Anda di halaman 1dari 16

Pendahuluan

Pertumbuhan kantong sejenis kista yang terletak di sinus paranasal


sesungguhnya telah dikenal hampir lebih dari 160 tahun yang lalu, namun istilah
Mucocele mengalami pertama kali dikemukakan oleh Rollet pada tahun 1896.1

Mucocele merupakan lesi ekspansil jinak dengan pertumbuhan lambat pada


sinus paranasalis. Gambaran histopatologi mucocele merupakan kista yang
mempunyai struktur sama dengan epitel respiratori yang berisi lendir. Mucocele juga
merupakan lesi destruktif yang dapat mendetsruksi tulang – tulang sekitarnya
termasuk orbita.1,2

Data epidemiologis mucocele di Indonesia sendiri belum begitu jelas. Mucocele


dapat terjadi pada semua umur, tetapi mayoritas pasien yang terdiagnosa mucocele
berumur 40 sampai 60 tahun. Insiden terjadinya destruksi tulang dan ekstensi ke
intrakranial dilaporkan sebesar 10 sampai 55 %. 60% dari mukosil sinus paranasalis
berada di regio frontoetmoid 1,2

Mucocele terjadi akibat adanya obstruksi ostium sinus. Mucocele ini tumbuh
perlahan dan mengisi rongga sinus yang terkena, meluas dan mengerosi tulang yang
berdekatan. Infeksi sekunder dapat menyebabkan ekspansi yang cepat dan
meningkatkan komplikasi terutama di daerah periorbital.3,4

Perkembangan mucocele sering terjadi di daerah sinus frontal, di sinus etmoid


dan jarang terjadi di sinus maksilla dan sphenoid. mucocele dari sinus frontal dan
etmoid digambarkan sebagai lesi masa yang berkembang lambat dan kurang terasa
nyeri. Diatas dari dua kelopak mata, mucocele dapat menyebabkan perpindahan ke
lateral dan proptosis dari kedudukan bola mata. Hal ini juga dapat menyebabkan
ptosis. mucocele sinus sphenoid dapat digambarkan dengan nyeri kepala tanpa adanya
gejala pada hidung, tapi terkadang dapat menyebabkan gangguan dari nervus cranial,
kebutaan dan bahkan meningitis. Ketika mucocele terinfeksi, hal itu disebut pyokel,
yang digambarkan dengan rasa nyeri dan tanda-tanda peradangan lainnya. 1
Pembedahan adalah terapi pilihan yang bisa dilakukan dengan pembedahan
luar, endoskopi atau keduanya. Marsupialisasi endoskopi sangat aman dan efektif
mengurangi komplikasi dari post operasi.1

1
Tinjauan Pustaka

Anatomi Sinus Paranasal


Sinus paranasal merupakan salah satu organ tubuh manusia yang sulit
dideskripsikan karena bentuknya yang bervariasi untuk tiap individu. Ada empat
pasang sinus paranasal, yaitu : sinus maksila, sinus frontal, sinus etmoid, dan sinus
sfenoid kanan dan kiri. Sinus paranasal merupakan hasil pneumatisasi tulang-tulang
kepala sehingga terbentuk rongga di dalam tulang. Semua sinus mempunyai muara ke
dalam rongga hidung. Secara embriologis sinus paranasal berasal dari invaginasi
rongga hidung dan perkembangan dimulai sejak fetus berusia 3-4 bulan kecuali sinus
sfenoid dan sinus frontal. 3

Gambar 1.A Sinus Paranasal Gambar 1.B Drainase Sinus Maksilaris,


1, Nasal septum; 2, Sinus Frontalis; 3, Sinus Frontalis, Sinus Etmodalis
Kavum Nasi; 4, Sinus Etmoidalis; 5, Anterior menuju Meatus Medius5
Konka Nasalis Media; 6,Meatus
Medius; 7, Sinus Maksilaris; 8, Konka
Nasalis Inferior; 9, Palatum Durum 4

1. Sinus Maksilaris
Sinus maksilaris merupakan sinus paranasal yang terbesar. Saat lahir sinus
maksila bervolume 6-8 mL yang kemudian berkembang dengan cepat dan akhirnya
mencapai ukuran maksimal yaitu 15mL saat dewasa. 5

2
Sinus ini berbentuk piramid. Dinding anterios sinus ialah permukaan fasial
Os.Maksila yang disebut fosa kanina, dinding posteriornya adalah permukaan infra-
temporal maksila, dinding medialnya adalah dinding lateral rongga hidung, dan
dinding superiornya adalah dasar orbita serta dinding inferiornya adalah prosesus
alveolaris dan palatum. Ostium sinus maksila berada di sebelah superios dinding
medial sinus dan bermuars ke hiatus semilunaris melalui infundibulum etmoid. 5
Sinus maksilaris orang dewasa adalah berbentuk piramida mempunyai volume
kira-kira 15 ml (34x33x23 mm). Dasar dari piramida adalah dinding nasal dengan
puncak yang menujuk ke arah prosesus zigomatikum. Dinding anterior mempunyai
foramen infraorbital berada pada bagian midsuperior dimana nervus infraorbital
berjalan diatas atap sinus dan keluar melalui foramen itu. Saraf ini dapat dehisense
(14%). Bagian yang tertipis dari dinding anterior adalah sedikit diatas fosa kanina.
Atap dibentuk oleh dasar orbita dan ditranseksi oleh nervus infraorbita. Dinding
posterior tidak bisa ditandai. Cabang dari arteri maksilaris interna mendarahi sinus
ini. Termasuk infraorbital yang berjalan bersama dengan nervus infraorbital, cabang
lateral sfenopalatina, palatina mayor, vena axillaris, dan vena jugularis sistem dural
sinus. Sinus maksilaris disarafi oleh cabang dari nervus palatina mayor dan nervus
infraorbital. Ostium maksilaris terletak dibagian superior dari dinding medial sinus.
Intranasal biasanya terletak pertengahan posterior infundibulum etmoidalis, atau
dibawah 1/3 bawah prosesus unsinatus. Tepi posterior dari ostium ini berlanjut
dengan lamina papiracea, sekaligus ini menjadi tanda (landmark) untuk batas lateral
dari diseksi pembedahan. Ukuran ostium ini rata-rata 2,4 mm tetapi bervariasi antara
1-17 mm. Ostium ini jauh lebih kecil dibanding defek pada tulang sebab mukosa
mengisi area ini dan menggambarkan tingkat dari pembukaan itu. 88% dari ostium
bersembunyi dibelakang prosesus unsinatus oleh karena itu tidak terlihat secara
endoskopi. 3
2. Sinus Etmoid
Sel etmoid bervariasi dan sering ditemukan diatas orbita, sfenoid lateral, ke
atap maksila, dan sebelah anterior diatas sinus frontal. Sel ini disebut sel supraorbital
dan ditemukan 15% dari pasien. Penyebaran sel etmoid ke dasar sinus frontal disebut
frontal bula. Penyebaran ke konka media disebut konka bullosa. Sel yang berada pada
dasar sinus maksila (infraorbita) disebut sel Haller dan dijumpai pada 10% populasi.
Sel-sel ini dapat menyumbat ostium maksila dan membatasi infundibulum
mengakibatkan gangguan pada fungsi sinus. Sel yang meluas ke anterior lateral sinus

3
sfenoid disebut sel Onodi. Sel Onodi adalah sel-sel etmoid yang terletak anterolateral
menuju sinus sfenoidalis. Struktur penting seperti arteri karotis dan nervus optikus
bisa melalui sel ini. Struktur ini sering dehisense. Perlu tindakan yang hati-hati di area
ini dan pemeriksaan radiografi yang baik untuk menghindari hasil yang tidak
diinginkan. Variasi dari sel ini penting pada saat preoperatif untuk memperjelas
anatomi pasien secara individu. 3
3. Sinus Frontalis
Sinus frontalis dibentuk dari perkembangan keatas oleh sel-sel etmoid
anterior. Volume sinus ini sekitar 6-7 ml (28 x 24 x 20 mm). Anatomi sinus ini sangat
bervariasi namun secara umum ada dua sinus. Sinus frontal mendapat perdarahan dari
arteri optalmika melalui arteri supraorbita dan suprathroklear. Aliran vena melalui
vena optalmika superior menuju sinus kavernosus dan melalui vena-vena kecil
didalam dinding posterior yang mengalir ke sinus dural. 3
4. Sinus Sfenoid
Sinus sfenoidalis adalah struktur yang unik yang tidak dibentuk dari kantong
rongga hidung. Sinus ini dibentuk didalam kapsul rongga hidung dari hidung janin.
Tidak berkembang hingga usia 3 tahun. Usia 7 tahun pneumatisasi mencapai sella
turcica. Usia 18 tahun sinus sudah mencapai ukuran penuh. Volume sinus sfenoidalis
7,5 ml (23 x 20 x 17 mm). Secara umum terletak posterosuperior dari rongga hidung.
Ostium sinus ini bermuara ke resesus sfenoetmoidalis, ukurannya 0,5-4 mm dan
letaknya sekitar 10 mm dari dasar sinus. Arteri etmoidalis posterior mendarahi atap
sinus sfenoidalis. Bagian lain sinus mendapat aliran darah dari arteri sfenopalatina.
Aliran vena melalui vena maksilaris ke vena jugularis dan pleksus pterigoid. 3

Patofisiologi Mucocele
Penyebab pasti mucocele belum jelas. Ada teori yang mengatakan bahwa
obstruksi ostium sinus merupakan penyebab utama. Mucocele dapat timbul akibat
adhesi (pasca inflamasi, pasca trauma atau pasca operasi) yang menyebabkan
obstruksi drainase sinus. Massa yang besar seperti tumor atau polip juga dapat
menyebabkan obstruksi dan obliterasi saluran drainase sehingga menimbulkan
pembentukan mucocele. Produksi mukus yang terus menerus dalam mucocele
menyebabkan mucocele bertambah besar sehingga memberikan tekanan pada dinding
sinus. Pada proses lebih lanjut, mucocele dapat menyebabkan penipisan tulang
dinding sinus sehingga dapat melibatkan struktur sekitar sinus seperti orbita.2,7

4
Salah satu mekanisme pembentukan mucocele adalah degenerasi kistik kelenjar
seromusinus sehingga menyebabkan kista retensi. Faktor etiologi umum yang
berhubungan dengan fronto-etmoid mucocele yaitu riwayat menderita sinusitis,
riwayat menjalani operasi sinus, riwayat trauma maksilofasial, alergi, tumor dan
idiopatik.1,2

Beberapa teori yang menyelaraskan terjadinya erosi tulang pada mucocele


sebagai berikut ; Adanya keterlibatan sitokin (IL-1) dari penekanan. Resorpsi tulang
terjadi karena antigen merangsang pelepasan IL-1, sementara itu sel mononuclear
yang terdapat pada periosteum mengeluarkan sitokin yang menghasilkan
prostaglandin E2 (PGE2), sedangkan fibroblast menghasilkan kolagenase. PGE2 dan
fibroblast menyebabkan terjadinya penyerapan tulang. Didapatkan kadar PGE2 dan
kolagenase yang dihasilkan oleh fibroblast dalam mukokel dua kali lipat lebih banyak
dari pada mukosa normal.1

Penelitian secara histopatologi menunjukkan bahwa obstruksi dari resesus


frontalis yang disertai infeksi rongga sinus frontal, menstimulasi limfosit dan monosit
mengarah ke produksi sitokin oleh lapisan fibroblast. Sitokin ini memicu resorpsi
tulang yang menyebabkan ekpansi mucocele. Kultur fibroblast yang berasal dari
mucocele terbukti menunjukkan meningkatnya prostaglandin E2 dan kolagenase
dibandingkan dengan fibroblast dan sinus frontal yang normal. Penelitian juga telah
menemukan bahwa prostaglandin E2 memiliki peran utama dalam proses ostolitik di
mucocele.1

Gejala Klinis

Temuan gejala klinis pada penderita mucocele antara lain :1

 Gejala orbita : proptosis, diplopia, penglihatan berkurang, epifora


 Gejala hidung : obstruksi, rinore mukupurulen
 Nyeri kepala
 Benjolan pada daerah frontal atau wajah

Klasifikasi Mucocele

Mucocele sinus frontal dapat memiliki ukuran dan konfigurasi yang bervariasi.
Klasifikasi ini merupakan standar untuk mengevaluasi mucocele sinus frontalis dan

5
penanganannya. 7

1. Tipe I Mucocele hanya terbatas pada sinus frontal (dengan atau tanpa ekspansi
orbita).
2. Tipe II Mucocele fronto-etmoid (dengan atau tanpa ekspansi orbita).
3. Tipe III Mucocele mengalami erosi dinding posterior sinus
A. Minimal atau tanpa ekpansi intra cranial
B. Ekspansi intrakranial yang luas.
4. Tipe IV Mucocele mengalami erosi dinding anterior.
5. Tipe V Mucocele mengalami erosi dinding posterior dan anterior
A. Minimal atau tanpa expansi intracranial
B. Ekspansi intrakranial yang luas.

Pemeriksaan Radiologik

Foto polos sinus paranasal 3 posisi seringkali tidak dapat mendeteksi adanya
mucocele. Beberapa faktor yang mempengaruhi antara lain posisi, lokasi dan ukuran
mucocele. Ct-scan sinus paranasal pada potongan koronal dan aksial adalah gold
standar untuk memastikan hasil diagnosis. 1,2
Mucocele muncul pada pencitraan sebagai lesi luas dalam sinus yang tanpa
udara, dengan penipisan dan kadang-kadang erosi dinding tulang sinus. CT scan telah
terbukti menjadi alat diagnostik yang sangat baik dan sangat penting dalam
perencanaan bedah. Magnetic resonance imaging (MRI) dapat memberikan informasi
tambahan dalam pemeriksaan dan mungkin lebih disukai teknik pencitraan jika tumor
jaringan lunak lain yang menyebabkan proptosis tidak dapat disingkirkan. 8
Tampilan radiografi klasik Mucocele umumnya tampak sebuah penipisan dan
perluasan dinding sinus dan mungkin juga terdapat bukti adanya penyakit sinus yang
sekaligus disertai erosi tulang. Mucocele biasanya muncul homogen dan tanpa udara.8
CT scan jauh lebih baik dalam menggambarkan luasnya lesi dan hubungannya
dengan struktur sekitarnya. CT menunjukkan gambaranb tanpa udara, kerapatan isi
mukoid, perluasan, massa sinus dengan penipisan dan erosi bertahap margin tulang.
Luasnya kerusakan tulang juga lebih baik dinilai di CT scan. Mucocele sinus frontalis
cenderung mengikis dinding posterior karena ketipisan yang melekat. MRI
menunjukkan intensitas sinyal variabel pada kedua T1 dan T2 weighted images,
tergantung pada keadaan hidrasi, kadar protein dan viskositas isi Mucocele tersebut.

6
Pencitraan MR dengan meningkatkan Kontras berguna dalam membedakan mucocele
dari tumor sinonasal. Mucocele khas mengungkapkan peningkatan linear perifer tipis
dengan intensitas sinyal pusat rendah di T1 weighted images; dan tumor sinonasal
menunjukkan peningkatan difus. 8

Gambar 2. Tampilan CT scan potongan coronal dan axial mucocele frontoetmoid

Diagnosis

Diagnosis mucocele berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisis, dan gambaran


radiologis. Selain itu sering didapatkan massa yang teraba didaerah frontal atau di
daerah medial kantus yang disertai proptosis. Nasoendoskopi juga dapat digunakan
untuk melihat adanya kelainan intranasal lainnya seperti poliposis, septum deviasi dan
lain-lain. Ada tiga kriteria dari ct-scan untuk mendiagnosis mucocele yaitu massa
isodens yang homogen, margin yang jelas, dan osteolisis di sekitar massa.2

Penatalaksanaan

Eksplorasi sinus secara bedah untuk mengangkat semua mukosa yang


terinfeksi dan berpenyakit serta memastikan suatu drainase yang baik, atau obliterasi
sinus merupakan prinsip-prinsip terapi. mucocele sinus frontal diterapi dengan operasi
etmoidektomi atau dengan osteoplastik flap frontal mengunakan insisi koronal.
mucocele sinus sfenoid diterapi dengan etmoidektomi eksternal atau dengan
pendekatan transseptal sfenoid. Mucocele bisa di tatalaksana transnasal atau eksternal,
melalui teknik terbaru yaitu operasi sinus mikronasal. 3 mucocele etmoid, sfenoid dan
maksila dapat diterapi dengan dekompresi endoskopik dan marsupialisasi. 9,10

7
Ada dua cara terapi operatif mucocele. Yang pertama adalah marsupialisasi dan
pembuatan jalur drainase baru. Metode yang kedua adalah pendekatan eksternal
seperti Lynh-Howarth frontoetmoidektomi eksternal. 11,12,13
Penatalaksanaan mucocele idealnya dengan operasi. Sebelum dilakukan
prosedur endoskopi, frontoetmoidektomi eksternal juga merupakan penatalaksanaan
yang ideal. Pendekatan operasi berdasarkan ukuran, lokasi dan perluasan dari
mucocele.8

Klasifikasi operasi : 8

1. Pendekatan transnasal :
a. Operasi sinus endoskopik
b. Operasi sinus mikroskopik
c. Pendekatan transspenoidal
2. Pendekatan eksternal  :
a. Caldwel Luc approach
b. Osteoplastic frontal sinus surgery
c. Etmoidektomi eksternal
d. Rinotomi lateral
e. Reseksi kraniofasial

8
Laporan Kasus

Seorang pasien laki-laki, 63 tahun datang ke Unit Rawat Jalan Ilmu Kesehatan
THT RS Wahidin Sudirohusodo, Makassar dengan keluhan utama sefalgia terutama
di dahi kiri yang dialami sejak 4 bulan terakhir, tidak ada keluhan lainnya seperti
hidung tersumbat, ingus mengalir dibelakang tenggorok, perdarahan dari hidung dan
gangguan penghidu, riwayat trauma pada daerah dahi disangkal. Tidak ada keluhan
telinga dan tenggorok.
Pada pemeriksaan fisik Pada pemeriksaan fisik terdapat massa tumor di area
frontal sinistra ukuran 1,5x1,5 cm pada palpasi teraba massa dengan konsistensi padat
dan terfiksir, tidak ada nyeri tekan. Pada pemeriksaan rinoskopi anterior kesan
normal, pemeriksaan otoskopi dan pemeriksaan faringoskopi kesan normal. Pada
pemeriksaan laboratorium dan foto toraks tidak tampak kelainan.

Gambar 3 : pasien dengan sedikit penonjolan di bagian dahi kiri tempat lokasi
mucocele sinus frontal kiri

Gambar 4 : foto Skull AP/lateral


- Outline calvaria, tabula externa, diploe dan tabula interna intak
- Tidak tampak fraktur dan dekstruksi tulang
- Mineralisasi tulang berkurang

9
- Sinus-sinus frontalis, aircell mastoid dan sella tursika baik
- Tampak soft tissue swelling pada regio anterior sinus frontalis
Kesan : - soft tissue swelling pada regio anterior sinus frontalis
- Osteoporosis senilis

Gambar 4. Ct scan kepala potongan koronal

10
Hasil CT scan kepala tanpa kontras potongan coronal:
- Tampak lesi isodens (23,52 HU) ukuran 3,5 cm x 2,6 cm dengan ekspansi dan
balloning tulang pada supraorbitalis kiri dibagian lateral sinus frontalis kiri yang
memasuki intracranial kesan berasal dari sinus frontalis kiri
- Perselubungan pada sinus maxillaris bilateral
- Sinus paranasalis lainnya dalam batas normal
- Konka nasalis inferior dan media mengecil, asimetris dengan permukaan
irreguler
- Ostiomeatal complex bilateral paten
- Area nasofaring yang terscan dalam batas normal
Kesan :
- Susp. Massa sinus frontalis kiri
- Suspek massa sinus frontal sinistra
- Rhinitis atrofikan kronik

Diagnosis : Mucocele Sinus frontal Sinistra

Penanganan pada pasien ini dilakukan marsupialisasi dengan pendekatan


eksternal dan internal (endonasal) pada tanggal 6 April 2015.

Laporan operasi :

1.Pasien berbaring terlentang dalam keadaan General Anestesi, ETT terpasang


2.Disinfeksi lapangan operasi dengan betadine, pasang doek steril
3.Lakukan eksternal approach frontotomi modifikasi Lynch-Howart dengan
sebagai berikut :
 Buat daerah landmark pada daerah 1/3 medial infra supersilium
sinistra, infiltrasi dengan lidokain.
 Lakukan incisi pada daerah landmark, perdalam secara tajam dan
tumpul.
 Buat hole pada daerah yang landai, tampak cairan berwarna
kekuningan di dalam sinus frontal dextra, lakukan aspirasi, kirim ke
laboratorium mikrobiologi. Angkat semua kapsul mucocele dengan
menggunakan forcep.
4.Lakukan prosedur ESS (Endoscopic Sinus Surgery) :

11
 Infiltrasi lidokain + ephineprin 1 : 100.000 pada daerah prosesus
unsinatus, lakukan prosedur unsinektomi sinistra
 Lakukan etmoidektomi anterior sinistra
 Lakukan frontotomi sinistra, tampak daerah sinus frontal, kantong
mucocele telah tidak tampak
5.Pasang tampon boorzalf sinistra (1)
6.Jahit luka operasi lapis demi lapis
7.Operasi selesai, perdarahan durante operasi ± 30 cc

Hole, disertai aspirasi cairan Ostium sinus frontal dari external


Incisi infra supersilium sinistra mucocele sinus frontal sinistra sinistra

Ostium sinus frontal sinistra dari internal,


Etmoidektomi anterior sinistra dengan menggunakan Scope 700

Gambar 5. prosedur operasi

Follow up post operasi :

7 April 2015 R/ IVFD RL 28 tpm


KU : baik Inj cefotaxime 1 gr / 12 jam / iv
S :Keluhan : nyeri luka operasi (-), sefalgia (-), Inj ketorolac 30 mg/8 jam/iv
perdarahan (-) Inj dexametason 5 mg/8 jam/iv
O : terpasang tampon boorzalf S/ Inj. ranitidin 50 mg/8jam/drips
Perdarahan (-)
A: Post Op. Marsupialisasi mucocele frontal
eksternal dan internal approach hari I

12
8 April 2015 Af infuse
KU : baik Af tampon boorzalf S/
S :Keluhan : nyeri luka operasi (-), sefalgia (-), Ganti verban
perdarahan (-) Boleh rawat jalan, control poli
O : terpasang tampon boorzalf S/ klinik 10 April 2015
Perdarahan (-) Cefadroxil 2 x 500mg
A: Post Op. Marsupialisasi mucocele frontal Methyl prednisolon 3 x 4mg
eksternal dan internal approach hari II Asam mefenamat 3 x 500mg

Kontrol pertama 10 April 2015 (perawatan hari 5)


KU : baik
S: keluhan : nyeri luka operasi (-), sefalgia (-), perdarahan (-)
O:Luka operasi baik, perdarahan (-)
A: Post Op. Marsupialisasi mucocele frontal eksternal dan internal approach hari V
P: Af hecting, terapi oral lanjut
Hasil cairan yang dikirim di laboratorium mikrobiologi (10/4/2015) :
Mikroskopik : sediaan hapuasan cairan tumor terdiri dari sel – sel radang limfosit,
netrofil, latar belakang eritrosit, tidak ada sel epitel maligna.
Kesimpulan : LESI INFLAMASI
Diskusi
Kami melaporkan seorang laki-laki 63 tahun dengan keluhan utama sefalgia
pada daerah supra orbita yang dialami sejak 4 bulan terakhir, tidak ada keluhan
hidung lainnya, riwayat trauma disangkal, telinga dan tenggorok tidak ada keluhan,.
Dari pemeriksaan fisis tampak massa tumor pada daerah supra orbita sinistra ukuran
1,5x1,5 cm, pada palpasi kesan padat terfiksir tidak ada nyeri tekan, rinoskopi anterior
kesan normal, pemeriksaan laboratorium dan foto thoraks kesan normal. Hasil Ct-
Scan kesan suspek massa sinus frontal sinistra.
Kasus mucocele paling banyak ditemui pada dekade umur 40 – 60, pasien ini
berada pada dekade 60an. Keluhan sakit kepala pada pasien mucocele sinus frontal
patut kita curigai ada ekspansi mucocele sinus frontal hingga ke intra cranial, dan dari
gambaran Ct-scan potongan koronal tampak mucocele yang ekspansi hingga ke intra
orbita dan cranial. Dalam terapi bedah pendekatan internal (endonasal) yang akan
dilakukan mungkin akan mengalami kesulitan dikarenakan posisi sinus frontal dan
kita tidak dapat mengevaluasi sinus frontal dengan baik. Dikarenakan alasan ini maka
kami melakukan marsupialisasi mucocele sinus frontal dengan pendekatan eksternal
(modifikasi lynch howart) dan internal ( endoscopic sinus surgery).

13
Saat pembedahan eksternal tampak visualisasi yang baik terhadap sinus frontal
dan tanpa kesulitan mengangkat kantong mucocele, dan ditemukan bahwa ternyata
tidak ada ekspansi mucocele sinus frontal ke intra kranial,defek juga tidak ditemukan.
Saat pembedahan internal kami melakukan evaluasi dan meyakinkan patensi sinus
frontal baik.
Pendekatan eksternal (modifikasi lynch howart) memiliki keuntungan yaitu :
1. Lebih baik , dimana akses menuju pada daerah sinus mucocele sukar apa bila
dilakukan lewat endonasal ( endoscopic sinus surgery).
2. Visualisasi untuk menilai sinus yang terkena mucocele lebih baik
Sedangkan kerugian dari Pendekatan eksternal (modifikasi lynch howart) :
1. Adanya scar atau luka bekas operasi sehingga mengganggu dari segi kosmetik
2. Resiko komplikasi intra cranial lebih besar
3. Edema pada palpebra superior
Setelah operasi selesai dan follow up hari kelima tidak di dapati ada keluhan
dari pasien, idealnya pasien kontrol 6 bulan setelah operasi, tetapi pasien belum
pernah datang kontrol di poli rawat jalan THT RS. Wahidin Sudirohusodo hingga saat
ini.
Kesimpulan
Bedah sinus endoskopi merupakan pilihan perawatan yang tepat untuk
mucocele frontal sederhana tanpa gejala. Tetapi kombinasi pendekatan eksternal dan
internal ( endonasal ) masih merupakan pilihan pada beberapa kasus mucocele
tertentu dimana hal ini diperlukan untuk mencegah rekurensi dan memperbaiki akibat
yang di timbulkan oleh mucocele, dikarenakan dengan pendekatan eksternal
visualisasi dan akses ke sinus yang menderita mucocele lebih baik dibandingkan
pendekatan internal ( endonasal) .
Penguasaan anatomi , pemahaman dan Kemampuan teknik dari seorang
operator dalam penanganan mucocele sangat berperan dalam keberhasilan operasi
untuk mencegah terjadinya komplikasi dan rekurensi saat dan pasca penatalaksanaan
mucocele. Pemeriksaan penunjang CT scan potongan coronal dan axial akan sangat
membantu operator dalam perencanaan teknik dan pendekatan operasi.

14
DAFTAR PUSTAKA

1. Bleir Benjamin, Govindaraj Satish, Palmer James N. Paranasal Sinus Mucoceles:


introduction, epidemiology, pathophysiology, surgical technique, post operative
care. In: Kontakis Stilanos E, Onerci Metin, editors. Rhinology and Sleep Apnea
Surgical Technique. New York: Springer Berlin Heidelberg; 2007. p. 159-68
2. Aggarwal Sushil Kumar, Bhavana Kranti, Kumar Raj, Srivastava Arun. Frontal
sinus mucocele with orbital complications: Management by varied surgical
approaches, Asian journal of neurosurgery 2012. Available on
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC3532760/. Accessed march 2014
3. Bailey’s Nose-Head & Neck Surgery-Otolaryngology 5th edition. 2014
4. Levine H L, Clemente MF. Surgical anatomy of the paranasal sinus. In: Sinus
surgery endoscopic an microscopic approach, New York: Thieme;2005.p.12-27.
5. Constantinidis J. Controversies in the management of frontal sinus mucoceles.
Otorhinolaryngologia-Head and neck Issue 42 October 2010. p. 8-14
6. Stultz Todd W, Modic Michael T. Imaging of the paranasal sinuses: mucocele.
In: Levine Howard L, Clemente M Pairs, editors Sinus Surgery Endoscopic and
Microscopic Approaches. New York: Thieme; 2005. p. 77-8
7. Beatriz Peral Cagigal, et. al . Frontal sinus mucocele with intracranial and
intraorbital extension. Neck and Facial Pathology .Med Oral Patol Oral Cir Bucal
2006;11: P : 527-30
8. Thiagarajan Balasubramanian. Mucoceles of paranasal sinuses, Available from :
http://www.academia.edu/3763886/Mucocele_of_paranasal_sinuses. Accessed
march 2014
9. Yin Ho Ching, Tseng Chih Chich, Kao Shu Ching. Ophtalmic Manifestations of
Paranasal Sinus Mucoceles. Available from : http:// homepage. vghtpe.gov.tw/~
jcma/68/6/260.pdf. Accessed January 2014
10. Song Jae Jin, Shim Woo Shim, Kim Dae Woo, Lee Seug Sin, Rhee Chae Seo,
Lee Chul Hee, et al. Development of Paranasal Sinus Mucocele Following
Endoscopic Sinus Surgery. J Rhinol ¿serial on the internet). 2003 (cited 2003 july
30); 10(1.2) : (about 4 p.). available from : http:// www.ksrhino. or.kr/upload/j
ournal /0192003007.PDF.
11. Simmen Daniel, Jones Nick. Manual of Endoscopic Sinus Surgery and its
Extended Applications.New York: Thieme, 2005. p.255-7

15
12. Cagigal Beatriz Peral, Lezcano Javier Barrientoz, Blanco Raul Floriano, Cantera
Jose Miguel Garcia, Cuellar Luis Antonio Sanches, Hernandez Alberto Verrier.
Frontal sinus mucocele with intracranial and intraorbital extension. Med oral
patol cir bucal(serial on the internet). 2006 (cited 2006 august 1); 11: (about 4p.)
available from : http :// scielo. isciii.es/pdf / medicorpa / v11n6/14. Pdf ?origin =
publication_ detail
13. Carvalho Vilaca Bruna, Lopez Carvalho Campos de Isabella, Correa Brito de
James, Diniz Caldeira Furletti Lopes Renata. Typical and atypical presentations
of paranasal sinus mucocele at computed tomography. Radiol Bras vol.46 no.6
Sao Paulo Nov./Dec.2013. available from : http://www. scielo.br/ scielo.php?pid=
S010039842013000600372& script=sci_arttext

16

Anda mungkin juga menyukai