1.HADIST QAULI Yaitu segala yang disandarkan kepada Nabi SAW berupa perkataan atau ucapan yang berisi berbagai tuntunan dan petunjuk syar'a, peristiwa, kisah-kisah, baik yang berkaitan dengan akidah, syariah, akhlak maupun yang lainnya disebut hadist qauli. 2. HADIST FI’LI Yaitu hadis yang berisi segala perbuatan yang disandarkan kepada Nabi SAW seperti cara melaksanakan wudhu, shalat, haji dan lain-lain. Hadist fi’li ini tidak diketahui langsung dari Nabi, tetapi melalui informasi yang disampaikan oleh para sahabat. Ketika nabi melakukan sesuatu, sahabat menyaksikan perbuatan tersebut kemudian menyampaikannya kepada sahabat yang lain. 3. HADIST TAQRIRI Ialah hadist berupa ketetapan Nabi terhadap apa yang datang atau yang dilakukan oleh para sahabatnya dan di konfirmasi oleh Nabi. Abdul Wahhab Khalaf dalam bukunya ‘Ilm Usul al-Fiqih menyatakan bahwa hadist taqriri adalah penetapan Rasulullah atas sesuatu yang dilakukan sahabat, baik berupa perkatan atau perbuatan dengan cara mendiamkannya, tidak menunjukkan tanda-tanda ingkar, menyetujui,dan menanggapinya dengan baik. Diam disini berarti bentuk membenarkan.Salah satu contoh hadist taqriri adalah hadist tentang tayamum 4. HADIST AHWALI Yaitu hadist yang berupa hal ihwal Nabi yang berkenaan dengan keadaan fisik, sifat-sifat dan kepribadiannya. Ada dua hal yang tergolong dalam kategori hadist ahwali, pertama adalah hal-hal yang bersifat psikis dan personalitas yang tercermin dalam sikap dan tingkah laku keseharian beliau, seperti cara bertutur kata, makan, minum, berjalan, menerima tamu, bergaul bersama masyarakat, dan lain-lain. Kedua, hal-hal yang berkaitan dengan fisik Nabi misalnya tentang wajah, warna kulit, dan tinggi badannya. 5.HADIST HAMMI Berisikan cita-cita Nabi disebut dengan hadist hammi, yaitu hadist yang berupa hasrat Nabi yang belum terealisasikan. Hadist hammi belum terwujud, tetapi masih berbentuk keinginan yang pelaksanaannya akan dilakukan pada masa sesudahnya. Oleh sebab itu, hadist hammi ini bukan perkataan, perbuatan, persetujuan, atau sifat-sifat Nabi. Tetapi, perbuatan yang akan dilaksanakan Nabi pada maa-masa berikutnya.