Kelas : XI MIPA 4
Kelompok: 5
BAB 2
Dalam bahasa Arab, kata jujur sama maknanya dengan “ash-shidqu” atau
“shiddiq” yng berarti nyata, benar, atau berkata benar. Lawan kata ini adalah dusta, atau
dalam bahasa Arab “al-kadzibu”. Secara istilah, jujur atau ash-shidqu bermakna:
Jujur adalah sikap atau sifat seseorang yang menyatakan sesuatu dengan
sesungguhnya dan apa adanya, tidak ditambahi ataupun dikurangi. Sifat jujur harus
dimiliki leh setip manusia, karena sifat ini merupakan prinsip dasar dari cerminan
akhlak seseorang. Bahkan jujur dapat menjadi kepribadian seseorang atau bangsa,
sehingga kejujuran bernilai tinggi dalam kehidupan manusia.
Menurut tempatnya, jujur itu ada beberapa macam, yaitu jujur dalam hati atau
niat, jujur dalam perkataan atau ucapan, dan jujur dalam perbuatan.
1. Jujur dalam niat dan kehendak, yaitu motivasi bagi setiap gerak dan langkah
seseorang dalam rangka menaati perintah Allah swt. Dan ingin mencapai ridho
nya. Jujur sesungguhnya berbeda dengan pura-pura jujur. Orang yang pura-pura
jujur berarti tidak ikhlas dalam berbuat.
Rasulullah saw. Bersabda:
“ingatlah, dalam tunuh itu dalam segumpal daging. Bila ia baik, maka akan
baiklah seluruh tubuh. Dan bila ia rusak, rusaklah ia seluruhnya. Itulah qalbu
(hati).” (HR.BUKHARI)
2. Jujur dalam ucapan, yaitu memberitakan sesuatu sesuai dengan realitas yang
terjadi. Setiap hamba berkewajiban menjaga lisannya, yakni berbicara jujur dan
di anjurkan menghindari kata-kata sindiran karen hal itu sepadan dengan
kebohongan. Benar/jujur dalam ucapan merupakan jenis kejujuran yang paling
tampak dan terang di antara macam-macam kejujuran.
3. Jujur dalam perbuatan, yaitu seimbang antara lahiriah dan batiniah hingga
tidaklah berbeda antara amal lahir dan amal batin. Jujur dalam perbuatan ini juga
berarti melaksanakan suatu pekerjaan sesuai dengan yang diridai Allah swt. dan
melaksanakannya scara terus-menerus dan ikhlas.
Orang jujur tentu akan sejalan dengan semua kebaikan dan sebagai penegak
segala kebagusan, sedangkan kebaikan itu adalah jalan menuju ke syurga,
bahkan kebijakan itu sebagai kunci masuk syurga, kunci itu tak lain untuk
membuka syurga, sebagaimana firman Allah swt:
Sikap dan perilaku jujur membawa banyak manfaat bagi orang yan melaksanakannya,
diantaranya yaitu:
1. Perasaan enak dan hati tenang, jujur akan membuat pelakunya menjadi tenang
karena ia tidak takut akan diketahui kebohongannya. Baginda Rasul SAW
bersabda, ‘’Tinggalkanlah apa yang meragukanmu menuju perkara yang tidak
meragukanmu, sesungguhnya jujur adalah ketenangan sedangkan dusta adalah
keraguan.’’ (HR Turmudzi dari riwayat Hasan bin Ali).
2. Mendapat pahala seperti pahala orang syahid di jalan Allah SWT. Rasulullah
SAW bersabda, ‘’Barang siapa meminta mati syahid dengan jujur, maka Allah
akan mengantarkannya ke dalam golongan orang-orang syahid, walaupun ia
mati di atas kasurnya.’’ (HR Muslim) .
3. Selamat dari bahaya. Orang yang jujur walaupun pertama-tama ia merasa berat
akan tetapi pada akhirnya ia akan selamat dari berbagai bahaya. Rasulullah
SAW telah bersabda, ‘’Berperangailah selalu dengan kejujuran! Jika engkau
melihatnya jujur itu mencelakakan maka pada hakikatnya ia merupakan
keselamatan.’’ (HR Ibnu Abi Ad-Dunya dari riwayat Manshur bin Mu’tamir).
4. Dijamin masuk surga, sebagaimana sabda Rasulullah Muhammad SAW,
‘’Berikanlah kepadaku enam perkara niscaya aku akan jamin engkau masuk
surga: jujurlah jika engkau bicara, tepatilah jika engkau berjanji, tunaikanlah jika
engkau diberi amanat, jagalah kemaluanmu, tundukkan pandanganmu, dan
jagalah tanganmu.’’ (HR Ahmad dari riwayat ‘Ubadah bin Ash-Shamit).
5. Dicintai oleh Allah dan Rasul-Nya. Rasulullah SAW bersabda, ‘’Jika engkau
ingin dicintai oleh Allah dan Rasul-Nya, maka tunaikanlah jika engkau diberi
amanah, jujurlah jika engkau bicara, dan berbuat baiklah terhadap orang
sekelilingmu.’’ (HR Ath-Thabrani). Demikianlah, jujur penting sekali, terutama
di masa ketika segala aspek kehidupan dipenuhi kepalsuan dan dusta. Di
manapun berada, kejujuran harus di atas segalanya. Jujur adalah simbol
profesionalisme kerja dan inti dari kebaikan hati nurani seseorang.
6. Dampak sikap jujur dalam keluarga tentunya membuat anggota keluarga
tersebut menjadi nyaman, karena antar keluarga dapat berinteraksi tanpa beban
dan saling membantu apabila ada maslah dalam satu pihak keluarga.
7. Dalam menjalani kehidupan sehari-hari tak merasa di bebani. Maksudnya bila
kita jujur tentunya tidak ada kebohongan yang harus di tutup-tutupi. Dalam hal
lisan secara otomatis dapat berbicara tanpa ada larangan atau pantangan yang
harus dibicarakan dan bisa mengungkapkan kata-kata secara leluasa dan
mencritakan segala yang terjadi. Sedangkan dalam hal perbuatan tidak ada yang
harus disembunyi-sembunyikan. Secara leluasa dapat bebas melakukan sesuatu
tanpa takut ketahuan oleh siapapun.
8. Timbul rasa percaya diri pada diri sendiri. Merasa optimis mampu melakukan
sesuatunya tanpa ada rasa ragu dalam benak dengan dasar-dasar yang kuat
walaupun hasil yang tidak memuaskan. Segala apapun, apabila dilakukan
dengan rasa percaya diri akan terasa senang karena dapat sebagai ukuran
kemampuaannya. Tentunya dimasa yang akan datang akan sangat
mempengaruhi dalam kehidupan di dalam banyak hal, mulai dari pekerjaan,
hubungan keluarga, hubungan masyarakat, hubungan pertemanan dan banyak
lagi.
9. Bersikap jujur dalam kehidupan masyarakat tentunya akan banyak membawa
dampak positif. Misal saja jika kita jujur dalam hal pemilu pasti akan tidak ada
lagi yang suap menyuap. Fakta dalam masyarakat kalau ada pemilihan
pemimpin baru, entah itu Presiden atau Gubernur atau Bupati hingga sampai
pemilihan ketua RTpun banyak yang melakukan suap agar memenangkan dalam
pemilihan. Bahkan yang menerima itu termasuk sama dengan yang menyuap.
Karena dengan menerima suap tadi, maka dengan terpaksa harus memilih yang
sudah diperintahkan orang yang meyuap, dan bukan dari hati nurani sendiri.
10. Bagi seorang pelajar tentunya mempunyai angan-angan untuk mendapatkan
sebuah pekerjaan yang enak tetepi dapat menghasilkan uang banyak. Nah,
dengan mempunyai perilaku yang jujur tentunya akan mempermudah untuk
mendapatkan dan lebih-lebih menciptakan sebuah pekerjaan yang di inginkan.
Hal ini dikarenakan seseorang yang mempunyai sikap jujur maka ia akan mudah
mengerti jika diberikan sebuah persoalan-persolan yang ditugaskannya kepada
seseorang tersebut. Kemungkinan besar akan mempermudah menyelesaikan
tugas-tugasnya dan cepat tanggap dengan segala masalah-masalah yang
menghadang.
Seperti dikatakan pada awal pembahasan, bahwa Nabi Muhammad SAW telah
mencontohkan perilaku Jujur dalam kehidupan sehari-hari melalui kisah-kisah teladan
yang memberikan pesan-pesan mulia bagi umatnya. Berikut beberapa kisah-kisah
teladan tentang perilaku jujur:
2. Suatu hari, Tsabit bin Ibrahim sedang berjalan di pinggiran kota Kufah. Tiba-
tiba ia melihat sebuah apel jatuh keluar pagar sebuah kebun buah-buahan.
Melihat apel yang merah ranum itu tergeletak di tanah membuat air liur Tsabit
terbit, apalagi di hari yang panas menyengat dan tengah kehausan. Maka tanpa
berpikir panjang buah apel itu dipungut dan dimakannya. Rasanya begitu lezat!
Akan tetapi baru sertengahnya dimakan dia teringat bahwa buah itu bukan
miliknya dan dia belum mendapat izin dari pemiliknya.
Tsabit segera pergi ke kebun itu. Ia menemui seseorang di sana. Tsabit berkata,
"Aku telah makan setengah dari buah apel ini. Aku berharap anda
menghalalkannya". Orang itu menjawab, "Aku bukan pemilik. Aku hanya
tukang kebun di sini". Dengan nada menyesal Tsabit bertanya, "Di mana rumah
pemiliknya? Aku akan datang menemuinya dan minta agar dihalalkan apel yang
telah kumakan ini". Tukang kebun itu berkata, "Apabila engkau ingin pergi ke
sana maka engkau harus menempuh perjalanan sehari semalam". "Tidak
mengapa. Walaupun jauh aku akan tetap ke sana. Aku telah memakan apel yang
tidak halal bagiku karena tanpa seizin pemiliknya. Padahal Rasulullah penah
bersabda : 'Siapa yang tubuhnya tumbuh dari yang haram, maka ia layak
menjadi umpan api neraka', " jawab Tsabit yang tekadnya sudah kuat.
Kemudian Tsabit pergi ke rumah pemilik kebun. Setiba di sana dia langsung
mengetuk pintu dan akhirnya ia berhasil bertemu langsung dengan sang pemilik
kebun yang umurnya sudah tua. Setelah memberi salam dengan sopan Tsabit
berkata, "Wahai tuan yang pemurah, saya sudah terlanjur makan setengah dari
buah apel tuan yang jatuh keluar kebun tuan. Karena itu, maukah tuan
menghalalkan yang sudah kumakan itu ?". lelaki tua yang ada di hadapan Tsabit
mengamatinya dengan cermat. Lalu dia berkata, "Tidak, aku tidak bisa
menghalalkannya, kecuali dengan satu syarat !". Tsabit merasa khawatir tidak
dapat memenuhi syarat itu, maka ia segera bertanya, "Apa syarat itu tuan ?".
orang itu menjawab, "Engkau harus mau menikahi puteriku !". Tsabit tidak
memahami maksud lelaki itu, dia berkata, "Apakah karena hanya makan
setengah buah apelmu yang keluar dari kebunmu, aku harus menikahi
puterimu ?". Pemilik kebun itu tidak menggubris pertanyaan Tsabit, ia malah
menambahkan, katanya, "Sebelum pernikahan dimulai engkau harus tahu dulu
kekurangan-kekurangan puteriku. Dia seorang yang buta, bisu dan tuli. Lebih
dari itu ia adalah seorang yang lumpuh!".
Tsabit amat terkejut dengan keterangan si pemilik kebun. Dia berpikir dalam
hatinya, apakah perempuan seperti itu patut dia persunting gara-gara setengah
buah apel yang tidak dihalalkan kepadanya? Kemudian si pemilik kebun
berkata, "Selain syarat itu, aku tidak bisa menghalalkan apa yang telah kau
makan". Namun Tsabit kemudian menjawab dengan mantap, "Aku akan
menerima pinangan dan pernikahan tersebut. Aku telah bertekad untuk
bertransaksi dengan Allah. Untuk itu aku akan memenuhi kewajiban-kewajiban
dan hak-hakku kepada-Nya karena aku amat berharap Allah selalu meridhaiku
dan mudah-mudahan aku dapat meningkatkan kebaikan-kebaikanku di sisi Allah
Ta'ala".
Maka pernikahan pun dilaksanakan beberapa hari setelah itu. Ketika bertemu
dengan istri baru itu, Tsabit terkejut. Ternyata ia memperoleh istri yang begitu
cantik. Istrinya tidak buta, tidak bisu, tidak tuli dan tidak lumpuh. Akhirnya ia
bertanya, "Ayahmu mengatakan kepadaku bahwa engkau buta. Mengapa?".
Istrinya menjawab, "Ayahku benar, karena aku tidak pernah melihat apa-apa
yang diharamkan Allah". Tsabit bertanya lagi, "Ayahmu juga mengatakan
bahwa engkau tuli. Mengapa ?". Sang istri menjawab, "Ayahku benar, karena
aku tidak pernah mau mendengar berita dan cerita orang yang tidak membuat
ridha Allah". "Ayahku juga mengatakan bahwa aku ini bisu dan lumpuh,
bukan?" tanya wanita itu. Tsabit pun mengangguk. Istri Tsabit berkata, "Aku
dikatakan bisu karena dalam banyak hal aku hanya menggunakan lidahku untuk
menyebut asma Allah Ta'ala saja. Aku dikatakan lumpuh karena tidak pernah
pergi ke tempat yang dapat menimbulkan kegusaran Allah". Tsabit sangat
bahagia setelah mendengar semua itu. Nah ketahuilah bahwa di kemudian
harinya, wanita inilah yang melahirkan seorang ahli fiqh Islam yang terkenal
yaitu Abu Hanifah.
Kejujuran yang terpancar dari pribadi Tsabit bin Ibrahim membuat sang
pemilik kebun memandang Tsabit memiliki nilai lebih di hadapannya. Ia merasa
bahwa lelaki seperti ini yang memiliki iman yang kuat jarang sekali dan sedikit
jumlahnya. Oleh sebab itu, sang pemilik berusaha agar Tsabit mau menikahi
puterinya yang juga shalehah.
E. Hikmah Perilaku Jujur
1. perasaan enak dan hati tenang, jujur akan membuat kita menjadi tenang, tidak takut
akan diketahui kebohongannya karena memang tidak berbohong.
Sumber: Arianivelofa.blogspot.com/2015/12/makalah-pendidikan-agama-islam.html
Mfahrisetiono.blogspot.com/2016/09/makalah-pendidikan-agama-islam-tentang.html
Buku paket PAI kelas X1 edisi revisi 2017 cetakan ke 1, 2014. Cetakan ke-2 2017