Anda di halaman 1dari 2

Nama : Rahmi Nuri Suroyya

Nim : 190103021
Prodi : farmasi semester 4
1. Memahami persepsi seputar sunnah/bida'ah dalam amaliah Ahlussunnah wal Jamaah dalam ;
a. Melafadzkan Niat Shalat, hukum melafalkan niat shalat pada saat menjelang takbiratul ihram menurut
kesepakatan para pengikut mazhab Imam Syafi’iy (Syafi’iyah) dan pengikut mazhab Imam Ahmad bin
Hambal (Hanabilah) adalah sunnah, Sedangkan penjelasan al Hanafiyah bahwa melafalkan niat shalat
sebelum takbir adalah bid’ah
b. Membaca Basmalah Fatihah, Malikiyyah berpendapat tidak disunnahkan untuk membaca basmalah
sebelum qira’ah setelah Al Fatihah, sedangkan menurut Hanabilah sunnah hukumnya baik sebelum Al
Fatihah maupun sebelum qira’ah. Dan Malikiyyah membolehkan tasmiyah sebelum Al Fatihah ataupun
sebelum qira’ah (Al Mausu’ah Al Fiqhiyyah, 8/87-88).
a. mengetahui dalil dasar dari 2 hal tsb,
b. pengembangan pemahamannya terkait dg pro dan kontra ttg 2 hal tsb,
- melafadzkan niat shalat, Menurut pengikut mazhab Imam Malik (Malikiyah) dan pengikut Imam Abu
Hanifah (Hanafiyah) bahwa melafalkan niat shalat sebelum takbiratul ihram tidak disyari’atkan kecuali
bagi orang yang terkena penyakit was-was (peragu terhadap niatnya sendiri). Menurut penjelasan
Malikiyah, bahwa melafalkan niat shalat sebelum takbir menyalahi keutamaan (khilaful aula), tetapi
bagi orang yang terkena penyakit was-was hukum melafalkan niat sebelum shalat adalah sunnah.
Sedangkan penjelasan al Hanafiyah bahwa melafalkan niat shalat sebelum takbir adalah bid’ah, namun
dianggap baik (istihsan) melafalkan niat bagi orang yang terkena penyakit was-was. Jika seseorang salah
dalam melafalkan niat sehingga tidak sesuai dengan niatnya, seperti melafalkan niat shalat ‘Ashar tetapi
niatnya shalat Dzuhur, maka yang dianggap adalah niatnya bukan lafal niatnya. Sebab apa yang
diucapkan oleh mulut itu (shalat ‘Ashar) bukanlah niat, ia hanya membantu mengingatkan hati. Salah
ucap tidak mempengaruhi niat dalam hati sepanjang niatnya itu masih benar.
Karena melafalkan niat sebelum shalat tidak termasuk dalam dua kategori tersebut tetapi pernah
dilakukan Nabi Muhammad dalam ibadah hajinya, maka hukum melafalkan niat adalah sunnah. Imam
Ramli mengatakan:
ُ‫اس َول ِْل ُخ ُر ْوجِ مِ ْن خِ الَفِ َم ْن أ َ ْو َج َبه‬
ِ ‫ع ِن ال ِوس َْو‬ َ ‫سا ُن القَ ْل‬
َ ُ‫ب َو ِِل َ َّنهُ أ َ ْبعَد‬ َ ‫الل‬ َ ُ‫ي قُ َب ْي َل التَّ ْك ِبي ِْر ِلي‬
ِ َ‫سا ِعد‬ ْ ‫َويُ ْندَبُ ال ُّن‬
ْ ‫ط ُق ِبال َم ْن ِو‬
“Disunnahkan melafalkan niat menjelang takbir (shalat) agar mulut dapat membantu (kekhusyu’-an)
hati, agar terhindar dari gangguan hati dank arena menghindar dari perbedaan pendapat yang
mewajibkan melafalkan niat”. (Nihayatul Muhtaj, juz I,: 437)
- kita ketahui bahwa Syafi’iyah berpendapat wajibnya membaca basmalah karena ia merupakan bagian
dari Al Fatihah. Dan mengingat membaca Al Fatihah adalah rukun shalat, maka shalat tidak sah jika
tidak membaca basmalah karena adanya kekurangan dalam membaca Al Fatihah. Sebagaimana hadits

ِ ‫صالَة َ ِل َم ْن لَ ْم َي ْق َرأْ ِبفَا ِت َح ِة ْال ِكتَا‬


‫ب‬ َ َ‫ل‬
“tidak ada shalat bagi orang yang tidak membaca Faatihatul Kitaab” (HR. Al Bukhari 756, Muslim 394)
Diantara para salaf yang berpendapat demikian adalah Al Kisa-i, ‘Ashim bin An Nujud, Abdullah bin
Katsir, dan yang lainnya (Sifatu Shalatin Nabi, 79). Syafi’iyyah juga berpendapat wajibnya membaca Al
Fatihah sebelum qira’ah setiap awal surat dari Al Qur’an dalam shalat (Al Mausu’ah Al Fiqhiyyah, 8/88).
Sementara Hanafiyah yang berpendapat basmalah bukan bagian dari Al Fatihah, mereka mengatakan
bahwa membaca basmalah dalam shalat hukumnya sunnah sebelum membaca Al Fatihah di setiap rakaat.
Disunnahkannya membaca basmalah sebelum Al Fatihah karena dalam rangka tabarruk dengan
basmalah. Adapun selain Al Fatihah tidak disunnahkan.
Namun Malikiyyah berpendapat tidak disunnahkan untuk membaca basmalah sebelum qira’ah setelah Al
Fatihah, sedangkan menurut Hanabilah sunnah hukumnya baik sebelum Al Fatihah maupun sebelum
qira’ah. Dan Malikiyyah membolehkan tasmiyah sebelum Al Fatihah ataupun sebelum qira’ah (Al
Mausu’ah Al Fiqhiyyah, 8/87-88).
Pendapat yang masyhur dari Malikiyyah, yang juga berpendapat basmalah bukan bagian dari Al Fatihah,
mereka mengatakan bahwa membaca basmalah sebelum Al Fatihah ataupun qira’ah hukumnya makruh.
Mereka berdalil dengan hadits Anas bin Malik

ِ ُ ‫ فلم أ َ ْس َم ْع أحدًا منهم يقرأ‬، َ‫ وعثمان‬، ‫وعمر‬


‫بسم‬ َ ، ‫ وأبي بكر‬، ‫صلَّيْتُ مع رسو ِل للاِ صلى للا عليه وسلم‬: ‫ِث عن أنس قال‬
ُ ‫مِ ْعتُ قتادة َ يُ َحد‬
‫الرحيم‬
ِ ‫الرحمن‬
ِ ‫للا‬
ِ
“aku shalat bersama Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam, Abu Bakar, Umar dan Utsman dan aku tidak
mendengar mereka membaca bismillahir rahmanir rahim” (HR. Muslim 399).
namun ada riwayat dari Imam Malik bahwa beliau berpendapat boleh, dan riwayat lain dari Malikiyyah
yang mengatakan hukumnya wajib (Al Mausu’ah Al Fiqhiyyah, 8/87).
c. alasan Aswaja-NU utk memilih melakukan 2 hal tsb daripada meninggalkannya.
Karena keduanya benar dan pernah dilaksanakan oleh nabi muhammad menurut, fungsi melafalkan niat
adalah untuk mengingatkan hati agar lebih siap dalam melaksanakan shalat sehingga dapat mendorong
pada kekhusyu’an. Karena melafalkan niat sebelum shalat hukumnya sunnah, maka jika dikerjakan dapat
pahala dan jika ditinggalkan tidak berdosa. Adapun memfitnah, bertentangan dan perpecahan antar umat
Islam karena masalah hukum sunnah adalah menyalahi syri’at Allah SWT.

Anda mungkin juga menyukai