Anda di halaman 1dari 66

NAMA : A.

KHAERUNNISA’

NIM : 90200117121

KELAS : MANAJEMEN KEUANGAN

TEORI PORTOFOLIO DAN ANALISIS INVESTASI (UTS)

1. PENYEDERHANAAN ANALISIS PORTOFOLIO MODEL INDEKS TUNGGAL

Teori yang pertama kali dikemukakan oleh Harry Markowitz pada tahun 1956 kemudian mengalami
perkembangan dan penyederhanaan yang membawa dampak besar pada implementasi teori tersebut
dalam dunia keuangan. Dalam bab ini kita akan membicarakan penyederhanaan tersebut. Penyederhanaan
bukan hanya dalam artian input yang dipergunakan, tetapi juga bagaimana menaksir input yang
diperlukan untuk analisis.
1. Masukan Untuk Analisis Portofolio
Sewaktu kita melakukan analisis portofolio, perhatian kita akan terpusat pada dua parameter, yaitu
tingkat keuntungan yang diharapkan dan deviasi standar tingkat keuntungan portofolio yang efisien.
Tingkat keuntungan yang diharapkan dari portofolio dinyatakan sebagai

E(Rp) = ∑

Sedangkan deviasi standar portofolio dinyatakan sebagai


σp = [ ∑ X12 σi + ∑∑ Xi Xj σij ] ½

Dengan demikian kalau kita ingin melakukan analisis portofolio yang terdiri dari 5 saham (atau
sekuritas) misalnya, maka untuk menaksir E(R) kita perlu menaksir tingkat keuntungan
yang diharapkan dari masing-masing saham yang membentuk portofolio tersebut. Berarti kita
perlu menaksir lima tingkat keuntungan yang diharapkan. Untuk menaksir tingkat keuntungan yang
diharapkan dari suatu portofolio, kita perlu menaksir jumlah tingkat keuntungan yang diharapkan
sebanyak jumlah saham yang membentuk portofolio tersebut.
Sebaliknya kalau kita ingin menaksir σp kita harus menaksir variance (atau deviasi standar) dari
saham-saham yang membentuk portofolio tersebut dan koefisien korelasi antar tingkat keuntungan (atau
covariance). Kalau portofolio tersebut terdiri dari 5 saham, maka kita akan menaksir 5 variance dan
10 koefisien korelasi. Jumlah koefisien korelasi yang perlu ditaksir ini akan meningkat dengan
cepat apabila kita memperbesar saham-saham yang ada dalam portofolio kita. Formula yang
dipergunakan untuk menghitung jumlah koefisien korelasi antar tingkat keuntungan adalah N(N - 1)/2.
Dalam hal ini N adalah jumlah sekuritas yang dipergunakan untuk membentuk portofolio tersebut. Jadi
kalau kita melakukan pengamatan terhadap 20 sekuritas, maka kita harus menaksir 20(20 - 1)/2 = 190
koefisien korelasi. Suatu jumlah variabel yang tidak sedikit, lebih-lebih kalau pada umumnya para analis
sekuritas melakukan pengamatan terhadap sekitar 50 sampai dengan 100 sekuritas.
Tentu saja kita bisa menghitung koefisien korelasi, variance dan tingkat keuntungan yang diharapkan
berdasarkan atas data tahun-tahun yang lalu. Tetapi untuk keperluan analisis dan pengambilan
keputusan kita berkepentingan dengan nilai variabel-variabel tersebut di masa yang akan datang,
bukan dengan nilai historisnya. Untuk itu kita hanya bisa melakukan estimasi terhadap variabel-variabel
tersebut. Seandainya nilai variabel-variabel tersebut relatif stabil, maka kita bisa melakukan estimasi
dengan baik dengan menggunakan data historis.
Untuk keperluan analisis portofolio memang disyaratkan bahwa data yang kita pergunakan harus
mempunyai sifat stationary. Stationarity ini ditunjukkan dari stabilnya nilai mean dan variance. Kalau
suatu series bersifat stationary berarti untuk variabel tingkat keuntungan yang diharapkan dan deviasi
standar, data historis memang sedikit banyak bisa dipergunakan untuk menaksir nilai di masa yang
akan datang, tetapi tidak untuk koefisien korelasi. Tidak ada jaminan bahwa kalau tahun yang lalu
koefisien korelasi antara saham A dan B lebih rendah dibandingkan antara saham B dan C, maka untuk
tahun-tahun yang akan datang pola tersebut akan tetap berlaku. Untuk itulah kemudian dipergunakan
model yang diharapkan bisa membantu memecahkan masalah-masalah tersebut.

2. Konsep Model Indek Tunggal


Kalau kita melakukan pengamatan maka akan nampak bahwa pada saat "pasar"
membaik yang ditunjukkan oleh indeks pasar yang tersedia) harga saham-saham individual juga
meningkat. Demikian pula sebaliknya pada saat pasar memburuk maka harga saham-saham akan turun
harganya. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat keuntungan suatu saham tampaknya berkorelasi dengan
perubahan pasar. Kalau perubahan pasar bisa dinyatakan sebagai tingkat keuntungan indeks pasar, maka
tingkat keuntungan suatu saham bisa dinyatakan sebagai,
Ri = ai + βi Rm
dalam hal ini, adalah bagian dari tingkat keuntungan saham i yang tidak dipengaruhi oleh perubahan
pasar. Variabel ini merupakan variabel yang acak.
Rm adalah tingkat keuntungan indeks pasar. Variabel ini merupakan variabel yang acak.
βi adalah beta, yaitu parameter yang mengukur perubahan yang diharapkan pada Rj kalau terjadi
perubahan pada Rm
Persamaan tersebut hanyalah memecah tingkat keuntungan suatu saham menjadi dua bagian, yaitu
yang independen dari perubahan pasar dan yang dipengaruhi oleh pasar. Menunjukkan kepekaan
tingkat keuntungan suatu saham terhadap tingkat keuntungan indeks dasar. βi sebesar 2 berarti bahwa
kalau terjadi kenaikan (penurunan) tingkat keuntungan indeks pasar sebesar 10% maka akan terjadi
kenaikan (penurunan) Rj sebesar 20%. Parameter a, menunjukkan komponen tingkat keuntungan yang
tidak terpengaruh oleh perubahan indeks pasar. Parameter ini bisa dipecah menjadi dua, yaitu, αi (alpha)
yang menunjukkan nilai pengharapan dari ai, dan ei, yang menunjukkan elemen acak dari ai. dengan
demikian maka

ai = αi + ei

Dengan ei mempunyai nilai pengharapan sebesar nol. Persamaan tingkat keuntungan suatu saham
sekarang bisa dinyatakan sebagai,
Ri = αi + βi Rm + ei

Persamaan tersebut merupakan persamaan regresi linier sederhana yang dihitung dengan R sebagai
variabel tergantung dan Rm sebagai variabel independen. Cara penghitungan regresi secara manual
diberikan pada Apendiks Bab ini, meskipun penggunaan paket program statistik akan sangat mempercepat
perhitungan kita. Perhatikan sekali lagi bahwa Rm dan ei, adalah variabel random. Karena itu cov(ei,Rm ) =
0. Kemudian diasumsikan bahwa ei independen terhadap ej, untuk setiap nilai i dan j, formal bisa
dinyatakan bahwa E(ei,ej,) = 0.
Model indeks tunggal bisa kita ringkas sebagai berikut:
Persamaan dasar
Ri = αi + βi Rm + ei untuk setiap saham i = 1,.,N
Berdasarkan pembentukan saham
E (ei) = 0 untuk setiap saham i = 1,.,N
Berdasarkan asumsi
(1) lndeks tidak berkorelasi dengan unique return :
E[ ei (Rm – E (Rm)) ] = 0 untuk setiap saham i = 1,.,N
(2) Sekuritas hanya dipengaruhi oleh pasar :
E (ei ej) = 0 untuk setiap pasangan saham
i = 1,..,N dan j = 1,.,N, tetapi i ≠ j
Per definisi
(1) Variance ei = E(ei)2 = σei2 untuk semua saham i = 1,..,N
(2) Variance Rm = σm2
Untuk sekuritas, penggunaan model indeks tunggal menghasilkan tingkat keuntungan yang diharapkan,
deviasi standar tingkat keuntungan dan covariance antar saham sebagai berikut,
1. Tingkat keuntungan yang diharapkan,
E(Ri) = αi + βi E (Rm)
2. Variance tingkat keuntungan
αi2 = βi σm2 + σei2
3. Covariance tingkat keuntungan sekuritas i dan j
σij = βi βj σm2

Perhatikan bahwa model tersebut menunjukkan bahwa tingkat keuntungan yang diharapkan terdiri dari
dua komponen; bagian yang unik, yaitu αi dan bagian yang berhubungan dengan pasar, yaitu βi E (Rm).
Demikian juga variance tingkat keuntungan terdiri dari dua bagian, yaitu risiko yang unik (σei2) dan risiko
yang berhubungan dengan pasar βi σm2 . Sebaliknya covariance semata-mata tergantung pada risiko pasar.
lni berarti bahwa model indeks tunggal menunjukkan bahwa satu-satunya alasan mengapa saham-saham
"bergerak bersama" adalah bereaksi terhadap gerakan pasar.
Pernyataan tersebut bisa diilustrasikan dengan data yang ada dalam tabel 5.1. Misalkan kita mengamati
tingkat keuntungan suatu saham dan indeks pasar seperti yang ditunjukkan pada kolom (1) dan (2).
Kolom (3) merupakan reproduksi kolom (1). Sementara ini kita terima dulu bahwa β i = 0,975. Kolom (5)
merupakan kolom (2) dikalikan 0,975. Nilai ei diperoleh sebagai berikut. Perhatikan bahwa rata-rata ei =
0. Karena itu jumlah ei, juga = 0. Karena jumlah kolom (5) = 39, maka jumlah kolom(4) harus sama= 13.
Karena αi merupakan konstanta, maka nilai αi, pada setiap bulannya adalah 39/5 = 2,6.

Dengan menggunakan rumus (5.4) kita bisa menghitung bahwa,


σm2 = 32 dan σei2 = 4,732. Dengan demikian maka,
σei2 = βi2 σm2 + σei2
= 30,42 + 4,732
= 35,152
Tabel Dekomposisi Tingkat Keuntungan Untuk Model Indeks Tunggal
Bulan (1) (2) (3) (4) (5) (6)
Tingkat Tingkat Ri αi+ βiRm + ei
Keuntungan Keuntungan
Saham Pasar

1 13 8 13 2,6 7,8 2,6


2 3,9 4 3,9 2,6 3,9 -2,6
3 19,5 16 19,5 2,6 15,6 1,3
4 11,7 12 11,7 2,6 11,7 -2,6
5 3,9 0 3,9 2,6 0 1,3
40 20 52 13 39 0

3. Model Indek Tunggal Untuk Portofolio


Di muka telah disebutkan bahwa salah satu alasan dipergunakannya model indeks tunggal adalah untuk
mengurangi jumlah variabel yang harus ditaksir. Kalau kita melakukan analisis portofolio maka pada
dasarnya kita harus memperkirakan E(Rp ) dan σp. Kalau kita mempunyai 10 sekuritas yang membentuk
portofolio, maka untui menaksir E(Rp) kita perlu menaksir sepuluh tingkat keuntungan sekuritas. Untuk
menaksir σp kita perlu menaksir sepuluh variance tingkat keuntungan dan empat puluh lima covarince.
Model indeks tunggal akan mampu mengurangi jumlah variabel yang perlu ditaksir karena untuk
portofolio model indeks tunggal mempunyai karakteristik sebagai berikut. Beta portofolio (βp) merupakan
rata-rata tertimbang dari beta saham-saham yang membentuk portofolio tersebut. Dinyatakan dalam rumus,
βp = xi βi
Demikian juga alpha portofolio αp, adalah
αp = xi αi
Dengan demikian persamaan (5.4) bisa dituliskan menjadi
E(Rp) = αp = βp + βp E (Rm)
Untuk variance portofolio, αp2, rumusnya bisa dinyatakan sebagai,
αp2 = βp2+ σm2 + ∑ xiσ ei2
Apabila pemodal menginvestasikan dananya dengan proporsi yang sama pada N saham, maka variance
portofolio bisa dinyatakan sebagai,
σp2 = βp2 σm2 + (1/N) [ ∑ (1/N) (σei2) ]
Apabila nilai N menjadi makin besar (artinya makin banyak saham yang dipergunakan untuk membentuk
portofolio), makin kecillah nilai term kedua dari persamaan tersebut. Karena term tersebut menunjukkan
risiko sisa (residual risk atau unsystematic risk) maka ini berarti bahwa sumbangan risiko sisa terhadap
risiko portofolio menjadi makin kecil apabila kita memperbesar jumlah saham yang ada dalam portofolio.
Apabila kita mempunyai N yang besar sekali, maka term tersebut akan menjadi sangat kecil dan mendekati
nol. Sedangkan term yang pertama disebut sebagai systematic risk. Penjumlahan kedua terms tersebut
disebut sebagai risiko total dari portofolio (σp2).
Risiko yang tidak bisa dihilangkan kalau kita membentuk portofolio yang terdiri dari sekuritas yang makin
banyak, merupakan risiko yang berkaitan dengan βp. Kalau kita rnenganggap risiko residual mendekati nol,
maka risiko portofolio mendekati
σp2 = [ β p2 σm2 ]1/2 = β p σm = [ ∑ Xi β i ]
Karena nilainya sama σm, tidak peduli saham apapun yang kita analisis, ukuran kontribusi risiko suatu
saham terhadap risiko portofolio yang terdiri dari banyak saham akan tergantung pada β1
.
4. Menaksir Beta
Penggunaan model indeks tunggal memerlukan penaksiran beta dari saham-saham yang akan dimasukkan
ke dalam portofolio. Para analis bisa saja menggunakan judgement mereka dalam menentukan beta. Kita
juga bisa menggunakan data historis untuk menghitung beta waktu lalu yang dipergunakan sebagai taksiran
beta di masa yang akan datang. Diketemukan berbagai bukti bahwa beta historis memberikan informasi
yang berguna tentang beta di masa yang akan datang (sebagai misal, Brealey and Myers, 1991, h. 183).
Karena itu sering para analis menggunakan beta historis sebelum mereka menggunakan judgement / untuk
memperkirakan beta di masa yang akan datang.
Persamaan (5.3) menunjukkan bahwa,

Ri = αi + βi Rm + ei

Persamaan ini tidak lain merupakan persamaan regresi linier sederhana, yang bisa dipecahkan dengan
rumus regresi. Berbagai program statistik untuk dipergunakan di komputer juga tersedia untuk menghitung
persamaan tersebut. Informasi yang diperlukan adalah series tentang tingkat keuntungan suatu saham (Ri,)
dan tingkat keuntungan indeks pasar (Rm). Hasil perhitungan tersebut kalau di-plot-kan dalam suatu
gambar akan nampak seperti dalam Gambar 5.1.
Beta menunjukkan kemiringan (slope) garis regresi tersebut, dan α menunjukkan intercept dengan sumbu
Rit. Semakin besar beta, semakin curam kemiringan garis tersebut, dan sebaliknya. Penyebaran titik-titik
pengamatan di sekitar garis regresi tersebut menunjukkan risiko sisa (σei2)sekuritas yang diamati. Semakin
menyebar titik-titik tersebut, semakin besar risiko sisanya.

Beta juga bisa dihitung dengan menggunakan rumus,


βi = (σim / σm2) dan untuk alpha, bisa dihitung dengan
αi = E (Rit) – βp E (Rmt)
Nilai βi , dan αi , yang dihitung dengan persamaan regresi merupakan taksiran dari beta dan alpha yang
sebenamya. Taksiran tersebut tidak luput dari kesalahan (subject to error). Berbagai properti statistik,
seperti nilai-t, nilai F, dan koefisien determinasia perlu diperhatikan untuk menggunakan nilai-nilai
taksiran tersebut.
Beta sekuritas individual cenderung mempunyai koefisien determinasi (yaitu bentuk kuadrat dari koefisien
korelasi) yang lebih rendah dari beta portofolio. Koefisien determinasi menunjukkan proporsi perubahan
nilai R1 yang bisa dijelaskan oleh Rm. Dengan demikian semakin besar nilai koefisien determinasi semakin
akurat nllai estimated beta tersebut. Beta portofolio umumnya lebih akurat dari beta sekuritas individual
karena dua hal. Pertama, beta mungkin berubah dari waktu ke waktu. Ada sekuritas yang betanya berubah
menjadi lebih besar, ada pula yang mengecil. Pembentukan portofolio memungkinkan perubahan tersebut
menjadi saling meniadakan, atau paling tidak mengecil. Kedua, penaksiran beta selalu mengandung unsur
kesalahan acak (random error). Pembentukan portofolio memungkinkan kesalahan tersebut diperkecil.
Karena itu, semakin banyak sekuritas yang dipergunakan untuk membentuk portofolio, semakin besar nilai
koefisien determinasinya. Dengan demikian maka beta portofolio historis akan merupakan predictor beta
masa depan yang lebih baik dibandingkan dengan beta sekuritas individual.

a. Menyesuaikan Taksiran Beta Historis


Apakah kita bisa memperbaiki akurasi penaksiran beta historis untuk keperluan
estimasi beta di masa yang akan datang? Pengamatan yang dilakukan olehBlume (I97I) menunjukkan
fenomenayangmenarik, sebagaimana disajikan pada Tabel 5.2 berikut ini. Blume mengamati beta dari
berbagai portofolio pada dua periode yang berurutan, yaitu beta pada periode Juli 1954-Juni 1961 dan
periode Juli 1961-Juni 1968. Beta-beta periode pertama tersebut disusun menurut peringkatnya, dimulai
dari beta yang terkecil sampai dengan beta yang terbesar.
Tabel 5.2. Beta berbagai portofolio yang disusun sesuai peringkatnya untuk dua periode waktu yang
berurutan.

Portofolio 7/54-6/61 7/61-6/68


1 0,393 0,620
2 0,612 0,707
3 0,810 0,861
4 0,987 0,914
5 1,138 0,995
6 1,337 1,169

Tabel tersebut menunjukkan bahwa ada kecenderungan bahwa apabila pada


periode pertama beta suatu portofolio kecil, yaitu di bawah satu, maka pada periode berikutnya akan terjadi
kenaikan. Sebagai misal, beta portofolio pertama adalah 0,393 pada periode pertama, kemudian beta
portofolio ini meningkat menjadi 0,620 pada periode kedua. Sebaliknya untuk portofolio yang mempunyai
beta tinggi, lebih besar dari satu. Pada periode berikutnya beta portofolio tersebut menurun. Ada
kecenderungan bahwa nampaknya beta portofolio- portofolio tersebut, dalam jangka panjang akan
bergerak di sekitar satu.
Berdasarkan fenomena tersebut Blume kemudian merumuskan teknik untuk
menyesuaikan beta historis yaitu meregresikan ke arah satu. Kalau beta-beta pada periode kedua
diregresikan dengan beta-beta pada periode pertama, akan diperoleh persamaan
βi2 =0,343 + 0,677 β91
Dalam hal ini βi2, menunjukkan beta untuk sekuritas i pada periode 2, dan
βi2, menunjukkan beta untuk sekuritas i pada periode 1. Jadi apabila kita menghitung beta suatu sekuritas
pada periode pertama sebesar 2, maka pada periode yang akan datang kita akan rnemperkirakan bahwa
beta sekuritas tersebut adalah 0,343 + 0,677 (2) = 1,697 , dan bukan 2. Persamaan tersebut bisa
digambarkan sebagai berikut.

Beta periode 2

0,677

0,34
3
Gambar 5.2. Hubungan antara beta pada periode 1 dengan beta pada periode 2, hasil pengamatan
BetaBlume
periode 1

Teknik yang dikemukakan oleh Blume tersebut telah diuji secara empiris, dan hasilnya ternyata memang
lebih baik daripada seandainya kita menggunakan beta yang tidak disesuaikan (Klemkosky and Martin,
1975). Pengujian dilakukan terhadap kemampuan meramalkan teknik tersebut untuk tiga periode yang
setiap periodenya terdiri dari lima tahun, saham individual maupun portofolio yang terdiri dari sepuluh
sekuritas.
Ilustrasi 5.1
Pengujian empiris juga dilakukan di pasar modal Indonesia (Pudjiastuti dan Husnan, 1993). Untuk
periode tahun 1990 – 1992, ditemukan bahwa beta pada t berkorelasi relatif cukup kuat dengan beta t + 1.
Korelasi beta 1990 dengan beta 1991 ditemukan sebesar 0,39, sedangkan antara beta tahun 1991 dengan
1992 adalah 0,52. Sebaliknya beta pendekatan Blume diterapkan untuk Indonesia, ditemukan persamaan,
β92 =0,460 + 0,3791β92
Meskipun kecenderungan mendekati satu tidak terdeteksi, peramalan beta di masa yang akan datang
dengan menggunakan persamaan-persamaan tersebut ternyata sedikit lebih baik daripada dengan
menggunakan nilai beta di waktu yang lalu. Hal ini terlihat dari nilai rata-rata error yang dikuadratkan
(mean square error), yang lebih rendah untuk estimasi beta dengan persamaan di atas, daripada beta
historis apa adanya.
Dengan demikian, penggunaan beta bukan hanya mengurangi jumlah variabel yang harus ditaksir, beta
yang disesuaikanjuga relatif lebih akurat sebagai penaksir beta di masa yang akan datang dibandingkan
dengan beta historis yang tidak disesuaikan, dan juga dengan koefisien korelasi historis. Yang terakhir ini
nampaknya merupakan forecaster yang terburuk untuk nilai-nilai di masa yang akan datang.
Penggunaan beta bukan hanya bisa memperkecil jumlah variabel yang harus ditaksir dan penggunaan data
(beta) historis (setelah disesuaikan) lebih bisa diandalkan, tetapi penggunaan beta juga memungkinkan kita
mengidentifikasikan faktor-faktor fundamental yang mungkin mempengaruhi beta tersebut. Faktor-faktor
fundamental ini yang tidak bisa diidentifikasikan kalau kita menggunakan matrik koefisien korelasi
historis. Belum bisa diidentifikasikan faktor (faktor-faktor) apa yang menyebabkan, misalnya, koefisien
korelasi saham i dengan j ternyata rendah (atau tinggi) pada periode waktu tertentu.
Beta merupakan ukuran risiko yang berasal dari hubungan antara tingkat keuntungan suatu saham dengan
pasar. Risiko ini berasal dari beberapa faktor fundamental perusahaan dan faktor karakteristik pasar tentang
saham perusahaan tersebut. Faktor-faktor yang diidentifi kasikan mempengaruhi nilai beta adalah :
1. Cyclicality. Faktor ini menunjukkan seberapa jauh suatu perusahaan dipengaruhi oleh
konjungtur perekonomian. Kita tahu bahwa pada saat kondisi perekonomian membaik,
semua petusahaan akan merasakan dampak positifnya. Demikian pula pada saat resesi
semua perusahaan akan terkena dampak negatifnya. Yang membedakan adalah
intensitasnya. Ada perusahaan yang segera membaik (memburuk) pada saat kondisi
perekonomian membaik (memburuk), tetapi ada pula yang hanya sedikit terpengaruh.
Perusahaan yang sangat peka terhadap perubahan kondisi perkonomian merupakan
perusahaan yang mempunyai beta yang tinggi dan sebaliknya.
2. Operating leverage. Operating leverage menunjukkan proporsi biaya perusahaan yang
merupakan biaya. Semakin besar proporsi ini semakin besar operating leveragenya.
Perusahaan yang mempunyai operating leverage yang tinggi akan cenderung mempunyai
beta yang tinggi, dan sebaliknya.
3. Financial leverage. Perusahaan yang menggunakan hutang adalah perusahaan yang
mempunyai financial leverage. Semakin besar proporsi hutang yang dipergunakan, semakin
besar financial leverage-nya. Kalau kita menaksir beta saham, maka kita menaksir beta
equity. Semakin besar proporsi hutang yang dipergunakan oleh perusahaan, pemilik modal
sendiri akan menanggung risiko yang makin besar. Karena itu semakin tinggi financial
leverage, semakin tinggi beta equity.
Beberapa peneliti (Beaver, Kettler, and Scholes, 1970) mencoba merumuskan beberapa variabel akuntansi
untuk memperkirakan beta. Variabel-variabel yang dipergunakan diantaranya adalah:
1) Dividend Payout (yaitu perbandingan antara dividen per lembar saham dengan laba
per lembar saham).
2) Pertumbuhan aktiva (yaitu perubahan aktiva per tahun).
3) Leverage (yaitu rasio antara hutang dengan total aktiva).
4) Likuiditas (yaitu aktiva lancar dibagi dengan hutang lancar).
5) Asset size (yaitu nilai kekayaan total).
6) Variabilitas keuntungan (yaitu deviasi standar dari earnings price ratio).
7) Beta akunting (yaitu beta yang timbul dari regresi time series laba perusahaan
terhadap rata-rata keuntungan semua (atau sampel) perusahaan.

Variabel (1) diharapkan mempunyai hubungan yang negatif dengan beta. Variabel (2) dan (3) diharapkan
mempunyai hubungan yang positif. Variabel (4) diharapkan mempunyai hubungan negatif, dan variabel (5)
dan (6) mempunyai hubungan positif. Beta akunting diharapkan mempunyai hubungan yang positif dengan
beta pasar.
Korelasi masing-masing faktor tersebut dengan beta menunjukkan hasil yang sesuai dengan pengharapan.
Sedangkan untuk menguji apakah variabel-variabel tersebut memang mempengaruhi beta, dilakukan uji
regresi berganda, dimana variabel tergantungnya adalah beta. Banyak peneliti lain yang juga melakukan
penelitian tentang faktor-faktor yang mempengaruhi beta seperti yang telah diungkapkan oleh Elton and
Gruber (1991).

2. PORTOFOLIO YANG EFISIEN

1. Kombinasi 2 Sekuritas Berisiko, Tanpa Short Sales


Short sales berarti menjual saham yang tidak dimiliki. Dengan short sales orang dapat
melakukan investasi lebih besar dari modal yang mereka miliki dengan melakukan
peminjaman saham terlebih dahulu. Kalau short sales tidak diperkenankan, berarti investor
hanya dapat menginvestasikan dana maksimum sebesar 100 % pada suatu sekuritas, dan
minimum 0 %. Kalalu short sales diijinkan, proporsi dana yang diinvestasikan pada suatu
sekuritas bisa lebih besar dari 100 % dan lebih kecil dari 0 % (dalam artian negatif).
Apabila short sales tidak diperkenankan, pada portofolio dengan dua sekuritas, dana yang
diinvestasikan pada A dan B akan sebesar 100 %., danproporsi dana yang diinvestasikan pada
masing-masing sekuritas tidak akan lebih kecil dari 0. Berbeda dengan apabila short sales
diperbolehkan, maka dana yang diinvestasikan pada A dan B bisa lebih besar dari 100 %, dan
proporsi dana yang diinvestasikan pada masing-masing sekuritas yang dipilih sebagai short
sales akan negatif.
Untuk kondisi short sales tidak diperkenankan, maka:
XA + XB =1
dimana
X ≥ 0 dan X ≥ 0
A B
Persamaan diatas dapat pula dituliskan sebagai berikut:
XB = 1- XA
dimana
X ≥ 0 dan X ≥ 0
A B
Dari persamaan diatas, investor dapat memperkirakan bahwa untuk
portofolio yang terdiri dari dua sekuritas misalnya sekuritas A dan B maka tingkat
keuntungan yang diharapkan dan deviasi standar (risiko) portofolio adalah sebagai
berikut:
E(Rp) = XAE(RA) + (1- XA)E(RB)

σ p = [ ( X2A σ2A + ( 1 – XA )2 σ2B + 2XA ( 1 – XA ) σAB ]1/2

Dalam hal ini:


XA : Proporsi dana yang diinvestasikan pada sahamA
XB : Proporsi dana yang diinvestasikan pada sahamB
E (R A) : Tingkat keuntungan yang diharapkan dari sekuritas A
E (R B) : Tingkat keuntungan yang diharapkan dari sekuritas B
E (R P) : Tingkat keuntungan yang diharapkan dari portofolio P
σP : Deviasi standar tingkat keuntungan portofolio tersebut
σA2 : Deviasi standar tingkat keuntungan saham A
σB 2 : Deviasi standar tingkat keuntungan saham B
σAB : covariance tingkat keuntungan saham A dan saham B

Kita ketahui bahwa koefisien korelasi terletak dari nilai -1 (minimal) sampai dengan nilai
1 (maksimal). Dengan contoh soal dibawah ini marilah kita pahami bagaimana pengurangan
risiko dalam portofolio saham dengan memperhatikan nilai koefisien korelasi antara anggota
portofolio.
Berdasar data di atas maka:
E(Rp) = 0,25XA + 0,20(1- XA) = 0,20 + 0.05XA
σp = 0,10XA + 0,08(1- X A ) = 0,08 + 0,02XA

Adapun nilai tingkat keuntungan yang diharapkan dan deviasi standar untuk
berbagai nilai Xa adalah sebagai berikut:
XA 0 0,4 0,8 1,0
E(RA) 0,20 0,22 0,24 0,25
σp 0,08 0,088 0,96 0,10
Dari data diatas kita mendapatkan hasil bahwa pada saat ρAB=+1
(koefisien korelasi positif sempurna 1), portofolio yang dilakukan tidak akan
memberikan manfaat bagi investor dalam pengurangan risiko. Dengan
demikian, maka tidak ada manfaat diversifikasi yang dilakukan sehingga akan
sama seperti kalau memberli sekuritas individual yang membentuk portofolio.
Gambar hubungan antara tingkat keuntungan dan deviasi standar pada saat
korelasi adalah 1 seperti dibawah ini.

Gambar 4.3 Hubungan antara tingkat keuntungan yang diharapkan


dengan deviasi standar pada saat koefisien korelasi = +1

E (R p)

A
SML

0,25

B
0,2

0,08 0,10 Risiko (σ)

Dengan demikian, portofolio dengan dua saham tidak akan memberikan


manfaat bagi investor apabila koefisien korelasi antar dua saham tersebut adalah
positif sempurna (+1) sehingga investor tidak perlu melakukan portofolio saham
dengan menentukan alokasi aset dalam saham tersebut.

 Saham A danB dengan korelasi negatif sempurna (-1)


Apabila terdapat koefisien korelasi saham A dan saham B adalah negatif
sempurna (-1), maka perhitungan risiko portofolio menjadi:

Kedua persamaan untuk menghitung deviasi standar portofolio diatas


menunjukkan bahwa persamaan yang satu hanyalah merupakan perkalian
antara persamaan satunya dengan angka -1 (negatif satu). Sehingga masing-
masing persamaan hanya valid apabila nilai sisi kanan positif. Persamaan yang
satu akan positif apabila persamaan satunya negatif, maka kita akan
memperoleh solusi tentang risiko dan keuntungan yang diharapkan dari
kombinasi saham A dan B.

Berdasar data di atas maka:


E(Rp ) = 0,20 + 0,05XA
σ p1 = 0,10XA - 0,08(1- XA)
= - 0,10XA + 0,08(1- XA)
σ p2
XA 0 0,4 0,8 1,0
E(RA) 0,20 0,22 0,24 0,25
σp 0,08 0,008 0,062 0,10

Jadi saat ρAB=-1, maka diversifikasi menghilangkan risiko. Kombinasi


portofolio dua saham dengan korelasi negatif sempurna akan menghilangkan
risiko portofolio yang terdiri dari dua sekuritas tersebut. Gambar dibawah ini
menunjukkan hubungan antara tingkat keuntungan yang diharapkan dengan
deviasi standar suatu portofolio yang terdiri dari dua sekuritas, dan tingkat
keuntungannya berkorelasi negatif sempurna

Gambar 4.4 Hubungan antara tingkat keuntungan yang diharapkan dengan deviasi
standar pada saat koefisien korelasi = -1 (negatif sempurna)
E (R p)

A
SML

0,25
H

0,22
B

0,2

0,08 0,10 Risiko (σ)

 Korelasi moderat (berada diantara +1 dan -1)


Dalam investasi, kita tidak akan menemukan investasi dengan korelasi
yang sempurna baik positif sempurna maupun negatif sempurna. Pada
umumnya, tingkat keuntungan akan berkorelasi antara -1 dan +1. Dengan
menggabungkan gambar pada saat korelasi sempurna -1 dan +1, maka kita
akan dapat memperkirakan besaran deviasi standar dari portofolio dua
sekuritas. Pada saat koefisien korelasi (ƿ) = +1, maka kombinasi portofolio
terdapat pada gari AB. Pada saat ƿ = -1, maka kombinasi portofolio tersebut
akan terletak pada gari AHB. Dengan demikian, pada saat koefisien korelasi
berada antara -1 dan +1, maka garis yang menghubungkan titik A dan B akan
berada pada kedua gari tersebut (antara garis AB dan garis AHB). Karena itu,
kelengkungan garis tersebut selalu mengarah kekiri (concave curve). Semakin
besar koefisien korelasi dari kedua saham tersebut, akan semakin mendekat

gari AB, dan semakin kecil koefisien korelasi kedua saham tersebut, maka
garis akan semakin mendekati garis AHB.
Gambar 6 dibawah ini menggambarkan hubungan antara tingkat return
yang diharapkan dengan deviasi standar pada saat koefisien korelasi (ƿ)
berada antara -1 dan +1.

Gambar 4.5 Hubungan antara tingkat keuntungan yang diharapkan dengan deviasi
standar pada saat koefisien korelasi = -1 (negatif sempurna)
E (R p)

A
SML

0,25
H

0,22

0,2
B

2. Kombinasi lebih dari 2 sekuritas berisiko, tanpa short sales


Investor dalam melakukan membentuk portofolio tentu tidak hanya
sebatas kombinasi dua saham, namun bisa lebih dari dua saham. Perhitungan nilai
return dan risiko portofolio lebih dari dua saham dapat diselesaikan dengan
quadratic programming, dengan menggunakan persamaan seperti dibawah ini:

Minimumkan risio

Dengan
Dengan memberikan nilai yang berbeda-beda pada E (R p), maka dari persamaan tersebut
akan diperoleh suatu rangkaian titik-titik yang membentuk garis yang merupakan garis efisien
dalam portofolio (efficient frontier). Portofolio yang terdapat dalam efficient frontier
merupakan pilihan portofolio yang efisien yang memiliki risiko minimal dengan tingkat
keuntungan tertentu, atau return terbesar pada tingkat risiko tertentu. Gambar dibawah ini
memperlihatkan efficient frontier yang diperoleh dari penggunaan programasi kuadratik.
Gambar 4.6 Permukaan efisien pilihan portofolio (efficient frontier)

E (R p)
Risiko (σ)

Garis B sampai C merupakan permukaan garis yang membentuk efficient


frontier, sedangkan garis B sampai D bukan merupakan efficient frontier karena
kombinasi nilai risiko dengan return pada garis BD bukan yang paling efisien,
karena masih ada yang lebih efisien yaitu yang terletak pada garis BC.

a. Kombinasi 2 sekuritas berisiko, diperbolehkan short sales


Ada beberapa bursa yang memperbolehkan investor melakukan short
sales. Apabila investor diperbolehkan melakukan short sales, maka
dimungkinkan investor dapat memiliki menginvestasikan proporsi dananya secara
negatif pada saham yang dilakukan short sales. Hal ini dapat terjadi karena
investor dapat meminjam saham kepada orang lain dengan pertimbangan bahwa
harga saham pada suatu ketiga akan turun sehingga akan memperoleh keuntungan
dengan menjual sekarang. Dengan demikian investor melakukan short sales
apabila tingkat keuntungan yang diharapkan dimasa datang adalah negatif.
Investor masih mungkin melakukan short sales untuk saham yang memberikan
tingkat keuntungan positif dengan harapan bahwa arus kas yang diterima dapat
dipergunakan untuk membeli saham yang diperkirakan akan memberikan return
lebih besar daripada saham yang di short sales.
Berikut ini contoh untuk menggambarkan bagaimana short sales dilakukan
investor dan memengaruhi tingkat return dan risiko dari portofolio yang dilakukan
investor.
XA -1 0 0,4 0,8 1,0 2,0
E(RA) 0,15 0,20 0,22 0,24 0,25 0,30
σp 0,14 0,08 0,008 0,062 0,10 0,196

Keadan short sales ditunjukkan pada saat proporsi dana yang dilakukan
dapat kurang dari nol (yaitu -1) dan lebih dari 1 (yaitu +2). Dengan short sales
dimungkinkan melakukan investasikan jumlah dana yang sangat besar jauh lebih
besar dari jumlah dana yang dimiliki oleh investor, ataupun melakukan investasi
tanpa memiliki dana dengan cara melakukan peminjaman saham kepada investor
lainnya.

Gambar dibawah ini menggambarkan kondisi portofolio optimal yang


dapat diperoleh investor apabila short sales diperbolehkan.

Gambar 4.7 Permukaan efisien pilihan portofolio (efficient frontier)


dengan adanya short sales

E (R p)

D
Dalam portofolio lebih dari dua saham dengan short sales diperbolehkan,
proporsi saham yang diinvestasikan dimungkinkan bisa negatif. Maka perumusan
perhitungannya dapat dicari dengan persamaan:
Minimumkan risiko

Dengan batasan :

(1)£ Xi = 1
(2)£ XiE(R p) = E(R p)

Dengan memberikan nilai yang berbeda pada return yang diharapkan,


maka akan dapat diperoleh titik-titik yang akan membentuk garis yang
merupakan efficient frontier untuk portofolio dengan short sales diperbolehkan.
Persamaan ini dapat dibantu penyelesaiannya dengan menggunakan programasi
linear quadratic programming.

b. Memasukkan Aset Bebas Risiko


Investasi bebas risiko adalah suatu investasi yang secara pasti memberikan
tingkat keuntungan kepada investor sebesar Rf dengan deviasi standar tingkat
keuntungan investasi adalah nol. Investor apabila memiliki kesempatan untuk
menginvestasikan dana bebas risiko, maka kombinasi dari investasi dana bebas
risiko dengan investasi berisiko akan membentuk garis lurus. Gambar dibawah ini
memperlihatkan kombinasi antara portofolio aset bebas risiko dengan aset
berisiko.
D C

Rf
B

Kombinasi portofolio aset bebas risiko dengan aset berisiko


pada gambar diatas terlihat pada garis Rf B, Rf C, dan Rf D.
kombinasi RF D adalah kombinasi portofolio yang optimal
dibandingkan garis Rf B dan Rf C karena memberikan tingkat return
yang lebih tinggi pada besaran risiko yang sama. Dengan demikian,
investor akan memilih portofolio pada titik D. Apabila investor
menginvestasikan pada titik antara Rf dan D, maka investor
mengkombinasikan portofolio yang dilakukan antara aset bebas risiko
dengan aset berisiko. Apabila investor menginvestasikan dananya
pada titik-titik sebelah kanan titik D, maka investor meminjam dana
dengan bunga bebas risiko dan menginvestasikannya pada portofolio
di titik D. Dalam investasi portofolio lebih dari dua saham,
keberadaan risk free aset, maka untuk memperoleh kombinasi
portofolio yang optimal yaitu return yang paling tinggi pada tingkat
risiko tertentu, maka dimungkinkan dapat dilakukan dengan
memaksimumkan kemiringan (slope) garis yang menghubungkan aset
bebas risiko (R f) dengan portofolio yang berisiko.

3.PEMILIHAN PORTOFOLIO YANG OPTIMAL

A. Model Utilitas yang Diharapkan


Utilitas yang diharapkan yang tertinggi tidak selalu sama dengan tingkat keuntungan
yang yang diharapkan yang tinggi. Berdasarkan model ini digunakan beberapa aksioma
tentang perilaku modal dalam pengambilan keputusan investasi. Aksioma-aksioma
tersebut adalah:
a) Para pemodal mampu memilih berbagai alternatif dengan menyusun peringkat dari
alternatif-alternatif tersebut sehingga bisa diambil keputusan
b) Setiap peringkat alternatif-alternatiftersebut bersifat transitif artinya kalau investasi
Alebih disukai dari pada B dan B lebih disukai daripada C maka A tentu lebih lebih
disukai daripada C
c) Para pemodal akan memperhatikan risiko alternatif yang dipertimbangkan dan tidak
memperhatikan sifat alternatif-alternatif tersebut misal, pemodal tidak akan
mempertimbangkan apakah suatu kesempatan investasi lebih padat modal atauah
lebih padat kaya
d) Para pemodal mampu menentukan certainty equivalen dari setiap investasi yang tidak
pasti dengan nilai penghargaan dari investasi tersebut.
Model utilitas yang diharapkan ini menggunakan asumsi terhadap sikap pemodal
terhadap risiko. Sikap-sikap tersebut dikelompokkan menjadi tiga, yaitu :
a) Risk averse (tidak menyukai risiko)
b) Risk neutral (netral terhadap risiko)
c) Risk seeker (menyukai risiko)
Dalam analisis investasi ini disimpulkan bahwa pada pemodal adalah risk averse di
mana berarti bahwa nilaiakan selalu lebih kecil dari nilai pengharapan
Marilah kita perhatikan contoh berikut ini. Misalkan ada suatu kesempatan investasi yang
mempunyai karateristiksebagai berikut:

Persen value dari hasil yang diperoleh Probabilitas


0,80
+ Rp 5.000
0,20
- Rp 2.000

Expeted value hasil yang diperoleh dari investasi tersebut adalah (+ Rp 5.000) (0,80)
+ (- Rp 2.000) (0,20) = + Rp 3.600. Jika investasi ini ditawarkan kepada pemodal, maka
nilai certainty equivalent (yang merupakan harga yang tersedia mereka bayar) yang
mereka ajukan akan lebih kecil dari nilai pengeluaran hasil yang diperoleh, misalnnya
hanya + Rp 2.000.
Misalkan proyek diatas kita tawarkan pada seorang pemodal. Untuk menyusun fungsi
utilitas kita perlu suatu ukuran atau indeks utilitas. Pembentukan indeks ini bersifat
sebarang, tetapi untuk mudahnya kita berikan nilai + 1 untuk hasil + Rp 5.000 dan 0
untuk hasil – Rp 2.000 dengan demikian maka:

Persen value dari hasil yang diperoleh Probabilitas


1,00
+ Rp 5.000
0,00
- Rp 2.000

Keadaan tersebut kita bisa tuliskan menjadi,


U (+ Rp 5.000) = + 1 U (- Rp 2.000) = 0

Apabila probabilitas hasil + Rp 5.000 adalah sebesar P dan probabilitas hasil Rp 2.000
adalah sebesar (1-P), maka expecet utility investasi tersebut adalah:
P x U (+ Rp 5.000) + (1-p) x U (- Rp 2.000)

Karena U (+ Rp 5.000) = 1 dan U (-2.000) = 0, maka expecetd utility investasi tersebut


menjadi:
p x 1 + (1-p) x 0 = p

Misalkan sekarang bahwa probabilitas untuk memeroleh hasil + Rp 5.000 adalah + 0,94
dan probabilitas memeroleh hasil - Rp 2.000 adalah 0,06. Dengan karateristik investasi
tersebut nilai CE misalnya Rp 3.000 indeks utilitas untuk keadaan tersebut adalah
U (+ Rp 3.000) = 0,94 (1) + 0,06 (0) = 0,94

Fungsi utilitas dari pemodal yang mempunyai sikap risk averse mempunyai
karateristik sebagai berikut. Apabila U(W) adalah fungsi utilitas dan U”(W) adalah
derivtif kedua dari fungsi tersebut, maka U”(W) < 0 keadaan tersebut bisa dijelaskan
dalam pilihan berikut ini:

Investasi Tidak Investasi


Hasil Probabilitas Hasil Probabilitas
2 0,50
1 1
0 0,50

Apabila pemodal memilih tidak melakukan investasi maka utilitas yang diharapkan
dari tidak melakukan investasi tentulah lebih besar dari utilitas yang diharapkn dari
melakukan investasi. Hal ini berarti bahwa,
U (1) > (0,50) U (2) + (0,50) U (0)
Ketika kedua sisi persamaan dengan 2 dan sisi kembali ketidaksamaan tersebut akan
menghasilkan,
U (1) – U (0) > U (2) – U (1)

B. Menaksir Preferensi Risiko Pemodal


Suatu cara yang digunakan untuk menaksir prefensi risiko pemodal adalah dengan
menawarkan suatu kesempatan investasi yang berisiko, dan investasi tersebut dinilai
ekuivalen dengan investasi yang bebas risiko. Cara ini dikemukakan oleh Sharpe (1990).
Misalkan suatu kesempatan investasi yang bebas resiko memberikan Rr = 0,10. Per
definisi of = 0. Sekarang misalkan kepada seorang pemodal kita tawarkan suatu investasi
(kita sebut saja investasi A) yang mempunyai karakteristik sebagai berikut:
Probabilitas Tingkat Keuntungan
0,50 0,05
0,50 0,15
Apabila pemodal tersebut bersifat risk averse, maka tentunya ia akan lebih menyukai
investasi yang bebas risiko. E(RA) = 0,10 (sama dengan Rr padahal deviasi standar tidak
sama dengan nol). Bagi pemodal yang risk averse keuntugan yang pasti akan lebih
disukai dari pada keuntungan yang diharapkan kalau nilainya sama. Sekarang misalkan
bahwa permodalan tersebut menyatakan bahwa ia merasa indifference apabila kesempatan
investasi yang berisiko mempunyai karakteristik sebagai berikut:
Probabilitas Tingkat Keuntungan
0,50 0,07
0,50 0,19
Investasi tersebut mempunyai E (RB) = 0,13, sedangkan variance keuntungannya adalah
0² = {(0,07 - 0,13)² (0,5) + (0,19 - 0,13)² (0,5)}
= 0,0036
Teknik yang dipergunakan oleh Sharpe (1990) adalah dengan kedua kesempatan
investasi dalam suatu diagram dengan sumbu datar variance dan sumbu E(R). Karena
kedua investasi tersebut dinilai sama oleh pemodal tersebut, maka keduanya tentunya
berada dalam satu indifference curve. Karena sumbu datarnya adalah variance, maka
indifference curve (IC) tersebut ditransformasikan menjadi garis lurus. Apabila sumbu
tegak diberi notasi sebagai Y dan sumber datar sebagai X, maka persamaan tersebut
merupakan persamaan dengan nilai,
a = 0,10
b = (0,13-0,10) / 0,0036
= 8,333
Dengan demikian persamaan indifference curve adalah E(R) = 0,10 + 8,333 σ².
Dengan memasukkan serangkaian nilai E(R), maka dapat diperoleh berbagai nilai σ² dan
σ. Contoh serangkaian nilai tersebut disajikan berikut ini,
E(R) σ² σ
0,25 0,0180 0,134
0,22 0,0144 0,120
0,20 0,0120 0,109
0,17 0,0084 0,091
0,15 0,0060 0,077
0,13 0,0036 0,060
C. Safety First Models
Model-model ini berasal dari pemikiran bahwa para pengambil keputusan tidak
mampu atau tidak mau untuk menempuh proses matematis yang diperlukan dalam proses
penyusunan expected utility model, atau tidak mampu memilih investasi yang
indifference. Istilah Safety First menunjukan penekanan kriteria untuk membatasi risiko pada
hasil-hasil yang jelek. Terdapat tiga kriteria yang dipergunakan dalam Safety First, antara lain:
a. Kriteria Roy
Kriteria Roy menyatakan bahwa portofolio yang terbaik adalah portofolio yang
mempunyai probabilitas terkecil untuk menghasilkan tingkat keuntungan dibawah
tingkat keuntungan tertentu. Apabila Rp adalah tingkat keuntungan minimal yang
diinginkan oleh pemodal (pemodal tidak ingin untuk memeroleh tingkat keuntungan
dibawah R1) maka kriteria Roy bisa ditulikan sebagai Minimumkan Prob (Rp < R1)
b. Kriteria Kataoka
Kriteria safety first yang kedua dikembangkan oleh Kataoka. Kataoka menyarankan
kriteria sebagai maksimum batas bawah dengan batasan bahwa probabilitas tingkat
keuntungan untuk sama dengan atau lebih kecil dari batas bawah tindakan lebih besar
dari angka tertentu. Sebagai misal, maksimum R1 atau dibawahnya adalah sama
dengan 5%. Apabila α adalah probabilitas (5%) maka persoalan bisa dirumuskan
menjadi Maksimumkan R1 dengan batasan pro (Rp < R1) ≤ α).
c. Kriteria Telser
Kriteria safety first yang terakhir adalah yang dipergunakan oleh Telser. Ia
menyarankan bahwa pemodal perlu memaksimalkan tingkat keuntungan yang
diharapkan dengan batasan bahwa probabilitas tingkat keuntungan tersebut lebih kecil
dari pada atau sama dengan limit tertentu. Dengan simbol sebagai Maksimumkan
E(Rp) dengan batasan (1) prob (Rp ≤ R1) ≤ α).

Berikut ini disajikan berbagai situasi pada saat terdapat Rf untuk berbagai kriteria:
1. Kriteria Roy
Apabila terdapat Rf dan distribusi tingkat keuntungan bersifat normal maka kriteria
Roy akan mengakibatkan diinvestasikannya dana pada investasi yang tidak berisiko,
atau melakukan pinjaman sebesar-besarnya.
2. Kriteria Kotaoka
Pada saat terjadi Rf maka penggunaan kriteria Kataoka akan menyebabkan
diivestasikannya seluruh dana pada Rf atau melakukan pinjaman sebesar-besarnya.
3. Kriteria Telser
Dengan adannya Rf kriteria Telser akan memungkinkan terjadinnya tiga keadaan:
a. Portofolio yang optimal terjadi pada perpotongan garis batasan dengan garis lending
dan borrowing
b. Portofolio optimal terjadi pada jumlah peminjaman sebesar-besarnya
c. Tidak ada portofolio yang memenuhi syarat, sehingga tidak ada portofoio ysng
optimal.

D. Stochastic Dominance
Stochastic dominance merupakan salah satu metode untuk memilih portofolio
optimal, dimana model ini tidak memperhatikan distribusi dari return investasi yang
sedang dipertimbangkan, dengan kata lain stochastic dominance tidak mensyaratkan
distribusi dari return investasi harus bersifat normal.
Penggunaan stochastic dominance menggunakan tiga asumsi yang makin kuat tentang
perilaku para pemodal. Asumsi-asumsi tersebut yaitu:
a. First Order Stochastic Dominance menyatakan bahwa para pemodal lebih menyukai
yang banyak dari pada yang sedikit
b. Second Order Stochastic Dominance menyatakan bahwa pemodal bersikap tidak
menyukai risiko
c. Third Order Stochastic Dominance menyatakan bahwa pemodal mempunyai
decreasing absolute risk aversion yang berarti bahwa dengan meningkatkan kekayaan
para pemodal, mereka akan menginvestasikan rupiah yang lebih banyak pada
kesempatan investasi yang berisiko.

Dalam memilih investasi yang tepat, perlu memperhatikan asumsi yang kedua yaitu
Second Order Stochastic Dominance, yang menyatakan bahwa pemodal bersikap risk
averse. Mereka akan merasakan utilitas yang lebih besar pada satu juta rupiah pertama
yang mereka miliki dari pada satu juta rupiah yang kedua, ketiga, keempat, dan
seterusnya. Dengan begitu, pemodal akan menaruh nilai yang lebih besar pada
keuntungan yang kecil dari pada keuntungan yang besar.

4. KONSUMSI INVESTASI DAN PERANAN PASAR MODAL

1. KONSUMSI

a) Pengertian Konsumsi
Konsumsi merupakan bagian yang tak terpisahkan dari kegiatan ekonomi yang dilakukan
manusia.Manusia selalu membeli semua kebutuhannya baik barang maupun jasa.
Diambil dari buku Pengantar Teori Ekonomi (2000) karya Suherman Rosyidi, pengertian
konsumsi adalah penggunaan barang dan jasa yang secara langsung akan memenuhi
kebutuhan manusia.
Konsumsi atau pengeluaran konsumsi pribadi adalah pengeluaran oleh rumah tangga atas
barang dan jasa.Konsumsi merupakan pembelanjaan barang dan jasa oleh rumah tangga.
Barang tersebut meliputi pembelanjaan rumah tangga pada barang yang tahan lama,
misalnya meja, kursi, motor, dan lainnya.
Sedangkan pembelanjaan jasa meliputi barang tak berwujud, seperti layanan kesehatan,
laundry, dan lainnya.

Konsumsi dan investasi merupakan dua kegiatan yg berkaitan. Penundaan konsumsi


sekarang(Ko) dapat diartikan sebagai investasi untuk konsumsi di masa mendatang(K
1).Individu melakukan melakukan konsumsi dengan memakai sumber daya yg ada
untukmendapatkan kepuasan atau utility. Setiap individu diasumsikan melakukan
konsumsi lebihdari konsumsi yg kurang. Asumsi ini dapat diartikan bahwa utility
marginal dari konsumsiadalah positif, yaitu penambahan konsumsi akan meningkatkan
utility (kepuasan). Asumsi yglain adalah bahwa utility marginal dari konsumsi sifatnya
adalah menurun, yaitu peningkatanutility untuk konsumsi yg sama akan semakin lebih
kecil dari sebelumnya.

b) Tujuan kegiatan konsumsi


Terdapat beberapa tujuan konsumsi yang dilakukan oleh manusia, di antaranya:
• Memanfaatkan nilai guna barang
Dalam memanfaatkan nilai guna barang terbagi menjadi dua, yaitu:
1. Barang sekaligus, barang yang nilai gunanya habis sekaligus. Misalnya makan dan
minuman.
2. Barang secara bertahap, nilai gunakan akan berkurang secara bertahap. Misalnya
meja, mobil, motor, dan lainnya.
• Pemenuhan kebutuhan jasmani dan rohani
Kegiatan konsumsi yang dilakukan tentunya untuk memenuhi kebutuhan jasmani dan
rohani. Misalnya makan atau minum, olahraga, dan lainnya. Untuk kebutuhan rohani
seperti ibadah, hiburan, rekreasi, dan lainnya.

c) Ciri-ciri kegiatan konsumsi


Ciri-ciri konsumsi terbagi menjadi beberapa, yaitu:
1. Kegiatan dilakukan secara langsung untuk memenuhi kebutuhan dan kepuasan hidup
manusia.
2. Produk yang dikonsumsi memiliki nilai manfaat bagi manusia.
3. Produk barang dan jasa yang digunakan dapat berkurang atau habis.
4. Produk yang dikonsumsi merupakan barang ekonomi yang didapat dengan
melakukan pembelian.

d) Faktor tingkat konsumsi masyarakat


Dalam buku Pengantar EKonomi Makro (1998) karya Suparmoko, terdapat beberapa
variabel yang memengaruhi konsumsi selain dari pendapata, yaitu:
• Selera
Konsumsi masing-masing induvidu berbeda meski memiliki umur dan pendapatan yang
sama. Hal ini karena adanya perbedaan selera pada tiap indisvidu.
• Faktor sosial dan ekonomi
Faktor ini misalnya umur, pendidikan, dan keadaan keluarga juga memiliki pengaruh
terhadap pengeluaran konsumsi.
Pendapatan akan tinggi pada kelompok umur muda dan mencapai puncaknya pada umur
pertengahan dan akhirnya turun pada umur tua.
• Kekayaan
Kekayaan secara eksplisit maupun implisit sering dimasukkan dalam fungsi agregat
sebagai faktor yang menentukan konsumsi.
Hasil bersih dari suatu kekayaan merupakan faktor penting dalam menentukan konsumsi.
• Tingkat pendidikan
Pendidikan sangat memengaruhi pola pikir seseorang dalam melakukan kegiatan
konsumsi. Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang, maka semakin tinggi
konsumsinya.
• Harga barang dan jasa
Harga barang dan jasa dapat memengaruhi tingkat konsumsi seseorang. Semakin tinggi
harga barang dan jasa, maka tingkat konsumsi semakin rendah. Hal tersebut berlaku
sebaliknya.
• Tingkat bunga
Ahli ekonomi klasik menganggap bahwa konsumsi merupakan fungsi dari tingkat bunga.
Khususnya mereka percaya bahwa tingkat bunga mendorong tabungan dan mengurangi
konsumsi.

2. Investasi

a) Pengertian Investasi

Teori ekonomi mengartikan atau mendefinisikan investasi, sebagai pengeluaran untuk


membeli barang – barang modal dan peralatan – peralatan produksi dengan tujuan untuk
mengganti dan terutama menambah barang – barang dan jasa di masa depan. Investasi
yang lazim disebut dengan istilah penanaman modal atau pembentukan modal.
Pengertian investasi menurut Sunariyah (2004:4) dalam bukunya Pengantar Pengetahuan
Pasar Modal:
“Investasi adalah penanaman modal untuk satu atau lebih aktiva yang dimiliki dan
biasanya berjangka waktu lama dengan harapan mendapatkan keuntungan di masa-masa
yang akan datang.”
Selanjutnya menurut Jogiyanto (2010:5) dalam bukunya Teori Portofolio dan Analisis
Investasi adalah:
”Investasi adalah penundaan konsumsi sekarang untuk dimasukkan ke aktiva produktif
selama periode waktu tertentu.”
Selanjutnya menurut Gitman dan Joehnk (2005:3) dalam bukunya

Fundamentals of Investsing mendefinisikan investasi sebagai berikut:

”Investment is any vehicle into which funds can be placed with expectation that it will
generate positive income and/or preserve or increase its value.”
Artinya investasi adalah suatu sarana dimana dana dapat ditempatkan dengan harapan hal
tersebut akan menghasilkan pendapatan positif dan/atau menjaga atau meningkatkan
nilainya.
Dari definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa investasi merupakan suatu aktivitas,
berupa penundaan konsumsi di masa sekarang dalam jumlah tertentu dan selama periode
waktu tertentu pada suatu asset yang efisien oleh investor, dengan tujuan memperoleh
keuntungan di masa yang akan datang pada tingkat tertentu sesuai dengan yang
diharapkan, tentunya yang lebih baik dari pada mengkonsumsi di masa sekarang.

b) Bentuk – Bentuk Investasi

Bentuk investasi sangat beragam yang dapat dijadikan sarana investasi. Masing-masing
dengan ciri tersendiri dengan kandungan resiko dan return harapan yang berbeda-beda.
Investor tinggal memilih bentuk investasi mana yang menurut mereka dapat memenuhi
keinginan untuk berinvestasi.
Menurut Fahmi dan Hadi (2009:7) dalam bukunya Teori Portofolio dan Analisis Investasi
dalam aktivitasnya investasi pada umumnya dikenal ada dua bentuk, yaitu:
1. Real Investment
Investasi nyata (real investment) secara umum melibatkan asset berwujud, seperti tanah,
mesin-mesin atau pabrik.

2. Financial Investment
Investasi keuangan (financial investment) secara umum melibatkan asset kontrak tertulis,
seperti saham biasa (common stock) dan obligasi (bond).
Perbedaan antara investasi pada real investment dan financial investment adalah tingkat
likuiditas dari kedua investasi tersebut. Investasi pada real investment relatif lebih sulit
untuk dicairkan karena terbentur pada komitmen jangka oanjang antara investor dengan
perusahaan. Sementara investasi pada financial investment lebih mudah dicairkan karena
dapat diperjual belikan tanpa terikat waktu.

c) Proses Investasi

Proses investasi menunjukkan bagaimana pemodal seharusnya melakukan investasi dalam


suatu sekuritas. Yaitu sekuritas apa yang akan dipilih, berapa banyak investasi dan kapan
investasi tersebut akan dilakukan Husnan (2005:47) dalam bukunya Teori Portofolio dan
Analisis Sekuritas. Untuk mengambil keputusan tersebut diperlukan langkah-angkah
sebagai berikut:
1. Menentukan Tujuan Investasi

Dalam tahap iinipemodal perlu menentukan apa tujuan investasinya dan berapa banyak
investasi tersebut akan dilakukan. Ada dua hal yang perlu dipertimbangkan, yaitu tingkat
pengembalian yang diharapkan (expected rate of return), dan ketersediaan jumlah dana
yang akan diinvestasikan.
2. Melakukan Analisis Sekuritas

Salah satu tujuan dari kegiatan ini adalah untuk mendeteksi sekuritas/efek yang salah
harga (mispriced), yakni apakah harganya terlalu tinggi atau terlalu rendah. Untuk itu ada
dua pendekatan yang digunakan yaitu pendekatan fundamental dan pedekatan teknikal.
Pemilihan sekuritas bukan didasarkan atas faktor mispriced, tetapi didasarkan atas
preferensi resiko para pemodal (pemodal yang bersedia menanggung resiko tinggi
akan menerima saham yang beresiko), pola kebutuhan kas (pemodal yang
menginginkan penghasilan yang tinggi akan memilih saham yang membagikan dividen
dengan stabil), dan sebagainya.
3. Melakukan Pembentukan Portofolio

Portofolio berarti sekumpulan investasi. Pada tahp ini dilakukan identifikasi terhadap
sekuritas-sekuritas mana yang akan dipilih, dan berapa proporsi dana yang akan
ditanamkan pada masing-masing sekuritas tersebut.
4. Melakukan Revisi Kinerja Portofolio

Dari hasil evaluasi, selanjutnya dilakukan revisi terhadap efek-efek yang membentuk
portofolio tersebut, jika dirasa bahwa kompisisi portofolio yang suah dibentuk tidak
sesuai dengan tujuan investasi. Misalnya rate of return lebih rendah dari yang disyaratkan.
5. Melakukan Evaluasi Kinerja Portofolio

Dalam tahap ini dilakukan evaluasi atas kinerja portofolio yang telah dibentuk, baik
terhadap tingkat keuntungan yang diharapkan maupun terhadap tingkat resiko yang
ditanggung.

3. TIPE-TIPE KEUANGAN

Jenis Investasi
Secara umum aset sektor yang dapat menjadi saran investasi terbagi menjadi dua, yaitu
pada sektor riil dan sektor finansial. Investasi di sektor riil adalah menanamkan modal
atau membeli aset produktif untuk menghasilkan suatu produk tertentu melalui proses
produksi. Jenis investasi dalam aset riil adalah rumah, tanah dan emas. Sedangkan
investasi di sektor finansial yaitu suatu aktivitas jual beli aset keuangan atau surat-surat
berhrga dengan harapan dapat memperoleh keuntungan. Jenis investasi dalam aset
finansial antara lain tabungan, deposito, reksadana, obligasi, saham, emas, properti, dan
lainnya.

Dalam Jogiyanto (2010:7) dalam bukunya Teori Portofolio dan Analisisi Investasi
bahwa pembagian alternatif investasi menjadi dua golongan besar, yaitu:
1. Investasi Langsung
Investasi langsung diartikan sebagai suatu pemilikan surat-surat berharga secara langsung
dalam suatu entitas yang secara resmi telah Go Public dengan harapan akan mendapatkan
keuntungan berupa penghasilan dividen dan capital gains..
2. Investasi Tidak Langsung

Investasi tidak langsung terjadi bilamana surat-surat berharga yang dimiliki


diperdagangkan kembali oleh perusahaan investasi (investment company) yang berfungsi
sebagai perantara. Pemilikan aktiva tidak langsung dilakukan melalui lembaga-lembaga
keuangan tedaftar, yang bertindak sebagai perantara atau intermediary. Dalam peranannya
sebagai investor tidak langsung, pedagang perantara (pialang) mendapatkan dividen dan
capital gain seperti halnya dalam investasi langsung, selain itu juga akan memperoleh
penerimaan berupa capital gain atas hasil perdagangan portofolio yang dilakukan oleh
perusahaan perantara tersebut.

Gambar 2.1 Investasi Langsung dan Investasi Tidak Langsung


Investasi Tidak
Investasi
Langsung Langsung
Investor Perusahaan Aktiva-aktiva

Investasi Keuangan

Investasi Langsung

Sumber gambar : Jogiyanto (2010)

Investor yang melakukan aktivitas investasinya di pasar modal, apakah melalui jasa
perantara (broker atau intermediaries) atau sarana yang lain, memiliki sejumlah jenis aset
atau sekuritas yang dapat dipilih.
Investasi langsung dapat dilakukan dengan membeli aktiva keuangan yang dapat
diperjual-belikan di pasar uang (money market), pasar modal (capital market), atau pasar
turunan (derivative market). Investasi langsung juga dapat dilakukan dengan membeli
aktiva keuangan yang tidak dapat diperjual-belikan. Aktiva keuangan yang tidak dapat
diperjual-belikan biasanya diperoleh melalui bank komersial. Aktiva-aktiva ini dapat
berupa tabungan di bank atau setifikat deposito.
Aktiva yang dapat di perjual-belikan di pasar uang (money market)berupa aktiva
yang mempunyai risiko gagal kecil, jatuh temponya pendek dengan tingkat cair yang
tinggi. Contoh aktiva ini dapat berupa Treasury-bill (T-bil) yang banyak digunakan di
penelitian keuangan sebagai proksi return bebas risiko (risk-free rate of return).
Tidak seperti halnya pasar uang yang bersifat jangka pendek, pasar modal
sifatnya adalah untuk investasi jangka panjang. Yang diperjual-belikan di pasar modal
adalah aktiva keuangan berupa surat-surat berharga pendapatan-tetap dan saham-saham.
Macam-macam investasi langsung yang tidak dapat disarikan sebagai berikut ini.
1. Investasi langsung yang dapat diperjual-belikan
- Tabungan
- Deposito
2. Investasi langsung dapat diperjual-belikan
A. Investasi langsung di pasar uang.
- T-bil
- Deposito yang dapat dinegosiasi
B. Investasi langsung di pasar modal
a. Surat-surat berharga pendapatan tetap.
- T-bond.
- Federal agency securities .
- Municipal bond
- Corporate bond
- Convertible bond
b. Saham-saham (equity securities)
- Saham preferen (preferred stock)
- Saham biasa (common stock)
c. Investasi langsung di pasar turunan
a. Opsi
- Waran (warrant)
- Opsi put (put option)
- Opsi call (call option)
b. Futures contract

Sedangkan pada kelompok investasi tidak langsung hanya ada satu jenis alternatif
investasi, yaitu perusahaan investasi (investment companies). Berupa unit investment
trust, closed-end investment companies dan open-end investment companies.Investasi
tidak langsung dilakukan dengan membeli surat-surat berharga dari perusahaan investasi.
Perusahaan investasi adalah perusahaan yang menyediakan jasa keuangan dengan cara
menjual sahamnya ke public dan menggunakan dana yang diperoleh untuk
diinvestasikan ke dalam bentuk portofolionya. Ini berarti bahwa perusahaan investasi
membentuk portofolio (diharapkan portofolionya optimal) dan menjualnya eceran kepada
public dalam bentuk saham-sahamnya.
Investasi tidak langsung lewat perusahaan investasi ini menarik bagi investor
paling tidak karena dua alasan utama, yaitu sebagai berikut ini.
1. Investor dengan modal kecil dapat menikmati keuntungan karena pembentukan
portofolio. Jika investor ini harus membuat portofolio sendiri, maka dia harus membeli
beberapa saham dalam jumlah yang cukup besar nilainya. Investor yang tidak mempunyai
dana cukup untuk membentuk portofolio sendiri dapat membeli saham yang ditawarkan
oleh perusahaan investasi ini.
2. Membentuk potofolio membutuhkan pengetahuan dan pengalaman yang mendalam.
Investor awam yang kurang mempunyai pengetahuan dan pengalaman tidak akan dapat
membentuk portofolio yang optimal, tetapi dapat membeli saham yang ditawarkan oleh
perusahaan investasi yang telah membentuk portofolio optimal.

4. PERANAN PASAR MODAL


Pengertian Pasar Modal Istilah “pasar modal” dipakai sebagai terjemahan dari istilah
“Capital Market.” yang berarti suatu tempat atau sistem bagaimana caranya dipenuhinya
kebutuhan-kebutuhan dana untuk capital suatu perusahaan, merupakan pasar tempat orang
membeli dan menjual surat efek yang baru dikeluarkan.
Jadi seperti di pasar-pasar lainnya, di pasar modal juga berkumpul orang- orang untuk
melakukan perdagangan, misalnya dengan melakukan jual-beli. Dalam hal ini yang
diperdagangkan adalah efek.
Dengan demikian pasar modal berarti suatu pasar dimana dana-dana jangka panjang baik
utang maupun modal sendiri diperdagangkan. Dana-dana jangka panjang yang merupakan
utang biasanya berbentuk obligasi sedangkan dana jangka panjang yang merupakan
modal sendiri biasanya berbentuk saham.
Sementara itu, Undang-undang Pasar Modal No. 8 Tahun 1995 Pasal 1 angka 13 memberi
pengertian kepada Pasar Modal sebagai suatu kegiatan yang berkenaan dengan penawaran
umum dan perdagangan efek, perusahaan publik yang berkaitan dengan efek yang
diterbitkan, serta lembaga dan profesi yang berkaitan dengan efek.
Jadi Undang-undang Pasar Modal dalam memberi arti kepada modal tidak memberi suatu
definisi secara menyeluruh melainkan lebih menitikberatkan kepada kegiatan dan para
pelaku dari suatu pasar modal.
Sering disebut-sebut juga bahwa pasar modal merupakan tempat investasi jangka panjang.
Hal ini diperbedakan dengan rivalnya yang lain yang disebut “pasar uang”, yang terakhir
ini sering dikatakan sebagai sumber dana jangka pendek. Selain itu, rivalnya yang lain
lagi adalah “pasar komoditi” yang didalam hal ini merupakan tempat perdagangan
komoditas seperti kopra, karet, kedelai, dan sebagainya.
Inilah tiga serangkai bursa, dimana pasar modal untuk memperdagangkan efek (jangka
panjang), pasar uang untuk memperdagangkan uang jangka pendek, sementara pasar
komoditas merupakan tempat untuk memperdagangkan barang- barang komoditas.

A. Peranan Pasar Modal


Peranan pasar modal, pada dasarnya memiliki kesamaan antara negara satu dengan negara
lainnya, salah satu tujuannya adalah bagaimana menciptakan fasilitas bagi keperluan
industri dan keseluruhan entitas dalam memenuhi permintaan dan penawaran modal dan
alasan lainnya adalah menjalankan fungsi ekonomi dan keuangan.

Peranan pasar modal suatu negara dapat dilihat dari minimal lima aspek sebagai berikut
a. Sebagai fasilitas melakukan proses interaksi antara pembeli dan penjual untuk
menentukan harga saham atau surat berharga yang akan diperjual-belikan. Ditinjau dari
segi lain, pasar modal dapat memberikan kemudahan bagi pelaku pasar modal untuk
melakukan transaksi tanpa melalui tatap muka ( pembeli dan penjual dapat bertemu secara
tidak langsung), hal tersebut dapat dilakukan dengan adanya sistem perdagangan efek
melalui fasilitas perdagangan melalui computer.
b. Pasar modal memberikan kesempatan kepada investor guna memperoleh hasil yang
diharapkan. Keadaan tersebut akan mendorong perusahaan untuk memenuhi keinginan
para investor.
c. Pasar modal untuk memberikan kesempatan kepada investor untuk menjual kembali
saham yang dimiliki nya atau surat berharga lainnya, sehingga dapat memberikan
kepastian kepada investor dalam menghindari risiko rugi. Jadi, operasi pasar modal dapat
menghindari ketidakpastian di masa yang akan datang.
d. Pasar modal menciptakan kesempatan kepada masyarakat untuk berpartsipasi dalam
pengembangan perekonomian. Pasar modal dapat dijadikan alternatif bagi masyarakat
mengenai bagaimana cara menginvestasikan uang mereka selain dengan menabung
sehingga masyarakat dapat melakukan investasi melalui pasar modal dengan membeli
sebagian kecil saham perusahaan publik, dan kemudian dapat ditingkatkan dan
dikembangkan.39
e. Dengan adanya pasar modal maka dapat mengurangi biaya informasi dan transaksi surat
berharga, biaya pencarian informasi tentang perusahaan (emiten) termasuk didalamnya
kelebihan dan kekurangan mengenai surat berharga suatu perusahaan publik karena semua
biaya merupakan tanggung semua pelaku di pasar modal karena semua informasi yang
ada akan dicerminkan dalam harga saham.

Hal diatas memperlihatkan bagaimana aspek mikro dari kepentingan pasar modal.
Sedangkan, peranan pasar modal dalam perekonomian nasional (tinjauan makro ekonomi)
yang lebih luas jangkauannya dalam suatu perekonomian negara adalah sebagai berikut :
a) Fungsi Tabungan
Pada dasarnya fungsi menabung adalah baik, hanya saja perlu diingat bahwa metode yang
digunakan sangat dipengaruhi oleh kemungkinan rugi sebagai kaitan penurunan nilai mata
uang, inflasi, dan risiko hilang sehinggadiperlukan metode lain guna investasi, yaitu
dengan membeli surat berharga karena dengan aliran dana tersebut dapat digunakan untuk
memperbanyak jasa dan barang di suatu sektor perekonomian. Dengan membeli surat
berharga masyarakat diharapkan bisa mengantisipasi standar hidup yang lebih baik.
b) Fungsi Kekayaan
Pasar modal adalah cara untuk menyimpan kekayaan dalam jangka panjang sampai
kekayaan tersebut dapat dipergunakan kembali karena kekayaan tersebut tidak mengalami
depresiasi seperti aktiva lainnya dan surat berharga mempunyai kekuatan beli (purchasing
power) pada masa yang akan datang.
c) Fungsi Likuiditas
Kekayaan yang disimpan dalam surat berharga biasa dilikuidasi di pasar modal dengan
risiko yang lebih kecil dibandingkan dengan aktiva lainnya, walaupun uang memiliki
tingkat likuidasi yang paling sempurna, akan tetapi uang mudah terkena inflasi dari waktu
ke waktu.
d) Fungsi Pinjaman
Pasar modal pada dasarnya juga menjalankan fungsi konsumsi atau investasi karena
pinjaman merupakan utang kepada masyarakat. Pasar modal bagi suatu negara merupakan
sumber pembiayaan pembangunan dari pinjaman yang dihimpun dari masyarakat jika
dibandingkan dengan pinjaman dari Bank Dunia yang memiliki rate bunga yang lebih
tinggi.

Selain itu, secara umum bagi negara-negara yang sedang berkembang, terintegrasinya
Pasar Modal akan memberikan beberapa manfaat antara lain :41
a. Meningkatkan kapitalisasi pasar dan aktivitas perdagangan.
b. Meningkatkan partisipasi pemodal asing dalam pasar domestik, dan
c. Meningkatkan akses ke pasar internasional.
Pasar modal sangat memiliki peran dan manfaat dalam struktur perekonomian karena
sebagai wahana pengalokasian dan yang secara efisien memungkinkaninvestor dapat
melakukan investasi pada beberapa perusahaan sekaligus dengan pembelian efek-efek
yang diperdagangkan dipasar modal.
Pasar modal sebagai altenatif investasi memberikan keuntungan dengan sejumlah risiko
tertentu. Pasar modal memungkinkan para investor untuk memiliki perusahaan yang sehat
dan berprospek baik sehingga mendorong perusahaan untuk menerapkan manajemen
secara lebih professional, efisien dan berorientasi pada keuntungan sehingga tercipta suatu
kondisi “good corporate governance” sehingga pasar modal dapat menciptakan
peningkatan ekonomi nasional yang berdampak pada terbukanya kesempatan kerja yang
luas serta meningkatkan pendapatan pajak bagi pemerintah.

Pasar modal memiliki peran besar bagi perekonomian suatu negara karena pasr modal
menjalankan dua fungsi sekaligus, yaitu:

1. Fungsi Ekonomi
Pasar modal menyediakan fasilitas atau wahana yang mempertemukan dua kepentingan
yaitu pihak yang memiliki kelebihan dana (investor) dan pihak yang memerlukan dana.

2. Fungsi Keuangan

Pasar modal memberikan kemungkinan dan kesempatan memperoleh imbalan (return)


bagi pemilik dana, sesuai dengan karakteristik investasi yang dipilih. Jadi diharapkan
dengan adanya pasar modal aktivitas perekonomian menjadi meningkat karena pasar
modal merupakan alternatif pendanaan bagi perusahaan-perusahaan untuk dapat
meningkatkan pendapatan perusahaan yang pada akhirnya memberikan kemakmuran bagi
masyarakat yang lebih luas.

Pasar Modal dapat memainkan peranan penting dalam suatu perkembangan ekonomi di
suatu negara. Hal ini disebabkan karena suatu pasar modal dapat berfungsi sebagai:
a) Sarana untuk menghimpun dana-dana masyarakat untuk disalurkan ke dalam kegiatan-
kegiatan yang produktif.
b) Sumber pembiayaan yang mudah, murah, dan cepat bagi dunia usaha dan
pembangunan nasional.
c) Mendorong terciptanya kesempatan berusaha dan sekaligus menciptakan kesempatan
kerja.
d) Mempertinggi efisiensi alokasi sumber produksi.
e) Memperkokoh beroperasinya mekanisme finansial market dalam menata sistem
moneter, karena pasar modal dapat menjadi sarana “open market operation” sewaktu-
waktu.
f) Menekan tingginya tingkat bunga menuju suatu rate yang reasonable.
g) Sebagai alternatif investasi bagi para pemodal

Karena kegiatan pasar modal begitu marak dan complicated, maka sangat dibutuhkan
suatu perangkat hukum yang mengaturnya agar pasar tersebut menjadi teratur, adil, dan
efisien. Sehingga kemudian lahirlah apa yang disebut Hukum Pasar Modal itu (Capital
Market Law, Securities Law).
Pada prinsipnya hukum pasar modal mengatur segala segi yang berkenaan dengan pasar
modal. Jadi ruang lingkupnya relatif luas, antara lain pengaturannya tentang hal-hal
sebagai berikut :34
1. Pengaturan tentang Perusahaan, misalnya:
a. Disclosure requirement;
b. Perlindungan pemegang saham minoritas.
2. Tentang surat berharga Pasar Modal.
3. Pengaturan tentang administrasi pelaksanaan pasar modal, yaitu meliputi :
a. Tentang perusahaan yang menawarkan surat berharga;
b. Tentang Profesi dalam pasar modal;
c. Tentang perdagangan surat berharga.
Sehingga sebenarnya yang merupakan target yuridis dari pengaturan hukum terhadap
pasar modal pada pokoknya adalah sebagai berikut :
1. Keterbukaan Informasi.
2. Profesionalisme dan tanggung jawab Para Pelaku Pasar Modal.
3. Efisiensi.
4. Kewajaran.
5. Perlindungan Investor.

Salah satu tujuan dari eksistensi Hukum Pasar Modal adalah agar dapat mengamankan
investasi dari pihak pemodal. Investasi itu sendiri baru dianggap aman jika memenuhi
unsur-unsur sebagai berikut :
1. Likuidnya efek.
2. Unsur keamanan terhadap pokok (principal) yang ditanam.
3. Unsur rentabilitas atau stabilitas dalam melakukan return of investment

Jika kita lihat di dalam menjalankan fungsinya setiap pelaku pasar modal dituntut untuk
memahami dan menguasai sistem hukum yang menjadi landasan bergeraknya industri
pasar modal Indonesia.
Dengan mengetahui sumber-sumber hukum yang menjadi titik tolak dalam penetapan
suatu keputusan yang berlaku diharapkan pembuat keputusan tidak berlaku sewenang-
wenang dalam rangka penegakan hukum.
Sumber hukum yang menjadi landasan dan ruang lingkup kehidupan dari industri pasar
modal adalah:
a. Undang-undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal.
b) Peraturan Pemerintah Nomor 45 Tahun 1995 tentang Penyelenggaraan Kegiatan di
Bidang Pasar Modal (PP ini mencabut keberlakuan Keppres Nomor 53 Tahun 1990
Tentang Pasar Modal).
c) Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 1995 Tentang Tata Cara Pemeriksaan di
Bidang Pasar Modal.
d) Keputusan Menteri Keuangan Nomor 645/KMK/.010/1995 tentang Pencabutan
Keputusan Menteri Keuangan Nomor 1548/KMK.013/1990 tentang Pasar Modal
sebagaimana telah diubah terakhir dengan keputusan Menteri keuangan Nomor
248/KMK.010/1995.
e) Keputusan Menteri Keuangan Nomor 646/KMK.010/1995 tentang Pemilikan Saham
atau Unit Penyertaan Reksa Dana oleh Pemodal Asing.
f) Keputusan Menteri Keuangan Nomor 647/KMK.010/1995 tentang Pemilikan Saham
Efek oleh Pemodal Asing (maksimal 85% dari modal disetor).
g) Keputusan Menteri Keuangan Nomor 455/KMK.01/1997 tanggal 4 September 1997
tentang Pembelian Saham oleh Pemodal Asing Melalui Pasar Modal.
h) Keputusan Menteri Keuangan Nomor 179/KMK.010/2003 tanggal 17 Juli 2003
tentang Permodalan Perusahaan Efek.
i) Seperangkat peraturan pelaksana yang dikeluarkan Ketua Bapepam sejak tanggal 17
Januari 1996.

Macam-Macam Pasar Modal


Dalam Pasar Modal dikenal 4 macam pasar modal, yaitu:
a. Pasar Perdana (Primary Market), yaitu penawaran saham dari emiten kepada
investor selama waktu yang telah ditetapkan oleh pihak yang menerbitkan sebelum saham
tersebut diperdagangkan di pasar sekunder. Harga saham di pasar ini ditentukan oleh
Penjamin Emisi dan perusahaan yang menerbitkan saham (emiten).
b. Pasar Sekunder (Secondary Market) yaitu perdagangan saham setelah melewati
penawaran di pasar perdana. Jadi Pasar Sekunder merupakan pasar dimana saham dan
sekuritas lainnya diperjual-belikan secara luas setelah melalui masa penjualan di pasar
perdana. Harga saham di Pasar Sekunder ditentukan oleh pemerintah dan penawaran
antara pembeli dan penjual menurut mekanisme pasar.
c. Pasar Ketiga (Third Market) yaitu tempat perdagangan saham di luar bursa (over
the counter market). Di Indonesia pasar ini disebut bursa pararel, yaitu suatu sistem
perdagangan efek atau surat berharga yang terorganisir di luar bursa efek

resmi, dalam bentuk pasar sekunder yang diatur dan dilaksanakan oleh Perserikatan dan
Perdagangan Uang dan Efek-efek (PPUE) dengan diawasi dan dibina oleh Badan
Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan (Bapepam LK).
d. Pasar Keempat (Fourth Market) pada dasarnya merupakan suatu bentuk
perdagangan efek antar pemodal atau investor dengan kata lain berupa pengalihan saham
dari satu pemegang saham ke pemegang saham lainnya tanpa melalui perantara
perdagangan efek atau lembaga lainnya.43

Instrumen Pasar Modal


Pasar modal adalah pasar yang memperdagangkan efek dalam bentuk instrumen keuangan
jangka panjang baik dalam bentuk modal (equity) dan utang. Istilah Pasar Modal dipakai
sebagai terjemahan dari capital market, yang berarti suatu tempat atau sistem bagaimana
caranya memenuhi kebutuhan-kebutuhan dana untuk modal suatu perusahaan.
Instrumen pasar modal dapat dibedakan atas surat berharga yang bersifat utang (bonds
atau obligasi) dan surat berharga yang bersifat pemilikan (saham atau equity). Obligasi
adalah bukti pengakuan berutang dari perusahaan. Sedangkan saham adalah bukti
penyertaan modal dalam saham. Di bursa di seluruh dunia, kedua efek itulah yang banyak
diperdagangkan. Demikian pula halnya dengan bursa efek di Indonesia.44
Dalam prakteknya, saham maupun obligasi dapat diperbanyak ragamnya. Artinya, saham
dan obligasi diderivasikan dalam beberapa jenis yang penggolongannya dapat ditentukan
menurut kriteria yang melekat pada masig- masing saham dan obligasi itu sendiri. Secara
umum instrumen di pasar modal dapat dibedakan atas beberapa kategori:

Menurut Mishkin dan Easkin (2000:16) dalam bukunya Financial Markets and Institution
pasar modal merupakan :
“Capital market is the market which longer-term debt (original matuyear or greater) and
equity instrument are traded.”
Selanjutnya menurut Sartono (2001:21) dalam bukunya Manajemen Keuangan yaitu:
“Pasar modal adalah tempat terjadinya transaksi aset keuangan jangka panjang (long-term
financial aset) yang memiliki jatuh tempo lebih dari satu tahun.”
Dilihat dari pengertian akan pasar modal diatas, dapat disimpulkan bahwa pasar modal
sebagai sarana pendanaan untuk kegiatan berinvestasi bagi perusahaan maupun institusi
lain dengan memberikan fasilitas sarana dan prasarana untuk kegiatan jual beli aset
keuangan jangka panjang atau kegiatan terkait lainnya.
Menurut Dahlan Siamat (2002:385) dalam bukunya Manajemen Lembaga Keuangan,
instrumen pasar modal pada prinsipnya adalah:

“Semua surat-surat berharga (efek) yang umum diperjualbelikan pasar modal diantaranya
adalah saham biasa, saham preferent, obligasi, obligasi konversi, right issue, dan waran.”
Dari uraian tersebut diatas, dapat dijelakan instrument pasar modal sebagai berikut:
1. Saham Biasa dianatara surat-surat berharga yang diperdagangkan dipasar modal,
saham biasa (Common stock) adalah yang paling dikenal masyarakat. Diantara emiten
yang menerbitkan surat berharga, saham biasa juga merupakan sekuritas yang paling
banyak digunakan untuk menarik dana dari masyarakat. Secara sederhana, saham biasa
adalah bukti tanda kepemilikan atas suatu perusahaan. Wujud saham adalah selembar
kertas yang menerangkana bahwa pemilik kertas tersebut adalah pemilik perusahaan yang
menerbitkan kertas tersebut. Devidend yang diterima dalam pemilikan saham biasa ini
jumlahnya tidak tetap, dan pemilik saham biasa mempunyai hak memilih (vote) dalam
rapat umum pemegang saham (RUPS).
2. Saham preferen merupakan saham yang akan menerima dividend dalam jumlah
yang tetap. Biasanya pemiliknya tidak mempunyai hak dalam rapat umum pemegang
saham (RUPS).
3. Obligasi adalah surat berharga atau sertifikat yang berisi kontrak antara pemberi
pinjaman (dalam hal ini pemodal) dengan yang diberi pinjaman (emiten). Jadi surat
obligasi adalah selembar kertas yang menyatakan bahwa pemilik kertas tersebut
memberikan pinjaman sebagai kreditor kepada perusahaan yang menerbitkan surat
obligasi.
4. Obligasi Konversi (convertible Bonds) adalah obligasi yang dapat dikonversikan
(ditukar) menjadi saham biasa pada waktu tertentu ataau sesudahnya.
5. Right Issue adalah Alat investasi ini merupakan produk turunan dari saham. Right
issue merupakan pemberian hak kepada para pemegang saham untuk membeli saham baru
dari perusahaan dengan harga tertentu dan dalam batas waktu tertentu. Kebijakan Right
issue ini merupakan upaya emiten untuk menambah saham yang beredar, guna menambah
modal perusahaan.
6. Waran adalah hak untuk membeli saham biasa pada waktu dan harga yang sudah
ditentukan. Biasanya waran dijual bersamaan dengan surat berharga lain, misalnya
obligasi atau saham

Kelembagaan Pasar Modal

Berbagai lembaga penunjang pasar modal diperlukan agar informasi yang dipergunakan
oleh para pemodal untuk mengambil keputusan bisa diandalkan, dan transaksi dapt
diselesaikan secara cepat dan murah.
Menurut Suad Husnan (2002:9) dalam bukunya Dasar-dasar Manajemen Keuangan,
lembaga-lembaga yang berkaitan dengan pasar modal tersebut diantaranya BAPEPAM,
Bursa efek, Akuntan publik, Underwriter, Wali amanat, notaris, konsultan hukum dan
lembaga klearing.

Dari uraian tersebut dapat dijelaskan lembaga-lembaga yang berkaitan dengan pasar
modal sebagai berikut:
a. BAPEPAM

Lembaga ini merupakan lembaga yang di bentuk pemerintah untuk mengawasi pasaar
modal Indonesia. BAPEPAM merupakan singkatan dari badan pengawas pasar modal,
setelah sebelumnya singkatan dari badan pelaksana pasar modal. Perubahan terjadi pada
akhir tahun 1990. perusahaan-perusahaan yang akan menerbitkan sekuritas, baik saham
maupun obligasi, harus mendapat izin dari BAPEPAM. Fungsi yang harus dilakukan oleh
BAPEPAM adalah fungsi pengawasan.
b. Bursa Efek

Bursa efek merupakan lembaga yang menyelenggarakan kegiatan perdagangan sekuritas.


Di Indonesia terdapat bursa efek yaitu Bursa Efek Indonesia (BEI), dibursa itulah bertemu
pembeli dan penjual skuritas.
c. Akuntan Publik

Peran akuntan publik yang pertama adalah memeriksa laporan keuangan dan memberikan
pendapat terhadap laporan keuangan. Dipasar modal dituntut pendapat wajar tanpa syarat
terhadap laporan keuangan dari perusahaan yang menerbitkan atau yang telah mendaftar
dibursa. Pendapat wajar tanpa syarat berarti laporan keuangan telah disusun sesuai dengan
Prisip-Prinsip Akunatansi Indonesia (PAI) tanpa suatu catatan atau kekurangan.

d. Underwriter

Perusahaan yang akan menerbitkan sekuritas dibursa( perusahaan tersebut disebut sebagai
emiten) tentu ingin agar sekuritas yang dijualnya laku semua, sehingga dana yang
diperlukan bisa diperoleh.
e. Wali amanat (trustee)

Jasa wali amanat diperlukan untuk penerbitan obligasi, wali amanat mewakili kepentingan
pembeli obligasi pada dasarnya adalah kreditor dan kredit yang diberikan tidak dijamin
dengan tanggungan apapun.
f. Notaris
Jasa notaris diperlukan untuk membuat berita acara rapat pemegang saham (RUPS) dan
menyusun pernyataan keputusan-keputusan RUPS.
g. Konsultan Hukum

Konsultan hukum diperlukan jasanya agar jangan sampai perusahaan yang menerbitkan
sekuritas dipasar modal ternyata terlibat persengketaan hukum dengan pihak lain. Juga
ke absahan dokumen-dokumen perusahaan perlu diperiksa oleh konsultan hukum
tersebut.
h. Lembaga Kliring

Sekuritas-sekuritas akan disimpan oleh suatu lembaga dan lembaga tersebut bertugas
untuk mengatur arus sekuritas tersebut. Kegiatan lembaga ini mirip dengan kegiatan
Bank Indonesia yang penyelenggarakan cliring uang giral.
5. BURSA EFEK DAN PERKEMBANGAN PASAR MODAL DI INDONESIA

A. Bursa Efek Indonesia

Bursa Efek Indonesia (BEI) atau Indonesia Stock Exchange (IDX) adalah pihak yang
menyelenggarakan dan menyediakan sistem juga sarana untuk mempertemukan penawaran jual
dan beli Efek pihak-pihak lain dengan tujuan memperdagangkan Efek di antara mereka. Bursa
Efek Indonesia merupakan bursa hasil penggabungan dari Bursa Efek Jakarta (BEJ) dengan
Bursa Efek Surabaya (BES). Demi efektivitas operasional dan transaksi, Pemerintah memutuskan
untuk menggabung Bursa Efek Jakarta sebagai pasar saham dengan Bursa Efek Surabaya sebagai
pasar obligasi dan derivatif menjadi BEI. Bursa hasil penggabungan ini mulai beroperasi pada 1
Desember 2007. Bursa Efek Indonesia (BEI) terus berkembang seiring bertambahnya usia, dan
keadaan pun semakin menunjukkan bahwa efek/ saham semakin banyak peminatnya, dilihat dari
kapitalisasinya yang terus bertambah dari tahun-tahun sebelumnya. Investasi di pasar modal
diharapkan bisa menjadi alternatif penghimpunan dana selain sistem perbankan. Pasar modal
memungkinkan perusahaan menerbitkan sekuritas yang berupa surat tanda hutang (obligasi)
ataupun surat tanda kepemilikan (saham). Dengan menjual saham kepada publik, perusahaan
dapat memperoleh dana dari pasar modal, adapun tujuan penggunaan dananya yaitu untuk:
ekspansi, memperbaiki struktur permodalan, pengalihan pemegang saham (divestasi) dan lain-
lainnya. Investasi di pasar modal memungkinkan para pemodal mempunyai berbagai pilihan
investasi yang sesuai dengan preferensi risiko mereka. Seandainya tidak ada pasar modal, maka
para pemodal mungkin hanya bisa menginvestasikan dana mereka dalam sistem perbankan
(selain alternatif investasi pada real assets seperti properti dan emas). Di samping itu, investasi
pada sekuritas/saham mempunyai daya tarik lain yaitu pada likuiditasnya. Sehubungan dengan itu
maka pasar modal memungkinkan terjadinya alokasi dana yang efisien. Hanya kesempatan-
kesempatan investasi yang menjanjikan keuntungan yang tertinggi (sesuai dengan risikonya)
yang mungkin memperoleh dana. kurun waktu 2001 hingga 2008 adalah investasi di pasar modal.
Pada tahun 2001, IHSG berada pada level 470.23 dan pada akhir tahun 2007 berada pada 2745.83
atau naik sebesar 483.93 persen, jika di rata-rata pertahunnya sebesar 69.13 persen.

Berikut ini tabel kinerja BEI selama 3 tahun terakhir

Indikator 2005 2006 2007

IHSG 1162.64 1805.52 2745.83

Kapitalisasi Rp 801T Rp 1249T Rp 1982T


Pasar
Transaksi Harian Rp 1.67T Rp 1.84T Rp 4.26T

Emiten Baru 8 12 24

Volume Harian 1.65M 1.78M 4.26M

IPO Rp 3.54T Rp 3.01T Rp 17.18T

Right Issue Rp 10.36T Rp 9.76T Rp 29.8T

Emisi obligasi Rp 8.25T Rp 11.45T Rp 31.28T

NAB Reksadana Rp 29.17T Rp 52.28T Rp91.5T

B. Pengertian Pasar Modal dan Perkembangannya di Indonesia

Pengertian Pasar Modal menurut Undang-undang No. 8 tahun 1995 adalah kegiatan yang
bersangkutan dengan Penawaran Umum dan Perdagangan Efek, Perusahaan Publik yang
berkaitan dengan Efek yang diterbitkannya, serta lembaga dan profesi yang berkaitan dengan
Efek.

Pasar Modal (Capital Market) dapat juga diartikan sebagai pasar untuk berbagai
instrumen keuangan jangka panjang yang bisa diperjualbelikan, baik surat utang (obligasi),
ekuitas (saham), reksa dana, instrumen derivatif maupun instrumen lainnya. Pasar modal
merupakan sarana pendanaan bagi perusahaan maupun institusi lain (misalnya pemerintah), dan
sebagai sarana bagi kegiatan berinvestasi. Dengan demikian, pasar modal memfasilitasi
berbagaisarana dan prasarana kegiatan jual beli dan kegiatan terkait lainnya. Instrumen keuangan
yang diperdagangkan di pasar modal merupakan instrumen jangka panjang (jangka waktu lebih
dari 1 tahun) seperti saham, obligasi, waran, right, reksa dana, dan berbagai instrumen derivatif
seperti option, futures, dan lain-lain.

Pasar Modal memiliki peran penting bagi perekonomian suatu negara karena pasar modal
menjalankan dua fungsi, yaitu pertama sebagai sarana bagi pendanaan usaha atau sebagai sarana
bagi perusahaan untuk mendapatkan dana dari masyarakat pemodal (investor). Dana yang
diperoleh dari pasar modal dapat digunakan untuk pengembangan usaha, ekspansi, penambahan
modal kerja dan lain-lain, kedua pasar modal menjadi sarana bagi masyarakat untuk berinvestasi
pada instrumen keuangan seperti saham, obligasi dan reksa dana. Dengan demikian, masyarakat
dapat menempatkan dana yang dimilikinya sesuai dengan karakteristik keuntungan dan risiko
masing-masing instrumen. Sehingga dapat disimpulkan bahwa Pasar Modal merupakan tempat
bertemunya investor sebagai pemillik dana dan perusahaan/institusi yang memerlukan dana.

C. Perkembangan Pasar Modal di Indonesia

Pasar Modal Indonesia telah ada sejak zaman Hindia Belanda, tepatnya pada tanggal 14
Desember 1912 di Batavia, namun perkembangannya mengalami masa pasang – surut akibat
berbagai faktor, mulai dari Perang Dunia I dan II hingga perpindahan kekuasaan dari pemerintah
kolonial kepada Pemerintah Republik Indonesia (RI). Selanjutnya, pihak Pemerintah RI
melakukan pembentukan ulang Pasar Modal Indonesia melalui Undang-Undang Darurat No. 13
tahun 1951 yang kemudian dipertegas oleh Undang-Undang Republik Indonesia No.15 tahun
1952.

Dalam 2 dasawarsa selanjutnya, perkembangan Pasar Modal Indonesia mengalami


stagnasi sehubungan dengan dihentikannya kegiatan Pasar Modal sepanjang dekade 1960-an
hingga akhir pertengahan 1970-an. Pada tahun 1977, Pemerintah mengaktifkan kembali Pasar
Modal Indonesia dengan ditandai go public-nya PT Semen Cibinong. Namun, dunia Pasar Modal
Indonesia baru benar-benar mengalami perkembangan pada sekitar akhir dekade 1980-an, yang
antara lain ditandai dengan pendirian PT Bursa Efek Surabaya (BES) pada tahun 1989 dan
swastanisasi PT Bursa Efek Jakarta (BEJ) pada tahun 1992.

Penetapan Undang-Undang No. 8 tahun 1995 tentang Pasar Modal juga semakin
mengukuhkan peran BEJ dan BES sebagai bagian dari Self Regulatory Organization (SRO) Pasar
Modal Indonesia. Sejak itu, BEJ tumbuh pesat berkat sejumlah pencapaian di bidang teknologi
perdagangan, antara lain dengan komputerisasi perdagangan melalui sistem Jakarta Automated
Trading System (JATS) di tahun 1995, perdagangan tanpa warkat di tahun 2000 dan Remote
Trading System pada tahun 2002. Sementara itu, BES mengembangkan pasar obligasi dan
derivatif.

Tahun 2007 menjadi titik penting dalam sejarah perkembangan Pasar Modal Indonesia.
Dengan persetujuan para pemegang saham kedua bursa, BES digabungkan ke dalam BEJ yang
kemudian menjadi Bursa Efek Indonesia (BEI) dengan tujuan meningkatkan peran pasar modal
dalam perekonomian Indonesia. Pada tahun 2008, Pasar Modal Indonesia terkena imbas krisis
keuangan dunia. IHSG, yang sempat menyentuh titik tertinggi 2.830,26 pada tanggal 9 Januari
2008, terperosok jatuh hingga 1.111,39 pada tanggal 28 Oktober 2008 sebelum ditutup pada level
1.355,41 pada akhir tahun 2008. Kemerosotan tersebut dipulihkan kembali dengan pertumbuhan
86,98% pada tahun 2009 dan 46,13% pada tahun 2010.

Secara singkat, tonggak perkembangan pasar modal di Indonesia dapat dilihat sebagai berikut:

[Desember 1912]

Bursa Efek pertama di Indonesia dibentuk di Batavia oleh Pemerintah Hindia Belanda

[1914 – 1918]
Bursa Efek di Batavia ditutup selama Perang Dunia I

[1925 – 1942]

Bursa Efek di Jakarta dibuka kembali bersama dengan Bursa Efek di Semarang dan Surabaya

[Awal tahun 1939]

Karena isu politik (Perang Dunia II) Bursa Efek di Semarang dan Surabaya ditutup

[1942 – 1952]

Bursa Efek di Jakarta ditutup kembali selama Perang Dunia II

[1956]

Program nasionalisasi perusahaan Belanda. Bursa Efek semakin tidak aktif

[1956 – 1977]

Perdagangan di Bursa Efek vakum

[10 Agustus 1977]

Bursa Efek diresmikan kembali oleh Presiden Soeharto. BEJ dijalankan dibawah BAPEPAM
(Badan Pelaksana Pasar Modal). Tanggal 10 Agustus diperingati sebagai HUT Pasar Modal.
Pengaktifan kembali pasar modal ini juga ditandai dengan go public PT Semen Cibinong sebagai
emiten pertama19 Tahun 2008 tentang Surat Berharga Syariah Negara

[1977 – 1987]

Perdagangan di Bursa Efek sangat lesu. Jumlah emiten hingga 1987 baru mencapai 24.
Masyarakat lebih memilih instrumen perbankan dibandingkan instrumen Pasar Modal

[1987]

Ditandai dengan hadirnya Paket Desember 1987 (PAKDES 87) yang memberikan kemudahan
bagi perusahaan untuk melakukan Penawaran Umum dan investor asing menanamkan modal di
Indonesia

[1988 – 1990]

Paket deregulasi dibidang Perbankan dan Pasar Modal diluncurkan. Pintu BEJ terbuka untuk
asing. Aktivitas bursa terlihat meningkat

[2 Juni 1988]

Bursa Paralel Indonesia (BPI) mulai beroperasi dan dikelola oleh Persatuan Perdagangan Uang
dan Efek (PPUE), sedangkan organisasinya terdiri dari broker dan dealer

[Desember 1988]
Pemerintah mengeluarkan Paket Desember 88 (PAKDES 88) yang memberikan kemudahan
perusahaan untuk go public dan beberapa kebijakan lain yang positif bagi pertumbuhan pasar
modal

[16 Juni 1989]

Bursa Efek Surabaya (BES) mulai beroperasi dan dikelola oleh Perseroan Terbatas milik swasta
yaitu PT Bursa Efek Surabaya

[13 Juli 1992]

Swastanisasi BEJ. BAPEPAM berubah menjadi Badan Pengawas Pasar Modal. Tanggal ini
diperingati sebagai HUT BEJ

[22 Mei 1995]

Sistem Otomasi perdagangan di BEJ dilaksanakan dengan sistem computer JATS (Jakarta
Automated Trading Systems)

[10 November 1995]

Pemerintah mengeluarkan Undang –Undang No. 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal. Undang-
Undang ini mulai diberlakukan mulai Januari 1996

[1995]

Bursa Paralel Indonesia merger dengan Bursa Efek Surabaya

[2000]

Sistem Perdagangan Tanpa Warkat (scripless trading) mulai diaplikasikan di pasar modal
Indonesia

[2002]

BEJ mulai mengaplikasikan sistem perdagangan jarak jauh (remote trading)

[2007]

Penggabungan Bursa Efek Surabaya (BES) ke Bursa Efek Jakarta (BEJ) dan berubah nama
menjadi Bursa Efek Indonesia (BEI)

[02 Maret 2009]

Peluncuran Perdana Sistem Perdagangan Baru PT Bursa Efek Indonesia: JATS-NextG


PENERBITAN SEKURITAS
A. Penerbitan Sekuritas
Tidak semua perusahaan bisa menerbitkan saham dan obligasi di pasar modal. Hanya
perusahaan yang berbentuk Perseroan Terbatas (PT) yang mungkin menerbitkan sekuritas di
pasar modal. Persyaratan-persyaratan yang mungkin harus dipenuhi agar semua perusahaan bisa
menerbitkan saham dan terdaftar di Bursa Efek Jakarta (BEJ) diantaranya adalah :
1. Mengajukan surat permohonan listing ke BAPEPAM
2. Laporan keuangan harus wajar tanpa syarat
3. Jumlah saham yang listed minimal 1.000.000 lembar
4. Jumlah pemegang saham minimal 200
5. Company listing berlaku batasan 49 %
6. Perusahaan telah beroperasi minimal 3 tahun
7. Menghasilkan laba selama lebih dari 3 tahun
8. Total kekayaan minimal Rp. 20 milyar.
Modal sendiri minimal Rp. 7,5 milyar.
Telah disetor minimal Rp.2 milyar
9. Kapitalisasi saham yang listed minimal Rp. 4 milyar
10. Dewan komisaris dan dewan direksi mempunyai reputassi yang baik
Sedangkan untuk penerbitan obligasi persyaratannya antara lain :
1. Mengajukan surat permohonan listing ke BAPEPAM
2. Laporan keuangan harus wajar tanpa syarat
3. Nilai nominal obligasi minimal Rp. 25 milyar
4. Jangka waktu jatuh tempo minimal 4 tahun
5. Telah beroperasi selama 3 tahun
6. Menghasilkan laba selama 2 tahun terakhrupiah
7. Saldo laba yang ditahan minimal nol rupiah
8. Dewan komisaris dan dewan direksi mempunyai reputassi yang baik
Perusahaan yang menerbitkan sekuritas di pasar modal pada dasarnya menghindari proses
intermediasi keuangan. Dengan kata lain, pihak yang kelebihan dana menyerahkan langsung
dananya ke pihak yang memerlukan dana. Banyak pihak yang terlibat dalam penerbitan sekuritas
di pasar modal. Banyak pihak yang terkait tersebut antara lain dimaksudkan agar tidak terjadi
penipuan informasi kepada para pemodal.
Secara skematis prosedur penerbitan sekuritas tersebut bisa digambarkan sebagai berikut.
Perusahan berniat go public menghubungi BAPEPAM dengan menyertakan peryataan
pendaftaran. Pada waktu yang sama perusahaan melakukan kontrak pendahuluan dengan Bursa
Efek Jakarta (BEJ) denga melampirkan 1 lembar peryataan pendaftaran ke BAPEPAM.

Sebelum perusahaan yang berbentuk PT dapat menawarkan sahamnya ke pasar modal


(ditawarkan ke pasar perdana), perusahaan harus mendapatkan persetujuan dari BAPEPAM,
Berbagai pernyataan akan ditanyakan oleh BAPEPAM dan harus dipenuhi oleh perusahaan.
BAPEPAM akan melakukan review terhadap persyaratan disclosure. Apabila disetujui maka
pendaftaran tersebut menjadi efektif dan sekuritas yang ditawarkan efektif berada di pasar
perdana. perusahaan kemudian melakukan pendaftaran untuk persyaratan listing. Bursa Efek
Jakarta (BEJ) melakukan review terhadap persyaratan listing Apabila disetujui perusahaan
membayar fee ke Bursa Efek Jakarta (BEJ) dan pasar tersebut terdaftar di pasar perdana.

B. Kewajiban Jangka Panjang


Hutang jangka panjang pajang ( long –term dept) terdiri dari pengorbanan manfaat ekonomi
yang sangat mungkin dimasa depan akibat kewajiban sekarang yang tidak dibayarkan dalam satu
tahun atau satu siklus operasi perusahaan, mana yang lebih lama. Hutang Obligasi, wesel bayar
jangka panjang, hutang hipotik, kewajiban pensiun, dan kewajiban lease merupakan contoh-
contoh kewajiban jangka panjang.

Penerbitan jangka panjang biasanya disertai dengan formalitas yang dapat diper imbangkan
secara layak. Sebagai contoh , anggaran dasar korporasi biasanya membutuhkan persetujuan
dewan Diektu dan pemegang sahan sebelum Obligasi dapat diterbitkan atau perjanjian hutang
jangka panjang dapat dikontrakan.
Pada umunya, Hutang jangka panjang memiliki berbagai ketentuan atau pembatasan (covenant or
restrictions) untuk melindungi baik peminjam maupun pemberi pinjaman. Ketentuan dan
persyaratan persetujuan lainya antara peminjam dan pemberi pinjaman dinyatakan dalam
identure obligasi atau perjanjian wesel. Item-item yang sering kali dinyatakan dalam identure
obligasi atau perjanjian meliputi jumlah yang diotorisasi untuk diterbitkan, suku bunga, tanggal
jatuh tempo, profisi penarikan, properti yang diadakan sebagai jaminan, persyaratan dana
pelunasan, modal kerja dan pembatasan deviden serta pembatasan yang berhubungan dengan
asumsi hutang tabahan. Karena ketetapan ini penting untuk memahami secara menyeluruh posisi
keuangan atau catatan yang menyertai.

Penerbitan obligasi
Obligasi adalah jenis utang jangka panjang yang paling sering dilaporkan di rencana
perusahaan. Tujuan utama dari obligasi adalah untuk meminjam dalam jangka panjang apabila
jumlah modal yang diperlukann terlalu besar untuk disediakan oleh satu pemberi pinjaman.

Wesel bayar jangka panjang

Wesel bayar jangka panjang memiliki subtansi yang sama seperti obligasi dimana keduanya
mempunyai tanggal jatuh tempo yang tetap dan suku bunga ditetapkan atau implicit. Akan tetapi
wesel tidak dapat langsung dijual seperti obligasi di pasar sekuritas puplik yang terorganisasi.
Perusahan non korporasi dan korporasi kecil mengeluarakan baik wesel jangka panjang maupun
obligasi.
Wesel bayar hipotik
Wesel bayar hipotik adalah wesel promes yang dijamin dengan suatu dokumenyang disebut
hipotik dengan mengadakan hak atas property sebagai jaminan pinjaman.

Penerbit adalah badan hukum atau lembaga pemerintah yang memiliki hak untuk
menerbitkan sekuritas apa pun ke dalam sirkulasi. Penempatan mereka dilakukan melalui proses
emisi. Dengan demikian, masalah dipahami sebagai prosedur yang diatur oleh hukum, yang
terdiri dari serangkaian tindakan berurutan yang memastikan masalah langsung saham (obligasi)
dengan penempatan lebih lanjut.

Tujuan dari proses emisi cukup, sederhana - untuk menarik sumber daya keuangan yang
hilang:
1. Melepaskan , penerbit menggunakan jenis kondisi pinjaman. Artinya, obligasi harus
dilunasi pada waktu yang disepakati.
2. Melepaskan - meningkatkan modal dasar.
Ketentuan masalah - kepatuhan dengan aturan yang ditetapkan oleh hukum dan kontrol lembaga
pemerintah yang bertanggung jawab untuk mengatur pasar yang relevan.

Masalah apa yang bisa dipecahkan oleh penerbit dengan bantuan emisi.

Daftar ini menyiratkan implementasi dari salah satu tugas berikut:


 Emisi
dibutuhkan saat modal dasar sedang dibentuk (jika AO dibuat) atau untuk
memperbesar ukurannya.
 Prosedur memungkinkan mengisi kembali modal dengan investasi yang dipinjam .
 Untuk menyelesaikan konsolidasi - jumlah efek menurun, dan nilai nominalnya
meningkat. Dalam hal ini, perubahan dalam modal dasar tidak terjadi.
 Untuk menghancurkan - membalikkan proses konsolidasi. Perubahan modal dasar juga
tidak terjadi.
 Dalam hal tindakan reorganisasi di perusahaan saham gabungan atau pada saat
transformasi organisasi - setelah transisi ke status AO.

Prosedur buka dan tutup - apa bedanya?


Prosedur emisi dibagi menjadi beberapa tipe tertentu. Masing-masing mencirikan aspek emisi
yang berbeda.
Urutan proses emisi - tahapan utama:
 Pertama,Anda perlu memutuskan masalah dan menyetujuinya. Siapa yang memprakarsai
penerbitan surat berharga? Jika kita berbicara tentang obligasi, keputusan diambil oleh
Dewan Direksi. Jika saham diterbitkan - oleh rapat pemegang saham.
 Selanjutnya, masalah ini melewati registrasi negara.
 Sertifikat untuk sekuritas diterbitkan (jika mereka menggunakan bentuk dokumenter
masalah).
 Kemudian datang giliran penempatan surat berharga dengan pendaftaran selanjutnya dari
laporan tentang masalah yang dilakukan - pada hasil masalah.
 Piagam perusahaan saham gabungan memperbaiki perubahan (hanya berlaku untuk saham).
Tahapan tambahan untuk masalah berlangganan dilakukan dalam bentuk terbuka atau tertutup
jika jumlah investor melebihi 500 orang:
 Persiapan prospektus masalah - dokumentasi yang mencerminkan informasi tentang
organisasi penerbit.
 Prospektus sedang didaftarkan . Fungsi-fungsi ini ditugaskan ke Bank Sentral Federasi
Rusia.
 Kemudian muncul giliran pengungkapan informasi . Untuk tujuan ini, gunakan situs web
perusahaan dan media. Tujuan dari tahap ini adalah untuk membiasakan investor dengan
data pada penerbit untuk membuat keputusan tentang pembelian sekuritas jenis penerbitan.
 Informasi tentang hasil penempatan juga diungkapkan. .
Pelanggaran terhadap perintah yang dijelaskan di atas penuh dengan penciptaan kondisi di mana
prosedur ini didefinisikan sebagai tidak adil. Kemudian penerbit ditolak pendaftaran negara.

Pendaftaran efek terkait dengan sejumlah besar operasi, pendaftaran berbagai dokumen. Literasi
hukum dan tidak adanya pengawasan adalah penting di sini. Itulah sebabnya beralih ke spesialis
untuk mendapatkan bantuan yang berkualitas adalah pendekatan yang paling masuk akal.

Istilah dalam perusahaan sekurias


Ada beberapa istilah yang terdapat dalam perusahaan sekuritas.
Pialang, yaitu organisasi yang melakukan transaksi efek di pihak investor, seperti membeli,
menjual, dan memperdagangkan portofolio investasi.
Dealer, yaitu organisasi yang membeli atau menjual sekuritas dari portofolio meraka sendiri
untuk kemudian ditawarkan kepada investor yang akan membeli.
Broker dealer, yaitu organisasi yang mengombinasikan antara pialang dan dealer. Broker
dealer akan menjadi perantara yang menyediakan layanan sekuritas seperti pemberian
rekomendasi, analisis saham, dan layanan lainnya baik bagi perusahaan maupun individu.
Broker
Adapun pihak perantara dalam perusahaan sekuritas disebut sebagai broker. Sebagai pihak
perantara, broker tidak menjual atau membeli efek atau saham secara langsung. Broker
hanya memberikan rekomendasi kepada investor perihal saham yang potensial berikut
dengan waktu transaksi yang tepat.
Berdasarkan jenisnya, ada tiga jenis broker dalam perusahaan sekuritas, yaitu full service
broker (broker dengan jasa penuh), discount broker (broker jasa sebagian), dan dep discount
broker (brokeryang hanya memelihara rekening nasabah dan eksekusi jual beli).

Kegiatan usaha perusahaan sekuritas


Ada dua kegiatan utama yang dimiliki oleh perusahaan sekuritas, yaitu perantara
perdagangan efek dan penjamin emisis efek.
1. Perantara perdagangan efek
Dalam menjalankan perannya sebagai perantara perdagangan efek, perusahaan sekuritas
bertanggung jawab pada dual hal. Pertama, pelaksanaan kegiatan jual beli efek (surat
berharga) untuk kepentingan sendiri atau pihak lain. Kedua, pelaksanaan jual beli saham dan
obligasi yang dapat dilakukan melalui bursa efek atau di luar bursa efek.
2. Penjamin Emisi Efek
Hal utama yang menjadi tanggung jawab perusahaan sekuritas sebagai penjamin emisi ialah
membantu calon emiten dalam pelaksanaan penawaran umum saham (IPO), dengan atau
tanpa kewajiban untuk membeli efek yang tidak terjual.

Perusahaan Sekuritas Vs Perbankan Investasi


Perusahaan sekuritas seringkali dikaitkan dengan perbankan investasi. Benarkah keduanya
saling berkaitan? Jawabnya mungkin, iya.
Perusahaan sekuritas tidak sama dengan perbankan investasi. Bagaimanapun, perbankan
investasi bertanggung jawab untuk membantu investor dalam menerbitkan sekuritas,
terutama saham dan obligasi. Dalam artian, perbankan investasi dapat menerbi tkan saham
baru dalam pelaksanaan perannya.
Sementara itu, perusahaan sekuritas hanya membantu investor dalam proses pedagangan
sekuritas di pasar modal. Dengan begitu, perusahaan sekurotas hanya menjadi perantara bagi
investor dan saham baru yang diperdagangkan di pasar modal.
Jenis-jenis Sekuritas

Sekuritas adalah “secarik kertas” yang menunjukkan hak pemilik kertas tersebut untuk
memperoleh bagian dari atau kekayaan perusahaan yang menerbitkan sekuritas tersebut dan
berbagai kondisi untuk melaksanakan hak tersebut.

Atau dengan istilah lain sekuritas adalah salah satu bentuk investasi berupa sertifikat fisik
(warkat) atau elektronik yang bisa diperjual belikan untuk mendapatkan keuntungan.

Sekuritas diterbitkan oleh perusahaan sebagai bukti bahwa pemilik sekuritas mempunyai
sebagian kepemilikan atas perusahaan, atau memiliki piutang pada perusahaan yang menerbitkan.
Sekutitas ini dapat berupa saham atau obligasi.

Ada 3 jenis sekuritas yang dapat dipilih dari bentuknya.

1. Sekuritas penghasilan tetap


Sekuritas jenis ini adalah obligasi, yakni surat utang jangka menengah-panjang
yang diterbitkan oleh perusahaan/pemerintah dengan nilai nominal yang dibayarkan pada
tanggal jatuh tempo tertentu.
Jenis sekuritas ini dipengaruhi oleh suku bunga pasar. Jika suku bunga naik, maka
harga obligasi turun, begitu pula sebaliknya.
Keuntungan sekuritas ini berupa bunga yang dibayarkan pada periode tertentu,
mulai dari 1 tahun hingga di atas 5 tahun.
2. Sekuritas penghasilan tidak tetap
Jenis sekuritas penghasilan tidak tetap adalah saham yang juga merupakan
sekuritas jangka panjang. Saham atau sekuritas ekuitas diterbitkan oleh perusahaan
sebagai sumber pendanaan dan merupakan tanda penyertaan modal seseorang dalam suatu
perusahaan.
Sekuritas ini membuat pemiliknya memiliki klaim atas pendapatan perusahaan,
aset perusahaan, serta berhak hadir dalam Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS).
3. Sekuritas karakter pilihan
Jenis sekuritas karakter pilihan adalah warrant, yaitu hak yang dimiliki untuk
membeli saham pada waktu tertentu dengan harga tertentu yang telah ditentukan oleh
penerbit warrant.
Sekuritas ini biasa digunakan sebagai tambahan sewaktu obligasi diterbitkan.
Seperti saham, warrant juga dapat diperjualbelikan. Jenis warrant antara lain stock
warrant dan index warrant.

Sistem Perdagangan dan Penyelesaian Transaksi

Sebagai investor pemula, biasanya sih kita akan langsung saja menuju perusahaan atau
aplikasi sekuritas, buka rekening, dan langsung deh pilih-pilih saham yang pengin dibeli, tanpa
merasa wajib untuk memahami sistem perdagangan saham yang sebenarnya. Kalau di website
BEI sendiri, mekanisme perdagangan di sana terbagi atas 3 kategori, yaitu sistem perdagangan
saham, mekanisme perdagangan sukuk dan obligasi, dan mekanisme perdagangan derivatif.
Sistem Perdagangan Saham di Bursa Efek Indonesia

Mekanisme atau sistem perdagangan saham di Bursa Efek Indonesia–secara practical bisa
dilihat seperti dalam diagram ini.

1. Pra Pembukaan

Perdagangan saham dilaksanakan dengan fasilitas yang disebut Jakarta Automated


Trading System NEXT-G, yang hanya dapat dilakukan oleh mereka yang sudah menjadi anggota
bursa dan anggota kliring KPEI. Mereka ini akan berpartisipasi dalam sistem perdagangan saham
ini untuk kepentingan sendiri ataupun untuk kepentingan nasabah.
Dalam pra pembukaan ini, anggota bursa dapat memasukkan penawaran jual ataupun beli
saham, yang dilakukan dengan metode lelang elektronik pada JATS NEXT-G itu.

2. Proses Transaksi
Selanjutnya JATS NEXT-G akan memproses transaksi, dengan memperhatikan time dan
price priority. Maksudnya bagaimana?

Prioritas Harga (Price Priority)

Artinya, permintaan beli saham dengan harga yang lebih tinggi akan mendapatkan prioritas
terlebih dahulu ketimbang permintaan beli terhadap saham yang sama namun dengan harga yang
lebih rendah. Sedangkan, untuk sistem perdagangan saham jual, harga yang lebih rendah akan
mendapatkan prioritas terlebih dahulu ketimbang yang memiliki harga tinggi.

Prioritas Waktu (Time Priority)

Di samping price priority, di sistem perdagangan saham ini juga berlaku time priority–yaitu
prioritas waktu. Artinya, kalau penawaran jual atau permintaan beli saham diajukan dalam harga
yang sama, maka permintaan beli atau jual saham yang terlebih dulu diajukan akan mendapatkan
prioritas.
Proses transaksi saham di atas berlaku di pasar reguler dan pasar tunai. Sistem perdagangan
saham di kedua pasar tersebut menggunakan satuan lot efek atau kelipatannya, yaitu 100 efek.
Sedikit lain di pasar negosiasi. Sistem perdagangan saham di pasar negosiasi dilakukan melalui
sistem negosiasi secara langsung, melalui proses tawar menawar, antara anggota bursa atau
nasabah melalui salah satu anggota bursa, atau nasabah dengan anggota bursa, yang kemudian
hasil kesepakatannya diproses oleh JATS NEXT-G.

Perdagangan saham yang dilakukan di pasar negosiasi tidak harus dalam satuan lot, tapi bisa
dalam satuan lembar. Jadi, proses ini biasa dilakukan ketika jumlah saham yang diperdagangkan
tidak bulat, 100 lembar.
Harga yang dimasukkan saat kita hendak membeli atau menjual saham ke JATS NEXT-G
harus berada di dalam kisaran tertentu. Kalau ada harga masuk di luar kisaran yang sudah
ditentukan tersebut, maka akan ditolak secara otomatis oleh JATS NEXT-G, atau istilahnya auto-
rejection.

3. Penyelesaian Transaksi
Selanjutnya adalah proses penyelesaian transaksi, di mana proses ini dijamin oleh KPEI
atau Kliring Penjaminan Efek Indonesia, dengan ketentuan sebagai berikut:

 Transaksi yang terjadi di Pasar Reguler wajib diselesaikan pada hari bursa ke-2, atau T+2.
 Transaksi yang terjadi di Pasar Tunai wajib diselesaikan pada hari yang sama, atau T0.
 Penyelesaian transaksi ini yang dilakukannya di Pasar Reguler dan Pasar Tunai akan
ditentukan oleh KPEI, dengan cara pemindah bukuan ke rekening efek anggota bursa di
KSEI.

Sedangkan, transaksi di Pasar Negosiasi, akan diselesaikan per transaksi sesuai kesepakatan
antara anggota bursa yang menjual dan membeli. Pasar Negosiasi. Hal ini selambat-lambatnya
harus dilakukan pada T+2, atau hari bursa kedua setelah terjadi transaksi. Penyelesaian transaksi
di Pasar Negosiasi dilakukan langsung dengan cara memindah bukukan efek antara anggota bursa
yang menjual pada yang membeli. Hal ini tidak dijamin oleh KPEI.

4. Pra Penutupan
Selanjutnya, ada proses pra penutupan dalam sistem perdagangan saham ini. Yaitu proses
ketika anggota bursa memasukkan penawaran jual atau beli menjelang penutupan hari bursa. Dari
penawaran dan permintaan ini, JATS NEXT-G lantas bisa membentuk harga penutupan dan
mempertemukan penawaran jual dan beli berdasarkan sistem price dan time priority.
5. Pasca Penutupan
Selanjutnya, perdagangan saham hari itu akan ditutup. Dalam proses pasca penutupan ini,
anggota bursa dapat memasukkan penawaran jual atau beli pada harga penutupan. Dari sini,
JATS NEXT-G lantas mempertemukan penawaran dan permintaan yang ada untuk efek yang
sama secara keseluruhan, ataupun sebagian, pada harga penutupan berdasarkan time priority.

6.TEORI PORTOFOLIO & INVESTASI INVESTASI YANG BERISIKO

- Pengertian investasi

Investasi adalah penanaman aset atau dana yang dilakukan oleh sebuah perusahaan atau
perorangan untuk jangka waktu tertentu demi memperoleh imbal balik yang lebih besar di
masa depan.

1. Proses Investasi

1. Menentukan Kebijakan Investasi


Ada hubungan yang positif antara risiko dan keuntungan investasi, maksudnya semakin tinggi
return yang ditawarkan maka semakin tinggi pula risikonya, sebaliknya semakin rendah return
maka semakin rendah pula risikonya. Jadi tujuan investasi harus dinyatakan baik dalam
keuntungan maupun risiko

Jenis Investor

1. Risk Taker

(bersedia menanggung risiko lebih besar)

Saham dari perusahaan yang mempunyai risiko tinggi

2. Risk Aver

(Menghindari Risiko)

Obligasi dari perusahaan yg dinilai aman

2. Analisis Sekuritas

Ada 2 Filosofi dalam melakukan analisis sekuritas:

a) Ada sekuritas yang mispriced


b) Harga sekuritas adalah wajar

a. Ada sekuritas yang mispriced

Mispriced (harganya salah, mungkin terlalu tinggi, mungkin terlalu rendah) dan analis dapat
mendeteksi sekuritas sekuritas tersebut). Ada berbagai cara untuk melakukan analisis ini, yang
kemudian dikelompokkan menjadi dua, yaitu analisis teknikal dan analisis fundamental

 Analisis Teknikal
Analisis ini menggunakan data (perubahan) harga di masa yang lalu sebagai upaya untuk
memperkirakan harga sekuritas di masa yang akan datang

 Analisis Fundamental
Analisis ini berupaya mengidentifikasikan prospek perusahaan (lewat analisis terhadap faktor-
faktor yang mempengaruhinya) untuk bisa memperkirakan harga saham di masa yang akan
datang.

b) Harga sekuritas adalah wajar

Kalaupun ada sekuritas yang mispriced, analis tidak mampu untuk mendeteksinya. Pada dasarnya
mereka yang menganut pendapat ini berpendapat bahwa pasar modal efisien. Dengan demikian
pemilihan sekuritas bukan didasarkan atas faktor mispriced, tetapi didasarkan atas:

1. preferensi risiko para pemodal


2. pola kebutuhan kas
Keuntungan yang diperoleh oleh pemodal, sesuai dengan pendapat ini, adalah sesuai
dengan risiko yang mereka tanggung

3. Pembentukan portofolio

Portofolio berarti sekumpulan investasi. Tahap ini menyangkut identifikasi sekuritas- sekuritas
mana yang akan di pilih, dan berapa proporsi dana yang akan ditanamkan pada masing- masing
sekuritas tersebut. Pemilihan banyak sekuritas (diversifikasi) dimaksudkan untuk mengurangi
risiko yang di tanggug

4. Melakukan Revisi Portofolio

Tahap ini merupakan pengulangan terhadap tiga tahap sebelumnya, dengan maksud kalau perlu
melakukan perubahan terhadap portofolio yang telah dimiliki

5. Evaluasi kinerja portofolio

Dalam tahap ini pemodal melakukan penilaian terhadap kinerja portofolio, baik dalam
keuntungan yang diperoleh maupun risiko yang ditanggung. Dalam hal ini faktor risiko perlu di
masukkan. Karena itu diperlukan standar pengukurannya.

Maka langkah pertama yang perlu dilakukan adalah memahami bagaimana mengukur
tingkat keuntungan yang di harapkan dan risiko investasi

2. Nilai yang diharapkan

• Tingkat keuntungan yang diperoleh dari kegiatan investasi bersifat tidak pasti. Dalam
keadaan itu pemodal hanya akan mengharapkan untuk memperoleh tingkat keuntungan
tertentu E(R)

Tabel 3.1 Tingkat keuntungan pada berbagai kondisi perekonomian

Kondisi Perekonomian Probabilitas Tingkat Keuntungan

Makmur 0,20 0,30

Normal 0,60 0,20

Resesi / stagnan 0,20 0,10

Tingkat keuntungan yang diharapkan bisa diperoleh dengan perhitungan sebagai berikut:

E(R) = 0,20(0,30) + 0,60(0,20) + 0,20(0,10)

= 0,20 (atau 20%)


• Rumus E(R) atau Tingkat keuntungan yang diharapkan

E(R) = ∑ P . R

Keterangan :

E(R) = Tingkat keuntungan yang diharapkan dari investasi

P = Probabilitas memperoleh tingkat keuntungan

3. Ukuran Penyebaran

• Risiko adalah kemungkinan tingkat keuntungan yang diperoleh menyimpang dari tingkat
keuntungan yang diharapkan. Risiko mempunyai dua dimensi, yaitu menyimpang lebih
besar maupun lebih kecil dari yang diharapkan
• Untuk mengetahui ukuran risiko ini digunakanlah ukuran penyebaran distribusi. Statistik
menyediakan ukuran ini sebagai standar deviasi (ⵒ) atau dalam bentuk kuadrat disebut
sebagai variance

• Risiko dinyatakan sebagai seberapa jauh hasil yang diperoleh dapat menyimpang dari
hasil yang diharapkan, maka digunakan ukuran penyebaran

• Alat statistika sebagai ukuran penyebaran, yaitu :


• Varians

• Standar deviasi

4. Kombinasi beberapa Investasi

• Pada praktiknya para pemodal pada sekuritas sering melakukan diversifikasi dalam
investasi mereka. Mereka mengkombinasikan berbagai sekuritas dalam investasi mereka.
Dengan kata lain mereka membentuk portofolio.

Diversifikasi adalah berinvestasi pada berbagai jenis saham, dengan harapan jika terjadi
penurunan pengembalian satu saham akan ditutup oleh kenaikan pengembalian saham yang
lain.

Bahwa risiko portofolio dipengaruhi oleh :


Tahun Astra Rastra Duta Ranggada

 Risiko masing – masing saham


 Proporsi dana yang diinvestasikan pada masing – masing saham
 Kovarians atau koefisien korelasi antar saham dalam portofolio
 Jumlah saham yang membentuk portofolio

• Misalkan kita mengamati dua saham, yaitu Astra International dan Duta Anggada, di BEJ
selama tahun 1995-1996. periode tersebut merupakan periode harga saham pada
umumnya cukup baik. Kita amati harga saham pada akhir bulan, apabila harga saham
Astra pada akhir bulan januari 1995 adalah sebesar Rp.2625, dan pada akhir bulan
februari Rp.2675, maka dalam periode satu bulan tersebut pemodal akan memperoleh
keuntungan sebesar,

Rastra = (2.675-2.625)/ 2.625

= 0,0190

• Agar dalam analisis statistik perhitungan return tersebut tidak bias, maka dilakukan
dengan cara berikut :

Ri.t = Ln (Pi.t+1 / Pi.t)

Rastra,95.01 = Ln (2.675/ 2.625)

= 0,0189
dan Int’l Anggada
bulan

1995.01 2.625 0,0189 1.250 0,1988

1995.02 2.675 -0,0878 1.525 -0,0678

1995.03 2.450 -0,0963 1.425 -0,0727

1995.04 2.225 0,0963 1.325 0,2492

1995.05 2.450 -0,0631 1.700 0,0571

1995.06 2.300 -0,0109 1.800 0,0137

1995.07 2.275 0,0638 1.825 -


0,01160
1995.08 2.425 0,1074 1.625
-0,0968
1995.09 2.700 0,3150 1.475
-0,0344
1995.10 3.700 -0,0772 1.425
-0,1718
1995.11 3.425 0,0358 1.200
-0,0870
1995.12 3.550 -0,0141 1.100
0,0659
1996.01 3.500 -0,1967 1.175
0,0416
1996.02 2.875 0,0086 1.225
0,1512
1996.03 2.900 0,0255 1.425
0,0840
1996.04 2.975 -0,877 1.550
0,0160
1996.05 2.725 -0,0762 1.575
0,0157
1996.06 2.525 -0,1377 1.600
0,3070
1996.07 2.200 0,0765 2.175
-0,0591
1996.08 2.375 0,4700 2.050
-0,0500
1996.09 3.800 0,0698 1.950
0,0976
1996.10 4.075 0,2815 2.150
0,0995
1996.11 5.400 -0,0234 2.375
-0,0765
1996.12 5.275 0,1696 2.200
0,0000
1997.01 6.250 NA 2.200
NA
Dari data tersebut kita bisa menghitung tingkat keuntungan yang diharapkan dan standar deviasi
tingkat keuntungan dari masing- masing saham tersebut

Nama Saham Rata2 Tingkat keuntungan Deviasi standar tingkat


keuntungan

Duta Anggada 0,0235 0,1188

Astra Internasional 0,0361 0,1523

Tabel 3.4

Tingkat keuntungan yang diharapkan dan deviasi standar tingkat keuntungan dari saham Astra
Internasional dan Duta Anggada, bulanan periode 1995-1996

Apabila kita amati kedua saham tersebut, maka kita tidak dapat mengatakan saham mana yang
lebih baik, karena Duta Anggada mempunyai Risiko (ⵒ) yang lebih rendah, tetapi tingkat
keuntungan yang diharapkan E(R) juga lebih rendah.

Berdasarkan tabel sebelumnya apabila pemodal diizinkan untuk melakukan diversifikasi


investasi, misalkan pemodal dapat membentuk bernagai portofolio sebagai berikut :

Komposisi
Portofolio
Astra Int’l Duta Anggada

Portofolio 1 0,20 0,80

Portofolio 2 0,40 0,60

Portofolio 3 0,60 0,40

Portofolio 4 0,80 0,20

Table 3.5

Tahun Ranggada Rport1 Rport2 Rport3 Rport4 Rastra


dan
bulan
1995.01 0,1988 0,1628 0,1268 0,0908 0,0548 0,0189

1995.02 -0,0678 -0,0718 -0,0758 -0,0798 -0,0838 -0,0878

1995.03 -0,0727 -0,0774 -0,0821 -0,0869 -0,0916 -0,0963

1995.04 0,2492 0,2186 0,1880 0,1574 0,1269 0,0963

1995.05 0,0571 0,0330 0,0090 -0,0150 -0,0391 -0,0631

1995.06 0,0137 0,0088 0,0039 -0,0010 -0,0059 -0,0109

1995.07 -0,01160 -0,0800 -0,0441 -0,0081 0,0278 0,0638

1995.08 -0,0968 0,0559 -0,0151 0,0257 0,0665 0,1074

1995.09 -0,0344 0,0354 0,1053 0,1752 0,2451 0,3150

1995.10 -0,1718 0,1529 -0,1340 -0,1150 -0,0961 -0,0772

1995.11 -0,0870 -0,0624 -0,0378 -0,0132 0,0112 0,0358

1995.12 0,0659 0,0499 0,0339 0,0178 0,0018 -0,0141

1996.01 0,0416 -0,0060 -0,0536 -0,1013 -0,1490 -0,1967

1996.02 0,1512 0,1227 0,0942 0,0656 0,0371 0,0086

1996.03 0,0840 0,0723 0,0606 0,0489 0,0255

1996.04 0,0160 -0,0047 -0,0255 -0,0462 -0,877


-0,0210
1996.05 0,0157 -0,0026 0,0394 -0,0762
0,1291
1996.06 0,3070 0,2180 0,0401 -0,1377
-0,0048
1996.07 -0,0591 -0,0320 0,0222 0,0765
0,1579
1996.08 -0,0500 0,0539 0,2619 0,4700
0,0865
1996.09 0,0976 0,0920 0,0809 0,0698
0,1723
1996.10 0,0995 0,1359 0,2087 0,2815
-0,0552
1996.11 -0,0765 -0,0659 -0,0446 -0,0234
0,0678
1996.12 0,0000 0,0339 0,1017 0,1696

5. Karakteristik Umum Portofolio


Tingkat keuntungan yang diharapkan dari suatu portofolio tidak lain merupakan rata-rata
tertimbang dari tingkat keuntungan yang diharapkan masing-masing saham yang membentuk
portofolio tersebut.

 Risiko dalam portofolio dibedakan :


 Risiko sistematis
 Risiko tidak sistematis
Risiko Sistematis

 Suatu risiko yang tidak dapat dihilangkan dengan melakukan diversifikasi, karena
fluktuasi risiko ini dipengaruhi oleh faktor makro yang dapat mempengaruhi pasar secara
keseluruhan

Faktor yang mempengaruhi :

 Perubahan tingkat bunga


 Kurs valuta asing
 Kebijakan pemerintah

Risiko Tidak Sistematis

 Suatu risiko yang dapat dihilangkan dengan melakukan diversifikasi, sebab risiko ini
hanya ada dalam satu perusahaan atau industri tertentu
 Terdapat fluktuasi risiko yang berbeda antara satu saham dengan saham lain

 Faktor yang mempengaruhi :


 Struktur modal
 Struktur aset
 Tingkat likuiditas

Beberapa Jenis Risiko Investasi

 Risiko bisnis – business risk


 Risiko yang timbul akibat menurunnya profitabilitas perusahaan emiten
 Risiko likuiditas – liquidity risk

 Risiko yang berkaitan dengan kemampuan saham yang bersangkutan untuk dapat
segera diperjualbelikan tanpa mengalami kerugian yang berarti
 Risiko tingkat bunga – interest rate risk
 Risiko yang timbul akibat perubahan tingkat bunga yang berlaku di pasar.

Definisi Risiko

Risiko itu ada jika pembuat keputusan (perencana proyek) mampu mengestimasi
kemungkinan-kemungkinan (probabilitas) yang berhubungan dengan berbagai variasi hasil yang
akan diterima salama investasi sehingga dapat disusun distribusi probabilitasnya.

Ketidakpastian ada jika pembuat keputusan tidak memiliki data yang bisa dikembangkan untuk
menyusun suatu distribusi probabilitas sehingga harus membuat dugaan-dugaan untuk
menyusunnya

Menurut Arthur J. Keown,

Risiko adalah prospek suatu hasil yang tidak disukai (operasional sebagai deviasi standar)

Risiko merupakan besarnya penyimpangan antara tingkat pengembalian yang diharapkan


(expected return –ER) dengan tingkat pengembalian aktual (actual return)

DAFTAR PUSTAKA

http://jnursyamsi.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/files/11399/Risiko+dalam+investasi_1.ppthtt

p://mirzabusiness.lecture.ub.ac.id/files/2013/02/Pertemuan-13_Manajemen-Risiko-Investasi.pdf

https://andrihelmi.files.wordpress.com/2017/09/sesi_4.pdfModern Portfolio Theory and

Investment Analysis. Edwin J.Elton, Martin J.Gruber, Stephen J.Brown, and William

N.Goetzman. Eighth Edition. 2011

Dasar-Dasar Teori Portopolio dan Analisis Sekuritas. Suad Husnan, Edisi

Empat.2005https://magisterakutansi.blogspot.com/2013/03/model-indeks-tunggal-untuk-

portofolio.html

https://www.slideshare.net/anisanhnisuull/model-indeks-tunggal-

ppthttps://journal.ubm.ac.id/index.php/akuntansi-bisnis/article/download/398/380

http://jackmeruno.blogspot.com/2013/12/manajemen-portofolio-dan-analisis.html.

http://www.academia.edu/4155992/Portofolio_Dalam_Perspektif_Manajemen_Investasi

http://id.wikipedia.org/wiki/Manajemen_investasi
http://nia-share.blogspot.com/2009/11/pemilihan-portofolio-optimal-manajemen.html

https://www.academia.edu/36663975/Teori_Portofolio_Berdasarkan_Model_Index

http://etheses.uin-malang.ac.id/703/5/09510146%20Bab%201.p

http://maribelajarbersama13.blogspot.com/2017/03/konsumsi-investasi-dan-peranan-pasar.html

https://www.kompas.com/skola/read/2020/02/05/120000169/konsumsi--pengertian-ciri-dan-

faktornya?page=all

Rosyidi, Suherman. 2006. Pengantar Teori Ekonomi: Pendekatan Kepada Teori Ekonomi Mikro
dan Makro. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada
Sunariyah. 2011. Pengantar Pengetahuan Pasar Modal. Yogyakarta: UPP STIM YKPN.

Fahmi, Irham dan Yovi Lavianti Hadi. 2009. Teori Portofolio dan Analisis Investasi. Bandung:
Alfabeta

https://id.m.wikipedia.org/wiki/Bursa_Efek_Indonesia’

http://jendelapasarmodal.blogspot.com/2013/03/pengertian-pasar-modal-dan.html?m=1

https://www.wartaekonomi.co.id/read220202/apa-itu-perusahaan-sekuritas

https://bankfs.ru/id/loans---news/ponyatie-celi-i-etapy-emissii-cennyh-bumag-poryadok-emissii-
cennyh.html

http://nia-share.blogspot.com/2009/11/penerbitan-sekuritas-kewajiban-jangka.html

https://diskartes.com/2020/03/tahap-sistem-perdagangan-saham/

Anda mungkin juga menyukai