NIM : 90200117069
E(Rp) = ∑ 𝐗 𝐢𝐄(𝐑𝐩)
Dengan demikian kalau kita ingin melakukan analisis portofolio yang terdiri dari 5
saham (atau sekuritas) misalnya, maka untuk menaksir E(R) kita perlu menaksir tingkat
keuntungan yang diharapkan dari masing-masing saham yang membentuk portofolio
tersebut. Berarti kita perlu menaksir lima tingkat keuntungan yang diharapkan. Untuk
menaksir tingkat keuntungan yang diharapkan dari suatu portofolio, kita perlu menaksir jumlah
tingkat keuntungan yang diharapkan sebanyak jumlah saham yang membentuk portofolio
tersebut.
Sebaliknya kalau kita ingin menaksir σp kita harus menaksir variance (atau deviasi
standar) dari saham-saham yang membentuk portofolio tersebut dan koefisien korelasi antar tingkat
keuntungan (atau covariance). Kalau portofolio tersebut terdiri dari 5 saham, maka kita akan
menaksir 5 variance dan 10 koefisien korelasi. Jumlah koefisien korelasi yang perlu ditaksir ini
akan meningkat dengan cepat apabila kita memperbesar saham-saham yang ada dalam
portofolio kita. Formula yang dipergunakan untuk menghitung jumlah koefisien korelasi antar
tingkat keuntungan adalah N(N - 1)/2. Dalam hal ini N adalah jumlah sekuritas yang dipergunakan
untuk membentuk portofolio tersebut. Jadi kalau kita melakukan pengamatan terhadap 20
sekuritas, maka kita harus menaksir 20(20 - 1)/2 = 190 koefisien korelasi. Suatu jumlah variabel
yang tidak sedikit, lebih-lebih kalau pada umumnya para analis sekuritas melakukan pengamatan
terhadap sekitar 50 sampai dengan 100 sekuritas.
Tentu saja kita bisa menghitung koefisien korelasi, variance dan tingkat keuntungan yang
diharapkan berdasarkan atas data tahun-tahun yang lalu. Tetapi untuk keperluan analisis dan
pengambilan keputusan kita berkepentingan dengan nilai variabel-variabel tersebut di masa yang
akan datang, bukan dengan nilai historisnya. Untuk itu kita hanya bisa melakukan estimasi
terhadap variabel-variabel tersebut. Seandainya nilai variabel-variabel tersebut relatif stabil, maka
kita bisa melakukan estimasi dengan baik dengan menggunakan data historis.
Untuk keperluan analisis portofolio memang disyaratkan bahwa data yang kita pergunakan
harus mempunyai sifat stationary. Stationarity ini ditunjukkan dari stabilnya nilai mean dan
variance. Kalau suatu series bersifat stationary berarti untuk variabel tingkat keuntungan yang
diharapkan dan deviasi standar, data historis memang sedikit banyak bisa dipergunakan untuk
menaksir nilai di masa yang akan datang, tetapi tidak untuk koefisien korelasi. Tidak ada jaminan
bahwa kalau tahun yang lalu koefisien korelasi antara saham A dan B lebih rendah dibandingkan
antara saham B dan C, maka untuk tahun-tahun yang akan datang pola tersebut akan tetap berlaku.
Untuk itulah kemudian dipergunakan model yang diharapkan bisa membantu memecahkan
masalah-masalah tersebut.
ai = αi + ei
Dengan ei mempunyai nilai pengharapan sebesar nol. Persamaan tingkat keuntungan suatu
saham sekarang bisa dinyatakan sebagai,
Ri = αi + βi Rm + ei
Persamaan tersebut merupakan persamaan regresi linier sederhana yang dihitung dengan R
sebagai variabel tergantung dan Rm sebagai variabel independen. Cara penghitungan regresi secara
manual diberikan pada Apendiks Bab ini, meskipun penggunaan paket program statistik akan sangat
mempercepat perhitungan kita. Perhatikan sekali lagi bahwa Rm dan ei, adalah variabel random.
Karena itu cov(ei,Rm ) = 0. Kemudian diasumsikan bahwa ei independen terhadap ej, untuk setiap
nilai i dan j, formal bisa dinyatakan bahwa E(ei,ej,) = 0.
Model indeks tunggal bisa kita ringkas sebagai berikut:
Persamaan dasar
Ri = αi + βi Rm + ei untuk setiap saham i = 1,.,N
Berdasarkan pembentukan saham
E (ei) = 0 untuk setiap saham i = 1,.,N
Berdasarkan asumsi
(1) lndeks tidak berkorelasi dengan unique return :
E[ ei (Rm – E (Rm)) ] = 0 untuk setiap saham i = 1,.,N
(2) Sekuritas hanya dipengaruhi oleh pasar :
E (ei ej) = 0 untuk setiap pasangan saham
i = 1,..,N dan j = 1,.,N, tetapi i ≠ j
Per definisi
(1) Variance ei = E(ei)2 = σei2 untuk semua saham i = 1,..,N
(2) Variance Rm = σm2
Untuk sekuritas, penggunaan model indeks tunggal menghasilkan tingkat keuntungan yang
diharapkan, deviasi standar tingkat keuntungan dan covariance antar saham sebagai berikut,
1. Tingkat keuntungan yang diharapkan,
E(Ri) = αi + βi E (Rm)
2. Variance tingkat keuntungan
αi2 = βi σm2 + σei2
3. Covariance tingkat keuntungan sekuritas i dan j
σij = βi βj σm2
Perhatikan bahwa model tersebut menunjukkan bahwa tingkat keuntungan yang diharapkan
terdiri dari dua komponen; bagian yang unik, yaitu αi dan bagian yang berhubungan dengan pasar,
yaitu βi E (Rm). Demikian juga variance tingkat keuntungan terdiri dari dua bagian, yaitu risiko yang
unik (σei2) dan risiko yang berhubungan dengan pasar βi σm2 . Sebaliknya covariance semata-mata
tergantung pada risiko pasar. lni berarti bahwa model indeks tunggal menunjukkan bahwa satu-
satunya alasan mengapa saham-saham "bergerak bersama" adalah bereaksi terhadap gerakan pasar.
Pernyataan tersebut bisa diilustrasikan dengan data yang ada dalam tabel 5.1. Misalkan kita
mengamati tingkat keuntungan suatu saham dan indeks pasar seperti yang ditunjukkan pada kolom
(1) dan (2). Kolom (3) merupakan reproduksi kolom (1). Sementara ini kita terima dulu bahwa β i =
0,975. Kolom (5) merupakan kolom (2) dikalikan 0,975. Nilai e i diperoleh sebagai berikut.
Perhatikan bahwa rata-rata ei = 0. Karena itu jumlah ei, juga = 0. Karena jumlah kolom (5) = 39,
maka jumlah kolom(4) harus sama= 13. Karena αi merupakan konstanta, maka nilai αi, pada setiap
bulannya adalah 39/5 = 2,6.
Apabila nilai N menjadi makin besar (artinya makin banyak saham yang dipergunakan untuk
membentuk portofolio), makin kecillah nilai term kedua dari persamaan tersebut. Karena term
tersebut menunjukkan risiko sisa (residual risk atau unsystematic risk) maka ini berarti bahwa
sumbangan risiko sisa terhadap risiko portofolio menjadi makin kecil apabila kita memperbesar
jumlah saham yang ada dalam portofolio. Apabila kita mempunyai N yang besar sekali, maka term
tersebut akan menjadi sangat kecil dan mendekati nol. Sedangkan term yang pertama disebut sebagai
systematic risk. Penjumlahan kedua terms tersebut disebut sebagai risiko total dari portofolio (σp2).
Risiko yang tidak bisa dihilangkan kalau kita membentuk portofolio yang terdiri dari sekuritas
yang makin banyak, merupakan risiko yang berkaitan dengan βp. Kalau kita rnenganggap risiko
residual mendekati nol, maka risiko portofolio mendekati
σp2 = [ β p2 σm2 ]1/2 = β p σm = [ ∑ Xi β i ]
Karena nilainya sama σm, tidak peduli saham apapun yang kita analisis, ukuran kontribusi
risiko suatu saham terhadap risiko portofolio yang terdiri dari banyak saham akan tergantung pada
β1
.
4. Menaksir Beta
Penggunaan model indeks tunggal memerlukan penaksiran beta dari saham-saham yang akan
dimasukkan ke dalam portofolio. Para analis bisa saja menggunakan judgement mereka dalam
menentukan beta. Kita juga bisa menggunakan data historis untuk menghitung beta waktu lalu yang
dipergunakan sebagai taksiran beta di masa yang akan datang. Diketemukan berbagai bukti bahwa
beta historis memberikan informasi yang berguna tentang beta di masa yang akan datang (sebagai
misal, Brealey and Myers, 1991, h. 183). Karena itu sering para analis menggunakan beta historis
sebelum mereka menggunakan judgement / untuk memperkirakan beta di masa yang akan datang.
Persamaan (5.3) menunjukkan bahwa,
Ri = αi + βi Rm + ei
Persamaan ini tidak lain merupakan persamaan regresi linier sederhana, yang bisa dipecahkan
dengan rumus regresi. Berbagai program statistik untuk dipergunakan di komputer juga tersedia
untuk menghitung persamaan tersebut. Informasi yang diperlukan adalah series tentang tingkat
keuntungan suatu saham (Ri,) dan tingkat keuntungan indeks pasar (Rm). Hasil perhitungan tersebut
kalau di-plot-kan dalam suatu gambar akan nampak seperti dalam Gambar 5.1.
Beta menunjukkan kemiringan (slope) garis regresi tersebut, dan α menunjukkan intercept
dengan sumbu Rit. Semakin besar beta, semakin curam kemiringan garis tersebut, dan sebaliknya.
Penyebaran titik-titik pengamatan di sekitar garis regresi tersebut menunjukkan risiko sisa
(σei2)sekuritas yang diamati. Semakin menyebar titik-titik tersebut, semakin besar risiko sisanya.
Nilai βi , dan αi , yang dihitung dengan persamaan regresi merupakan taksiran dari beta dan
alpha yang sebenamya. Taksiran tersebut tidak luput dari kesalahan (subject to error). Berbagai
properti statistik, seperti nilai-t, nilai F, dan koefisien determinasia perlu diperhatikan untuk
menggunakan nilai-nilai taksiran tersebut.
Beta sekuritas individual cenderung mempunyai koefisien determinasi (yaitu bentuk kuadrat
dari koefisien korelasi) yang lebih rendah dari beta portofolio. Koefisien determinasi menunjukkan
proporsi perubahan nilai R1 yang bisa dijelaskan oleh Rm. Dengan demikian semakin besar nilai
koefisien determinasi semakin akurat nllai estimated beta tersebut. Beta portofolio umumnya lebih
akurat dari beta sekuritas individual karena dua hal. Pertama, beta mungkin berubah dari waktu ke
waktu. Ada sekuritas yang betanya berubah menjadi lebih besar, ada pula yang mengecil.
Pembentukan portofolio memungkinkan perubahan tersebut menjadi saling meniadakan, atau paling
tidak mengecil. Kedua, penaksiran beta selalu mengandung unsur kesalahan acak (random error).
Pembentukan portofolio memungkinkan kesalahan tersebut diperkecil. Karena itu, semakin banyak
sekuritas yang dipergunakan untuk membentuk portofolio, semakin besar nilai koefisien
determinasinya. Dengan demikian maka beta portofolio historis akan merupakan predictor beta masa
depan yang lebih baik dibandingkan dengan beta sekuritas individual.
Beta periode 2
0,677
0,343
Beta periode 1
Gambar 5.2. Hubungan antara beta pada periode 1 dengan beta pada periode 2, hasil pengamatan
Blume
Teknik yang dikemukakan oleh Blume tersebut telah diuji secara empiris, dan hasilnya
ternyata memang lebih baik daripada seandainya kita menggunakan beta yang tidak disesuaikan
(Klemkosky and Martin, 1975). Pengujian dilakukan terhadap kemampuan meramalkan teknik
tersebut untuk tiga periode yang setiap periodenya terdiri dari lima tahun, saham individual maupun
portofolio yang terdiri dari sepuluh sekuritas.
Ilustrasi 5.1
Pengujian empiris juga dilakukan di pasar modal Indonesia (Pudjiastuti dan Husnan, 1993).
Untuk periode tahun 1990 – 1992, ditemukan bahwa beta pada t berkorelasi relatif cukup kuat dengan
beta t + 1. Korelasi beta 1990 dengan beta 1991 ditemukan sebesar 0,39, sedangkan antara beta tahun
1991 dengan 1992 adalah 0,52. Sebaliknya beta pendekatan Blume diterapkan untuk Indonesia,
ditemukan persamaan,
β92 =0,460 + 0,3791β92
Meskipun kecenderungan mendekati satu tidak terdeteksi, peramalan beta di masa yang akan datang
dengan menggunakan persamaan-persamaan tersebut ternyata sedikit lebih baik daripada dengan
menggunakan nilai beta di waktu yang lalu. Hal ini terlihat dari nilai rata-rata error yang
dikuadratkan (mean square error), yang lebih rendah untuk estimasi beta dengan persamaan di atas,
daripada beta historis apa adanya.
Dengan demikian, penggunaan beta bukan hanya mengurangi jumlah variabel yang harus
ditaksir, beta yang disesuaikanjuga relatif lebih akurat sebagai penaksir beta di masa yang akan
datang dibandingkan dengan beta historis yang tidak disesuaikan, dan juga dengan koefisien korelasi
historis. Yang terakhir ini nampaknya merupakan forecaster yang terburuk untuk nilai-nilai di masa
yang akan datang.
Penggunaan beta bukan hanya bisa memperkecil jumlah variabel yang harus ditaksir dan
penggunaan data (beta) historis (setelah disesuaikan) lebih bisa diandalkan, tetapi penggunaan beta
juga memungkinkan kita mengidentifikasikan faktor-faktor fundamental yang mungkin
mempengaruhi beta tersebut. Faktor-faktor fundamental ini yang tidak bisa diidentifikasikan kalau
kita menggunakan matrik koefisien korelasi historis. Belum bisa diidentifikasikan faktor (faktor-
faktor) apa yang menyebabkan, misalnya, koefisien korelasi saham i dengan j ternyata rendah (atau
tinggi) pada periode waktu tertentu.
Beta merupakan ukuran risiko yang berasal dari hubungan antara tingkat keuntungan suatu
saham dengan pasar. Risiko ini berasal dari beberapa faktor fundamental perusahaan dan faktor
karakteristik pasar tentang saham perusahaan tersebut. Faktor-faktor yang diidentifi kasikan
mempengaruhi nilai beta adalah :
1. Cyclicality. Faktor ini menunjukkan seberapa jauh suatu perusahaan dipengaruhi oleh
konjungtur perekonomian. Kita tahu bahwa pada saat kondisi perekonomian membaik, semua
petusahaan akan merasakan dampak positifnya. Demikian pula pada saat resesi semua
perusahaan akan terkena dampak negatifnya. Yang membedakan adalah intensitasnya. Ada
perusahaan yang segera membaik (memburuk) pada saat kondisi perekonomian membaik
(memburuk), tetapi ada pula yang hanya sedikit terpengaruh. Perusahaan yang sangat peka
terhadap perubahan kondisi perkonomian merupakan perusahaan yang mempunyai beta yang
tinggi dan sebaliknya.
2. Operating leverage. Operating leverage menunjukkan proporsi biaya perusahaan yang
merupakan biaya. Semakin besar proporsi ini semakin besar operating leveragenya.
Perusahaan yang mempunyai operating leverage yang tinggi akan cenderung mempunyai
beta yang tinggi, dan sebaliknya.
3. Financial leverage. Perusahaan yang menggunakan hutang adalah perusahaan yang
mempunyai financial leverage. Semakin besar proporsi hutang yang dipergunakan, semakin
besar financial leverage-nya. Kalau kita menaksir beta saham, maka kita menaksir beta
equity. Semakin besar proporsi hutang yang dipergunakan oleh perusahaan, pemilik modal
sendiri akan menanggung risiko yang makin besar. Karena itu semakin tinggi financial
leverage, semakin tinggi beta equity.
Beberapa peneliti (Beaver, Kettler, and Scholes, 1970) mencoba merumuskan
beberapa variabel akuntansi untuk memperkirakan beta. Variabel-variabel yang dipergunakan
diantaranya adalah:
1) Dividend Payout (yaitu perbandingan antara dividen per lembar saham dengan laba
per lembar saham).
2) Pertumbuhan aktiva (yaitu perubahan aktiva per tahun).
3) Leverage (yaitu rasio antara hutang dengan total aktiva).
4) Likuiditas (yaitu aktiva lancar dibagi dengan hutang lancar).
5) Asset size (yaitu nilai kekayaan total).
6) Variabilitas keuntungan (yaitu deviasi standar dari earnings price ratio).
7) Beta akunting (yaitu beta yang timbul dari regresi time series laba perusahaan
terhadap rata-rata keuntungan semua (atau sampel) perusahaan.
Variabel (1) diharapkan mempunyai hubungan yang negatif dengan beta. Variabel (2)
dan (3) diharapkan mempunyai hubungan yang positif. Variabel (4) diharapkan
mempunyai hubungan negatif, dan variabel (5) dan (6) mempunyai hubungan positif. Beta
akunting diharapkan mempunyai hubungan yang positif dengan beta pasar.
Korelasi masing-masing faktor tersebut dengan beta menunjukkan hasil yang sesuai
dengan pengharapan. Sedangkan untuk menguji apakah variabel-variabel tersebut
memang mempengaruhi beta, dilakukan uji regresi berganda, dimana variabel
tergantungnya adalah beta. Banyak peneliti lain yang juga melakukan penelitian tentang
faktor-faktor yang mempengaruhi beta seperti yang telah diungkapkan oleh Elton and
Gruber (1991).
PORTOFOLIO YANG EFISIEN
Dalam hal ini:
XA : Proporsi dana yang diinvestasikan pada sahamA
XB : Proporsi dana yang diinvestasikan pada sahamB
E (R A) : Tingkat keuntungan yang diharapkan dari sekuritas A E
(R B) : Tingkat keuntungan yang diharapkan dari sekuritas B E
(R P) : Tingkat keuntungan yang diharapkan dari portofolio P
Kita ketahui bahwa koefisien korelasi terletak dari nilai -1 (minimal) sampai dengan nilai 1
(maksimal). Dengan contoh soal dibawah ini marilah kita pahami bagaimana pengurangan risiko
dalam portofolio saham dengan memperhatikan nilai koefisien korelasi antara anggota
portofolio.
Apabila diketahui data sbb:
Jenis saham E(R) Standar Deviasi
Saham A 0,25 0,10
Saham B 0,20 0,08
Apabila dua sekuritas tersebut memiliki korelasi positif sempurna
Adapun nilai tingkat keuntungan yang diharapkan dan deviasi standar untuk
berbagai nilai Xa adalah sebagai berikut:
XA 0 0,4 0,8 1,0
E(RA) 0,20 0,22 0,24 0,25
σp 0,08 0,088 0,96 0,10
Dari data diatas kita mendapatkan hasil bahwa pada saat ρAB=+1
(koefisien korelasi positif sempurna 1), portofolio yang dilakukan tidak akan
memberikan manfaat bagi investor dalam pengurangan risiko. Dengan demikian,
maka tidak ada manfaat diversifikasi yang dilakukan sehingga akan sama seperti
kalau memberli sekuritas individual yang membentuk portofolio. Gambar
hubungan antara tingkat keuntungan dan deviasi standar pada saat korelasi adalah
1 seperti dibawah ini.
E (R p)
A
0,25 SML
0,2
B
0,08 0,10 Risiko (σ)
Gambar 4.4 Hubungan antara tingkat keuntungan yang diharapkan dengan deviasi
standar pada saat koefisien korelasi = -1 (negatif sempurna)
E (R p)
A
0,25 SML
H
0,22
0,2
B
gari AB, dan semakin kecil koefisien korelasi kedua saham tersebut, maka garis
akan semakin mendekati garis AHB.
Gambar 6 dibawah ini menggambarkan hubungan antara tingkat return yang
diharapkan dengan deviasi standar pada saat koefisien korelasi (ƿ) berada antara
-1 dan +1.
Gambar 4.5 Hubungan antara tingkat keuntungan yang diharapkan dengan deviasi
standar pada saat koefisien korelasi = -1 (negatif sempurna)
E (R p)
A
0,25 SML
H
0,22
0,2
Minimumkan risio
Dengan batasan :
(1)£ X = 1
i
(2)£ X i E(R p ) = E(R p )
(3)Xi ≥ 0, i = 1,. ....... N
Dengan memberikan nilai yang berbeda-beda pada E (R p), maka dari
persamaan tersebut akan diperoleh suatu rangkaian titik-titik yang membentuk garis
yang merupakan garis efisien dalam portofolio (efficient frontier). Portofolio yang
terdapat dalam efficient frontier merupakan pilihan portofolio yang efisien yang
memiliki risiko minimal dengan tingkat keuntungan tertentu, atau return terbesar
pada tingkat risiko tertentu. Gambar dibawah ini memperlihatkan efficient frontier
yang diperoleh dari penggunaan programasi kuadratik.
Gambar 4.6 Permukaan efisien pilihan portofolio (efficient frontier)
E (R p)
Risiko (σ)
Keadan short sales ditunjukkan pada saat proporsi dana yang dilakukan
dapat kurang dari nol (yaitu -1) dan lebih dari 1 (yaitu +2). Dengan short sales
dimungkinkan melakukan investasikan jumlah dana yang sangat besar jauh lebih
besar dari jumlah dana yang dimiliki oleh investor, ataupun melakukan investasi
tanpa memiliki dana dengan cara melakukan peminjaman saham kepada investor
lainnya.
Gambar dibawah ini menggambarkan kondisi portofolio optimal yang
dapat diperoleh investor apabila short sales diperbolehkan.
E (R p)
Dalam portofolio lebih dari dua saham dengan short sales diperbolehkan,
proporsi saham yang diinvestasikan dimungkinkan bisa negatif. Maka perumusan
perhitungannya dapat dicari dengan persamaan:
Minimumkan risiko
1
(2)£ XiE(R p) =
E(R p)
(
1
)
£
X
Dengan batasan :
i
=
Dengan memberikan nilai yang berbeda pada return yang diharapkan, maka
akan dapat diperoleh titik-titik yang akan membentuk garis yang merupakan
efficient frontier untuk portofolio dengan short sales diperbolehkan. Persamaan ini
dapat dibantu penyelesaiannya dengan menggunakan programasi linear quadratic
programming.
Rf
B
Expeted value hasil yang diperoleh dari investasi tersebut adalah (+ Rp 5.000) (0,80)
+ (- Rp 2.000) (0,20) = + Rp 3.600. Jika investasi ini ditawarkan kepada pemodal, maka
nilai certainty equivalent (yang merupakan harga yang tersedia mereka bayar) yang mereka
ajukan akan lebih kecil dari nilai pengeluaran hasil yang diperoleh, misalnnya hanya + Rp
2.000.
Misalkan proyek diatas kita tawarkan pada seorang pemodal. Untuk menyusun fungsi
utilitas kita perlu suatu ukuran atau indeks utilitas. Pembentukan indeks ini bersifat
sebarang, tetapi untuk mudahnya kita berikan nilai + 1 untuk hasil + Rp 5.000 dan 0 untuk
hasil – Rp 2.000 dengan demikian maka:
Apabila probabilitas hasil + Rp 5.000 adalah sebesar P dan probabilitas hasil Rp 2.000
adalah sebesar (1-P), maka expecet utility investasi tersebut adalah:
P x U (+ Rp 5.000) + (1-p) x U (- Rp 2.000)
Misalkan sekarang bahwa probabilitas untuk memeroleh hasil + Rp 5.000 adalah + 0,94
dan probabilitas memeroleh hasil - Rp 2.000 adalah 0,06. Dengan karateristik investasi
tersebut nilai CE misalnya Rp 3.000 indeks utilitas untuk keadaan tersebut adalah:
U (+ Rp 3.000) = 0,94 (1) + 0,06 (0) = 0,94
Fungsi utilitas dari pemodal yang mempunyai sikap risk averse mempunyai
karateristik sebagai berikut. Apabila U(W) adalah fungsi utilitas dan U”(W) adalah
derivtif kedua dari fungsi tersebut, maka U”(W) < 0 keadaan tersebut bisa dijelaskan
dalam pilihan berikut ini:
Apabila pemodal memilih tidak melakukan investasi maka utilitas yang diharapkan
dari tidak melakukan investasi tentulah lebih besar dari utilitas yang diharapkn dari
melakukan investasi. Hal ini berarti bahwa,
U (1) > (0,50) U (2) + (0,50) U (0)
Ketika kedua sisi persamaan dengan 2 dan sisi kembali ketidaksamaan tersebut akan
menghasilkan,
U (1) – U (0) > U (2) – U (1)
B. Menaksir Preferensi Risiko Pemodal
Suatu cara yang digunakan untuk menaksir prefensi risiko pemodal adalah dengan
menawarkan suatu kesempatan investasi yang berisiko, dan investasi tersebut dinilai
ekuivalen dengan investasi yang bebas risiko. Cara ini dikemukakan oleh Sharpe (1990).
Misalkan suatu kesempatan investasi yang bebas resiko memberikan Rr = 0,10. Per definisi
of = 0. Sekarang misalkan kepada seorang pemodal kita tawarkan suatu investasi (kita sebut
saja investasi A) yang mempunyai karakteristik sebagai berikut:
Probabilitas Tingkat Keuntungan
0,50 0,05
0,50 0,15
Apabila pemodal tersebut bersifat risk averse, maka tentunya ia akan lebih menyukai
investasi yang bebas risiko. E(RA) = 0,10 (sama dengan Rr padahal deviasi standar A tidak
sama dengan nol). Bagi pemodal yang risk averse keuntugan yang pasti akan lebih disukai
dari pada keuntungan yang diharapkan kalau nilainya sama. Sekarang misalkan bahwa
permodalan tersebut menyatakan bahwa ia merasa indifference apabila kesempatan
investasi yang berisiko mempunyai karakteristik sebagai berikut:
Probabilitas Tingkat Keuntungan
0,50 0,07
0,50 0,19
Investasi tersebut mempunyai E (RB) = 0,13, sedangkan variance keuntungannya adalah
0² = {(0,07 - 0,13)² (0,5) + (0,19 - 0,13)² (0,5)}
= 0,0036
Teknik yang dipergunakan oleh Sharpe (1990) adalah dengan kedua kesempatan
investasi dalam suatu diagram dengan sumbu datar variance dan sumbu E(R). Karena
kedua investasi tersebut dinilai sama oleh pemodal tersebut, maka keduanya tentunya
berada dalam satu indifference curve. Karena sumbu datarnya adalah variance, maka
indifference curve (IC) tersebut ditransformasikan menjadi garis lurus. Apabila sumbu
tegak diberi notasi sebagai Y dan sumber datar sebagai X, maka persamaan tersebut
merupakan persamaan dengan nilai,
a = 0,10
b = (0,13-0,10) / 0,0036
= 8,333
Dengan demikian persamaan indifference curve adalah E(R) = 0,10 + 8,333 σ².
Dengan memasukkan serangkaian nilai E(R), maka dapat diperoleh berbagai nilai σ² dan
σ. Contoh serangkaian nilai tersebut disajikan berikut ini,
E(R) σ² σ
0,25 0,0180 0,134
0,22 0,0144 0,120
0,20 0,0120 0,109
0,17 0,0084 0,091
0,15 0,0060 0,077
0,13 0,0036 0,060
Berikut ini disajikan berbagai situasi pada saat terdapat Rf untuk berbagai kriteria:
1. Kriteria Roy
Apabila terdapat Rf dan distribusi tingkat keuntungan bersifat normal maka kriteria Roy
akan mengakibatkan diinvestasikannya dana pada investasi yang tidak berisiko, atau
melakukan pinjaman sebesar-besarnya.
2. Kriteria Kotaoka
Pada saat terjadi Rf maka penggunaan kriteria Kataoka akan menyebabkan
diivestasikannya seluruh dana pada Rf atau melakukan pinjaman sebesar-besarnya.
3. Kriteria Telser
Dengan adannya Rf kriteria Telser akan memungkinkan terjadinnya tiga keadaan:
a. Portofolio yang optimal terjadi pada perpotongan garis batasan dengan garis lending
dan borrowing
b. Portofolio optimal terjadi pada jumlah peminjaman sebesar-besarnya
c. Tidak ada portofolio yang memenuhi syarat, sehingga tidak ada portofoio ysng
optimal.
Stochastic Dominance
Stochastic dominance merupakan salah satu metode untuk memilih portofolio
optimal, dimana model ini tidak memperhatikan distribusi dari return investasi yang
sedang dipertimbangkan, dengan kata lain stochastic dominance tidak mensyaratkan
distribusi dari return investasi harus bersifat normal.
Penggunaan stochastic dominance menggunakan tiga asumsi yang makin kuat
tentang perilaku para pemodal. Asumsi-asumsi tersebut yaitu:
a. First Order Stochastic Dominance menyatakan bahwa para pemodal lebih
menyukai yang banyak dari pada yang sedikit
b. Second Order Stochastic Dominance menyatakan bahwa pemodal bersikap tidak
menyukai risiko
c. Third Order Stochastic Dominance menyatakan bahwa pemodal mempunyai
decreasing absolute risk aversion yang berarti bahwa dengan meningkatkan
kekayaan para pemodal, mereka akan menginvestasikan rupiah yang lebih banyak
pada kesempatan investasi yang berisiko.
Dalam memilih investasi yang tepat, perlu memperhatikan asumsi yang kedua yaitu
Second Order Stochastic Dominance, yang menyatakan bahwa pemodal bersikap risk
averse. Mereka akan merasakan utilitas yang lebih besar pada satu juta rupiah pertama
yang mereka miliki dari pada satu juta rupiah yang kedua, ketiga, keempat, dan
seterusnya. Dengan begitu, pemodal akan menaruh nilai yang lebih besar pada
keuntungan yang kecil dari pada keuntungan yang besar.
KONSUMSI INVESTASI DAN PERANAN PASAR MODAL
1. KONSUMSI
a) Pengertian Konsumsi
Konsumsi merupakan bagian yang tak terpisahkan dari kegiatan ekonomi yang
dilakukan manusia.Manusia selalu membeli semua kebutuhannya baik barang maupun
jasa.
Diambil dari buku Pengantar Teori Ekonomi (2000) karya Suherman Rosyidi,
pengertian konsumsi adalah penggunaan barang dan jasa yang secara langsung akan
memenuhi kebutuhan manusia.
Konsumsi atau pengeluaran konsumsi pribadi adalah pengeluaran oleh rumah tangga
atas barang dan jasa.Konsumsi merupakan pembelanjaan barang dan jasa oleh rumah
tangga. Barang tersebut meliputi pembelanjaan rumah tangga pada barang yang tahan
lama, misalnya meja, kursi, motor, dan lainnya.
Sedangkan pembelanjaan jasa meliputi barang tak berwujud, seperti layanan kesehatan,
laundry, dan lainnya.
2. Investasi
a) Pengertian Investasi
Bentuk investasi sangat beragam yang dapat dijadikan sarana investasi. Masing-masing
dengan ciri tersendiri dengan kandungan resiko dan return harapan yang berbeda-beda.
Investor tinggal memilih bentuk investasi mana yang menurut mereka dapat memenuhi
keinginan untuk berinvestasi.
Menurut Fahmi dan Hadi (2009:7) dalam bukunya Teori Portofolio dan Analisis
Investasi dalam aktivitasnya investasi pada umumnya dikenal ada dua bentuk, yaitu:
1. Real Investment
Investasi nyata (real investment) secara umum melibatkan asset berwujud, seperti
tanah, mesin-mesin atau pabrik.
2. Financial Investment
Investasi keuangan (financial investment) secara umum melibatkan asset kontrak
tertulis, seperti saham biasa (common stock) dan obligasi (bond).
Perbedaan antara investasi pada real investment dan financial investment adalah tingkat
likuiditas dari kedua investasi tersebut. Investasi pada real investment relatif lebih sulit
untuk dicairkan karena terbentur pada komitmen jangka oanjang antara investor dengan
perusahaan. Sementara investasi pada financial investment lebih mudah dicairkan
karena dapat diperjual belikan tanpa terikat waktu.
c) Proses Investasi
Dalam tahap iinipemodal perlu menentukan apa tujuan investasinya dan berapa banyak
investasi tersebut akan dilakukan. Ada dua hal yang perlu dipertimbangkan, yaitu
tingkat pengembalian yang diharapkan (expected rate of return), dan ketersediaan
jumlah dana yang akan diinvestasikan.
2. Melakukan Analisis Sekuritas
Salah satu tujuan dari kegiatan ini adalah untuk mendeteksi sekuritas/efek yang
salah harga (mispriced), yakni apakah harganya terlalu tinggi atau terlalu
rendah. Untuk itu ada dua pendekatan yang digunakan yaitu pendekatan fundamental
dan pedekatan teknikal. Pemilihan sekuritas bukan didasarkan atas faktor mispriced,
tetapi didasarkan atas preferensi resiko para pemodal (pemodal yang bersedia
menanggung resiko tinggi akan menerima saham yang beresiko), pola kebutuhan kas
(pemodal yang
menginginkan penghasilan yang tinggi akan memilih saham yang membagikan dividen
dengan stabil), dan sebagainya.
3. Melakukan Pembentukan Portofolio
Portofolio berarti sekumpulan investasi. Pada tahp ini dilakukan identifikasi terhadap
sekuritas-sekuritas mana yang akan dipilih, dan berapa proporsi dana yang akan
ditanamkan pada masing-masing sekuritas tersebut.
4. Melakukan Revisi Kinerja Portofolio
Dari hasil evaluasi, selanjutnya dilakukan revisi terhadap efek-efek yang membentuk
portofolio tersebut, jika dirasa bahwa kompisisi portofolio yang suah dibentuk tidak
sesuai dengan tujuan investasi. Misalnya rate of return lebih rendah dari yang
disyaratkan.
5. Melakukan Evaluasi Kinerja Portofolio
Dalam tahap ini dilakukan evaluasi atas kinerja portofolio yang telah dibentuk, baik
terhadap tingkat keuntungan yang diharapkan maupun terhadap tingkat resiko yang
ditanggung.
3. TIPE-TIPE KEUANGAN
Jenis Investasi
Secara umum aset sektor yang dapat menjadi saran investasi terbagi menjadi dua, yaitu
pada sektor riil dan sektor finansial. Investasi di sektor riil adalah menanamkan modal
atau membeli aset produktif untuk menghasilkan suatu produk tertentu melalui proses
produksi. Jenis investasi dalam aset riil adalah rumah, tanah dan emas. Sedangkan
investasi di sektor finansial yaitu suatu aktivitas jual beli aset keuangan atau surat-surat
berhrga dengan harapan dapat memperoleh keuntungan. Jenis investasi dalam
aset finansial antara lain tabungan, deposito, reksadana, obligasi, saham, emas,
properti, dan lainnya.
Investasi Langsung
Investor yang melakukan aktivitas investasinya di pasar modal, apakah melalui jasa
perantara (broker atau intermediaries) atau sarana yang lain, memiliki sejumlah jenis
aset atau sekuritas yang dapat dipilih.
Investasi langsung dapat dilakukan dengan membeli aktiva keuangan yang dapat
diperjual-belikan di pasar uang (money market), pasar modal (capital market), atau
pasar turunan (derivative market). Investasi langsung juga dapat dilakukan dengan
membeli aktiva keuangan yang tidak dapat diperjual-belikan. Aktiva keuangan yang
tidak dapat diperjual-belikan biasanya diperoleh melalui bank komersial. Aktiva-
aktiva ini dapat berupa tabungan di bank atau setifikat deposito.
Aktiva yang dapat di perjual-belikan di pasar uang (money market)berupa
aktiva yang mempunyai risiko gagal kecil, jatuh temponya pendek dengan tingkat cair
yang tinggi. Contoh aktiva ini dapat berupa Treasury-bill (T-bil) yang banyak
digunakan di penelitian keuangan sebagai proksi return bebas risiko (risk-free rate of
return).
Tidak seperti halnya pasar uang yang bersifat jangka pendek, pasar modal
sifatnya adalah untuk investasi jangka panjang. Yang diperjual-belikan di pasar modal
adalah aktiva keuangan berupa surat-surat berharga pendapatan-tetap dan saham-
saham.
Macam-macam investasi langsung yang tidak dapat disarikan sebagai berikut ini.
1. Investasi langsung yang dapat diperjual-belikan
- Tabungan
- Deposito
2. Investasi langsung dapat diperjual-belikan
A. Investasi langsung di pasar uang.
- T-bil
- Deposito yang dapat dinegosiasi
B. Investasi langsung di pasar modal
a. Surat-surat berharga pendapatan tetap.
- T-bond.
- Federal agency securities .
- Municipal bond
- Corporate bond
- Convertible bond
b. Saham-saham (equity securities)
- Saham preferen (preferred stock)
- Saham biasa (common stock)
c. Investasi langsung di pasar turunan
a. Opsi
- Waran (warrant)
- Opsi put (put option)
- Opsi call (call option)
b. Futures contract
Sedangkan pada kelompok investasi tidak langsung hanya ada satu jenis alternatif
investasi, yaitu perusahaan investasi (investment companies). Berupa unit investment
trust, closed-end investment companies dan open-end investment companies.Investasi
tidak langsung dilakukan dengan membeli surat-surat berharga dari perusahaan
investasi. Perusahaan investasi adalah perusahaan yang menyediakan jasa keuangan
dengan cara menjual sahamnya ke public dan menggunakan dana yang diperoleh untuk
diinvestasikan ke dalam bentuk portofolionya. Ini berarti bahwa perusahaan investasi
membentuk portofolio (diharapkan portofolionya optimal) dan menjualnya eceran
kepada public dalam bentuk saham-sahamnya.
Investasi tidak langsung lewat perusahaan investasi ini menarik bagi investor
paling tidak karena dua alasan utama, yaitu sebagai berikut ini.
1. Investor dengan modal kecil dapat menikmati keuntungan karena pembentukan
portofolio. Jika investor ini harus membuat portofolio sendiri, maka dia harus membeli
beberapa saham dalam jumlah yang cukup besar nilainya. Investor yang tidak
mempunyai dana cukup untuk membentuk portofolio sendiri dapat membeli saham
yang ditawarkan oleh perusahaan investasi ini.
2. Membentuk potofolio membutuhkan pengetahuan dan pengalaman yang
mendalam. Investor awam yang kurang mempunyai pengetahuan dan pengalaman tidak
akan dapat membentuk portofolio yang optimal, tetapi dapat membeli saham yang
ditawarkan oleh perusahaan investasi yang telah membentuk portofolio optimal.
Peranan pasar modal suatu negara dapat dilihat dari minimal lima aspek sebagai berikut
a. Sebagai fasilitas melakukan proses interaksi antara pembeli dan penjual untuk
menentukan harga saham atau surat berharga yang akan diperjual-belikan. Ditinjau dari
segi lain, pasar modal dapat memberikan kemudahan bagi pelaku pasar modal untuk
melakukan transaksi tanpa melalui tatap muka ( pembeli dan penjual dapat bertemu
secara tidak langsung), hal tersebut dapat dilakukan dengan adanya sistem perdagangan
efek melalui fasilitas perdagangan melalui computer.
b. Pasar modal memberikan kesempatan kepada investor guna memperoleh hasil yang
diharapkan. Keadaan tersebut akan mendorong perusahaan untuk memenuhi keinginan
para investor.
c. Pasar modal untuk memberikan kesempatan kepada investor untuk menjual kembali
saham yang dimiliki nya atau surat berharga lainnya, sehingga dapat memberikan
kepastian kepada investor dalam menghindari risiko rugi. Jadi, operasi pasar modal
dapat menghindari ketidakpastian di masa yang akan datang.
d. Pasar modal menciptakan kesempatan kepada masyarakat untuk berpartsipasi dalam
pengembangan perekonomian. Pasar modal dapat dijadikan alternatif bagi masyarakat
mengenai bagaimana cara menginvestasikan uang mereka selain dengan menabung
sehingga masyarakat dapat melakukan investasi melalui pasar modal dengan membeli
sebagian kecil saham perusahaan publik, dan kemudian dapat ditingkatkan dan
dikembangkan.39
e. Dengan adanya pasar modal maka dapat mengurangi biaya informasi dan transaksi
surat berharga, biaya pencarian informasi tentang perusahaan (emiten) termasuk
didalamnya kelebihan dan kekurangan mengenai surat berharga suatu perusahaan
publik karena semua biaya merupakan tanggung semua pelaku di pasar modal karena
semua informasi yang ada akan dicerminkan dalam harga saham.
Hal diatas memperlihatkan bagaimana aspek mikro dari kepentingan pasar modal.
Sedangkan, peranan pasar modal dalam perekonomian nasional (tinjauan makro
ekonomi) yang lebih luas jangkauannya dalam suatu perekonomian negara adalah
sebagai berikut :
a) Fungsi Tabungan
Pada dasarnya fungsi menabung adalah baik, hanya saja perlu diingat bahwa metode
yang digunakan sangat dipengaruhi oleh kemungkinan rugi sebagai kaitan penurunan
nilai mata uang, inflasi, dan risiko hilang sehinggadiperlukan metode lain guna
investasi, yaitu dengan membeli surat berharga karena dengan aliran dana tersebut
dapat digunakan untuk memperbanyak jasa dan barang di suatu sektor perekonomian.
Dengan membeli surat berharga masyarakat diharapkan bisa mengantisipasi standar
hidup yang lebih baik.
b) Fungsi Kekayaan
Pasar modal adalah cara untuk menyimpan kekayaan dalam jangka panjang sampai
kekayaan tersebut dapat dipergunakan kembali karena kekayaan tersebut tidak
mengalami depresiasi seperti aktiva lainnya dan surat berharga mempunyai kekuatan
beli (purchasing power) pada masa yang akan datang.
c) Fungsi Likuiditas
Kekayaan yang disimpan dalam surat berharga biasa dilikuidasi di pasar modal dengan
risiko yang lebih kecil dibandingkan dengan aktiva lainnya, walaupun uang memiliki
tingkat likuidasi yang paling sempurna, akan tetapi uang mudah terkena inflasi dari
waktu ke waktu.
d) Fungsi Pinjaman
Pasar modal pada dasarnya juga menjalankan fungsi konsumsi atau investasi karena
pinjaman merupakan utang kepada masyarakat. Pasar modal bagi suatu negara
merupakan sumber pembiayaan pembangunan dari pinjaman yang dihimpun dari
masyarakat jika dibandingkan dengan pinjaman dari Bank Dunia yang memiliki rate
bunga yang lebih tinggi.
Selain itu, secara umum bagi negara-negara yang sedang berkembang, terintegrasinya
Pasar Modal akan memberikan beberapa manfaat antara lain :41
a. Meningkatkan kapitalisasi pasar dan aktivitas perdagangan.
b. Meningkatkan partisipasi pemodal asing dalam pasar domestik, dan
c. Meningkatkan akses ke pasar internasional.
Pasar modal sangat memiliki peran dan manfaat dalam struktur perekonomian karena
sebagai wahana pengalokasian dan yang secara efisien memungkinkaninvestor dapat
melakukan investasi pada beberapa perusahaan sekaligus dengan pembelian efek-efek
yang diperdagangkan dipasar modal.
Pasar modal sebagai altenatif investasi memberikan keuntungan dengan sejumlah risiko
tertentu. Pasar modal memungkinkan para investor untuk memiliki perusahaan yang
sehat dan berprospek baik sehingga mendorong perusahaan untuk menerapkan
manajemen secara lebih professional, efisien dan berorientasi pada keuntungan
sehingga tercipta suatu kondisi “good corporate governance” sehingga pasar modal
dapat menciptakan peningkatan ekonomi nasional yang berdampak pada terbukanya
kesempatan kerja yang luas serta meningkatkan pendapatan pajak bagi pemerintah.
Pasar modal memiliki peran besar bagi perekonomian suatu negara karena pasr modal
menjalankan dua fungsi sekaligus, yaitu:
1. Fungsi Ekonomi
Pasar modal menyediakan fasilitas atau wahana yang mempertemukan dua kepentingan
yaitu pihak yang memiliki kelebihan dana (investor) dan pihak yang memerlukan dana.
2. Fungsi Keuangan
Pasar Modal dapat memainkan peranan penting dalam suatu perkembangan ekonomi
di suatu negara. Hal ini disebabkan karena suatu pasar modal dapat berfungsi sebagai:
a) Sarana untuk menghimpun dana-dana masyarakat untuk disalurkan ke dalam
kegiatan-kegiatan yang produktif.
b) Sumber pembiayaan yang mudah, murah, dan cepat bagi dunia usaha dan
pembangunan nasional.
c) Mendorong terciptanya kesempatan berusaha dan sekaligus menciptakan
kesempatan kerja.
d) Mempertinggi efisiensi alokasi sumber produksi.
e) Memperkokoh beroperasinya mekanisme finansial market dalam menata sistem
moneter, karena pasar modal dapat menjadi sarana “open market operation”
sewaktu-waktu.
f) Menekan tingginya tingkat bunga menuju suatu rate yang reasonable.
g) Sebagai alternatif investasi bagi para pemodal
Karena kegiatan pasar modal begitu marak dan complicated, maka sangat dibutuhkan
suatu perangkat hukum yang mengaturnya agar pasar tersebut menjadi teratur, adil, dan
efisien. Sehingga kemudian lahirlah apa yang disebut Hukum Pasar Modal itu (Capital
Market Law, Securities Law).
Pada prinsipnya hukum pasar modal mengatur segala segi yang berkenaan dengan pasar
modal. Jadi ruang lingkupnya relatif luas, antara lain pengaturannya tentang hal-hal
sebagai berikut :34
1. Pengaturan tentang Perusahaan, misalnya:
a. Disclosure requirement;
b. Perlindungan pemegang saham minoritas.
2. Tentang surat berharga Pasar Modal.
3. Pengaturan tentang administrasi pelaksanaan pasar modal, yaitu meliputi :
a. Tentang perusahaan yang menawarkan surat berharga;
b. Tentang Profesi dalam pasar modal;
c. Tentang perdagangan surat berharga.
Sehingga sebenarnya yang merupakan target yuridis dari pengaturan hukum terhadap
pasar modal pada pokoknya adalah sebagai berikut :
1. Keterbukaan Informasi.
2. Profesionalisme dan tanggung jawab Para Pelaku Pasar Modal.
3. Efisiensi.
4. Kewajaran.
5. Perlindungan Investor.
Salah satu tujuan dari eksistensi Hukum Pasar Modal adalah agar dapat mengamankan
investasi dari pihak pemodal. Investasi itu sendiri baru dianggap aman jika memenuhi
unsur-unsur sebagai berikut :
1. Likuidnya efek.
2. Unsur keamanan terhadap pokok (principal) yang ditanam.
3. Unsur rentabilitas atau stabilitas dalam melakukan return of investment
Jika kita lihat di dalam menjalankan fungsinya setiap pelaku pasar modal dituntut untuk
memahami dan menguasai sistem hukum yang menjadi landasan bergeraknya industri
pasar modal Indonesia.
Dengan mengetahui sumber-sumber hukum yang menjadi titik tolak dalam penetapan
suatu keputusan yang berlaku diharapkan pembuat keputusan tidak berlaku sewenang-
wenang dalam rangka penegakan hukum.
Sumber hukum yang menjadi landasan dan ruang lingkup kehidupan dari industri pasar
modal adalah:
a. Undang-undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal.
b) Peraturan Pemerintah Nomor 45 Tahun 1995 tentang Penyelenggaraan Kegiatan di
Bidang Pasar Modal (PP ini mencabut keberlakuan Keppres Nomor 53 Tahun 1990
Tentang Pasar Modal).
c) Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 1995 Tentang Tata Cara Pemeriksaan di
Bidang Pasar Modal.
d) Keputusan Menteri Keuangan Nomor 645/KMK/.010/1995 tentang Pencabutan
Keputusan Menteri Keuangan Nomor 1548/KMK.013/1990 tentang Pasar Modal
sebagaimana telah diubah terakhir dengan keputusan Menteri keuangan Nomor
248/KMK.010/1995.
e) Keputusan Menteri Keuangan Nomor 646/KMK.010/1995 tentang Pemilikan
Saham atau Unit Penyertaan Reksa Dana oleh Pemodal Asing.
f) Keputusan Menteri Keuangan Nomor 647/KMK.010/1995 tentang Pemilikan
Saham Efek oleh Pemodal Asing (maksimal 85% dari modal disetor).
g) Keputusan Menteri Keuangan Nomor 455/KMK.01/1997 tanggal 4 September
1997 tentang Pembelian Saham oleh Pemodal Asing Melalui Pasar Modal.
h) Keputusan Menteri Keuangan Nomor 179/KMK.010/2003 tanggal 17 Juli 2003
tentang Permodalan Perusahaan Efek.
i) Seperangkat peraturan pelaksana yang dikeluarkan Ketua Bapepam sejak tanggal
17 Januari 1996.
Macam-Macam Pasar Modal
Dalam Pasar Modal dikenal 4 macam pasar modal, yaitu:
a. Pasar Perdana (Primary Market), yaitu penawaran saham dari emiten kepada
investor selama waktu yang telah ditetapkan oleh pihak yang menerbitkan sebelum
saham tersebut diperdagangkan di pasar sekunder. Harga saham di pasar ini ditentukan
oleh Penjamin Emisi dan perusahaan yang menerbitkan saham (emiten).
b. Pasar Sekunder (Secondary Market) yaitu perdagangan saham setelah melewati
penawaran di pasar perdana. Jadi Pasar Sekunder merupakan pasar dimana saham dan
sekuritas lainnya diperjual-belikan secara luas setelah melalui masa penjualan di pasar
perdana. Harga saham di Pasar Sekunder ditentukan oleh pemerintah dan penawaran
antara pembeli dan penjual menurut mekanisme pasar.
c. Pasar Ketiga (Third Market) yaitu tempat perdagangan saham di luar bursa
(over the counter market). Di Indonesia pasar ini disebut bursa pararel, yaitu suatu
sistem perdagangan efek atau surat berharga yang terorganisir di luar bursa efek
resmi, dalam bentuk pasar sekunder yang diatur dan dilaksanakan oleh Perserikatan dan
Perdagangan Uang dan Efek-efek (PPUE) dengan diawasi dan dibina oleh Badan
Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan (Bapepam LK).
d. Pasar Keempat (Fourth Market) pada dasarnya merupakan suatu bentuk
perdagangan efek antar pemodal atau investor dengan kata lain berupa pengalihan
saham dari satu pemegang saham ke pemegang saham lainnya tanpa melalui perantara
perdagangan efek atau lembaga lainnya.43
Menurut Mishkin dan Easkin (2000:16) dalam bukunya Financial Markets and
Institution pasar modal merupakan :
“Capital market is the market which longer-term debt (original matuyear or greater)
and equity instrument are traded.”
Selanjutnya menurut Sartono (2001:21) dalam bukunya Manajemen Keuangan yaitu:
“Pasar modal adalah tempat terjadinya transaksi aset keuangan jangka panjang (long-
term financial aset) yang memiliki jatuh tempo lebih dari satu tahun.”
Dilihat dari pengertian akan pasar modal diatas, dapat disimpulkan bahwa pasar modal
sebagai sarana pendanaan untuk kegiatan berinvestasi bagi perusahaan maupun institusi
lain dengan memberikan fasilitas sarana dan prasarana untuk kegiatan jual beli aset
keuangan jangka panjang atau kegiatan terkait lainnya.
Menurut Dahlan Siamat (2002:385) dalam bukunya Manajemen Lembaga Keuangan,
instrumen pasar modal pada prinsipnya adalah:
d. Underwriter
Jasa notaris diperlukan untuk membuat berita acara rapat pemegang saham (RUPS)
dan menyusun pernyataan keputusan-keputusan RUPS.
g. Konsultan Hukum
Konsultan hukum diperlukan jasanya agar jangan sampai perusahaan yang
menerbitkan sekuritas dipasar modal ternyata terlibat persengketaan hukum dengan
pihak lain. Juga ke absahan dokumen-dokumen perusahaan perlu diperiksa oleh
konsultan hukum tersebut.
h. Lembaga Kliring
Sekuritas-sekuritas akan disimpan oleh suatu lembaga dan lembaga tersebut bertugas
untuk mengatur arus sekuritas tersebut. Kegiatan lembaga ini mirip dengan kegiatan
Bank Indonesia yang penyelenggarakan cliring uang giral.
PASAR MODAL DAN SEKURITAS YANG DIPERDAGANGKAN
BURSA EFEK DAN PERKEMBANGAN PASAR MODAL DI INDONESIA
Emiten Baru 8 12 24
Penerbitan jangka panjang biasanya disertai dengan formalitas yang dapat diper
imbangkan secara layak. Sebagai contoh , anggaran dasar korporasi biasanya membutuhkan
persetujuan dewan Diektu dan pemegang sahan sebelum Obligasi dapat diterbitkan atau
perjanjian hutang jangka panjang dapat dikontrakan.
Pada umunya, Hutang jangka panjang memiliki berbagai ketentuan atau pembatasan (covenant
or restrictions) untuk melindungi baik peminjam maupun pemberi pinjaman. Ketentuan dan
persyaratan persetujuan lainya antara peminjam dan pemberi pinjaman dinyatakan dalam
identure obligasi atau perjanjian wesel. Item-item yang sering kali dinyatakan dalam identure
obligasi atau perjanjian meliputi jumlah yang diotorisasi untuk diterbitkan, suku bunga, tanggal
jatuh tempo, profisi penarikan, properti yang diadakan sebagai jaminan, persyaratan dana
pelunasan, modal kerja dan pembatasan deviden serta pembatasan yang berhubungan dengan
asumsi hutang tabahan. Karena ketetapan ini penting untuk memahami secara menyeluruh
posisi keuangan atau catatan yang menyertai.
Penerbitan obligasi
Obligasi adalah jenis utang jangka panjang yang paling sering dilaporkan di rencana
perusahaan. Tujuan utama dari obligasi adalah untuk meminjam dalam jangka panjang apabila
jumlah modal yang diperlukann terlalu besar untuk disediakan oleh satu pemberi pinjaman.
Wesel bayar jangka panjang
Wesel bayar jangka panjang memiliki subtansi yang sama seperti obligasi dimana keduanya mempunyai
tanggal jatuh tempo yang tetap dan suku bunga ditetapkan atau implicit. Akan tetapi wesel tidak dapat langsung
dijual seperti obligasi di pasar sekuritas puplik yang terorganisasi. Perusahan non korporasi dan korporasi kecil
mengeluarakan baik wesel jangka panjang maupun obligasi.
Wesel bayar hipotik
Wesel bayar hipotik adalah wesel promes yang dijamin dengan suatu dokumenyang disebut hipotik dengan
mengadakan hak atas property sebagai jaminan pinjaman.
Penerbit adalah badan hukum atau lembaga pemerintah yang memiliki hak untuk
menerbitkan sekuritas apa pun ke dalam sirkulasi. Penempatan mereka dilakukan melalui
proses emisi. Dengan demikian, masalah dipahami sebagai prosedur yang diatur oleh hukum,
yang terdiri dari serangkaian tindakan berurutan yang memastikan masalah langsung saham
(obligasi) dengan penempatan lebih lanjut.
Tujuan dari proses emisi cukup, sederhana - untuk menarik sumber daya keuangan yang
hilang:
1. Melepaskan , penerbit menggunakan jenis kondisi pinjaman. Artinya, obligasi harus
dilunasi pada waktu yang disepakati.
2. Melepaskan - meningkatkan modal dasar.
Ketentuan masalah - kepatuhan dengan aturan yang ditetapkan oleh hukum dan kontrol
lembaga pemerintah yang bertanggung jawab untuk mengatur pasar yang relevan.
Masalah apa yang bisa dipecahkan oleh penerbit dengan bantuan emisi.
Pendaftaran efek terkait dengan sejumlah besar operasi, pendaftaran berbagai dokumen.
Literasi hukum dan tidak adanya pengawasan adalah penting di sini. Itulah sebabnya beralih
ke spesialis untuk mendapatkan bantuan yang berkualitas adalah pendekatan yang paling
masuk akal.
1. Pra Pembukaan
2. Proses Transaksi
Selanjutnya JATS NEXT-G akan memproses transaksi, dengan memperhatikan time
dan price priority. Maksudnya bagaimana?
Prioritas Harga (Price Priority)
Artinya, permintaan beli saham dengan harga yang lebih tinggi akan mendapatkan
prioritas terlebih dahulu ketimbang permintaan beli terhadap saham yang sama namun dengan
harga yang lebih rendah. Sedangkan, untuk sistem perdagangan saham jual, harga yang lebih
rendah akan mendapatkan prioritas terlebih dahulu ketimbang yang memiliki harga tinggi.
Perdagangan saham yang dilakukan di pasar negosiasi tidak harus dalam satuan lot, tapi bisa
dalam satuan lembar. Jadi, proses ini biasa dilakukan ketika jumlah saham yang
diperdagangkan tidak bulat, 100 lembar.
Harga yang dimasukkan saat kita hendak membeli atau menjual saham ke JATS NEXT-
G harus berada di dalam kisaran tertentu. Kalau ada harga masuk di luar kisaran yang sudah
ditentukan tersebut, maka akan ditolak secara otomatis oleh JATS NEXT-G, atau istilahnya
auto-rejection.
3. Penyelesaian Transaksi
Selanjutnya adalah proses penyelesaian transaksi, di mana proses ini dijamin oleh KPEI
atau Kliring Penjaminan Efek Indonesia, dengan ketentuan sebagai berikut:
Transaksi yang terjadi di Pasar Reguler wajib diselesaikan pada hari bursa ke-2, atau
T+2.
Transaksi yang terjadi di Pasar Tunai wajib diselesaikan pada hari yang sama, atau T0.
Penyelesaian transaksi ini yang dilakukannya di Pasar Reguler dan Pasar Tunai akan
ditentukan oleh KPEI, dengan cara pemindah bukuan ke rekening efek anggota bursa
di KSEI.
4. Pra Penutupan
Selanjutnya, ada proses pra penutupan dalam sistem perdagangan saham ini. Yaitu proses
ketika anggota bursa memasukkan penawaran jual atau beli menjelang penutupan hari bursa.
Dari penawaran dan permintaan ini, JATS NEXT-G lantas bisa membentuk harga penutupan
dan mempertemukan penawaran jual dan beli berdasarkan sistem price dan time priority.
5. Pasca Penutupan
Selanjutnya, perdagangan saham hari itu akan ditutup. Dalam proses pasca penutupan
ini, anggota bursa dapat memasukkan penawaran jual atau beli pada harga penutupan. Dari
sini, JATS NEXT-G lantas mempertemukan penawaran dan permintaan yang ada untuk efek
yang sama secara keseluruhan, ataupun sebagian, pada harga penutupan berdasarkan time
priority.
Teori Portofolio & Investasi Investasi Yang Berisiko
- Pengertian investasi
Investasi adalah penanaman aset atau dana yang dilakukan oleh sebuah perusahaan atau
perorangan untuk jangka waktu tertentu demi memperoleh imbal balik yang lebih besar
di masa depan.
1. Proses Investasi
1. Menentukan Kebijakan Investasi
Ada hubungan yang positif antara risiko dan keuntungan investasi, maksudnya semakin tinggi
return yang ditawarkan maka semakin tinggi pula risikonya, sebaliknya semakin rendah return
maka semakin rendah pula risikonya. Jadi tujuan investasi harus dinyatakan baik dalam
keuntungan maupun risiko
Jenis Investor
1. Risk Taker
(bersedia menanggung risiko lebih besar)
Saham dari perusahaan yang mempunyai risiko tinggi
2. Risk Aver
(Menghindari Risiko)
Obligasi dari perusahaan yg dinilai aman
2. Analisis Sekuritas
Ada 2 Filosofi dalam melakukan analisis sekuritas:
a) Ada sekuritas yang mispriced
Analisis ini menggunakan data (perubahan) harga di masa yang lalu sebagai upaya untuk
memperkirakan harga sekuritas di masa yang akan datang
Analisis Fundamental
Analisis ini berupaya mengidentifikasikan prospek perusahaan (lewat analisis terhadap faktor-
faktor yang mempengaruhinya) untuk bisa memperkirakan harga saham di masa yang akan
datang.
b) Harga sekuritas adalah wajar
Kalaupun ada sekuritas yang mispriced, analis tidak mampu untuk mendeteksinya. Pada
dasarnya mereka yang menganut pendapat ini berpendapat bahwa pasar modal efisien. Dengan
demikian pemilihan sekuritas bukan didasarkan atas faktor mispriced, tetapi didasarkan atas:
1. preferensi risiko para pemodal
Keuntungan yang diperoleh oleh pemodal, sesuai dengan pendapat ini, adalah sesuai
dengan risiko yang mereka tanggung
3. Pembentukan portofolio
Portofolio berarti sekumpulan investasi. Tahap ini menyangkut identifikasi sekuritas- sekuritas
mana yang akan di pilih, dan berapa proporsi dana yang akan ditanamkan pada masing- masing
sekuritas tersebut. Pemilihan banyak sekuritas (diversifikasi) dimaksudkan untuk mengurangi
risiko yang di tanggug
4. Melakukan Revisi Portofolio
Tahap ini merupakan pengulangan terhadap tiga tahap sebelumnya, dengan maksud kalau perlu
melakukan perubahan terhadap portofolio yang telah dimiliki
5. Evaluasi kinerja portofolio
Dalam tahap ini pemodal melakukan penilaian terhadap kinerja portofolio, baik dalam
keuntungan yang diperoleh maupun risiko yang ditanggung. Dalam hal ini faktor risiko perlu
di masukkan. Karena itu diperlukan standar pengukurannya.
Maka langkah pertama yang perlu dilakukan adalah memahami bagaimana mengukur
tingkat keuntungan yang di harapkan dan risiko investasi
2. Nilai yang diharapkan
• Tingkat keuntungan yang diperoleh dari kegiatan investasi bersifat tidak pasti. Dalam
keadaan itu pemodal hanya akan mengharapkan untuk memperoleh tingkat keuntungan
tertentu E(R)
Tingkat keuntungan yang diharapkan bisa diperoleh dengan perhitungan sebagai berikut:
E(R) = 0,20(0,30) + 0,60(0,20) + 0,20(0,10)
= 0,20 (atau 20%)
E(R) = ∑ P . R
Keterangan :
E(R) = Tingkat keuntungan yang diharapkan dari investasi
P = Probabilitas memperoleh tingkat keuntungan
3. Ukuran Penyebaran
• Risiko adalah kemungkinan tingkat keuntungan yang diperoleh menyimpang dari
tingkat keuntungan yang diharapkan. Risiko mempunyai dua dimensi, yaitu
menyimpang lebih besar maupun lebih kecil dari yang diharapkan
• Risiko dinyatakan sebagai seberapa jauh hasil yang diperoleh dapat menyimpang dari
hasil yang diharapkan, maka digunakan ukuran penyebaran
• Varians
• Standar deviasi
4. Kombinasi beberapa Investasi
• Pada praktiknya para pemodal pada sekuritas sering melakukan diversifikasi dalam
investasi mereka. Mereka mengkombinasikan berbagai sekuritas dalam investasi
mereka. Dengan kata lain mereka membentuk portofolio.
Diversifikasi adalah berinvestasi pada berbagai jenis saham, dengan harapan jika terjadi
penurunan pengembalian satu saham akan ditutup oleh kenaikan pengembalian saham yang
lain.
Bahwa risiko portofolio dipengaruhi oleh :
Risiko masing – masing saham
• Misalkan kita mengamati dua saham, yaitu Astra International dan Duta Anggada, di
BEJ selama tahun 1995-1996. periode tersebut merupakan periode harga saham pada
umumnya cukup baik. Kita amati harga saham pada akhir bulan, apabila harga saham
Astra pada akhir bulan januari 1995 adalah sebesar Rp.2625, dan pada akhir bulan
februari Rp.2675, maka dalam periode satu bulan tersebut pemodal akan memperoleh
keuntungan sebesar,
Dari data tersebut kita bisa menghitung tingkat keuntungan yang diharapkan dan standar
deviasi tingkat keuntungan dari masing- masing saham tersebut
Nama Saham Rata2 Tingkat keuntungan Deviasi standar tingkat
keuntungan
Tabel 3.4
Tingkat keuntungan yang diharapkan dan deviasi standar tingkat keuntungan dari saham Astra
Internasional dan Duta Anggada, bulanan periode 1995-1996
Apabila kita amati kedua saham tersebut, maka kita tidak dapat mengatakan saham mana yang
lebih baik, karena Duta Anggada mempunyai Risiko (ⵒ) yang lebih rendah, tetapi tingkat
keuntungan yang diharapkan E(R) juga lebih rendah.
Komposisi
Portofolio
Astra Int’l Duta Anggada
Risiko sistematis
Risiko Sistematis
Suatu risiko yang tidak dapat dihilangkan dengan melakukan diversifikasi, karena
fluktuasi risiko ini dipengaruhi oleh faktor makro yang dapat mempengaruhi pasar
secara keseluruhan
Kebijakan pemerintah
Terdapat fluktuasi risiko yang berbeda antara satu saham dengan saham lain
Struktur modal
Struktur aset
Tingkat likuiditas
Risiko yang timbul akibat perubahan tingkat bunga yang berlaku di pasar
Definisi Risiko
Risiko itu ada jika pembuat keputusan (perencana proyek) mampu mengestimasi
kemungkinan-kemungkinan (probabilitas) yang berhubungan dengan berbagai variasi hasil
yang akan diterima salama investasi sehingga dapat disusun distribusi probabilitasnya.
Ketidakpastian ada jika pembuat keputusan tidak memiliki data yang bisa dikembangkan untuk
menyusun suatu distribusi probabilitas sehingga harus membuat dugaan-dugaan untuk
menyusunnya
Menurut Arthur J. Keown,
Risiko adalah prospek suatu hasil yang tidak disukai (operasional sebagai deviasi standar)
Risiko merupakan besarnya penyimpangan antara tingkat pengembalian yang diharapkan
(expected return –ER) dengan tingkat pengembalian aktual (actual return)
DAFTAR PUSTAKA
Modern Portfolio Theory and Investment Analysis. Edwin J.Elton, Martin J.Gruber, Stephen
J.Brown, and William N.Goetzman. Eighth Edition. 2011
Dasar-Dasar Teori Portopolio dan Analisis Sekuritas. Suad Husnan, Edisi Empat.2005
https://magisterakutansi.blogspot.com/2013/03/model-indeks-tunggal-untuk-portofolio.html
https://www.slideshare.net/anisanhnisuull/model-indeks-tunggal-ppt
https://journal.ubm.ac.id/index.php/akuntansi-bisnis/article/download/398/380
http://nia-share.blogspot.com/2009/11/pemilihan-portofolio-optimal-manajemen.html
https://www.academia.edu/36663975/Teori_Portofolio_Berdasarkan_Model_Index
http://etheses.uin-malang.ac.id/703/5/09510146%20Bab%201.pdf
http://maribelajarbersama13.blogspot.com/2017/03/konsumsi-investasi-dan-peranan-
pasar.html
https://www.kompas.com/skola/read/2020/02/05/120000169/konsumsi--pengertian-ciri-dan-
faktornya?page=all
Rosyidi, Suherman. 2006. Pengantar Teori Ekonomi: Pendekatan Kepada Teori Ekonomi
Mikro dan Makro. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada
Sunariyah. 2011. Pengantar Pengetahuan Pasar Modal. Yogyakarta: UPP STIM YKPN.
Fahmi, Irham dan Yovi Lavianti Hadi. 2009. Teori Portofolio dan Analisis Investasi.
Bandung: Alfabeta
https://id.m.wikipedia.org/wiki/Bursa_Efek_Indonesia’
http://jendelapasarmodal.blogspot.com/2013/03/pengertian-pasar-modal-dan.html?m=1
https://www.wartaekonomi.co.id/read220202/apa-itu-perusahaan-sekuritas
https://bankfs.ru/id/loans---news/ponyatie-celi-i-etapy-emissii-cennyh-bumag-poryadok-
emissii-cennyh.html
http://nia-share.blogspot.com/2009/11/penerbitan-sekuritas-kewajiban-jangka.html
https://diskartes.com/2020/03/tahap-sistem-perdagangan-saham/
http://jnursyamsi.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/files/11399/Risiko+dalam+investasi
_1.ppt
http://mirzabusiness.lecture.ub.ac.id/files/2013/02/Pertemuan-13_Manajemen-Risiko-
Investasi.pdf
http://eprints.ums.ac.id/11357/5/Bab.2.3.4.5.pdf
https://andrihelmi.files.wordpress.com/2017/09/sesi_4.pdf