Anda di halaman 1dari 42

LAPORAN PENDAHULUAN

KEPERAWATAN KELUARGA

HIPERTENSI

DISUSUN OLEH :

Endang Kartasari
22226046

Dosen Pembimbing :
1. Ir. M. Djakfar Abdullah, M.Si
2. Yudi Abdul Majid, S.Kep.,Ns.,M.Kep

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
MUHAMMADIYAH PALEMBANG
TAHUN AJARAN 2020
A. Konsep Keluarga
1. Definisi Keluarga
Keluarga merupakan perkumpulan dua atau lebih individu yang diikat oleh
hubungan darah, perkawinan atau adopsi, dan tiap-tiap anggota keluarga selalu
berinteraksi satu dengan yang lain (Mubarak, 2011). Keluarga adalah unit
terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala keluarga dan beberapa orang
yang berkumpul dan tinggal di suatu tempat di bawah suatu atap dalam keadaan
saling ketergantungan (Setiadi, 2012).

Keluarga adalah unit dari masyarakat dan merupakan lembaga yang


mempengaruhi kehidupan masyarakat. Dalam masyarakat, hubungan yang erat
antara anggotanya dengan keluarga sangat menonjol sehingga keluarga sebagai
lembaga atau unit layanan perlu di perhitungkan. Dari pengertian di atas dapat
disimpulkan bahwa keluarga yaitu sebuah ikatan (perkawinan atau kesepakatan),
hubungan (darah ataupun adopsi), tinggal dalam satu atap yang selalu
berinteraksi serta saling ketergantungan (Friedman, 2004).

2. Fungsi Keluarga
Keluarga mempunyai 5 fungsi menurut Friedman M.M et al.,
(2010) yaitu:
a. Fungsi Afektif
Fungsi afektif berhubungan erat dengan fungsi internal keluarga yang
merupakan basis kekuatan keluarga. Fungsi afektif berguna untuk
pemenuhan kebutuhan psikososial. Keberhasilan fungsi afektif tampak
pada kebahagiaan dan kegembiraan dari seluruh anggota keluarga.
Komponen yang perlu dipenuhi oleh keluarga dalam melaksanakan
fungsi afektif adalah :
1) Saling mengasuh yaitu memberikan cinta kasih, kehangatan, saling
menerima, saling mendukung antar anggota keluarga
2) Saling menghargai, bila anggota keluarga saling menghargai dan
mengakui keberadaan dan hak setiap anggota keluarga serta selalu
mempertahankan iklim positif maka fungsi afektif akan tercapai
3) Ikatan dan identifikasi ikatan keluarga di mulai sejak pasangan
sepakat memulai hidup baru
b. Fungsi Sosialisasi
Sosialisasi di mulai sejak manusia lahir. Keluarga merupakan tempat
individu untuk belajar bersosialisasi, misalnya anak yang baru lahir dia
akan menatap ayah, ibu dan orang-orang yang ada disekitarnya. Dalam
hal ini keluarga dapat Membina hubungan sosial pada anak,
Membentuk norma-norma tingkah laku sesuai dengan tingkat
perkembangan anak, dan Menaruh nilai-nilai budaya keluarga
c. Fungsi Reproduksi
Fungsi reproduksi untuk meneruskan keturunan dan menambah
sumber daya manusia. Maka dengan ikatan suatu perkawinan yang
sah, selain untuk memenuhi kebutuhan biologis pada pasangan tujuan
untuk membentuk keluarga adalah meneruskan keturunan
d. Fungsi Ekonomi
Merupakan fungsi keluarga untuk memenuhi kebutuhan seluruh
anggota keluarga seperti memenuhi kebutuhan makan, pakaian, dan
tempat tinggal
e. Fungsi Perawatan Kesehatan
Keluarga juga berperan untuk melaksanakan praktik asuhan
keperawatan, yaitu untuk mencegah gangguan kesehatan atau merawat
anggota keluarga yang sakit. Keluarga yang dapat melaksanakan tugas
kesehatan berarti sanggup menyelesaikan masalah kesehatan.

3. Bentuk atau Tipe Keluarga


Bentuk atau tipe keluarga menurut Suprayitno (2004), yaitu :
a. Keluarga inti (Nuclear family)
Keluarga yang di bentuk karena ikatan perkawinan yang di rencanakan
yang terdiri dari suami, istri, dan anak-anak, baik karena kelahiran
(Natural) maupun adopsi
b. Keluarga Besar (Extended Family)
Keluarga inti di tambah keluarga yang lain (karena hubungan darah),
misalnya kakek, nenek, bibi, paman, sepupu termasuk keluarga
modern, seperti orangtua tunggal, keluarga tanpa anak, serta keluarga
pasangan sejenis
c. Keluarga bentukan kembali (Dyadic Family)
Keluarga yang terdiri dari suami dan istri tanpa anak, atau anak-anak
mereka telah tidak tinggal bersama
d. Orangtua Tunggal (Singgle Parent Family)
Keluarga inti yang suami atau istrinya telah bercerai atau meninggal
dunia
e. Ibu dengan anak tanpa perkawinan (The UnnmariedTeenage Mother)
Keluarga inti ibu dengan anak tanpa perkawinan
f. Keluarga berjenis kelamin sama (Gay And Lesbian Family)
Keluarga yang di bentuk oleh pasangan yang berjenis kelamin sama
baik melalui perkawinan atau tanpa perkawinan yang sah.

4. Tahap-tahap Perkembangan Keluarga


Berdasarkan konsep Duvall dan Miller (2004), tahapan perkembangan
keluarga dibagi menjadi 8 :
a. Keluarga Baru (Berganning Family)
Pasangan baru nikah yang belum mempunyai anak. Tugas
perkembangan keluarga dalam tahap ini antara lain yaitu membina
hubungan intim yang memuaskan, menetapkan tujuan bersama,
membina hubungan dengan keluarga lain, mendiskusikan rencana
memiliki anak atau KB, persiapan menjadi orangtua dan memahami
prenatal care (pengertian kehamilan, persalinan dan menjadi
orangtua)
Tugas perkembangan keluarga pada tahap ini antara lain :
1) Membina hubungan intim dan kepuasan bersama
2) Menetapkan tujuan bersama
3) Membina hubungan dengan keluarga lain; teman, dan kelompok
sosial
4) Merencanakan anak (KB)
5) Menyesuaikan diri dengan kehamilan dan mempersiapkan diri
untuk menjadi orang tua.

b. Keluarga dengan anak pertama < 30bln (child bearing)


Masa ini merupakan transisi menjadi orangtua yang akan
menimbulkan krisis keluarga. Tugas perkembangan keluarga pada
tahap ini antara lain yaitu adaptasi perubahan anggota keluarga,
mempertahankan hubungan yang memuaskan dengan pasangan,
membagi peran dan tanggung jawab, bimbingan orangtua tentang
pertumbuhan dan perkembangan anak, serta konseling KB post partum
6 minggu
Tugas perkembangan pada masa ini antara lain :
1) Persiapan menjadi orang tua
2) Membagi peran dan tanggung jawab
3) Menata ruang untuk anak atau mengembangkan suasana rumah
yang menyenangan
4) Mempersiapkan biaya atau dana child bearing
5) Memfasilitasi role learning anggota keluarga
6) Bertanggung jawab memenuhi kebutuhan bayi sampai balita
7) Mangadakan kebiasaan keagamaan secara rutin.
c. Keluarga dengan anak pra sekolah
Tugas perkembangan dalam tahap ini adalah menyesuaikan kebutuhan
pada anak pra sekolah (sesuai dengan tumbuh kembang, proses belajar
dan kontak sosial) dan merencanakan kelahiran berikutnya.
Tugas perkembangan keluarga pada tahap ini antara lain sebagai
berikut :
1) Memenuhi kebutuhan anggota keluarga seperti : kebutuhan tempat
tinggal, privasi, dan rasa aman
2) Membantu anak untuk bersosialisasi
3) Beradaptasi dengan anak yang baru lahir, sementara kebutuhan
anak yang lain juga harus terpenuhi
4) Mempertahakan hubungan yang sehat, baik di dalam maupun di
luar keluarga ( keluarga lain dan lingkungan sekitar)
5) Pembagian waktu untuk individu, pasangan dan anak ( tahap
paling repot)
6) Pembagian tanggung jawab anggota keluarga
7) Kegiatan dan waktu untuk stimulasi tumbuh dan kembang anak.

d. Keluarga dengan anak sekolah (6-13 tahun)


Keluarga dengan anak sekolah mempunyai tugas perkembangan
keluarga seperti membantu sosialisasi anak terhadap lingkungan luar
rumah, mendorong anak untuk mencapai pengembangan daya
intelektual, dan menyediakan aktifitas anak
Tugas perkembangan keluarga pada tahap ini adalah sebagai berikut :
1) Memberikan perhatian tentang kegiatan sosial anak, pendidikan
dan semangat belajar
2) Tetap mempertahanan hubungan yang harmonis dalam
perkawinan
3) Mendorong anak unuk mencapai pengembangan daya intelektual
4) Menyediakan aktifitas untuk anak
5) Manyesuaikan pada aktifitas komunitas dengan mengikutsertakan
anak.

e. Keluarga dengan anak remaja (13-20 tahun)


Tugas perkembangan keluarga pada saat ini adalah pengembangan
terhadap remaja, memelihara komunikasi terbuka, mempersiapkan
perubahan sistem peran dan peraturan anggota keluarga untuk
memenuhi kebutuhan tumbuh kembang anggota keluarga. Tahap
perkembangannya adalah:
1) Memberikan kebebasan yang seimbang dengan tanggung jawab
mengingat remaja yang sudah bertambah dan meningkat
otonominya.
2) Mempertahankan hubungan yang intim dengan keluarga.
3) Mempertahakan komunikasi terbuka antara anak dan orang tua,
hindari perdebatan, kecurigaan dan permusuhan
4) Perubahan sistem peran dan peraturan untuk tumbuh kembang
keluarga.
f. Keluarga dengan anak dewasa
Tugas perkembangan keluarga mempersiapkan anak untuk hidup
mandiri dan menerima kepergian anaknya, menata kembali fasilitas
dan sumber yang ada dalam keluarganya
Tugas perkembangan keluarga pada tahap ini adalah :
1) Memperluas keluarga inti menjadi keluarga besar
2) Mempertahankan keintiman pasangan
3) Membantu orang tua suami atau istri yang sedang sakit dan
memasuki masa tua
4) Mempersiapkan untuk hidup mandiri dan menerima kepergian
anak
5) Menata kembali fasilitas dan sumber yang ada pada keluarga
6) Berperan sebagai suami istri, kakek, dan nenek
7) Menciptakan lingkungan rumah yang dapat menjadi contoh bagi
anak-anaknya.

g. Keluarga usia pertengahan (middle age family)


Tugas perkembangan keluarga pada saat ini yaitu mempunyai lebih
banyak waktu dan kebebasan dalam mengolah minat sosial, dan waktu
santai, memulihkan hubungan antara generasi muda-tua, serta
persiapan masa tua
Tugas perkembangan keluarga pada tahap ini atara lain adalah
1) Mempertahankan kesehatan
2) Mempunyai lebih banyak waktu dan kebebasan dalam arti
mengolah minat sosial dan waktu santai
3) Memulihkan hubungan antara generasi muda dengan generasi tua
4) Keakraban dengan pasangan
5) Memelihara hubungan/kontak dengan anak dan keluarga
6) Persiapan masa tua atau pensiun dengan meningkatkan
keakraban pasangan

h. Keluarga lanjut usia


Dalam perkemban. gan ini keluarga memiliki tugas seperti
penyesuaian tahap masa pensiun dengan cara merubah cara hidup,
menerima kematian pasangan, dan mempersiapkan kematian, serta
melakukan life review masa lalu.
Tugas perkembangan tahap ini adalah :
1) Mempertahankan suasana rumah yang menyenangkan
2) Adaptasi dengan perubahan kehilangan pasangan, teman, kekuatan
fisik, dan pendapatan
3) Mempertahankan keakraban suami istri dan saling merawat
4) Mempertahakan hubungan anak dan sosial masyarakat
5) Melakukan life review
6) Menerima kematian pasangan, kawan, dan mempersiapkan
kematian (harmoko, 2012).

5. Struktur Peran Keluarga


Sebuah peran didefinisikan sebagai kumpulan dari perilaku yang
secara ralatif homogen dibatasi secara normatif dan diharapkan dari
seseorang yang menempati posisi sosial yang diberikan. Peran
berdasarkan pada pengharapan atau penetapan peran yang membatasi apa
saja yang harus dilakukan oleh individu di dalam situasi tertentu agar
memenuhi harapan diri atau orang lain terhadap mereka. Posisi atau status
didefinisikan sebagi letak seseorang dalam suatu sistem sosial.
Menurut Friedman (2010) peran keluarga dapat diklasifikasikan menjadi
dua yaitu :
a. Peran Formal Keluarga
Peran formal adalah peran eksplisit yang terkandung dalam struktur
peran keluarga (ayah-suami,dll). Yang terkait dengan masing – masing
posisi keluarga formal adalah peran terkait atau sekelompok perilaku
yang kurang lebih homogen. Keluarga membagi peran kepada anggota
keluarganya dengan cara yang serupa dengan cara masyarakat
membagi perannya: berdasarkan pada seberapa pentingnya performa
peran terhadap berfungsinya sistem tersebut. Beberapa peran
membutuhkan ketrampilan atau kemempuan khusus: peran yang lain
kurang kompleks dan dapat diberikan kepada mereka yang kuarang
terampil atau jumlah kekuasaanya paling sedikit.

b. Peran Informal Keluarga


Peran informal bersifat implisit, sering kali tidak tampak pada
permukaannya, dan diharapkan memenuhi kebutuhan emosional
anggota keluarga dan/atau memelihara keseimbangan keluarga.
Keberadaan peran informal diperlukan untuk memenuhi kebutuhan
integrasi dan adaptasi dari kelompok keluarga.

6. Proses dan Strategi Koping Keluarga


Menurut Friedman (2010) Proses dan strategi koping keluarga
berfungsi sebagi proses atau mekanisme vital yang memfasilitasi fungsi
keluarga. Tanpa koping keluarga yang efektif, fungsi afektif, sosialisasi,
ekonomi, dan perawatan kesehatan tidak dapat dicapai secara adekuat.
Oleh karena itu, proses dan strategi koping keluarga mengandung proses
yang mendasari yang menungkinkan keluarga mengukuhkan fungsi
keluarga yang diperlukan.

7. Tugas Keluarga di Bidang Kesehatan


Friedman (2004), mengindentifikasi 5 dasar fungsi keluarga mempunyai
tugas dibidang kesehatan yang perlu dipahami dan dilakukan, meliputi :
1. Mengenal masalah kesehatan keluarga
2. Memutuskan tindakan kesehatan yang tepat bagi keluarga
3. Merawat anggota keluarga yang mengalami gangguan kesehatan
4. Menciptakan lingkungan yang mendukung kesehatan keluarga
5. Memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan disekitarnya

B. Konsep Hipertensi
1. Definisi Hipertensi
Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah suatu peningkatan
abnormal tekanan darah dalam pembuluh darah arteri secara terus menerus
lebih dari suatu periode. Hal ini terjadi bila arteriole-arteriole konstriksi.
Kontriksi arteriole membuat darah sulit mengalir dan meningkatkan
tekanan melawan dinding arteri (Udjianti WJ, 2011). Hipertensi adalah
suatu keadaan dimana seseorang mengalami peningkatan tekanan darah
diatas normal yang mengakibatkan peningkatan angka kesakitan
(morbiditas) dan angka kematian/mortalitas. Peningkatan tekanan darah
yang berlangsung dalam jangka waktu lama (persisten) (Triyanto, 2014).
Hipertensi merupakan suatu keadaan yang menyebabkan tekanan
darah tinggi secara terus-menerus dimana tekanan sistolik lebih dari 140
mmHg, tekanan diastolik 90 mmHg atau lebih. Hipertensi atau penyakit
darah tinggi merupakan suatu keadaan peredaran darah meningkat secara
kronis. Hal ini terjadi karena jantung bekerja lebih cepat memompa darah
untuk memenuhi kebutuhan oksigen dan nutrisi di dalam tubuh (Koes
Irianto, 2014).

2. Etiologi
Menurut WHO (2014), faktor resiko hipertensi adalah umur, jenis
kelamin, riwayat keluarga, genetik (faktor resiko yang tidak dapat
diubah/dikontrol), kebiasaan merokok, konsumsi garam, konsumsi lemak
jenuh, kebiasaan konsumsi minum-minuman beralkohol, obesitas, kurang
aktifitas fisik, stress. Penyebab Hipertensi dapat dikelompokkan menjadi
dua yaitu :
a. Hipertensi primer atau esensial
Hipertensi primer artinya hipertensi yang belum diketahui penyebab
dengan jelas. Berbagai faktor diduga turut berperan sebagai penyebab
hipertensi primer, seperti bertambahnya usia, stres psikologis, pola
konsumsi yang tidak sehat, dan heraditas (keturunan). Sekitar 90%
pasien hipertensi diperkirakan termasuk dalam kategori ini. Faktor-
faktor lain yang dapat dimasukkan dalam penyebab hipertensi jenis ini
adalah lingkungan, kelainan metabolisme, intra seluler, dan faktor-
faktor ynag meningkatkan resikonya seperti obesitas, merokok,
konsumsi alkohol, dan kelainan darah
b. Hipertensi sekunder
Hipertensi sekunder yang penyebabnya sudah diketahui, umumnya
berupa penyakit atau kerusakan organ yang berhubungan dengan
gangguan hormonal, penyakit diabetes, jantung, ginjal, penyakit
pembuluh darah atau berhubungan dengan kehamilan, berhubungan
dengan cairan tubuh, misalnya ginjal yang tidak berfungsi, pemakaian
kontrasepsi oral, dan terganggunya keseimbangan hormon yang
merupakan faktor pengatur tekanan darah. Dapat juga disebabkan oleh
penyakit ginjal, penyakit endokrin, dan penyakit jantung. Pada 5-10%
kasus sisanya, penyebab khususnya sudah diketahui, yaitu gangguan
hormonal, penyakit diabetes, jantung, ginjal, penyakit pembuluh darah
atau berhubungan dengan kehamilan. Kasus yang sering terjadi adalah
karena tumor kelenjar adrenal.

3. Klasifikasi Tekanan Darah

Kategori Tekanan darah Sistolik Tekanan darah Diastolik

Normal <130 mmHg <85 mmHg


Normal Tinngi 130-139 mmHg 85-89 mmHg
Stadium 1 (Hipertensi Ringan) 140-159 mmHg 90-99 mmHg
Stadium 2 (Hipertensi sedang) 160-179mmHg 100-109 mmHg
Stadium 3 (Hipertensi berat) 180-209 mmHg 110-119 mmHg
Stadium 4 (hipertensi 210 mmHg atau lebih 120 mmHg atau lebih
maligma)

Sumber: Kemenkes RI(2017)


4. Manifestasi Klinis
Menurut Damayanti (2013), gambaran klinis hipertensi umum nya adalah
sebagai berikut :
a. Peninggian tekanan darah
b. Nyeri dada dan sesak nafas pada gangguan jantung
c. Mata kabur dan edema papilla mata
d. Sakit kepala hebat dan nyeri tengkuk
e. Telinga berdengung, mata berkunang-kunang
f. Sulit tidur
g. Gangguan kesadaran dan lateralisasi pada gangguan otak

5. Anatomi Fisiologi
Anatomi Jantung

Gambar 2.1 Sistem Kardiovaskuler

Sistem kardiovaskuler adalah system transport (peredaran)


yang membawa gas -gas pernafasan , nutrisi, hormon - hormon dan zat
lain ke dari dan jaringan tubuh (Kasron, 2011). Sistem kardiovaskuler
di bangun oleh :

1) Jantung
Jantung merupakan sebuah organ yang terdiri dari otot. Otot
jantung merupakan jaringan istimewa karena di lihat dari bentuk
dan susunanya sama dengan otot lintang, tetapi cara kerjanya sama
otot polos yaitu di luar kemauan kita ( dipengaruhi oleh susunan
saraf otonom). Bentuk jantung menyerupai jantung pisang, bagian
atasnya tumpul (pangkal jantung) dan di sebut basis kordis. Di
sebelah bawah agak runcing yang disebut apeks kordis.
Letak jantung di dalam rongga dada sebelah depan (kavum
mediastinum anterior), sebelah kiri bawah dari pertengahan rongga
dada, diatas diafragma, dan pangkalnya terdapat di belakang kiri
antara kosta V dan VI dua jari di bawah papilla mamae. Pada
tempat ini teraba adanya jantung yang di sebut iktus kordis.
Ukuran jantung kurang lebih sebesar genggaman tangan kanan dan
beratnya kira – kira 250 – 300 gram.

2) Lapisan jantung
a) Perikardium (Epikardium) adalah suatu membran tipis di
bagian luar yang membungkus jantung.
b) Endokardium merupakan lapisan jantung yang terdapat di
sebelah dalam sekali yang terdiri dari jaringan endotel atau
selaput lender yang melapisi rongga endotel atau selaput lender
yang melapisi permukaan rongga jantung.
c) Miokardium merupakan lapisan inti dari jantung terdiri dari
otot – otot jantung, otot jantung ini membentk bundalan –
bundalan otot.

3) Katup – katup jantung


Di dalam jantung terdapat katup – katup yang sangat penting
artinya dalam susunan perdaran darah dan pergerakan jantung
manusia.
a) Valvula trikuspidalis , terdapat antara atrium dextra dengan
ventrikel dextra terdiri dari 3 katup.
b) vena biskuspidalis, terletak antara atrium sinistra dengan
ventrikel sinistra terediri 2 katup.
c) vulva semilunaris artei pulmonalis, terletak antara ventrikel
dextra dengan arteri pulmonali , tempat darah mengalir menuju
ke paru – paru.
d) vena semilunaris aorta, terletak antara ventrikel sisnistra
dengan aorta tepat darah mengalir menuju keseluruh tubuh.

4) Pembuluh darah
a) pembuluh darah arteri
b) Arteri merupakan Jenis pembuluh darah yang keluar dari
jantung yang membawa darah ke seluruh dari ventrikel sinistra
di sebut aorta. Arteri membawa darah mengandung oksigen,
jauh dari jantung, kecuali arteri  pulmonalis. Arteri sebagian
besar sangat terletak di tubuh berdinding tebal, tinggi berotot
kecuali arteri tengkorak dan tulang  punggung.  Arteri
kemerahan dalam warna ini menunjukkan gerakan spurty darah
memberikan denyut nadi, darah di arteri bergerak dengan
tekanan. Jika dinding arteri terluka, darah keluar seperti ‘air
mancur’ di daerah besar di sekitar arteri.
c) Kapiler
Kapiler adalah pembuluh darah yang sangat kecil teraba dari
cabang terhalus dari arteri sehingga tidak tampak kecuali dari
bawah mikroskop. Kapiler pembentuk anyaman di seluruh
jaringan tubuh. Kapiler selanjutnya bertemu satu dengan yang
lain menjadi darah yang lebih besar disebut vena.
d) Vena (pembuluh darah balik)
Vena membawa darah terdeoksigenasi, ke jantung kecuali vena
paru, vena adalah berdinding tipis, memiliki lumen lebar, katup
yang hadir yang memberikan arus searah darah, vena berwarna
kebiruan, ini menunjukkan gerakan lamban darah. Darah dalam
pembuluh darah bergerak di bawah tekanan yang sangat
rendah, jika dinding vena terluka, darah yang keluar,
mengumpulkan di tempat di daerah kecil di sekitar vena.
Vena membawa darah kotor kembali ke jantung beberapa vena
yang penting :
a) Vena cava superior: Vena balik yang memasuki atrium
kanan membawa darah kotor dari daerah kepala, thorax
dan ektremitas atas.
b) Vena cava inferor: Vena yang mengembalikan darah kotor
ke jantung dari semua organ tubuh bagian bawah.
c) Vena cava jugularis: Vena yang mengembalikan darah
kotor dari otak ke jantung.

Fisiologi Jantung
Adapun fisilogi atau cara kerja jantung yaitu sebagai berikut :
1) Darah di atrium kanan memasuki ventrikel kanan melalui katup
trikuspid
2) Ini mengalir ke paru-paru melalui arteri pulmonalis
3) Darah melakukan perjalanan ke atrium kiri melalui vena
pulmonalis. Vena membawa darah yang kaya oksigen ke atrium
kiri
4) Ini kemudian harus mengalir melalui katup mitral untuk mencapai
ventrikel kiri
5) Melalui katup aorta semilunar, darah dipompa ke aorta. Garpu
aorta dan darah mengambil jalan untuk melakukan perjalanan ke
organ-organ bagian atas dan tubuh  bagian bawah
6) Arteri, arteriol dan kapiler membentuk jaringan untuk aliran darah
ke setiap sel tubuh kita
7) Beberapa bagian dari darah masuk ke ginjal. Mereka menyaring
limbah dari darah sebelum darah dalam perjalanan kembali ke
jantung
8) Vena kava inferior dan superior merupakan pembawa darah
terdeoksigenasi kembali ke atrium kiri.

Tekanan diastole tekanan di dalam pembuluh darah saat


jantung beristirahat (pada orang dewasa normal kira-kira 80 mm
Hg) Tekanan sistole tekanan di dalam pembuluh darah yang
timbul pada saat jantung memompakan darah keluar (pada orang
dewasa normal kira-kira 120 mm Hg) perbedaan arteri dan vena.

Peredaran darah kecil Peredaran darah kecil adalah


peredaran darah yang hanya keluar dari jantung untuk melalui
paru-paru saja kemudian akan kembali lagi ke jantung. Peredaran
darah besar adalah peredaran darah yang mengalirkan darah yang
kaya oksigen dari bilik (ventrikel) kiri jantung lalu diedarkan ke
seluruh jaringan tubuh (Price dan Wilson, Lorraine, 2006).

6. Patofisiologi dan Pathway


a. Patofisiologi
Patofisiologi dari penyakit jantung hipertensi adalah interaksi yang
kompleks dari faktor hemodinamik, struktural, neuroendokrin, selular, dan
molekular. Di satu sisi faktor-faktor ini berperan dalam perkembangan
hipertensi dan komplikasinya, sementara di sisi lain peningkatan tekanan
darah juga mempengaruhi faktor-faktor tersebut. Peningkatan tekanan
darah akan menyebabkan perubahan struktur dan fungsi jantung dengan 2
jalur: secara langsung melalui peningkatan afterload dan secara tidak
langsung melalui interaksi neurohormonal dan vaskular (Riaz , 2013).
Hipertrofi ventrikel kiri merupakan kompensasi jantung menghadapi
tekanan darah tinggi ditambah dengan faktor neurohormonal yang ditandai
oleh penebalan konsentrik otot jantung (hipertrofi konsentrik). Fungsi
diastolik akan mulai terganggu akibat dari gangguan relaksasi ventrikel
kiri, kemudian disusul oleh dilatasi ventrikel kiri (hipertrofi eksentrik).
Rangsangan simpatis dan aktivasi sistem RAA memacu mekanisme
Frank-Starling melalui peningkatan volume diastolik ventrikel sampai
tahap tertentu dan pada akhirnya akan terjadi gangguan kontraksi miokard
(penurunan/gangguan fungsi diastolik) (PAPDI, 2009).
Iskemia miokard (asimtomatik, angina pektoris, infark jantung,
dll) dapat terjadi karena kombinasi akselerasi proses aterosklerosis dengan
peningkatan kebutuhan oksigen miokard akibat dari hipertrofi ventrikel
kiri. Hipertrofi ventrikel kiri, iskemia miokard, dan gangguan fungsi
endotel merupakan faktor utama kerusakan miosit pada hipertensi
(PAPDI, 2009).
Meningkatnya tekanan darah di dalam arteri juga mampu terjad imelalui
beberapa cara:
a. Arteri besar kehilangan kelenturannya dan menjadi kaku, sehingga
mereka tidak dapat mengembang pada saat jantung memompa darah
melalui arteri tersebut. Karena itu darah pada setiap denyut jantung
dipaksa untuk melalui pembuluh yang sempit daripada biasanya dan
menyebabkan naiknya tekanan. Inilah yang terjadi pada usia lanjut,
dimana dinding arterinya telah menebal dan kaku karena
arteriosklerosis. Dengan cara yang sama, tekanan darah juga
meningkat pada saat terjadi vasokonstriksi, yaitu jika arteri kecil
(arteriola) untuk sementara waktu mengkerut karena perangsangan
saraf atau hormon di dalam darah.
b. Bertambahnya cairan dalam sirkulasi bisa menyebabkan meningkatnya
tekanan darah. Hal ini terjadi jika terdapat kelainan fungsi ginjal
sehingga tidak mampu membuang sejumlah garam dan air dari dalam
tubuh. Volume darah dalam tubuh meningkat, sehingga tekanan darah
juga meningkat. Sebaliknya, jika aktivitas memompa jantung
berkurang, arteri mengalami pelebaran, dan banyak cairan keluar dari
sirkulasi maka tekanan darah akan menurun (Price and Wilson, 2006).
b. Pathway

Emosi, alcohol, Peningkatan Peningkatan Faktor


kopi, tembakau, aktivitas S.S asetikolin genetik
obat, dll simpatis

HIPERTENSI Peningkatan
norepinefrin

Vasokontriksi
pembuluh darah

Penurunan aliran Penurunan aliran Peningkatan


darah ke ginjal darah koroner TPR

Pelepasan renin Penurunan suplai O2 Peningkatan Peningkatan


ke otot miokard kerja jantung tekanan arteri

Angiotensin I
Iskemia miokard Peningkatan Pada otak Pada ginjal
afterload
Angiotensi II
Metabolisme anerob Peningkatan TIK Kerusakan
Peningkatan kapiler
Sekresi aldesteron afterload lama gramerulus
Penimbunan asam
laktat Penurunan
Hipertropi perfusi serebral
Transudasi cairan pentrikel kiri
Penurunan PH Darah ke unit
Edema Ketidak
Peningkatan fungsional ginjal
efektifan
kebutuhan O2 perfusi
jaringan Gangguan fungsi
Kelebihan
Menstimulasi khemoreseptor serebral nefron
volume cairan
reseptor nyeri
(bradikin in /
Nyeri prostaglandin Medula oblongata Rupture utama
pembuluh darah otak

afferen
Pusing/gelisah Infark serebral (strok)
Peningkatan
Merangsang Medulla spinalis ventilasi
epinefrin Resiko penurunan
curah jantung
Thalamus dispnea
Istirahat dan tidur
terganggu Sekresi yang Defisiensi
Kortek serebri Ketidak efektifan tertahan pengetahuan
Gangguan Pola Tidur pola nafas
Ketidak efektifan
Nyeri akut Bersihan Jalan
Nafas

Sumber:(Judith M, Wilknson dan Nancy R.Ahem, 2015)


7. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Hipertensi
a. Faktor resiko yang tidak dapat dikontrol :
1) Jenis Kelamin
Prevalensi terjadinya hipertensi pada pria dengan wanita. Wanita diketahui
mempunyai tekanan darah lebih rendah dibandingkan pria ketika berusia
20-30 tahun. Tetapi akan mudah menyerang pada wanita ketika berumur
55 tahun, sekitar 60% menderita hipertensi berpengaruh pada wanita. Hal
ini dikaitkan dengan perubahan hormon pada wanita setelah menopause
(Endang Triyanto, 2014)
2) Umur
Perubahan tekanan darah pada seseorang secara stabil akan berubah di usia
20-40 tahun. Setelah itu akan cenderung lebih meningkat secara cepat.
Sehingga, semakin bertambah usia seseorang maka tekanan darah semakin
meningkat. Jadi seorang lansia cenderung mempunyai tekanan darah lebih
tinggi dibandingkan diusia muda (Endang Triyanto, 2014)
3) Keturunan (genetik)
Adanya faktor genetik tentu akan berpengaruh terhadap keluarga yang
telah menderita hipertensi sebelumnya. Hal ini terjadi adanya peningkatan
kadar sodium intraseluler dan rendahnya rasio antara potasium terhadap
sodium individu sehingga pada orang tua cenderung beresiko lebih tinggi
menderita hipertensi dua kali lebih besar dibandingan dengan orang yang
tidak mempunyai riwayat keluarga dengan hipertensi (Buckman, 2010)
4) Pendidikan
Tingkat pendidikan secara tidak langsung mempengaruhi tekanan darah.
Tingginya resiko hipertensi pada pendidikan yang rendah, kemungkinan
kurangnya pengetahuan dalam menerima informasi oleh petugas kesehatan
sehingga berdampak pada perilaku atau pola hidup sehat (Armilawaty,
Amalia H, Amirudin R., 2007).

b. Faktor resiko hipertensi yang dapat dikonrol


1) Obesitas
Pada usia pertengahan dan usia lanjut, cenderung kurangnya melakukan
aktivitas sehingga asupan kalori mengimbangi kebutuhan energi, sehingga
akan terjadi peningkatan berat badan atau obesitas dan akan memperburuk
kondisi (Anggara, F.H.D. & N. Prayitno, 2013)
2) Kurang olahraga
Jika melakukan olahraga dengan teratur akan mudah untuk mengurangi
peningkatan tekanan darah tinggi yang akan menurunkan tahanan perifer,
sehigga melatih otot jantung untuk terbiasa melakuakn pekerjaan yang
lebih berat karena adanya kondisi tertentu
3) Kebiasaan merokok
Merokok dapat meningkatkan tekanan darah. Hal ini dikarenakan di dalam
kandungan nikotik yang dapat menyebabkan penyempitan pembuluh darah
4) Konsumsi garam berlebihan
WHO merekomendasikan konsumsi garam yang dapat mengurangi
peningkatan hipertensi. Kadar sodium yang direkomendasikan adalah tidak
lebih dari 100 mmol (sekitar 2,4 gram sodium atau 6 gram) (H. Hadi
Martono Kris Pranaka, 2015)
5) Minum alkohol
Ketika mengonsumsi alkohol secara berlebihan akan menyebabkan
peningkatan tekanan darah yang tergolong parah karena dapat
menyebabkan darah di otak tersumbat dan menyebabkan stroke
6) Minum kopi
Satu cangkir kopi mengandung kafein 75-200 mg, dimana dalam satu
cangkir kopi dapat meningkatakan tekanan darah 5-10 mmHg
7) Kecemasan
Kecemasan akan menimbulkan stimulus simpatis yang akan meningkatkan
frekuensi jantung, curah jantung dan resistensi vaskuler, efek samping ini
akan meningkatkan tekanan darah. Kecemasan atau stress meningkatkan
tekanan darah sebesar 30 mmHg. Jika individu meras cemas pada masalah
yang di hadapinya maka hipertensi akan terjadi pada dirinya. Hal ini
dikarenakan kecemasan yang berulang-ulang akan mempengaruhi detak
jantung semakin cepat sehingga jantung memompa darah keseluruh tubuh
akan semakin cepat.
8. Komplikasi
Menurut Mutaqqin (2012), komplikasi dari penyakit hipertesi yaitu :
a. Stroke dapat terjadi akibat hemoragi akibat tekanan darah tinggi di otak, atau
akibat embolus yang terlepas dari pembuluh selain otak yang terpajan
tekanan tinggi. Stroke dapat terjadi pada hipertensi kronis apabila arteri yang
memperdarahi otak mengalami hipertrofi dan pennebalan sehingga aliran
darah ke area otak yang diperdarahi berkurang
b. Infark miokard dapat terjadi apabila arteri koroner yang alterosklerotik tidak
dapat menyuplai cukup oksigen ke miokardium atau apabila terbentuk
thrombus yang menghambat aliran darah melewatinpembuluh darah. Pada
hipertensi kronis dan hipertrofi ventrikel, kebutuhan oksigen miokardium
mungkiun tidak dapat dipenuhi dan dapat terjadi iskemi jantung yang
menyebabkan infark
c. Gagal ginjal dapat terjadi karena tekanan progresif akibat tekanan tinggi pada
kapiler glomerulus ginjal. Dengan rusak nya glomerulus, aliran darah ke
nefron akan terganggu dan dapat berlanjut menjadi hipoksik dan kematian
d. Ensefalopati (kerusakan otak) dapat terjadi, terutama pada hipertensi maligna
(hipertensi yang meningkat cepat dan berbahaya). Tekanan yang sangat
tinggi pada kelainan ini menyebabkan tekanan meningkat pada kapiler dan
mendorong cairan ke interstisial diseluruh susunan saraf pusat
e. Kejang dapat terjadi pada wanaita preeklampsia. Bayi yang lahir mungkin
mempunyai berat lahir kecil akibat perfusi plasenta yang tidak adekuat,
kemudian dapat mengalami hipoksia dan asidosis jika ibu mengalami kejang
selama atau sebelum proses persalinan.

9. Penatalakasanaan/Implementasi
Menurut Muttaqin (2012), penatalaksanaan dari hipertensi yaitu :
a. Penatalaksanaan Farmakologis
Apabila penderita hipertensi ringan berada dalam resiko tinggi (pria perokok)
atau bila tekanan darah diastoliknya menetap diatas 85 atau 95 mmHg serta
bila sistolik nya berada diatas 130 atau 139 mmHg, maka perlu dimulai terapi
obat-obatan antihipertensi.
Terapi farmakologis/terapi obat-obatan antihipertensi dapat digunakan sebagai
obat tunggal atau dicampur dengan obat lain. Klasifikasi obat antihipertensi
dibagi menjadi lima kategori yaitu:
1) Diuretik : Chlorthadilon, Hydromox, Lasix, Aldactone, Dyrenium Diuretic
bekerja
2) Melalui berbagai mekanisme mengurangi curah jantung dengan mendorong
ginjal meningkatkan eksresi garam dan airnya.
3) Simpatolitik
Penghambat adrenergic yang bekerja di sentral simpatolitik. Penghambat
adrenergic alfa, dan penghambat neuron adrenergic diklasifikasikan sebagai
penekan simpatelik, atau simpatolitik. Penghambat adrenergic beta yang
telah dibahas sebelumnya juga dianggap sebagai simpatolitik dan
menghambat reseptor beta.
4) Vasodilator arteriol langsung
Vasodilator yang bkerja langsung adalah obat tahap III yang bekerja
dengan merelaksasikan otot-otot polos dari pembuluh darah terutama arteri,
sehingga menyebabkan vasodilatasi. Dengan terjadinya vasodilatasi,
tekanan darah akan turun dan natirum serta air tertahan, sehingga terjadi
edema perifer.
Diuretic dapat diberikan bersama-sama dengan vasodilator yang
bekerja langsung untuk mengurangi edema. Reflex takikardi -disebabkan
oleh vasodilatasi dan menurunnya tekanan darah. Penghambat beta sering
kali diberikan bersama-sama dengan vasodilator untuk menurunkan denyut
jantung, hal ini untuk melawan reflex takikardi. Dua dari vasodilator yang
bekerja langsungm dalah hidralazin dan minoksidil. Obat ini digunakan
untuk pengobatan hipertensi yang sedang dan berat. Nitroprusid dan
diazoksid diresepkan untuk hipertensi akut yang darurat. Kedua obat
terakhir ini merupakan vasodilator kuat yang dengan cepat menurunkan
tekanan darah. Nitroprusid bekerja pad apembuluh darah arteri dan vena.
Sedangkan diazoksid bekrja hanya pada pembuluh arteri.
Efek samping hidralazin cukup banyak, antara lain: takikardi, palpitasi,
edema, kongesti hidung, sakit kepala, pusing, perdarahan saluran cerna,
gejala-gejala sperti lupus, dan geja neurologis (kesemutan, baal).
Minoksidil memiliki efek samping yang serupa, yaitu: takikardi, edema,
dan pertumbuhan rambut yang berlebihan. Dapat menyebabkan serangan
angina. Nitroprusid dan diazoksid dapat menyebabkan reflex takikardi,
palpitasi, kegelisahan, agitasi, mual dan bingung. Hperglikemi dapat timbul
dengan diaziksid karena obat ini menghambat pelepasan insulin dan sel-sel
pankreas.
5.Antagonis angiotensin
Obat dalam golongan ini menghambat enzim pengubah angiotensin (ACE)
yang nantinya akan menghambat pembentukan angiotensin II
(vasokonstriktor) dan eksresi kalium. Jika aldosteron dihambat, natrium
dieksresikan bersama-sama dengan air. Katropril, enalapril, lisinopril
adalah ketiga antagonus angiotensin. Obat-obat ini dapat digunakan pada
klien yang mempunyai kadar renin serum yang tinggi.Efek samping dari
obat-obatan ini adalah mual, muntah, diare, sakit kepala, pusing, letih,
insomnia, kalium serum yang berlebihan (hiperkalemia), dan takikardia.
Akibatnya risiko hiperkalemia obat-obat ini tidak boleh digunakan
bersama-sama diuretic hemat kalsium.

b. Penatalaksanaan Non-Farmakologis
Pentalaksanaan faktor risiko dilakukan dengan cara pengobatan setara non-
farmakologis, antara lain:
1) Pengaturan diet
Berbagai studi menunjukkan bahwa diet dan pola hidup sehat dan/atau
dengan obat-obatan yang menurunkan gejala gagal jantung dan dapat
memperbaiki keadaan hipertrofi ventrikel kiri. Beberapa diet yang dianjurkan
yaitu: diet rendah garam, diet tinggi kalium, diet kaya buah dan sayur, diet
rendah kolesterol

2) Penurunan berat badan


Mengatasi obesitas, pada sebagian orang, dengan cara menurunkan berat
badan mengurangi tekanan darah, kemungkinan dengan mengurangi beban
kerja jantung dan volume sekuncup. Beberapa studi menunjukkan bahwa
obesitas berhubungan dengan kejadian huipertensi dan hipertrofi ventrikel
kiri
3) Olahraga
Olahraga teratur seperti jalan, lari, berenang, bersepeda bermanfaat untuk
menurunka tekanan darah tinggi dan memperbaiki keadaan jantung.
Olahraga teratur selama 30 menit sebanyak 3-4 kali dalam satu minggu
sangat dianjurkan untuk menurunkan tekanan darah tinnggi. Olahraga
meningkatkan kadar HDL, yang dapat mengurangi terbentuknya
arteroklerosis akibat hipertensi

4) Memperbaiki gaya hidup yang kurang sehat


Berhenti merokok dan tidak mengkonsumsi alcohol, penting untuk
mengurangi efek jangka panjang hipertensi karena asap rokok diketahui
menurunkan aliran darah ke berbagai organ dan dapat meningkatkan kerja
jatung.

5) Mengonsumsi Obat Herbal


Dua buah timun dimakan pagi dan sore atau diparut, diperas, diambil airnya
diminum pagi dan sore. Dan satu genggam daun seledri ditumbuk dengan
sedikit air diperas lalu diminum pagi dan sore

10. Pemeriksaan Penunjang


Menurut Bararah & Jauhar (2013) dan Aspiani (2014) :
a. pemeriksaan awal laboratorium meliputi :
1) Urinalisis : protein, leukosit, eritrosit dan silinder
2) hemoglobin/hematokrit
3) Elektrolit darah : kalium
4) Ureum/kreatinin
5) Gula darah puasa
6) Kolesterol total
b. Juga perlu dilakukan pemeriksaan EKG yaitu :
1) Hipertrofi ventrikel kiri
2) Iskemia atau infark miokard
3) Peninggian gelombang P
4) Gangguan konduksi
c. Foto Rontgen
1) Bentuk dan besar jantung Noothing dari tiga pada koarktasi aorta
2) Pembendungan, lebarnya paru
3) Hipertrofi parenkim ginjal
4) Hipertrofi vascular ginjal

11. Asuhan Keperawatan


Proses keperawatan adalah metode sistematik dimana secara langsung perawat
dan klien secara bersamaan menentukan masalah keperawatan sehingga
membutuhkan asuhan keperawatan. Proses asuhan keperawatan mempunyai
beberapa tahapan, yaitu: Pengkajian, Diagnosa Keperawatan, Perencanaan,
Implementasi dan Evaluasi Keperawatan. (Gaffar, 2013).
1. Pengkajian
Pengkajian merupakan langkah awal dari proses keperawatan secara
komprehensif meliputi aspek bio-psiko-sosiokultural. Pada tahap ini semua
data atau informasi tentang klien dikumpulkan melalui wawancara,
pemeriksaan fisik, pemeriksaan laboratorium, dan diagnostik (Gaffar, 2013).
Pengkajian pada klien dengan Hipertensi meliputi:
a. Data Demografi
1) Identitas
Identitas klien mencakup: nama, umur, jenis kelamin, pendidikan,
pekerjaan, suku/ bangsa, agama, status, alamat, tanggal masuk RS,
tanggal pengkajian, diagnosa medik, nomor Rekam Medik
2) Identitas penanggung jawab
Mencakup: nama, umur, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, suku/
bangsa, agama, status, alamat, hubungan dengan klien
3) Riwayat Kesehatan
a) Keluhan Utama
Keluhan utama diperoleh dari data subjektif atau data objektif
yang paling menonjol yang dialami oleh klien. Keluhan utama
pada klien dengan Hipertensi biasanya nyeri kepala dan
tengkukterasa berat, nyeri sering timbul di pagi, siang, dan malam
hari, nyeri yang dirasakan seperti tertimpa benda berat
b) Riwayat Kesehatan Sekarang
Menceritakan kronologis dari keluhan utama yang dikaji dengan
menggunakan pendekatan P, Q, R, S, T, yaitu:
P : Provocative/paliative
Apa yang menjadi pencetus nyeri?
Q : Quality/quantity
Seperti apa nyeri dirasakan? Apa yang menyebabkan nyeri lebih
berat atau lebih ringan? Apakah setelah makan, minum atau
aktivitas?
R : Region/Radiation
Di area mana nyeri dirasakan? Apakah menyebar?
S : Severity/scala
Apakah gejala sudah pada tingkat nyeri berat? nyeri ringan,
sedang atau berat? Apakah mengganggu aktivitas?
T : Time
Kapan pertama kali nyeri dirasakan? Berapa kali frekuensi nyeri
dalam sehari? (Luckman & Sorrensens, 2011 dalam Gaffar, 2013)

c) Riwayat Kesehatan Masa Lalu


Pada kesehatan masa lalu ini dikaji tentang factor resiko penyebab
masalah kesehatan sekarang serta jenis penyakit yang pernah
diderita dimasa lalu. Factor predisposisi yang perlu dikaji
meliputi: penyakit yang sebelumnya pernah diderita, kekambuhan
penyakit, riwayat pembedahan, riwayat alergi makanan,
penggunaan obat-obatan. Tanyakan pula mengenai riwayat
penyakit berat atau menular
d) Riwayat Kesehatan Keluarga
Tahapan ini dikaji tentang penyakit yang pernah diderita oleh
anggota keluarga yang berhubungan dengan penyakit jantung.
Kaji adakah penyakit keturunan dari keluarga. (Luckman &
Sorrensens, 2011 dalam Gaffar, 2013)

4) Data Biologis dan Fisiologis


a) Pola Aktivitas Harian
 Pola Nutrisi
Kaji kebiasaan makan dan minum sebelum dan selama
dirawat di Rumah Sakit, yang meliputi frekuensi makan,
jumlah, jenis makanan, riwayat diit, alergi dan pantangan
makanan. Kebiasaan minum meliputi frekuensi, jumlah,
jenis air, pantangan minum dalam sehari. Apakah ada
perubahan atau keluhan pada makan dan minum akibat
penyakit
 Pola Eliminasi
Eliminasi BAB, kaji mengenai frekuensi, konsistensi,
warna, bau, jumlah dan kelainan eliminasi serta keluhan
yang dirasakan. Eliminasi BAK, kaji tentang frekuensi,
jumlah, warna dan bau serta keluhan yang dirasakan
 Pola Istirahat dan tidur
Gangguan istirahat dan tidur dapat terjadi pada klien
dengan Hipertensi karena adanya peningkatan frekuensi
BAB dan adanya nyeri, dikaji pula kebiasaan dan pola
tidur klien
 Pola Personal Hygiene
Dikaji mengenai kebiasaan mandi, gosok gigi, mencuci
rambut dan menggunting kuku, apakah klien memerlukan
bantuan orang lain atau dapat dilakukan sendiri. Biasanya
ditemukan adanya keterbatasan aktivitas karena
kelemahan sehingga kebersihan diri kurang, misalnya :
keadaan tubuh yang kotor
 Pola Aktivitas dan Latihan
Dikaji apakah aktivitas yang dilakukan klien di rumah dan
di Rumah Sakit dibantu atau secara mandiri. Biasanya
terjadi kesulitan dalam melakukan aktivitas karena
kelemahan dan rasa nyeri yang dirasakan (Luckman &
Sorrensens, 2011 dalam Gaffar 2013).

b) Pemeriksaan Fisik
1) Penampilan Umum
Hasil pengamatan indera perawat secara objektif terhadap
klien sebelum dilakukan pemeriksaan fisik. Keadaan umum
klien dengan Hipertensi biasanya mengalami nyeri, pada
tingkat berat dapat terjadi penurunan kesadaran

2) Pemeriksaan Sistem Tubuh


 Sistem Respirasi
Dikaji dengan cara inspeksi, palpasi, auskultasi dan
perkusi. Hal yang di inspeksi meliputi: frekuensi
pernafasan, bentuk hidung simetris atau tidak, septum nasi
ditengah atau tidak, ada benda asing, kebersihan lubang
hidung, secret hidung (jernih, purulen), peradangan
mukosa hidung, bentuk dada, kesimetrisan pergerakan
dada. Palpasi meliputi, vibrasi dada, ekspansi dada.
Perkusi meliputi, suara paru sonor atau hipersonor.
Auskultasi meliputi, bunyi nafas ada ronkhi atau tidak,
suara paru vesikuler, jenis pernafasan biasanya pernafasan
dada karena nyeri daerah abdomen. Biasanya terjadi
peningkatan frekuensi nafas karena akibat nyeri yang
merangsang sumsum tulang belakang untuk dihantarkan
ke spinal respiratory tractus yang kemudian disampaikan
ke medulla oblongata sebagai pusat pernafasan (Price,
2012 dalam Ardiansyah 2014)
 Sistem Kardiovaskuler
Dikaji mengenai warna mukosa bibir, tidak adanya
peningkatan tekanan vena jugularis, frekuensi dan irama
denyut nadi, tekanan darah, bunyi jantung normal dan
suara tambahan. Biasanya terjadi peningkatan denyut nadi
(takhikardi), akral dingin serta penurunan tekanan darah
(hipotensi) (Brenda and Jacob, 2012 dalam Gustin, 2013)
 Sistem Pencernaan
Dikaji warna konjungtiva, kebersihan mulut, gigi serta
lidah, adanya stomatitis, bau mulut, ada tidaknya
pembesaran tonsil, kesimetrisan uvula, bentuk abdomen,
ada tidaknya nyeri tekan atau lepas di daerah epigastrium,
perkusi abdomen tiap kuadran, dikhawatirkan adanya
massa di abdomen dan akumulasi udara di lambung dan
usus, bising usus dan keadaaan anus(Luckman &
Sorrensen, 2011 dalam Gaffar 2013)
 Sistem Perkemihan
Ada tidaknya nyeri saat berkemih, ada tidaknya
pembengkakan dan nyeri daerah pinggang, palpasi daerah
kandung kencing teraba penuh atau tidak, adakah suara
bruit dan friction rubs
 Sistem Integumen
Pemeriksaan hanya meliputi inspeksi dan palpasi. Kaji
hygiene kulit, kuku dan rambut, struktur dan warna rambut
serta kulit, turgor kulit. Biasanya turgor kulit jelek akibat
dehidrasi dan kulit sekitar anus dan perineum terdapat lesi
atau eritema karena teriritasi oleh feses
 Sistem Endokrin
Kaji adanya pembesaran kelenjar tyroid dan pembesaran
kelenjar getah bening, distribusi bulu rambut,
hiperpigmentasi pada kulit, udema di wajah dan
ekstremitas
 Sistem Muskuloskeletal
Periksa tingkat kekuatan otot dan ekstremitas bawah dan
atas, rentang gerak sendi, biasanya pada klien akan terjadi
kelemahan (Luckman & Sorrensens, 2011 dalam Gaffar,
2013)
 Sistem Neurologis
Pemeriksaan system saraf cranial secara khusus dilakukan
pada klien dengan penyakit persarafan. Pada klien,
pengkajian nervus I sampai XII diperlukan karena pada
klien dengan dehidrasi berat mengalami penurunan
kesadaran sehingga diperlukan penilaian GCS untuk
mengidentifikasi kelainan (Long. C, 2012, dalam Inayah,
2014).

C. Diagnosa Keperawatan
1. Defisiensi pengetahuan berhubungan dengan kurang informasi ditandai dengan
kurang pengetahuan
2. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera biologis
3. Resiko penurunan curah jantung berhubungan dengan faktor resiko perubahan
frekuensi jantung
4. Kelebihan Volume cairan berhubungan dengan retensi natrium dan air
5. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan ketidak seimbangan ventilas
Defisiensi pengetahuan berhubungan dengan kurang informasi ditandai dengan
kurang pengetahuan.

D. Pengkajian Keluarga
1) Data Umum
a. Tinggal di rumah bersama siapa saja?
b. Yang menjadi kepala keluarga suami? Namanya siapa?
c. Pekerjaannya apa?
d. Pendidikan suami apa?
e. Alamat rumah lengkap ?
f. Bisa ceritakan silsilah dari keluarga ibu?
g. Pendapatan di peroleh dari mana saja?
h. Bagaimana dengan pemenuhan hiburan, apakah pergi atau di rumah saja?

2) Riwayat dan Tahap Perkembangan Keluarga


1. Tahap perkembangan keluarga saat ini
a) Sudah mempunyai berapa anak?
b) Lalu usianya berapa ?
2. Tahap perkembangan yang belum terpenuhi
a) Menurut ibu apakah perkembangan anak ibu sudah terpenuhi?
b) Anaknya saat ini sudah bisa apa saja?

3. Riwayat keluarga inti


a) Apakah saat ini keluarga ada yang sakit?
b) Jika ada, sakit apa?
c) Apakah pada keluarga ibu ada riwayat penyakit menular/menurun?
d) Apa yang di lakukan oleh keluarga saat ada yang sakit?

4. Riwayat keluarga sebelumnya


a) Apakah keluarga ibu sebelumnya sudah pernah ada yang dirawat di RS?
b) Apakah di keluarga ibu sudah pernah ada yang menderita penyakit
serius?
c) Jika iya, sakit apa?

3) Pengkajian Lingkungan
1. Karakteristi rumah
a) Kepemilikan rumah: pribadi/ngontrak?
b) Ada berapa jumlah ruangan? Apa saja?
c) Apakah ada tempat pembuangan sampah? Tertutup/terbuka
d) Sumber air yang di gunakan?

4) Karakteristik tetangga dan komunitas RW


a) Bagaimana sifat tetangga?
b) Jarak rumah dengan tetangga?
c) Bagaimana sosialisasi dengan tetangga?
d) Bagaimana kebiasaan warga/tetangga?

5) Mobilitas geografis keluarga?


Apakah keluarga ibu sudah pernah berpindah tempat tinggal?

6) Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat


a) Apakah sering berkumpul dengan keluarga?
b)Jika iya, pada saat apa?
c) Kapan waktunya?
d)Apa kegiatan yang dilakukan saat berkumpul
e) Inetraksi dengan tetangga bagaimana?
f) Kegiatan apa saja yang diikuti dilingkungan sekitar ?

7) System pendukung keluarga


a) Apakah ada fasilitas kesehatan dirumah? (seperti kotak P3K, tempat tidur
nyaman)
b) Layanan kesehatan yang sering digunakan saat ada keluarga yang sakit?
c) Jarak yankes dari rumah?

8) System pendukung keluarga


1. Pola komunikasi keluarga
a) Bagaimana komunikasi antar keluarga?
b) Bahasa yang di gunakan apa ?
c) Apakah saat ada masalah di komunikasikan dengan baik?
2. Struktur kekuatan keluarga
a) Bagaimana cara agar hubungan tetap baik, terutama dalam
penyelesaian masalah?
b) Saat ada masalah yang mengambil keputusan siapa?
3. Struktur peran
a) Peran formal dan informal ibu?
b) Peran formal dan informal suami?
c) Peran formal dan informal anak?

4. Nilai/norma keluarga
a) Nili/ keyakinan apa yang di yakini oleh keluarga terkait dengan
kesehatan?

9) Fungsi Keluarga
1. Fungsi afektif
a) Bagaimana kasih saying antar anggota keluarga?
b) Bagaimana cara mempertahankan kasih sayang tersebut?
2. Fungsi sosialisasi
a) Bagaimana interaksi antar anggota keluarga?
b) Apakah anaknya sering berinteraksi dengan tetangga/teman sebaya?
3. Fungsi perawatan kesehatan?
a) Apakah sering mencari informasi terkait masalah ksesehatan?
b) Apakah saat ada keluarga yang sakit memutuskan untuk membawa ke
laykes?
c) Apakah saat ada anggota keluarga yang sakit di rawat dengan baik?
d) Bagaimana menciptkan lingkungan yang sehat?
4. Fungsi reproduksi
a) Apakah sedang merencanakan untuk mempunyai keturunan?
b) KB yang di gunakan apa saat ini?
5. Fungsi ekonomi
a) Apakah pendapatan yang diperoleh mnecukupi untuk kebutuhan sehari-
hari?
b) Apakah ada dana khusus untuk kesehatan?

10) Stress dan koping keluarga


1. Stressor jangka pendek
c) apakah ada masalah yang sedang di hadapi < 6 bulan ini?
d) Jika iya, masalahnya apa?

2. Stressor jangka pendek


Akhir-akhir ini apakah sedang menghadapi masalah terkait dengan
kesehetan/bukan?
3. Kemampuan keluarga berespon terhadap situasi/stressor?
a) Bagaimana respon keluarga terhadap masalah yang sedang di
hadapi?
b) Apakah penyelesaian masalah dengan cara yang baik/otoriter?
4. Strategi adaptasi fungsional
a) Apakah saat ada masalah di bicarakan dengan baik?
b) Apakah anak diikutsertakan dalam pengambilan keputusan?

11) Harapan Keluarga


Bagaimana harapan keluarga terkait dengan kesehatan?
Nursing Care Planning (NCP)
Rencana Keperawatan
No. Diagnosa Keperawatan
Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi

1. Defisiensi Pengetahuan Label : Defisiensi Pengetahuan


Label: Pengetahuan Penyakit
1. Kaji pengetahuan klien tentang penyakitnya
Definisi : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama
2. Jelaskan tentang proses penyakit (tanda dan
Ketiadaan atau kurangnya informasi 3x24 jam diharapkan pengetahuan klien
gejala),
kognitif yang berkaitan dengan topik bertambah, dengan kriteria hasil :
3. Identifikasi kemungkinan penyebab
tertentu.
4. Jelaskan kondisi tentangklien
No. Kriteria Hasil A T 5. Jelaskan tentang program pengobatan dan
Batasan Karakteristik:
1. Faktor resiko 3 5 alternatif pengobatan
1. Ketidakakuratan melakukan tes 2. Tanda dan gejala penyakit 3 5 6. Diskusikan perubahan gaya hidup yang
2. Ketidakakuratan mengikuti perintah 3. Proses perjalanan penyakit 3 5 mungkin digunakan untuk  mencegah
3. Kurang pengetahuan Strategi untuk komplikasi
4. Perilaku tidak tepat (mis : histeria, 4. meminimalkan 3 5 7. Instruksikan kapan harus ke pelayanan
bermusuhan, agitasi, apatis) perkembangan penyakit kesehatan
Tanda dan gejala 8. Tanyakan kembali pengetahuan klien
5. 3 5
Faktor yang Berhubungan: komplikasi penyakit tentang penyakit, prosedur perawatan dan
pengobatan
1. Gangguan fungsi kognitif
2. Gangguan memori
3. Kurang informasi
4. Kurang minat untuk belajar
Skala Indikator :
5. Kurang sumber pengetahuan
6. Salah pengertian terhadap orang 1. Tidak ada pengetahuan

lain. 2. Pengetahuan terbatas


3. Pengetahuan sedang
4. Pengetahuan banyak
5. Pengetahuan sangat banyak
2. Nyeri Akut Label : Pain Level Label : Manajemen Nyeri

Definisi : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1. Lakukan pengkajian nyeri komprehensif
pengalaman sensori dan emosional 3x24 jam diharapkan nyeri yang dirasakan yang meliputi
tidak menyenangkan yang muncul klien berkurang, dengan kriteria hasil : lokasi,karakteristik,onset/durasi,frekuensi,k
akibat kerusakan jaringan aktual atau Kriteria Hasil A T ualitas,intensitas atau beratnya nyeri dan
potensial atau yang digambarkan Nyeri yang dilaporkan 3 5 faktor pencetus
sebagai kerusakan (international Panjangnya episode nyeri 3 5 2. Observasi adanya petunjuk nonverbal
Association for the study of pain) ; Mengerang dan menangis 3 5 mengenai ketidaknyamanan terutama pada
aitan yang tiba-tiba atau lambat dari Ekpresi nyeri wajah 3 5 mereka yang tidak dapat berkomunikasi
intensiatas rinan hingga berat dengan Mengerinyit 3 5 secara efektif
akhir yang dapat diantisipasi atau 3. Pastikan perawatan analgesik bagi pasien
diprediksi. Skala Indikator : dilakukan dengan pemantauan yang ketat
4. Gunakan strategi komunikasi terapeutik
Batasan Karakteristik : 1. Berat untuk mengetahui pengalaman nyeri dan
a. Bukti nyeri dengan menggunakan 2. Cukup Berat sampaikan penerimaan pasien terhadap
standar daftar periksa nyeri untuk 3. Sedang nyeri
pasien yang tidak dapat 4. Ringan 5. Tentukan akibat dari pengalaman nyeri
menggungkapkannya (mis : Neonatal 5. Tidak Ada terhadap respon nyeri
Infant Pain Scale, Pain Assessment 6. Gali bersama pasien faktor-faktor yang
Cheklist for senior with limited dapat menurunkan atau memperberat nyeri
ability to communicate) 7. Evaluasi pengalaman nyeri di masa lalu
b. Diaforesis yang meliputi riwayat nyeri kronik individu
c. Diatasi pupil atau keluarga atau nyeri yang menyebabkan
d. Ekspresi wajah nyeri (mis : mata disability
kurang bercahaya,tampak ketidakmampuan/kecatatan,dengan tepat
kacau,gerakan mata dengan
berpencar atau tetap pada satu fokus,
meringis)
e. Fokus menyempit (mis : persepsi
waktu,proses berpikir,interaksi
dengan orang dan lingkungan)
f. Fokus pada diri sendiri
g. Keluhan tentang intensitas
menggunakan standar skala nyeri
h. Keluhan tentang karakteristik nyeri
dengan mengunakan standar
instrument nyeri
i. Laporan tentang perilaku
nyeri/perubahan aktivitas
j. Mengekpresikan perilaku (mis :
gelisah,merengek,menangis,waspada)
k. Perilaku distraksi
l. Perubahan pada parameter fisiologis
m. Perubahan posisi untuk menghindari
nyeri
n. Perubahan selera makan
o. Putus asa
p. Sikap melindungi area nyeri
q. Sikap tubuh melindungi
3. Resiko Penurunan Curah Jantung Label : Status Sirkulasi Label : Vital Sign Monitoring

Definisi : ketidakadekuatan darah yang Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1. Monitor TD, nadi, suhu, dan RR
dipompa oleh jantung untuk memenuhi 3x24 jam diharapkan pasien menunjukkan 2. Catat adanya fluktuasi tekanan darah
kebutuhan metabolic status sirkulasi yang baik/normal, dengan 3. Monitor TD, nadi, RR, sebelum, selama,
kriteria hasil :
Kriteria Hasil A T dan setelah aktivitas
Batasan Karakteristik : Tekanan darah sistol 3 5 4. Monitor jumlah dan irama jantung
Perubahan frekuensi/irama jantung Tekanan darah diastole 3 5 5. Monitor bunyi jantung
1. Bradikardia Tekanan nadi 3 5 6. Monitor frekuensi dan irama pernapasan
2. Palpatasi jantung Edema perifer 3 5 7. Monitor suara paru
3. Perubahan EKG Kelelahan 3 5 8. Monitor sianosis perifer
4. Takikardia Wajah pucat 3 5 9. Identifikasi penyebab dari perubahan vital
Perubahan preload sign
1. Distensi vena jugular
Skala Indikator :
2. Edema
3. Keletihan 1. Berat
4. Murmur jantung 2. Cukup
5. Peningkatan berat badan 3. Sedang
6. Peningkatan CVP 4. Ringan
7. Peningkatan PAWP 5. Tidak ada
8. Penurunan pulmonary artery wedge
preasuere (PAWP)
9. Penurunan tekanan vena Central
CVP

Perubahan afterload
1. Dispnea
2. Kulit lembap
3. Oliguria
4. Pengisian kapiler memanjang
5. Peningkatan PVR
6. Peningkatan SVR
7. Penurunan nadi perifer
8. Penurunan resistansi vaskuler paru
9. Penurunan resistansi vaskuler
sistemik
10. Perubahan tekanan darah
11. Perubahan warna kulit
12. Batuk
13. Bunyi napas tambahan
14. Bunyi S3
15. Bunyi S4
16. Ortopnea
17. Penurunan fraksi ejeksi
18. Penurunan indeks jantung

Perilaku/ emosi
1. Ansietas
2. Gelisah

Faktor yang Berhubungan:


1. Perubahan afterload
2. Perubahan frekuensi jantung
3. Perubahan irama jantung
4. Perubahan kontraktilitas
5. Perubahan preload
6. Perubahan volume sekun cup
4. Kelebihan Volume Cairan Label : Keseimbangan Cairan Label : Manajemen Cairan

Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 1. Memonitor hasil pemeriksaan


Definisi: Retensi cairan isotonik 3x24 jam, diharapkan keseimbangan cairan Laboratorium yang berkaitan dengan
pada klien teratasi, dengan kriteria hasil :
meningkat keseimbangan cairan.
No. Indikator A T 2. Memonitor hasil pemeriksaan laboratorium
1. Terbebas dari distensi 3 5 yang berkaitan dengan retensi cairan.
Batasan Karakteristik : 3. Monitor tanda dan gejala retensi cairan dan
vena jugularis
1. Berat badan meningkat pada waktu 2. TTV normal 3 5 ketidakseimbangan elektrolit

yang singkat 3. Mengetahui indikator 3 5 4. Monitor tanda vital

2. Asupan berlebihan dibanding output kelebihan volume cairan 5. Monitor respon pasien dalam pemberian

3. Tekanan darah berubah, tekanan


arteri pulmonalis berubah, medikasi terkait elektrolit
peningkatan CVP
4. Distensi vena jugularis
5. Perubahan pada pola nafas,
dyspnoe/sesak nafas,
orthopnoe, Skala Indikator :
suara nafas abnormal (Rales atau
1. Tidak pernah menunjukkan
crakles), kongestikemacetan paru,
2. Jarang menunjukkan
pleural effusion
3. Kadang-kadang menunjukkan
6. Hb dan hematokrit menurun,
4. Sering menunjukkan
perubahan elektrolit, khususnya
5. Secara konsisten menunjukkan
perubahan berat jenis
7. Suara jantung SIII
8. Reflek hepatojugular positif
9. Oliguria, azotemia
10. Perubahan status mental,
kegelisahan, kecemasan

Faktor yang Berhubungan :

1. Mekanisme pengaturan melemah


2. Asupan cairan berlebihan
3. Asupan natrium berlebihan
5. Ketidakefektifan Pola Nafas Label : Status Pernafasan Label : Manajemen Pernafasan

Definisi : Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 1. Posisikan pasien semi fowler
3x24 jam, diharapkan pola nafas klien kembali 2. Monitor pernapasan dan status oksigen
Pertukaran udara inspirasi dan/atau
normal, dengan kriteria hasil :
ekspirasi tidak adekuat yang sesuai
No. Indikator A T 3. Monitor kecepatan, ritme, kedalaman dan
1. Mampu bernafas dengan 3 5 usaha pasien saat bernafas
Batasan Karakteristik: mudah 4. Catat pergerakan dada, simetris atau tidak,

1. Penurunan tekanan 2. Tidak ada sumbatan jalan 3 5 menggunakan otot bantu pernafasan

inspirasi/ekspirasi nafas 5. Monitor suara nafas seperti snoring

2. Penurunan pertukaran udara per 3. Tidak ada suara nafas 3 5 6. Monitor pola nafas: bradypnea, tachypnea,

menit abnormal hiperventilasi, dll.

3. Menggunakan otot pernafasan


tambahan
Skala Indikator :
4. Nasal flaring
1. Tidak pernah menunjukkan
5. Dyspnea
2. Jarang menunjukkan
6. Orthopnea
3. Kadang-kadang menunjukkan
7. Perubahan penyimpangan dada
4. Sering menunjukkan
8. Nafas pendek
5. Secara konsisten menunjukkan
9. Assumption of 3-point position
10. Pernafasan pursed-lip

11. Tahap ekspirasi berlangsung sangat


lama
12. Peningkatan diameter anterior-
posterior
13. Pernafasan rata-rata/minimal
Bayi : < 25 atau > 60
Usia 1-4 : < 20 atau > 30
Usia 5-14 : < 14 atau > 25
Usia > 14 : < 11 atau > 24
14. Kedalaman pernafasan
15. Dewasa volume tidalnya 500 ml
saat istirahat
16. Bayi volume tidalnya 6-8 ml/Kg
17. Timing rasio
18. Penurunan kapasitas vital

Faktor yang Berhubungan :

Hiperventilasi
1. Deformitas tulang
2. Kelainan bentuk dinding dada
3. Penurunan energi/kelelahan
4. Perusakan/pelemahan muskulo-skeletal
5. Obesitas
6. Posisi tubuh
7. Kelelahan otot pernafasan
8. Hipoventilasi sindrom
9. Nyeri
10. Kecemasan
11. Disfungsi Neuromuskuler
12. Kerusakan persepsi/kognitif
13. Perlukaan pada jaringan syaraf tulang
belakang
Imaturitas Neurologi
DAFTAR PUSTAKA

Carpenito, L.J. 2003. Rencana Asuhan & Dokumentasi Keperawatan. Jakarta : EGC.

Corwin, E. 2009. Buku Saku Patofisiologi. Edisi 3 Revisi. Jakarta : EGC.

Johnson, M. et all. 2000. Nursing Outcomes Classification (NOC) Second Edition.


New Jersey : Upper Saddle River.
Muttaqin, Arif. 2008. Asuhan Keperawatan Klien dengan
GangguanSistem
Persarafan. Jakarta : Salemba Medika.
Santosa, Budi. 2007. Panduan Diagnosa Keperawatan NANDA 2005-
2006. Jakarta :
Prima Medika.
Smeltzer, dkk. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner &
Suddarth.
Edisi 8 Vol. 2. Alih bahasa H. Y Kuncara, Andry Hartono, Monica Ester,
Yasmin Asih. Jakarta : EGC.
Tim SAK Ruang Rawat Inap RSUD Wates. 2006. Standar Asuhan Keperawatan
Penyakit Saraf. Yogyakarta : RSUD Wates Kabupaten Kulonprogo.

Anda mungkin juga menyukai