Anda di halaman 1dari 12

HUBUNGAN BHAKTI SEJATI DALAM CATUR

MARGA YAITU JNANA MARGA

OLEH :
 I Gede Suyana (08)
 I Gede Ame (02)
 I Gede Yogi Suparwan (11)
 I Wayan Perdiyasa (22)
 I Wayan Epu Adnyana (21)
 Ni Kadek Ayu Novi (24)
 Ni Kadek Wahyuni (28)
 Ni Ketut Dian Andini (32)

KELAS : XI MIPA 1

SMA NEGERI 3 AMLAPURA


2021/2022
KATA PENGANTAR

“Om Swastyastu”
Asung Kertha Wara Nugraha saya panjatkan kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa,
karena atas berkat rahmatnyalah kami dapat menyelesaikan makalah ini yang berjudul
“Hubungan Bhakti Sejati Dalam Catur Marga Yaitu Jnana Marga” selesai tepat pada
waktunya.
Tentu saja dalam penyelesaian makalah ini saya selaku penulis tidak lupa
mengucapkan banyak terima kasih kepada pihak yang telah membantu saya sehingga
makalah ini dapat kami selesaikan tepat pada waktunya.
Saya menyadari makalah ini masih jauh dari sempurna, maka dari itu saya mohon
saran dan kritik dari pembaca demi menyempurnakan makalah ini di kemudian hari.

“Om Shantih, Shantih, Shantih Om”

Amlapura, 24 Januari 2022

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................... i

DAFTAR ISI.............................................................................................................. ii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang......................................................................................... 1

1.2 Rumusan Masalah.................................................................................... 1

1.3 Tujuan...................................................................................................... 1

BAB II PEMBAHASAN........................................................................................... 2

2.1 Ajaran Bhakti Sejati................................................................................. 2

2.2 Pengertian Catur Marga........................................................................... 2

2.3 Pengertian Jnana Marga Yoga................................................................. 4

2.4 Bhakti Sejati Melalui Jnana Marga.......................................................... 5

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan.............................................................................................. 7

3.2 Saran........................................................................................................ 7

DAFTAR PUSTAKA................................................................................................ 8

LAMPIRAN............................................................................................................... 9
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kita sering mengucapkan kata Bhakti seperti mebhakti, ngaturang Bhakti, Satya
Bhakti, Bhakti Sejati dan sebagainya. Istilah Bhakti ini memiliki arti yang luas yaitu sujud,
memuja, hormat, setia, taat, menghambakan diri, dan kasih sayang. Bhakti juga merupakan
suatu jalan dalam bentuk melakukan sujud dan pemujaan serta menghambakan diri secara
setia kepada Ida Sang Hyang Widhi Wasa. Rasa bhakti ini juga diwujudkan dengan jalan
menghormati dan menyayangi sesama ciptaan Beliau dan orang yang menempuh jalan Bhakti
disebut Bhakta.

Menurut KBBI, Bhakti merupakan sikap tunduk, hormat dan hormat, perbuatan yang
menyatakan setia kepada Tuhan Yang Maha Esa, seorang anak pada orang tuanya,
menghambakan diri, setia sebagai tanda, kepada nusa dan bangsa, ia berusaha berprestasi
sebaik-baiknya ( Tim, 2001:94 ). Kitab Bhagavadgita XII.1 tentang Bhakti Yoga menjelaskan
bahwa Bhakta yang mantap senantiasa menyembah-Mu demikian dan yang lain lagi,
menyembah Yang Abstrak, Yang Kekal Abadi, yang manakah dari keduanya ini yang lebih
mahir dalam Yoga ( Pudja, 2004:3008 ). Bhakta adalah pengikut ajaran Bhakti Marga yang
setia, tekun, sungguh-sungguh berdasarkan rasa cinta kasih yang mendalam.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apakah Pengertian dari Bhakti Sejati ?


2. Apakah pengertian dari Catur Marga ?
3. Bagaimana pelaksaanaan Bhakti Sejati dalam Jnana Marga?

1.3 Tujuan

1. Untuk Menjelaskan Pengertian dari Bhakti Sejati


2. Untuk Menjelaskan Pengertia Dari Catur Marga
3. Untuk Menjelaskan Pengertian dari Jnana Marga
4. Untuk Menjelaskan hubungan Bhakti Sejati melalui Jnana Marga
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Ajaran Bhakti Sejati

Istilah Bhakti memiliki arti yang luas yaitu sujud, memuja, hormat setia, taat, kasih
sayang dan memprhambakan diri secara setia kepada Hyang Widhi. Rasa Bhakti ini
diwujudkan dengan jalan menghormati dan menyayangi sesama ciptaan Beliau. Orang yang
menempuh ajaran Bhakti disebut Bhakta. Sedangkan istilah Sejati memiliki arti
sesungguhnya, memang demikian adanya, sungguh asli, apa adanya, dan sebagainya.
Menurut Kamus Besar Bahasa indonesia, Bhakti artinya tunduk dan hormat; perbuatan yang
menyatakan setia (kasih, hormat, tunduk). Sedangkan Kata sejati artinya sebenarnya (tulen,
asli, murni, tidak lancung, tidak ada campurannya). Kata Bhakti dalam Bahasa Sansekerta
berarti pengabdian atau bagian. Dalam praktik hinduisme menandakan suatu keterlibatan
aktif oleh seseorang dalam memuja Yang Mahakuasa. Bhakti menekankan pengabdian dan
praktik daripada ritual, yang biasanya digambarkan seperti hubunganantar manusia, juga
bhakti kepada guru spiritual.

Bhakti Sejati adalah pemujaan yang dilakukan seeorang kepada yang dipujanya
dengan sungguh-sungguh dan penuh rasa hormat, cinta kasih yang mendalam untuk
memohon kerahayuan bersama. Jalan untuk diri kepada Hyang Widhi Wasa disebut dengan
Catur Marga, diantaranya; Karma Marga yaitu berbakti dengan cara berbuat/bekerja, Bhakti
Marga yaitu berbakti dengan cara melakukan persembahan/sujud bakti, Jnana Marga yaitu
berbakti dengan cara mentransfer ilmu pengetahuan yang dimiliki, dan Raja Marga yaitu
berbakti dengan cara mempraktikkan ajaranajaran agama. Tradisi bhakti yang berbeda dalan
agama Hindu terkadang dibagi-bagi, meliputi Siwaaliran, yang menyembah Brahma, Wisnu,
dan para dewa dan dewi yang terkait dengannya; pengikut Wesnawa yang menyembah
bentuk Wisnu, Awatara, dan lain-lain yang terkait dengannya. Bhakti menurut tradisi
tentu tidak eksklusif. Pengabdian kepada satu Dewa tidak akan menghalangi ibadah lain.

Bagian-Bagian Ajaran Bhakti Sejati Ajaran Bhakti dalam agama Hindu mengajarkan
umat manusia untuk bersembah sujud kepada Tuhan Yang Maha Esa beserta manifestasi dan
prabhawa-Nya.
Kitab Bhagavata Purana VII.52.23 menyebutkan 9 jenis Bhakti kehadapan Ida Sang
Hyang Widhi/Tuhan Yang Maha Esa, yang disebut dengan Istilah Navavidha bhakti, di
antaranya :

1. Srawanam yang berarti berbhakti kepada Tuhan dengan cara membaca atau
mendengarkan hal-hal yang bermutu.
2. Kirtanam yang berarti berbhakti kepada Tuhan dengan jalan menyanyikan kidung suci
keagamaan atau kidung suci yang mengagungkan kebesaran Tuhan dengan penuh
pengertian dan rasa bhakti yang ikhlas serta benar-benar menjiwai isi kidung tersebut.
3. Smaranam adalah cara berbhakti kepada Tuhan dengan cara selaluMingat kepada-
Nya, mengingat nama-Nya, bermeditasi. Padasevanam yaitu dengan memberikan
pelayanan kepada Tuhan Yang Maha Esa, termasuk melayani, menolong berbagai
mahkluk ciptaannya.
4. Arcanam yaitu berbakti kepada Tuhan dengan cara memuja keagungan-Nya.
5. Vandanami yaitu berbakti kepada Tuhan dengan cara memuja keagungan-Nya.
6. Dasya yaitu berbakti yaitu berbhakti kepada Tuhan dengan cara melayani-Nya dalam
pengertian mau melayani mereka yang memerlukan pertolongan dengan penuh
keiklasan.
7. Sakhya yaitu memandang Tuhan Yang Maha Esa sebagai sahabat sejati, yang
memberikan pertolongan ketika dalam bahaya.
8. Atmanivedanam adalah berbhakti kepada Tuhan dengan cara menyerahkan diri
sepenuhnya kehadapan Hyang Widhi.

2.2 Pengertian Catur Marga

Catur marga berasal dari dua kata yaitu catur dan marga. Catur berarti empat dan
marga berarti jalan/cara atapun usaha. Jadi catur marga adalah empat jalan atau cara umat
Hindu untuk menghormati dan menuju ke jalan Tuhan Yang Maha Esa atau Ida
Sang Hyang Widhi Wasa.

Catur Marga juga sering disebut dengan Catur Marga Yoga. Sesungguhnya
kata yoga, dapat juga berarti masuk atau menyatukan diri, sehingga Catur Marga Yoga dapat
pula diartikan empat jalan untuk menyatukan diri dengan Tuhan untuk mencapai moksa.
Keempat jalan ini memiliki nilai yang sama namun menjadi sangat utama apabila didasari
dengan kesungguhan hati dan Sradha yang mantap. Keempat jalan itu adalah Bhakti Marga
Yoga, Karma Marga Yoga, Jnana Marga Yoga, dan Raja Marga Yoga.
Sumber ajaran catur marga ada diajarkan dalam pustaka suci Bhagawadgita,
terutama pada trayodhyaya tentang karma yoga marga yakni sebagai satu sistem yang
berisi ajaran yang membedakan antara ajaran subha karma ( p e r b u a t a n b a i k ) d e n g a n
a j a r a n a s u b h a k a r m a ( p e r b u a t a n y a n g t i d a k b a i k ) y a n g d i b e d a k a n menjadi
perbuatan tidak berbuat (akarma) dan wikarma (perbuatan yang keliru). Karma memilikidua
makna yakni karma terkait ritual atau yajna dan karma dalam arti tingkah perbuatan.
Kedua,tentang bhakti yoga marga yakni menyembah Tuhan dalam wujud yang abstrak dan
menyembahTuhan dalam wujud yang nyata, misalnya mempergunakan nyasa atau
pratima berupa arca ataumantra. Ketiga, tentang jnana yoga marga yakni jalan
pengetahuan suci menuju Tuhan YangMaha Esa, ada dua pengetahuan yaitu jnana
(ilmu pengetahuan) dan wijnana (serba tahu dalam  penetahuan itu). Keempat, Raja
Yoga Marga yakni mengajarkan tentang cara atau jalan yoga atau meditasi (konsentrasi
pikiran) untuk menuju Tuhan Yang Maha Esa/Ida Sang Hyang WidhiWasa.

2.3 Pengertian Jnana Marga Yoga

Pengertian Jnana Marga Yoga Jnana artinya kebijaksanaan filsafat atau ilmu
pengetahuan. Jadi Jnana Marga Yoga adalah jalan untuk mencapai persatuan Atman dan
Brahman berdasarkan atas ilmu pengetahuan atau kebijaksanaan filsafat kebenaran.

Menurut Upanisad pengetahuan seorang bijaksana (Jnanin) dapat dibagi atas dua
bagian yaitu Apara Widya dan Pari Widya. Apara Widya adalah pengetahuan dalam tingkat
kemewahan suci (ajaran-ajaran suci Weda) sedangkan Pari Widya adalah pengetahuan
tingkat tinggi tentang hakikat kebenaran Atman dan Brahman. Jadi Apara Widya adalah
dasar untuk mencapai Pari Widya. Seorang Jnanin memiliki pengetahuan untuk mencapai
kebenaran yang sempurna, dengan Wiweka (logika) yang dalam mereka benar-benar bisa
membedakan yang kekal dan tidak kekal, sehingga bisa melepaskan yang tidak kekal dan
mencapai kekekalan yang sempurna.

“Alangkah cepat dan pendeknya kehidupan sebagai manusia ini, tak bedanya dengan
sinarnya kilat dan sangat susah pula untuk didapat. Oleh karena itu berusaha benar-
benarlah untuk berbuat (sadhana) berdasarkan kebenaran (dharma) untuk menghapuskan
kesengsaraan hidup guna mencapai sorga” (Sarasamuscaya II.14).
“Ia yang pikirannya tidak digoyahkan dalam keadaan duka cita dan bebas dari keinginan-
keinginan ditengah-tengah kesukacitaan, ia yang dapat mengatasi nafsu, kesesatan dan
kemarahan, ia disebut seorang yang bijaksana” (Bhagawad Gita II.56).

Seperti yang disebutkan dalam Bhagavad Gita yang membahas tentang Jnana Yoga:
Sloka:

srayan dravyamayad yajnaj jnanayajnah paramtapa sarvam karma ‘khilam partha jnane
perisamapyate (Bhagavadgita IV.33)

Artinya:

Persembahan berupa ilmu pengetahuan, Parantapa, lebih bermutu daripada persembahan


materi; dalam keseluruhannya semua kerja ini berpusat pada ilmu pengetahuan, oh Parta.

Bagi mereka yang mendalami ajaran tentang falsafah Atman, ketika mereka sampai
pada tingkatan mengenal Atman, maka mereka dapat dikatakan yang sudah mengenal dirinya
sendiri. Bagi mereka yang sudah mengenal diri sendirilah yang dapat mengenal Tuhan-nya.
Manusia yang sudah sampai pada tingkatan ini, karma yoga, bhakti yoga, dan raja yoga yang
dia lakukan semuanya berdasarkan atas perintah Gusti, bukan karena nafsu atau ego, sebab
sang Kawula sudah menyatu dan tunduk kepada Gustinya.

Inilah kelebihan Jnana Marga (jalan ilmu pengetahuan) dibandingkan dengan marga-
marga lainnya. Dengan dikuasainya ilmu pengetahuan, manusia dapat bekerja lebih efektip
dan efisien, dibandingkan dengan mereka yang dungu dan sedikit pengetahuannya, baik itu
masalah pengetahuan duniawi ataupun pengetahuan tentang agama, karena ilmu pengetahuan
itulah yang akan menuntun manusia menuju ke jalan yang benar untuk mencapai tujuan
akhir. Maka dari itu, kejarlah ilmu pengetahuan terlebih dahulu sebanyak dan seluas
mungkin.

2.4 Bhakti Sejati Melalui Jnana Marga

a. Ajaran Brahmacari

Brahmacari adalah mengenai masa menuntut ilmu dengan tulus ikhlas. Tugas pokok kita
pada sebagian masa ini adalah belajar. Belajar dalam arti luas, yakni dalam pengertian bukan
hanya membaca buku. Tetapi lebih mengacu pada ketulus ikhlasan dalam segala hal.
Contohnya rela dan ikhlas jika dimarahi guru atau orangtua. Guru dan orangtua, jika
memarahi pasti demi kebaikan anak. Maha Rsi Wararuci dalam Kitab Sarassamuccaya, sloka
27 mengajari kita memanfaatkan masa muda ini dengan sebaik-baiknya, yang beliau
contohkan seperti rumput ilalang yang masih muda. Ketika masih muda pikiran kita masih
sangat tajam, jadi hendaknya digunakan untuk menuntut dharma, dan ilmu pengetahuan.
Dengan tajamnya pikiran seorang anak juga dapat meyajñakan tenaga dan pikirannya itu.

b. Ajaran Aguron-guron

Merupakan suatu ajaran mengenai proses hubungan guru dan murid. Namun istilah dan
proses ini telah lama dilupakan karena sangat susah mendapatkan guru yang mempunyai
kualifikasi tertentu dan juga sangat sedikit orang menaruh perhatian dan minat terhadap hal
ini. Maka untuk memenuhi kualifikasi tertentu, hendaknya seorang guru mencari sekolah
yang mempunyai kurikulum yang membawa kesadaran kita melambung tinggi melampaui
batas-batas senang dan sedih, bahagia dan derita, lahir dan mati. Guru seperti itu pasti akan
datang kepada kita. Menuntun kita, menentukan arah tujuan kita, menunjukkan cara dan
metodenya, menghibur dan menyemangatinya. Jangan ragu, pasti akan ada guru yang datang
kepada kita, (Mudana dan Ngurah Dwaja, 2014:53).

c. Ajaran Catur Guru

Berhasilnya seseorang menempuh jenjang pendidikan tertentu ( pendidikan tinggi yang


berkualitas) tidak akan mungkin bila kita tidak memiliki rasa bhakti kepada Catur Guru.
Mereka yang melaksanakan ajaran Guru Bhakti sejak dini (anak-anak), pada umumnya
memiliki disiplin dan percaya diri yang mantap pula. Dengan disiplin dan percaya diri yang
mantap, tidak saja akan sukses dalam bidang akademik, tetapi juga dalam berbagai aspek
kehidupan lainnya. Di sinilah kita melihat ajaran Catur Guru Bhakti senantiasa relevan
sepanjang masa, sesuai dengan sifat agama Hindu yang Sanatana Dharma. Aktualisasi ajaran
Guru Bhakti atau rasa bhakti kepada Catur Guru dapat dikembangkan dalam situasi apa pun,
sebab hakikat dari ajaran ini adalah untuk pendidikan diri, utamanya pendidikan disiplin,
patuh dan taat kepada sang Catur Guru dalam arti yang seluas-luasnya.
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Bhakti Sejati adalah pemujaan yang dilakukan seeorang kepada yang dipujanya
dengan sungguh-sungguh dan penuh rasa hormat, cinta kasih yang mendalam untuk
memohon kerahayuan bersama. Jalan untuk diri kepada Hyang Widhi Wasa disebut dengan
Catur Marga, diantaranya; Karma Marga, Bhakti Marga, Jnana Marga, dan Raja Marga.

Bagian-bagian dari ajaran Bhakti Sejati yaitu Srawanam, Kirtanam, Smaranam,


Padasevanam, Arcanam, Vandanam, Dasya, Sakhya, dan Atmanivedanam.

Ajaran Bhakti yang terdapat dalam Rāmāyana yaitu Ajaran Bhakti Sejati Kesatrya,
Ajaran Bhakti Sejati Persatuan, Ajaran Bhakti Kasih Sayang, dan Ajaran Bhakti Sejati Bantu-
membantu.

3.2. Saran

Jnana marga ini merupakan salah satu cara atau jalan terbaik untuk mendekatkan diri
kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa. Oleh karena itu, kita sebagai umat Hindu
hendaknya melaksanakan ajaran Jnana Marga dengan hati yang iklas, sehingga kualitas
kehidupan kita akan lebih meningkat dan cenderung kea arah yang lebih baik untuk menuju
jalan kebenaran.
DAFTAR PUSTAKA

Mudana dan Ngurah Dwaja. 2014. Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti. Jakarta:
Kementerian             Pendidikan dan Kebudayaan.
Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti : Buku Siswa / Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan. -- Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, 2014.vi, 190 hlm.; 25 cm
Untuk SMA/SMK Kelas XI
Kontributor Naskah  : I Nengah Mudana dan I Gusti Ngurah Dwaja.
Penelaah : I Wayan Paramartha. – I Made Sutrisna.
Penyelia Penerbitan  : Pusat Kurikulum dan Perbukuan, Balitbang, Kemendikbud
Cetakan Ke-1, 2014
LAMPIRAN

Ilustrasi Bhakti Sejati Jnana Marga

Anda mungkin juga menyukai