LP - KELUARGA - HIPERTENSI - FIX Endang
LP - KELUARGA - HIPERTENSI - FIX Endang
KEPERAWATAN KELUARGA
HIPERTENSI
DISUSUN OLEH :
Endang Kartasari
22226046
Dosen Pembimbing :
1. Ir. M. Djakfar Abdullah, M.Si
2. Yudi Abdul Majid, S.Kep.,Ns.,M.Kep
2. Fungsi Keluarga
Keluarga mempunyai 5 fungsi menurut Friedman M.M et al.,
(2010) yaitu:
a. Fungsi Afektif
Fungsi afektif berhubungan erat dengan fungsi internal keluarga yang
merupakan basis kekuatan keluarga. Fungsi afektif berguna untuk
pemenuhan kebutuhan psikososial. Keberhasilan fungsi afektif tampak
pada kebahagiaan dan kegembiraan dari seluruh anggota keluarga.
Komponen yang perlu dipenuhi oleh keluarga dalam melaksanakan
fungsi afektif adalah :
1) Saling mengasuh yaitu memberikan cinta kasih, kehangatan, saling
menerima, saling mendukung antar anggota keluarga
2) Saling menghargai, bila anggota keluarga saling menghargai dan
mengakui keberadaan dan hak setiap anggota keluarga serta selalu
mempertahankan iklim positif maka fungsi afektif akan tercapai
3) Ikatan dan identifikasi ikatan keluarga di mulai sejak pasangan
sepakat memulai hidup baru
b. Fungsi Sosialisasi
Sosialisasi di mulai sejak manusia lahir. Keluarga merupakan tempat
individu untuk belajar bersosialisasi, misalnya anak yang baru lahir dia
akan menatap ayah, ibu dan orang-orang yang ada disekitarnya. Dalam
hal ini keluarga dapat Membina hubungan sosial pada anak,
Membentuk norma-norma tingkah laku sesuai dengan tingkat
perkembangan anak, dan Menaruh nilai-nilai budaya keluarga
c. Fungsi Reproduksi
Fungsi reproduksi untuk meneruskan keturunan dan menambah
sumber daya manusia. Maka dengan ikatan suatu perkawinan yang
sah, selain untuk memenuhi kebutuhan biologis pada pasangan tujuan
untuk membentuk keluarga adalah meneruskan keturunan
d. Fungsi Ekonomi
Merupakan fungsi keluarga untuk memenuhi kebutuhan seluruh
anggota keluarga seperti memenuhi kebutuhan makan, pakaian, dan
tempat tinggal
e. Fungsi Perawatan Kesehatan
Keluarga juga berperan untuk melaksanakan praktik asuhan
keperawatan, yaitu untuk mencegah gangguan kesehatan atau merawat
anggota keluarga yang sakit. Keluarga yang dapat melaksanakan tugas
kesehatan berarti sanggup menyelesaikan masalah kesehatan.
B. Konsep Hipertensi
1. Definisi Hipertensi
Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah suatu peningkatan
abnormal tekanan darah dalam pembuluh darah arteri secara terus menerus
lebih dari suatu periode. Hal ini terjadi bila arteriole-arteriole konstriksi.
Kontriksi arteriole membuat darah sulit mengalir dan meningkatkan
tekanan melawan dinding arteri (Udjianti WJ, 2011). Hipertensi adalah
suatu keadaan dimana seseorang mengalami peningkatan tekanan darah
diatas normal yang mengakibatkan peningkatan angka kesakitan
(morbiditas) dan angka kematian/mortalitas. Peningkatan tekanan darah
yang berlangsung dalam jangka waktu lama (persisten) (Triyanto, 2014).
Hipertensi merupakan suatu keadaan yang menyebabkan tekanan
darah tinggi secara terus-menerus dimana tekanan sistolik lebih dari 140
mmHg, tekanan diastolik 90 mmHg atau lebih. Hipertensi atau penyakit
darah tinggi merupakan suatu keadaan peredaran darah meningkat secara
kronis. Hal ini terjadi karena jantung bekerja lebih cepat memompa darah
untuk memenuhi kebutuhan oksigen dan nutrisi di dalam tubuh (Koes
Irianto, 2014).
2. Etiologi
Menurut WHO (2014), faktor resiko hipertensi adalah umur, jenis
kelamin, riwayat keluarga, genetik (faktor resiko yang tidak dapat
diubah/dikontrol), kebiasaan merokok, konsumsi garam, konsumsi lemak
jenuh, kebiasaan konsumsi minum-minuman beralkohol, obesitas, kurang
aktifitas fisik, stress. Penyebab Hipertensi dapat dikelompokkan menjadi
dua yaitu :
a. Hipertensi primer atau esensial
Hipertensi primer artinya hipertensi yang belum diketahui penyebab
dengan jelas. Berbagai faktor diduga turut berperan sebagai penyebab
hipertensi primer, seperti bertambahnya usia, stres psikologis, pola
konsumsi yang tidak sehat, dan heraditas (keturunan). Sekitar 90%
pasien hipertensi diperkirakan termasuk dalam kategori ini. Faktor-
faktor lain yang dapat dimasukkan dalam penyebab hipertensi jenis ini
adalah lingkungan, kelainan metabolisme, intra seluler, dan faktor-
faktor ynag meningkatkan resikonya seperti obesitas, merokok,
konsumsi alkohol, dan kelainan darah
b. Hipertensi sekunder
Hipertensi sekunder yang penyebabnya sudah diketahui, umumnya
berupa penyakit atau kerusakan organ yang berhubungan dengan
gangguan hormonal, penyakit diabetes, jantung, ginjal, penyakit
pembuluh darah atau berhubungan dengan kehamilan, berhubungan
dengan cairan tubuh, misalnya ginjal yang tidak berfungsi, pemakaian
kontrasepsi oral, dan terganggunya keseimbangan hormon yang
merupakan faktor pengatur tekanan darah. Dapat juga disebabkan oleh
penyakit ginjal, penyakit endokrin, dan penyakit jantung. Pada 5-10%
kasus sisanya, penyebab khususnya sudah diketahui, yaitu gangguan
hormonal, penyakit diabetes, jantung, ginjal, penyakit pembuluh darah
atau berhubungan dengan kehamilan. Kasus yang sering terjadi adalah
karena tumor kelenjar adrenal.
5. Anatomi Fisiologi
Anatomi Jantung
1) Jantung
Jantung merupakan sebuah organ yang terdiri dari otot. Otot
jantung merupakan jaringan istimewa karena di lihat dari bentuk
dan susunanya sama dengan otot lintang, tetapi cara kerjanya sama
otot polos yaitu di luar kemauan kita ( dipengaruhi oleh susunan
saraf otonom). Bentuk jantung menyerupai jantung pisang, bagian
atasnya tumpul (pangkal jantung) dan di sebut basis kordis. Di
sebelah bawah agak runcing yang disebut apeks kordis.
Letak jantung di dalam rongga dada sebelah depan (kavum
mediastinum anterior), sebelah kiri bawah dari pertengahan rongga
dada, diatas diafragma, dan pangkalnya terdapat di belakang kiri
antara kosta V dan VI dua jari di bawah papilla mamae. Pada
tempat ini teraba adanya jantung yang di sebut iktus kordis.
Ukuran jantung kurang lebih sebesar genggaman tangan kanan dan
beratnya kira – kira 250 – 300 gram.
2) Lapisan jantung
a) Perikardium (Epikardium) adalah suatu membran tipis di
bagian luar yang membungkus jantung.
b) Endokardium merupakan lapisan jantung yang terdapat di
sebelah dalam sekali yang terdiri dari jaringan endotel atau
selaput lender yang melapisi rongga endotel atau selaput lender
yang melapisi permukaan rongga jantung.
c) Miokardium merupakan lapisan inti dari jantung terdiri dari
otot – otot jantung, otot jantung ini membentk bundalan –
bundalan otot.
4) Pembuluh darah
a) pembuluh darah arteri
b) Arteri merupakan Jenis pembuluh darah yang keluar dari
jantung yang membawa darah ke seluruh dari ventrikel sinistra
di sebut aorta. Arteri membawa darah mengandung oksigen,
jauh dari jantung, kecuali arteri pulmonalis. Arteri sebagian
besar sangat terletak di tubuh berdinding tebal, tinggi berotot
kecuali arteri tengkorak dan tulang punggung. Arteri
kemerahan dalam warna ini menunjukkan gerakan spurty darah
memberikan denyut nadi, darah di arteri bergerak dengan
tekanan. Jika dinding arteri terluka, darah keluar seperti ‘air
mancur’ di daerah besar di sekitar arteri.
c) Kapiler
Kapiler adalah pembuluh darah yang sangat kecil teraba dari
cabang terhalus dari arteri sehingga tidak tampak kecuali dari
bawah mikroskop. Kapiler pembentuk anyaman di seluruh
jaringan tubuh. Kapiler selanjutnya bertemu satu dengan yang
lain menjadi darah yang lebih besar disebut vena.
d) Vena (pembuluh darah balik)
Vena membawa darah terdeoksigenasi, ke jantung kecuali vena
paru, vena adalah berdinding tipis, memiliki lumen lebar, katup
yang hadir yang memberikan arus searah darah, vena berwarna
kebiruan, ini menunjukkan gerakan lamban darah. Darah dalam
pembuluh darah bergerak di bawah tekanan yang sangat
rendah, jika dinding vena terluka, darah yang keluar,
mengumpulkan di tempat di daerah kecil di sekitar vena.
Vena membawa darah kotor kembali ke jantung beberapa vena
yang penting :
a) Vena cava superior: Vena balik yang memasuki atrium
kanan membawa darah kotor dari daerah kepala, thorax
dan ektremitas atas.
b) Vena cava inferor: Vena yang mengembalikan darah kotor
ke jantung dari semua organ tubuh bagian bawah.
c) Vena cava jugularis: Vena yang mengembalikan darah
kotor dari otak ke jantung.
Fisiologi Jantung
Adapun fisilogi atau cara kerja jantung yaitu sebagai berikut :
1) Darah di atrium kanan memasuki ventrikel kanan melalui katup
trikuspid
2) Ini mengalir ke paru-paru melalui arteri pulmonalis
3) Darah melakukan perjalanan ke atrium kiri melalui vena
pulmonalis. Vena membawa darah yang kaya oksigen ke atrium
kiri
4) Ini kemudian harus mengalir melalui katup mitral untuk mencapai
ventrikel kiri
5) Melalui katup aorta semilunar, darah dipompa ke aorta. Garpu
aorta dan darah mengambil jalan untuk melakukan perjalanan ke
organ-organ bagian atas dan tubuh bagian bawah
6) Arteri, arteriol dan kapiler membentuk jaringan untuk aliran darah
ke setiap sel tubuh kita
7) Beberapa bagian dari darah masuk ke ginjal. Mereka menyaring
limbah dari darah sebelum darah dalam perjalanan kembali ke
jantung
8) Vena kava inferior dan superior merupakan pembawa darah
terdeoksigenasi kembali ke atrium kiri.
HIPERTENSI Peningkatan
norepinefrin
Vasokontriksi
pembuluh darah
Angiotensin I
Iskemia miokard Peningkatan Pada otak Pada ginjal
afterload
Angiotensi II
Metabolisme anerob Peningkatan TIK Kerusakan
Peningkatan kapiler
Sekresi aldesteron afterload lama gramerulus
Penimbunan asam
laktat Penurunan
Hipertropi perfusi serebral
Transudasi cairan pentrikel kiri
Penurunan PH Darah ke unit
Edema Ketidak
Peningkatan fungsional ginjal
efektifan
kebutuhan O2 perfusi
jaringan Gangguan fungsi
Kelebihan
Menstimulasi khemoreseptor serebral nefron
volume cairan
reseptor nyeri
(bradikin in /
Nyeri prostaglandin Medula oblongata Rupture utama
pembuluh darah otak
afferen
Pusing/gelisah Infark serebral (strok)
Peningkatan
Merangsang Medulla spinalis ventilasi
epinefrin Resiko penurunan
curah jantung
Thalamus dispnea
Istirahat dan tidur
terganggu Sekresi yang Defisiensi
Kortek serebri Ketidak efektifan tertahan pengetahuan
Gangguan Pola Tidur pola nafas
Ketidak efektifan
Nyeri akut Bersihan Jalan
Nafas
9. Penatalakasanaan/Implementasi
Menurut Muttaqin (2012), penatalaksanaan dari hipertensi yaitu :
a. Penatalaksanaan Farmakologis
Apabila penderita hipertensi ringan berada dalam resiko tinggi (pria perokok)
atau bila tekanan darah diastoliknya menetap diatas 85 atau 95 mmHg serta
bila sistolik nya berada diatas 130 atau 139 mmHg, maka perlu dimulai terapi
obat-obatan antihipertensi.
Terapi farmakologis/terapi obat-obatan antihipertensi dapat digunakan sebagai
obat tunggal atau dicampur dengan obat lain. Klasifikasi obat antihipertensi
dibagi menjadi lima kategori yaitu:
1) Diuretik : Chlorthadilon, Hydromox, Lasix, Aldactone, Dyrenium Diuretic
bekerja
2) Melalui berbagai mekanisme mengurangi curah jantung dengan mendorong
ginjal meningkatkan eksresi garam dan airnya.
3) Simpatolitik
Penghambat adrenergic yang bekerja di sentral simpatolitik. Penghambat
adrenergic alfa, dan penghambat neuron adrenergic diklasifikasikan sebagai
penekan simpatelik, atau simpatolitik. Penghambat adrenergic beta yang
telah dibahas sebelumnya juga dianggap sebagai simpatolitik dan
menghambat reseptor beta.
4) Vasodilator arteriol langsung
Vasodilator yang bkerja langsung adalah obat tahap III yang bekerja
dengan merelaksasikan otot-otot polos dari pembuluh darah terutama arteri,
sehingga menyebabkan vasodilatasi. Dengan terjadinya vasodilatasi,
tekanan darah akan turun dan natirum serta air tertahan, sehingga terjadi
edema perifer.
Diuretic dapat diberikan bersama-sama dengan vasodilator yang
bekerja langsung untuk mengurangi edema. Reflex takikardi -disebabkan
oleh vasodilatasi dan menurunnya tekanan darah. Penghambat beta sering
kali diberikan bersama-sama dengan vasodilator untuk menurunkan denyut
jantung, hal ini untuk melawan reflex takikardi. Dua dari vasodilator yang
bekerja langsungm dalah hidralazin dan minoksidil. Obat ini digunakan
untuk pengobatan hipertensi yang sedang dan berat. Nitroprusid dan
diazoksid diresepkan untuk hipertensi akut yang darurat. Kedua obat
terakhir ini merupakan vasodilator kuat yang dengan cepat menurunkan
tekanan darah. Nitroprusid bekerja pad apembuluh darah arteri dan vena.
Sedangkan diazoksid bekrja hanya pada pembuluh arteri.
Efek samping hidralazin cukup banyak, antara lain: takikardi, palpitasi,
edema, kongesti hidung, sakit kepala, pusing, perdarahan saluran cerna,
gejala-gejala sperti lupus, dan geja neurologis (kesemutan, baal).
Minoksidil memiliki efek samping yang serupa, yaitu: takikardi, edema,
dan pertumbuhan rambut yang berlebihan. Dapat menyebabkan serangan
angina. Nitroprusid dan diazoksid dapat menyebabkan reflex takikardi,
palpitasi, kegelisahan, agitasi, mual dan bingung. Hperglikemi dapat timbul
dengan diaziksid karena obat ini menghambat pelepasan insulin dan sel-sel
pankreas.
5.Antagonis angiotensin
Obat dalam golongan ini menghambat enzim pengubah angiotensin (ACE)
yang nantinya akan menghambat pembentukan angiotensin II
(vasokonstriktor) dan eksresi kalium. Jika aldosteron dihambat, natrium
dieksresikan bersama-sama dengan air. Katropril, enalapril, lisinopril
adalah ketiga antagonus angiotensin. Obat-obat ini dapat digunakan pada
klien yang mempunyai kadar renin serum yang tinggi.Efek samping dari
obat-obatan ini adalah mual, muntah, diare, sakit kepala, pusing, letih,
insomnia, kalium serum yang berlebihan (hiperkalemia), dan takikardia.
Akibatnya risiko hiperkalemia obat-obat ini tidak boleh digunakan
bersama-sama diuretic hemat kalsium.
b. Penatalaksanaan Non-Farmakologis
Pentalaksanaan faktor risiko dilakukan dengan cara pengobatan setara non-
farmakologis, antara lain:
1) Pengaturan diet
Berbagai studi menunjukkan bahwa diet dan pola hidup sehat dan/atau
dengan obat-obatan yang menurunkan gejala gagal jantung dan dapat
memperbaiki keadaan hipertrofi ventrikel kiri. Beberapa diet yang dianjurkan
yaitu: diet rendah garam, diet tinggi kalium, diet kaya buah dan sayur, diet
rendah kolesterol
b) Pemeriksaan Fisik
1) Penampilan Umum
Hasil pengamatan indera perawat secara objektif terhadap
klien sebelum dilakukan pemeriksaan fisik. Keadaan umum
klien dengan Hipertensi biasanya mengalami nyeri, pada
tingkat berat dapat terjadi penurunan kesadaran
C. Diagnosa Keperawatan
1. Defisiensi pengetahuan berhubungan dengan kurang informasi ditandai dengan
kurang pengetahuan
2. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera biologis
3. Resiko penurunan curah jantung berhubungan dengan faktor resiko perubahan
frekuensi jantung
4. Kelebihan Volume cairan berhubungan dengan retensi natrium dan air
5. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan ketidak seimbangan ventilas
Defisiensi pengetahuan berhubungan dengan kurang informasi ditandai dengan
kurang pengetahuan.
D. Pengkajian Keluarga
1) Data Umum
a. Tinggal di rumah bersama siapa saja?
b. Yang menjadi kepala keluarga suami? Namanya siapa?
c. Pekerjaannya apa?
d. Pendidikan suami apa?
e. Alamat rumah lengkap ?
f. Bisa ceritakan silsilah dari keluarga ibu?
g. Pendapatan di peroleh dari mana saja?
h. Bagaimana dengan pemenuhan hiburan, apakah pergi atau di rumah saja?
3) Pengkajian Lingkungan
1. Karakteristi rumah
a) Kepemilikan rumah: pribadi/ngontrak?
b) Ada berapa jumlah ruangan? Apa saja?
c) Apakah ada tempat pembuangan sampah? Tertutup/terbuka
d) Sumber air yang di gunakan?
4. Nilai/norma keluarga
a) Nili/ keyakinan apa yang di yakini oleh keluarga terkait dengan
kesehatan?
9) Fungsi Keluarga
1. Fungsi afektif
a) Bagaimana kasih saying antar anggota keluarga?
b) Bagaimana cara mempertahankan kasih sayang tersebut?
2. Fungsi sosialisasi
a) Bagaimana interaksi antar anggota keluarga?
b) Apakah anaknya sering berinteraksi dengan tetangga/teman sebaya?
3. Fungsi perawatan kesehatan?
a) Apakah sering mencari informasi terkait masalah ksesehatan?
b) Apakah saat ada keluarga yang sakit memutuskan untuk membawa ke
laykes?
c) Apakah saat ada anggota keluarga yang sakit di rawat dengan baik?
d) Bagaimana menciptkan lingkungan yang sehat?
4. Fungsi reproduksi
a) Apakah sedang merencanakan untuk mempunyai keturunan?
b) KB yang di gunakan apa saat ini?
5. Fungsi ekonomi
a) Apakah pendapatan yang diperoleh mnecukupi untuk kebutuhan sehari-
hari?
b) Apakah ada dana khusus untuk kesehatan?
Definisi : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1. Lakukan pengkajian nyeri komprehensif
pengalaman sensori dan emosional 3x24 jam diharapkan nyeri yang dirasakan yang meliputi
tidak menyenangkan yang muncul klien berkurang, dengan kriteria hasil : lokasi,karakteristik,onset/durasi,frekuensi,k
akibat kerusakan jaringan aktual atau Kriteria Hasil A T ualitas,intensitas atau beratnya nyeri dan
potensial atau yang digambarkan Nyeri yang dilaporkan 3 5 faktor pencetus
sebagai kerusakan (international Panjangnya episode nyeri 3 5 2. Observasi adanya petunjuk nonverbal
Association for the study of pain) ; Mengerang dan menangis 3 5 mengenai ketidaknyamanan terutama pada
aitan yang tiba-tiba atau lambat dari Ekpresi nyeri wajah 3 5 mereka yang tidak dapat berkomunikasi
intensiatas rinan hingga berat dengan Mengerinyit 3 5 secara efektif
akhir yang dapat diantisipasi atau 3. Pastikan perawatan analgesik bagi pasien
diprediksi. Skala Indikator : dilakukan dengan pemantauan yang ketat
4. Gunakan strategi komunikasi terapeutik
Batasan Karakteristik : 1. Berat untuk mengetahui pengalaman nyeri dan
a. Bukti nyeri dengan menggunakan 2. Cukup Berat sampaikan penerimaan pasien terhadap
standar daftar periksa nyeri untuk 3. Sedang nyeri
pasien yang tidak dapat 4. Ringan 5. Tentukan akibat dari pengalaman nyeri
menggungkapkannya (mis : Neonatal 5. Tidak Ada terhadap respon nyeri
Infant Pain Scale, Pain Assessment 6. Gali bersama pasien faktor-faktor yang
Cheklist for senior with limited dapat menurunkan atau memperberat nyeri
ability to communicate) 7. Evaluasi pengalaman nyeri di masa lalu
b. Diaforesis yang meliputi riwayat nyeri kronik individu
c. Diatasi pupil atau keluarga atau nyeri yang menyebabkan
d. Ekspresi wajah nyeri (mis : mata disability
kurang bercahaya,tampak ketidakmampuan/kecatatan,dengan tepat
kacau,gerakan mata dengan
berpencar atau tetap pada satu fokus,
meringis)
e. Fokus menyempit (mis : persepsi
waktu,proses berpikir,interaksi
dengan orang dan lingkungan)
f. Fokus pada diri sendiri
g. Keluhan tentang intensitas
menggunakan standar skala nyeri
h. Keluhan tentang karakteristik nyeri
dengan mengunakan standar
instrument nyeri
i. Laporan tentang perilaku
nyeri/perubahan aktivitas
j. Mengekpresikan perilaku (mis :
gelisah,merengek,menangis,waspada)
k. Perilaku distraksi
l. Perubahan pada parameter fisiologis
m. Perubahan posisi untuk menghindari
nyeri
n. Perubahan selera makan
o. Putus asa
p. Sikap melindungi area nyeri
q. Sikap tubuh melindungi
3. Resiko Penurunan Curah Jantung Label : Status Sirkulasi Label : Vital Sign Monitoring
Definisi : ketidakadekuatan darah yang Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1. Monitor TD, nadi, suhu, dan RR
dipompa oleh jantung untuk memenuhi 3x24 jam diharapkan pasien menunjukkan 2. Catat adanya fluktuasi tekanan darah
kebutuhan metabolic status sirkulasi yang baik/normal, dengan 3. Monitor TD, nadi, RR, sebelum, selama,
kriteria hasil :
Kriteria Hasil A T dan setelah aktivitas
Batasan Karakteristik : Tekanan darah sistol 3 5 4. Monitor jumlah dan irama jantung
Perubahan frekuensi/irama jantung Tekanan darah diastole 3 5 5. Monitor bunyi jantung
1. Bradikardia Tekanan nadi 3 5 6. Monitor frekuensi dan irama pernapasan
2. Palpatasi jantung Edema perifer 3 5 7. Monitor suara paru
3. Perubahan EKG Kelelahan 3 5 8. Monitor sianosis perifer
4. Takikardia Wajah pucat 3 5 9. Identifikasi penyebab dari perubahan vital
Perubahan preload sign
1. Distensi vena jugular
Skala Indikator :
2. Edema
3. Keletihan 1. Berat
4. Murmur jantung 2. Cukup
5. Peningkatan berat badan 3. Sedang
6. Peningkatan CVP 4. Ringan
7. Peningkatan PAWP 5. Tidak ada
8. Penurunan pulmonary artery wedge
preasuere (PAWP)
9. Penurunan tekanan vena Central
CVP
Perubahan afterload
1. Dispnea
2. Kulit lembap
3. Oliguria
4. Pengisian kapiler memanjang
5. Peningkatan PVR
6. Peningkatan SVR
7. Penurunan nadi perifer
8. Penurunan resistansi vaskuler paru
9. Penurunan resistansi vaskuler
sistemik
10. Perubahan tekanan darah
11. Perubahan warna kulit
12. Batuk
13. Bunyi napas tambahan
14. Bunyi S3
15. Bunyi S4
16. Ortopnea
17. Penurunan fraksi ejeksi
18. Penurunan indeks jantung
Perilaku/ emosi
1. Ansietas
2. Gelisah
2. Asupan berlebihan dibanding output kelebihan volume cairan 5. Monitor respon pasien dalam pemberian
Definisi : Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 1. Posisikan pasien semi fowler
3x24 jam, diharapkan pola nafas klien kembali 2. Monitor pernapasan dan status oksigen
Pertukaran udara inspirasi dan/atau
normal, dengan kriteria hasil :
ekspirasi tidak adekuat yang sesuai
No. Indikator A T 3. Monitor kecepatan, ritme, kedalaman dan
1. Mampu bernafas dengan 3 5 usaha pasien saat bernafas
Batasan Karakteristik: mudah 4. Catat pergerakan dada, simetris atau tidak,
1. Penurunan tekanan 2. Tidak ada sumbatan jalan 3 5 menggunakan otot bantu pernafasan
2. Penurunan pertukaran udara per 3. Tidak ada suara nafas 3 5 6. Monitor pola nafas: bradypnea, tachypnea,
Hiperventilasi
1. Deformitas tulang
2. Kelainan bentuk dinding dada
3. Penurunan energi/kelelahan
4. Perusakan/pelemahan muskulo-skeletal
5. Obesitas
6. Posisi tubuh
7. Kelelahan otot pernafasan
8. Hipoventilasi sindrom
9. Nyeri
10. Kecemasan
11. Disfungsi Neuromuskuler
12. Kerusakan persepsi/kognitif
13. Perlukaan pada jaringan syaraf tulang
belakang
Imaturitas Neurologi
DAFTAR PUSTAKA
Carpenito, L.J. 2003. Rencana Asuhan & Dokumentasi Keperawatan. Jakarta : EGC.