Anda di halaman 1dari 4

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Penyakit asam urat atau biasa dikenal dengan gout merupakan suatu
penyakit yang diakibatkan karena penimbunan kristal monosodium urat di
dalam tubuh. Asam urat merupakan hasil samping dari pemecahan sel yang
terdapat di dalam darah, karena tubuh secara berkesinambungan memecah dan
membentuk sel yang baru. Kadar asam urat meningkat atau abnormal ketika
ginjal tidak mampu mengeluarkannya melalui urin, sehingga dapat
menyebabkan nyeri pada sendi, terbentuknya benjolan – benjolan pada bagian
tertentu (thopi). Oleh karena penyakit gout menyerang sendi, maka dapat
disebut juga sebagai Gout Artritis. Penyakit gout artritis merupakan penyakit
metabolik, yaitu penyakit yang disebabkan oleh gangguan metabolisme yang
dalam hal ini ialah gangguan metabolisme asam urat.

Arthritis gout terjadi akibat peningkatan kronis konsentrasi asam urat di


dalam plasma (hiperusemia : >7 mg/dl). Adanya penurunan ekskresi asam urat.
Kebanyakan arthritis gout disebabkan oleh pembentukan asam urat yang
berlebihan dan penurunan ekskrsi. Arthritis gout dapat mengenai laki-laki maupun
wanita, hanya saja gout memang lebih sering mengenai laki-laki. Dikatakan
bahwa kemungkinan arthritis gout menyerang laki-laki adalah 1 sampai 3 per
1.000 laki-laki sedangkan pada wanita adalah 1 per 5.000 wanita. Arthritis gout
dapat menyebabkan sakit kepala dan nyeri khususnya pada sendi. Nyeri tersebut
adalah keadaan subjektif dimana seseorang memperlihatkan ketidak nyamanan
secara verbal maupun non verbal. Respon seseorang terhadap nyeri dipengaruhi
oleh emosi, tingkat kesadaran, latar belakang budaya, pengalaman masa lalu
tentang nyeri dan pengertian nyeri. Nyeri mengganggu kemampuan seseorang
untuk beristirahat, konsentrasi, dan kegiatan yang biasa dilakukan (Suratun,
2008).
Bila tidak diatasi dapat menimbulkan efek yang membahayakan yang akan
mengganggu proses penyembuhan dan dapat meningkatkan angka morbiditas dan
mortalitas, untuk itu perlu penanganan yang lebih efektif untuk meminimalkan
nyeri yang dialami oleh pasien. Secara garis besar ada dua manajemen untuk
mengatasi nyeri yaitu manajemen farmakologi dan manajemen non farmakologi.
Salah satu cara untuk menurunkan nyeri pada pasien gout secara non farmakologi
adalah diberikan kompres hangat pada area nyeri. Sehingga Perawat harus yakin
bahwa tindakan mengatasi nyeri dengan kompres hangat dilakukan dengan cara
yang aman (Brunner, 2002).

Kebiasaan konsumsi purin yang tinggi seperti (makanan atau minuman


yang mengandung alkohol, daging, dan beberapa jenis sayuran yang mengandung
purin seperti, bayam, kangkung, dan kacang-kacangan) disertai dengan gangguan
metabolisme purin dalam tubuh, dan sistem ekskresi asam urat yang tidak adekuat
yang akan menghasilkan akumulasi asam urat berlebih di plasma darah
(hiperurisemia) (Hamijoyo, 2011 ; Padila, 2013) . Kelebihan asam urat dalam
tubuh, akan ditransfer ke organ –organ tubuh tertentu dan diendapkan menjadi
kristal-kristal monosodium asam urat monohidrat pada persendian dan jaringan di
sekitanya maka akan terjadi peradangan dengan rasa nyeri yang bersifat akut pada
persendian. Seringkali pada pergelangan kaki, kadang-kadang pada persendian
tangan, lutut, dan pundak atau jari-jari tangan (Winasih, 2015).

Risiko terjadinya gout artritis akan terus meningkat jika terjadi pada usia
40 tahun, terutama pada pria, jika pada wanita hormon esterogen rupanya dapat
memperlancar proses pembuangan asam urat dalam ginjal. Oleh karena itu, saat
wanita mengalami menopause yang umunya juga mengalami gangguan tulang
makarisiko terkena gout atritis akan menjadi sama dengan pria (Sustrani, Alam, &
Hadibroto, 2007).

Perawat komunitas sebagai salah satu tenaga kesehatan profesional yang


berhubungan langsung dengan klien dan keluarganya dalam hal ini penderita atau resiko
tinggi gout, memiliki peran penting terhadap prevalensi, morbiditas dan mortalitas gout.
Perawat komunitas memiliki tanggung jawab terhadap derajat kesehatan komunitas dan
mengimplementasikan peran dan fungsinya melalui aktifitas promotif, preventif, kuratif
dan rehabilitatif. Sehingga seorang perwat harus mampu memberikan asuhan
keperawatan yang tepat dan kontrahensif yang meliputi pengkajian untuk menegagkan
diagnosa masalah keperawatan, perencanaan dan tindakan keperawatan, sampai
mengevaluasi hasil asuhan keperawatan pada masalah utama gout (Lukman dkk, 2009).

Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang telah dilakukan di Panti Sosial Tresna
Werdha (PSTW) di Wisma Anggrek dari 12 orang lansia terdappat 6 lansia yang
mengalami asam urat. Lansia tersebut mengeluh bahwa tak jarang nyeri yang diakibatkan
asam urat tersebut mengganggu aktivitas mereka. Ada yang mengatakan kakinya sampai
bengkak, nyeri persendian, terasa ngilu, hingga sulit berjalan karena nyeri. Terdapat juga
peran perawat untuk mengoptimalkan kemampuan lansia dalam mengatasi gout
artritis agar pasien dapat meningkatkan derajat kesehatannya. Maka dari itu
pentingnya pemberian asuhan keperawatan untuk menangani manajemen
kesehatan pasien tidak efektif.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka diambil rumusan masalah
“Bagaimanakah gambaran asuhan keperawatan lansia dengan gout artritis di
wilayah kerja PSTW Wisma Anggrek ?”
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Laporan ini disusun bertujuan untuk mengetahui asuhan keperawatan pada
lansia PSTW dengan masalah utama asam urat (gout)
2. Tujuan Khusus
a. Melakukan pengkajian secara langsung pada lansia di PSTW
b. Merumuskan masalah dan menegakkan diagnose keperawatan pada lansia
c. Menyusun rencana keperawatan sesuai dengan diagnose
d. Melaksanakan implementasi/tindakan keperawatan pada lansia
e. Mengevaluasi asuhan keperawatan pada lansia yang mengalami gout.

Anda mungkin juga menyukai