Anda di halaman 1dari 26

Konsep barokah

dalam islam

1
Ayo Bersyukur

ُ ‫ال َّش ُك ْو‬


‫ر‬ َ ‫َو َقلِ ْي ٌل ِمنْ ِع َبا ِد‬
‫ي‬
“Dan Sedikit Sekali Hamba-hamba-Ku
yang Bersyukur” (Qs.Saba:13)
 Syukur (al-Syukr) adalah bentuk masdar dari kata
kerja lampau “syakara”. Maknanya adalah
mengakui nikmat dan menampakkannya
 Lawannya adalah “al-Kufr”, melupakan nikmat
dan menyembunyikannya.
 Hakikat syukur adalah sikap positif dalam
menghadapi nikmat yang mencerminkan
hubungan timbal balik antara penerima dan
pemberi nikmat.
Komponen Syukur

 Ilmu : Kefahaman bahwa semua


nikmat itu berasal dari Allah
 Hal: Keadaan atau suasana
batiniyah yang penuh rasa
terimakasih kepada Allah
 Amal: Implementasi syukur dalam
bentuk perbuatan nyata
Lanjutan......
 Ada orang yang secara ekonomi
terbatas, tapi keluarganya tentram.
Meskipun rezeki tidak banyak, tapi
cukup.
 Tanda tidak hadirnya keberkahan
dapat dilihat dari perilaku negative,
tidak adanya kebaikan padanya
Makna BERKAH
 Kamus al Munawwir: “berkah” diambil
dari “albarkatu” diartikan “an ni’mah”
(kenikmatan); “assa’adah” (kebahagiaan);
“annamaau, azziyadatu” (penambahan).
 Jadi secara bahasa berkah adalah suatu
kenikmatan atau suatu kebahagiaan atau
sebuah penambahan.
Lanjutan.....
 Menurut Ar-Raghib Al-Asfahani, dari
segi bahasa berkah berarti al-tsubut
(ketetapan atau keberadaan), dan
tsubut al-khayr al-ilahy (adanya
kebaikan Tuhan)
Lanjutan.....
 Senada dengan Al-Asfahani, Lewis Ma'luf, juga
mengartikan kata baraka dengan arti "menetap
pada sesuatu tempat".
 Dari arti ini, muncul istilah “birkah”, yaitu
tempat air pada kamar mandi.
 Tempat air tersebut dinamakan “birkah”
karena ia menampung air, sehingga air dapat
menetap atau tertampung di dalamnya.
Lanjutan....
Dari kata al-birkah inilah Muhammad
bin Shalih Al-Utsaimin mengartikan
berkah sebagai :
‫ثبوت الخير االلهي فى الشيء‬
Yaitu “Tetapnya kebaikan Allah pada
sesuatu“.
Lanjutan ...
 Maksudnya kurang lebih adalah
berlakunya suatu kebaikan yang
bersifat Ketuhanan pada sesuatu.
Atau dalam arti lain, tetapnya
kebaikan yang bersumber dari Tuhan
yang ada pada sesuatu.
GAMBARAN KEBERKAHAN

 Keberkahan dalam bahasa kontemporer bisa diartikan


dengan sinergis.
 Berbeda dengan energi, ketika dipakai akan habis
sementara sinergis merupakan suatu proses energisasi
yang berkelanjutan (unlimit).
 Gambaran sinergis bisa diilustrasikan seperti sinar
matahari.
 Matahari, ketika memancarkan cahaya yang dihasilkan
dari “reaksi fusi nuklir” yang dahsyat sehingga
menghasilkan korona dan cahaya yang memancar ke
segenap galaksi hingga ke bagian kecil dari planet yaitu
bumi.
Lanjutan....

 Dari cahaya ini kemudian mengambil tempat pada daun-


daun hijau dalam proses fotosintesis.
 Dari reaksi fotosintesis, menghasil glukosa dan tepung
serta gas oksidasi berupa oksigen.
 Dengan sebab energi oksigen dari tumbuhan yang
dikeluarkan oleh daun melalui stomata, ia dibutuhkan
untuk pernafasan manusia dan hewan.
 Sedangkan energi yang tersimpan dalam pohon berupa
buah-buahan dinikmati oleh hewan dan manusia
kembali untuk menjaga kekekalan energi protein ke
tubuh-tubuh mereka baik berupa beras, buah, atau
sayuran.
Lanjutan ......
 Quraisy Shihab dalam bukunya, Mu’jizat Al Qur’an
menjelaskan makna fotosintesis ini ketika menjelaskan
surat Yasin : 80
 ‫ارا َفإِ َذا أَ ْن ُت ْم ِم ْن ُه‬
ً ‫ض ِر َن‬ ْ ‫الَّ ِذي َج َع َل َل ُك ْم ِم َن ال َّش َج ِر‬
َ ‫األخ‬
‫ون‬َ ‫ُتو ِق ُد‬
 ( Allah yang menciptakan kamu dari pohon hijau yang
dibakar).
 Pohon hijau yang dibakar menurut penelitian
modern, adalah proses fotosintesis.
Beda Rakhmat dan Berkah
 Rahmat dilimpahkan di dunia untuk siapa saja,
hatta kepada maling/koruptor sekalipun. Ia
memperoleh rakhmat namun uangnya tidak
membawa keberkahan.
 Karenanya orang yang rajin dan bekerja insya
Allah mendapat rakhmat berupa hasil kerjaanya
baik gaji maupun kedudukan. Tinggal mencari
keberkahannya.
 Namun orang yang malas dan tidak bekerja, ia
tidak mendapatkan dua-duanya antara rakhmat
dan bekarh.
Di Mana Letak Keberkahan
Bagaimana keberkahan itu bersemi. Ayat 54
surat Al Maidah:

      

“ ...maka kelak Allah akan mendatangkan


suatu kaum yang Allah mencintai mereka dan
mereka pun mencintai-Nya”
Lanjutan ...
 Allah mencintai mereka (kaum) itu, dan
kaum itu pun mencintai Allah.
 Jadi dengan landasan cinta kepada Allah,
kaum tersebut mengalir sebuah “tsubutul
khori ilahiy fisysyai-i” menetapnya kebaikan
yang berasal dari Allah karena Allah
mencintainya dan karena mereka mencitai
Allah.
Meraih Keberkahan dalam Makanan
 Doa sebelum makan:

 "‫ار‬ َّ
ِ ‫ال‬
‫ن‬ َ ‫ َو ِق َنا َع َذ‬،‫اركْ لَ َنا ِفي َما َر َز ْق َت َنا‬
‫اب‬ ِ ‫ب‬َ ‫م‬
َّ ‫ه‬
ُ ‫ل‬َّ ‫ال‬
Ya Allah berkahilah kami dalam rezeki yang telah
Engkau limpahkan kepada kami, dan peliharalah kami
dari siksaneraka" (HR Ibnu As-Sani).
Lanjutan ......

 Inti dari doa ini adalah "memohon


keberkahan" dari rezeki yang telahAllah
karuniakan, sehingga kita terpelihara dari
keburukan (terutamadari siksa neraka).
 Andai kita mampu menyelami makna
berkah dan mampumengaplikasikan dalam
tataran praktis, maka akan efek yang luar
biasadalam hidup.
Lanjutan .....

 Ketika hendak makan, kita memohon agar rezeki yang


kita nikmatidiberkahi Allah SWT.
 Apa artinya? Kita makan bukan sekadar mengobati rasa
lapar dan memenuhi selera semata, tapi juga untuk
menjaga ketaatan kepada Allah SWT.
 Dengan makan itu kita berharap bisa konsisten dalam
ketakwaan.
 Karena itu, agar berkah, maka makanan yang kita
konsumsi harus memenuhi standar-standar yang
ditetapkan Allah dan Rasul-Nya., yaitu halal dan thayyib
Halal dan Thayyib
 QS Al-Baqarah [2] ayat 168:

 ‫ض َحالال َط ِّي ًبا َوال‬ ِ ْ‫َيا أَ ُّي َها ال َّناسُ ُكلُوا ِممَّا ِفي األر‬
ٌ ‫ان إِ َّن ُه َل ُك ْم َع ُد ٌّو م ُِب‬
‫ين‬ ِ َ
‫ْط‬ ‫ي‬ َّ
‫ش‬ ‫ال‬ ‫ت‬
ِ ‫ا‬‫و‬َ ُ
‫ط‬ ُ
‫خ‬ ‫ُوا‬
‫ع‬ ‫ب‬ َّ
ِ ‫َت‬
‫ت‬

 "Hai sekalianmanusia, makanlah yang halal lagi baik dari apa


yang terdapat di bumi,dan janganlah kamu mengikuti langkah-
langkah setan; karenasesungguhnya syaitan itu adalah musuh
yang nyata bagimu.
Lanjutan ...
 Ayat ini memberi penekanan agar setiap manusia
hanya mengonsumsi makanan yang halal dan
thayyib (baik).
 Halal dapat diartikan dibolehkannya sesuatu oleh
Allah SWT berdasar suatu prinsip yang sesuai
dengan aturan-Nya.
 Sehingga makna halal dalam ayat ini menyiratkan
pentingnya semangat spiritual dalam
memperoleh dan mengonsumsi makanan.
Pembagian Halal
 Para ahli fuqaha membagi halal ini ke dalam dua
bagian, yaitu halal secara dzat-nya dan halal
secara perolehan.
 Makanan yang haram secara dzat-nya adalah
bangkai (binatang yang menghembuskan
nyawanya tanpadisembelih secara sah, kecuali
ikan dan belalang), khamr, babi danturunannya,
binatang buas (bertaring), binatang pemakan
kotoran, darahyang mengalir, dan sebagainya.
(QS Al-Baqarah [2]: 173).
Lanjutan...

 Ada pula jenis yang haram bukan karena


dzat-nya, tapi karena diperoleh dengan cara
haram, atau ditujukan untuk perbuatan
haram.
 Haram jenis kedua ini lebih luas lagi
cakupannya, lebih sulit menghindarinya,
sering tersamarkan, konsekuensi yang
ditimbulkannya pun lebih berat.
Beberapa Hal Penyebab Makanan
Halal Menjadi Haram
 Makanan hasil riba (QS Al-Baqarah [2]: 275-276; 278-280)
 Memakan harta anak yatim secara batil (QS Al-Baqarah
[2]: 220; QS
 Makanan yang didapatkan dengan cara batil
(mengeksploitasi danmemeras serta merugikan, termasuk
harta hasil KKN, merampok, mencuri)(QS An-Nisaa' [4]:
29; QS Al-Baqarah [2]: 188; QS Al-Maidah [5]: 38)
 Memalsu dan mengurangi timbangan (QS Al-Muthaffifin
[83]: 1-3)
 Harta hasil perbuatan tidak pantas, seperti hasil
pornografi,pornoaksi, dan pelacuran (QS An-Nur [24]: 19)
 Harta hasil berkhianat/curang (QS Ali Imran [3]: 161, QS
An-Nisaa'[4]: 58; QS Al-Anfaal [8]: 27)
 Harta yang ditimbun (QS Al-Humazah [104]: 1-4, QS At-
Taubah [9]: 34)
Jaminan Keberkahan
 Bila konsep halal lebih bernuansa
"ukhrawi", maka konsep thayyib
lebihbersifat "duniawi". Dalam arti lebih
menyentuh unsur dzatnya.
 Thayyib, di sini harus memenuhi standar
gizi serta proporsional (baik, seimbang dan
sesuai untuk kesehatan tubuh). Sebab, baik
menurut A belum tentu baikmenurut B.
Baik bagi bayi belum tentu baik menurut
orang dewasa. Baikmenurut orang sakit
belum tentu baik menurut orang sehat.
Wallahu ‘alam bi al-shawab

Anda mungkin juga menyukai