


misscommunication atau dalam Bahasa Indonesianya miskomunikasi. Miskomunikai adalah
keselahan pengertian yang ditangkap oleh salah satu pihak, sehingga menimbulkan respon
berlawanan dari yang diharapkan.
Salah satu faktor penyebab terjadinya miskomunikasi adalah pengetahuan dan bahasa.
Maksudnya, seseorang dengan latar belakang pengetahuan yang luas dan kesamaan bahasa
akan lebih mudah mencapai kesamaan persepsi. Kesamaan bahasa disini juga mencakup
kesamaan pendefinisian terhadap suatu kata antara pihak-pihak yang berkomunikasi.
Sehingga pemahaman makna kata dengan jangkauan yang lebih luas sangat diperlukan dalam
hal berkomunikasi.

Kelima, pemilihan makna kata memperindah suatu kaya sastra. Dalam karya sastra
berupa puisi biasa disebut dengan diksi. Menurut Gorys Keraf diksi adalah pilihan kata atau
mengenai pengertian kata-kata mana yang digunakan untuk menyampaikan suatu gagasan,
pengungkapan yang tepat, dan gaya penyampaian kata yang lebih baik sesuai situasi.

Dalam proses pembuatan puisi biasanya seorang penyair akan memperhatikan nilai
estetika dalam karyanya. Pemilihan diksi yang tepat akan memunculkan musikalitas,
keunikan, atau memunculkan emosi pada pembacanya. Namun pemilihan diksi ini tidak bisa
hanya berfokus pada nilai estetika saja. Setiap baris bahkan setiap bait harus memiliki makna
yang sinkron satu sama lain.

Dalam kaitannya, tentu saja diksi tidak bisa terlepas dari kosa kata. Seorang penyair
perlu memperkaya perbendaharaan kosakata agar dapat menentukan diksi yang baik yang
akan dituliskan dalam karyanya. Sebab, dalam puisi tidak hanya mementingkan unsur
dekorasi saja namun juga arti yang mendalam.

Perhatikan kutipan puisi karya Sapardi Djoko Darmono berikut:

Aku Ingin

Aku ingin mencintamu dengan sederhana

Dengan kata yang tak sempat diucapkan kayu kepada api yang menjadikannya
abu.

Aku ingin mencintamu dengan sederhana

Dengan isyarat yang tak sempat disampaikan awan kepada hujan yang
menjadikannya tiada.

Jika mengamati pada kalimat bercetak tebal, tentu pembaca akan mengira-ngira
sebenarnya apa maksud yang ingin disampaikan kepada penulis. Inilah yang disebut
permainan diksi yang menjadikan puisi tampak lebih hidup. Kedua kalimat bercetak tebal
diatas dapat ditafsirkan seperti ini : seseorang yang ingin membuktikan seberapa besar
cintanya di hidupnya yang singkat. Mungkin inilah maksud yang ingin disampaikan oleh
penulis. Jika maksud seperti ini disampaikan dengan kata yang bermakna lugas, pembaca
tentu tidak dapat merasakan adanya emosi dalam puisi ini. Sekali lagi, peranan diksi sangat
penting disini.

Anda mungkin juga menyukai