OLEH:
PENDAHULUAN
Ada kolerasi yang kuat bahwa semakin banyak organik tanah dan oksigen,
2005).
transient, yaitu bertempat tinggal sementara, atau indigenous, yaitu sudah menetap
menyebabkan dua tipe sakit yaitu emetik dan diare yang juga dapat menginfeksi
1.2. Tujuan
TINJAUAN PUSTAKA
peptidoglikan tebal dan mampu menghasilkan spora tahan panas serta toksin
cereus merupakan penyebab paling umum dua gejala klinis diare dan muntah
produk makanan yang mencapai > 105 CFU per gram pangan dapat
lebih bersifat toksik daripada jenis bakteri intoksikasi yang lain. Menurut
Sentra Informasi Keracunan Nasional pada tahun 2014 terjadi kasus kematian
akibat keracunan pangan sebanyak 855 kasus yang diakibatkan oleh beberapa
yang tercatat ini tidaklah menunjukkan data rill dari kasus keracunan pangan
dilaporkan dan tidak diketahui oleh dinas kesehatan. Bacillus cereus dapat
pula menyebabkan infeksi lain yang lebih berbahaya seperti infeksi non
(Bottone, 2010).
lingkungan dan saluran pencernaan terutama tanah dan air yang menyebabkan
bakteri ini mempunyai peluang yang besar untuk mencemari bahan makanan
asal hewan maupun tanaman. Selain itu, pencernaan juga bias terjadi pada
ruang proses pengolahan karena bakteri ini dapat menempel pada sepatu,
laktamase.
samping yang kurang dapat ditoleransi, selain itu antibiotik yang dapat
kompetisi dalam hal perebutan nutrisi dan ruang. Hal ini didukung darihasil
Regnum : Plantae
Kelas : Bacilli
Ordo :Bacillales
Family :Bacillaceae
Genus :Bacillus
yang berbeda baik sebagai endospora atau sel vegetatif (CFSAN, 2001). Sel-
sel vegetatif Bacillus cereus adalah batang aerobik fakultatif, bervariasi lebar
peritrikus.Organisme ini dapat bertahan hidup dalam berbagai suhu yaitu 10-
50°C, dan untuk suhu pertumbuhan optimal 28-35°C (Giffel, et al., 1995).
Gambar 1.Bacillus Cereus
Yolk Polymixin Agar (MYP). Menurut (Mossel et al, 20 )MYP Agar untuk
isolasi Bacillus cereus dalam makanan dan bahan makanan. Media ini
Lecithinase. Nitrogen, vitamin, dan sumber karbon berasal dari daging sapi
ekstrak (beef extract) dan Peptone dalam MYP Agar. Bacillus Cereus tidak
agar, sehingga koloni Bacillus Cereus akan menunjukkan warna pink pada
C. Patogenesis
perut, dan mencapai usus kecil. Spora Bacillus cereus akan berkecambah
menjadi sel vegetatif yang akan tumbuh dan menghasilkan enterotoksin.
dapat dicerna sebagai spora dan sel vegetatif.Hasil akhir, sindrom diare, tidak
dipengaruhi oleh jenis sel. Spora hampir tidak terpengaruh oleh pH rendah
D. Sifat Biokimiawi
protein dan mempunyai sifat yang hampir sama dengan renin sehingga dapat
atau silinder dan sangat resisten pada kondisi yang tidak menguntungkan.
Bakteri ini bersifat aerobik sampai anaerobik fakultatif, katalase positif dan
negatif dan mampu memfermentasi glukosa serta laktosa dan sukrosa. Bacillus
cereus adalah bakteri berbentuk batang yang berspora dan bersifat gram
daftar lengkap uji biokimia pada B. cereus dapat dilihat pada tabel 1.
METODOLOGI
Bakteriologi dan Mikologi Klinik Hewan Undana pada tanggal 27 Mei sampai 5
Juni 2021.
3.2.1 Alat
Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini antara lain cawan petri,
objek glass, mikroskop, pipet, tabung reaksi, tabung duram, tabung EDTA,
gelas ukur, gelas beker, ose, needle, biobase, bunsen, inkubator, autoclave,
microwave, rak tabung reaksi, kapas, tissue, sarung tangan dan masker.
3.2.2 Bahan
domba, sampel tanah, media blood agar base, media MacConkey Agar,
media SCA, media SIM, media TSIA, media MR-VP, aquades steril,
aluminium foil, larutan kristal violet, larutan lugol, larutan safranin, larutan
aseton, larutan malachite green, alcohol 70%, H2O2, larutan KOH 10%,
FKH Undana. Tanah yang diambil sebanyak 1 gram kemudian disimpan pada
gelas beker dan ditutup menggunakan aluminium foil.Sampel yang telah
yaitu media BA, MacConkey, media SCA, media MRVP, media TSIAdan
SIM.
37oC.
Semua alat dan bahan media yang digunakan dalam proses isolasi dan
autocalve pada suhu 121oC selama 15 menit.Setelah sterilisasi, alat dan bahan
dengan cotton swab dan dikultur pada media blood agar dengan metode
berbeda dengan bakteri Gram negatif lainnya karena tidak dapat tumbuh
1. Pewarnaan gram
alkohol 95%.
2. Pewarnaan spora
- Kaca objek dilapisi dengan tisu dan diletakkan di atas gelas ukur
hingga bersih.
1. Uji KOH 3%
kemudian bakteri yang telah tumbuh dari media BA diambil dengan ose
dan digosokkan pada larutan KOH 3% terus menerus selama satu menit dan
negatif).
2. Uji katalase
objek glass.
3. Uji oksidase pada strip Oksidase
dan ditusukan pada media SIM dan di inkubasi selama 24 jam pada suhu
positif ditandai dengan warna larutan yang berubah dari kuning menjadi
secara zig zag pada media SCA dan diinkubasi pada suhu 37 ⁰C selama
18-24 jam. Hasil positif apabila terjadi perubahan warna media dari hijau
TSIA secara zig zagdan diinkubasi pada suhu 37 ⁰C selama 18-24 jam.
4.1 Hasil
4.2 Pembahasan
bakteri, yang diperkaya dengan darah hewan atau manusia.Media agar darah
Bacillus cereus. Media agar darah juga digunakan untuk mendeteksi dan
membedakan kemampuan hemolisa bakteri (Mims, 1982; Carter, 1986;
penambahan darah 5 -10 %. Darah yang biasa digunakan untuk mengisolasi dan
menumbuhkan bakteri patogen adalah darah kuda, domba, kambing dan kelinci
domba (Russel et al.,2006). Media agar darah domba mampu dengan baik
dimiliki domba.Darah domba memiliki diameter eritrosit lebih kecil dan juga
membran sel darah pada darah domba lebih tipis dibandingkan eritrosit yang
Hasil isolat bakteri Bacillus cereus pada media blood agar menunjukkan
koloni berwarna putih susu, berbentuk bulat, bertepi rata dan terdapat β-hemolisis
(zona bening) yang ditumbuhkan pada suhu 360 C – 370 C. Ada 3 jenis hemolisis
yaitu beta hemolisis (β), alpha hemolisis (α) dan gamma hemolisis (γ).Beta
hemolisis (β) atau biasa disebut hemolisis total, didefinisikan sebagai lisis seluruh
sel darah merah. Sebuah zona yang jelas, mendekati warna dan transparansi media
kontak antara sel bakteri dan eritrosit sehingga menyebabkan lisis dan terbentuk
hubungan linear antara diameter zona bening dan konsentrasi biosurfaktan yang
yaitu larutnya membran secara normal pada konsentrasi biosurfaktan yang tinggi
yang disekresikan oleh sel-sel bakteri tidak dapat melisiskan eritrosit atau
hemolisin tidak disekresikan, tetapi hanyamelekat pada permukaan sel (Högfors-
Berdasarkan hasil isolasi bakteri Bacillus cereus pada media Mac Conkey
tidak ditemukan koloni yang tumbuh pada media tersebut.Hal ini disebabkan
Gambar 2. Hasil isolasi bakteri Hasil isolasi bakteri B. cereus pada media Mac
Conkey
sering digunakan. Media ini berisi pewarna kristal violet yang dapat menghambat
pertumbuhan dari bakteri gram positif dan jamur, serta memungkinkan beberapa
tipe dari bakteri batang gram negatif untuk tumbuh. Indikator pH dan pewarna
merah netral garam empedu memungkinkan media ini juga memiliki kapasitas
yang akan menurunkan pH medium dan indikator warna merah akan diabsorpsi
memberikan warna merah muda hingga merah pada koloni bakteri tersebut dan
garam empedu akan diendapkan. Sedangkan bakteri - bakteri yang tidak mampu
(colorless dan translucent) (Bailey dan Scott, 1994). Garam empedu yang ada
pada media ini mampu menghambat pertumbuhan dari bakteri gram positif dan
hidup pada media ini dikarenakan memiliki membran sel yang tahan terhadap
garam empedu sehingga bakteri menjadi tidak sensitif terhadap garam empedu.
memerlukan media khusus tertentu seperti blood agar, tumbuhnya lambat, dapat
1. Pewarnaan Gram
dan bersifat gram positif. Hal ini ditandaidengan terbentuknya warna ungu pada
sel bakteri akibat penambahan kristal violet.Hal ini sesuai dengan pendapat
Pelczar dan Chan, (1986) pengamatan secara mikroskopik terhadap bakteri gram
positif ditandai dengan terbentuknya warna ungu pada sel bakteri. Hal tersebut
disebabkan karena bakteri ini mempunyai kandungan lipid yang lebih rendah
sehingga dinding sel bakteri akan lebih mudah terdehidrasiakibat perlakuan
dengan alkohol. Dinding sel yang terdehidrasi menyebabkan ukuran pori-pori sel
menjadi kecil dan daya permeabilitasnya berkurang sehingga zat warna ungu
kristalyang merupakan zat warna utama tidak dapat keluar dari sel dan sel akan
2. Pewarnaan Spora
diri dari kondisi yang kurang mendukung untuk kehidupan dari bakteri
tersebut. Spora akan lebih tahan dalam kondisi yang ekstrim misalnya dalam
kondisi kering, panas dan adanya senyawa kimia yang bersifat racun terhadap
bakteri tersebut. Cat yang digunakan untuk mewarnai spora adalah malachite
green. Spora yang berhasil diwarnai akan mengikat kuat cat warna tersebut
sehingga ketika ditutup kembali dengan cat warna lain (Safranin) spora akan
terlihat bahwa isolat bakteri memiliki spora dan berbentuk batang (basil).Hal
ini ditunjukkan dengan adanya warna hijau pada spora dan adanya warna pink
kemerahan pada sel vegetatif bakteri.Hal ini sesuai dengan Assani, (1994)
hijau dan bakteri yang tidak memiliki spora cenderung tidak tahan terhadap
malachite green, sel vegetatif akan mampu berikatan dengan pewarna tersebut
1. Uji KOH 3%
Gram.Soekirno (2008) menyatakan bahwa reaksi gram jika pada saat ose diangkat
dan tampak benang lendir, maka bakteri tersebut adalah gram negatif, namun jika
dihasilkan suspensi berair dan tidak tampak adanya benang lendir setelah ose
digerakkan berulang maka kultur bakteri itu adalah gram positif. Gram negatif
akan membentuk lendir saat uji menggunakan KOH 3% karena pecahnya dinding
sel bakteri akibat berada dalam larutan alkali tinggi (KOH 3%). Sel-sel Gram-
positif tidak membentuk gel kental atau tali keluar karena dinding sel bakteri gram
positif memiliki lapisan peptidoglikan yang tebal (Kurnia et al., 2015).Hasil uji
reaksi gram pada isolate B. cereus menunjukkan hasil negative atau tidak adanya
lendir pada objek glass. Hal ini sesuai pernyataan Bottone, (2010) yang
menghasilkan enzim katalase serta uji ini dilakukan untuk mengetahui sifat
menjadi H2O dan O2.Hasil positif apabila terdapat gelembung – gelembung gas
mikroba selama respirasi aerobik dan bersifat toksik terhadap sel karena
menginaktifasikan enzim dalam sel. Enzim katalase terdapat pada sel-sel bakteri
superoksida dismutase dan produk akhir adalah H2O2 yang kurang toksik
adanya gelembung gas (O2) atau oksigen yang dihasilkan dari bakteri.Isolat
adanya gelembung udara pada objek glass (Gambar 6). Hal ini berarti isolat
bakteri B.cereus memiliki enzim katalase yang dapat memecah H2O2 menjadi
3. Uji Oksidase
oleh oksigen molecular menghasilkan H2O2 atau H2O (Cappuccino dan Sherman,
yang bersifat toksik.Senyawa ini dihasilkan bila mikrob aerobik, anaerobik dan
negative. Menurut Tancheswar (2018) bakteri yang oksidase negative tidak berarti
strip/reagen tetap tereduksi dan tidak berwarna. Hasil positif menunjukkan adanya
perubahan warna biru pada kertas oxidase strip.Pada uji ini memberikan hasil
warna biru pada oxidase test trip(Gambar 7). Hal ini dikarenakan menurut
sitokrom aa3, o dan d bertindak sebagai transport electron respirasinya. Hasil uji
ini juga sesuai dengan pernyataan Saidah (2014) bahwa B. cereus bersifat
oksidase negatif.
4. Uji Motilitas
yang motil akan tumbuh secara difusi menjauhi garis tusukan tersebut. Pada hasil
uji ini terlihat dengan adanya penyebaran pertumbuhan kuman pada tempat
tusukan dan media tampak berkabut atau keruh (ada gumpalan putih)
dipermukaan media (Gambar 8), ini berkaitan dengan sifat B. cereus sebagai
bakteri aerob (Lay, 1994). Pergerakan dari bakteri tersebut dikarenakan media
media yaitu sekitar 0,4% pada media yang hanya cukup untuk mempertahankan
bentuknya sementara memungkinkan pergerakan bakteri bergerak. (Leboffe,
2011).Hasil ini sesuai dengan pernyataan Bottone (2010) bahwa B. cereus bersifat
5. Indol
indol.Uji indol ini dilakukan pada media SIM yang mengandung tripton.Hasil
positif dapat dilihat dari terbentuknya lapisan berwarna merah atau cincin merah
pada saat penambahan reagen Kovac’s yang artinya bakteri mampu membentuk
merah pada permukaan media.Warna merah terbentuk karena indol yang berada
dalam medium diekstrak ke dalam lapisan reagent oleh komponen asam butanol
dan membentuk kompleks dengan p-dimethylaminobenzaldehyde dari reagen
menunjukkan hasil negative yang berarti isolat bakteri tidak memiliki enzim
membentuk indol.
akhir dari fermentasi glukosa. Jika organisme menghasilkan sejumlah besar asam
organik yang meliputi asam format, asam asetat, asam laktat, dan asam suksinat
dari fermentasi glukosa, media kaldu akan tetap merah setelah penambahan
dalam media MR-VP kultur bakteri, Methyl Red berwarna merah pada pH di
bawah 4,4 (hal ini menunjukkan hasil positif) dan kuning pada pH di atas 6,0 serta
2013).Hasil uji MRpada isolate bakteri B.cereus menunjukkan positif yang berarti
sempurna, yang ditunjukkan dengan tidak adanya perubahan warna merah pada
media. Hasil ini sesuai dengan hasil penelitian Rasool et al (2016) yang
positif.
7. Uji TSIA
(laktosa, sukrosa, dan glukosa), gas dan produksi H2S. Komposisi media TSIA
yaitu ekstrak daging sapi, ekstrak yeast, pepton, glukosa, laktosa, sukrosa, NaCl,
ferro sulfat, sodium thiosulfat, phenol red, dan agar. Fenol merah berfungsi
Natrium tiosulfat dan ferro sulfat yang ada dalam media mendeteksi produksi
hidrogen sulfida dan ditunjukkan dengan warna hitam pada bagian bawah
glukosa akan membentuk warna kuning di bagian bawah media (butt), sedangkan
warna kuning (asam) pada kemiringan (slant), serta bakteri yang tidak
2020).
ditandai dengan adanya produksi asam sehingga indikator pH (phenol red) yang
terdapat pada media menurun dan berubah dari merah menjadi kuning. Indikator
phenol red berwarna merah pada pH basa (8,2) dan berwarna kuning pada pH
asam (6,4). Lay (1994) menyatakan bahwa perubahan media terjadi karena bakteri
menurunkan pH, dengan demikian warna indikator berubah. Sampel yang diuji
sehingga tidak terjadi perubahan warna pada bagian slant (Gambar 11).Menurut
Aryal (2019) Butt tetap asam bahkan setelah masa inkubasi 18 sampai 24 jam
karena adanya asam organik yang dihasilkan dari fermentasi glukosa dalam
kondisi anaerobik di butt tabung atau dengan kata lain karena berada di bawah
tekanan oksigen yang lebih rendah. Pada bagian miring/slantdalam keadaan basa
Perubahan ini merupakan akibat dari pembentukan CO2 dan H2O serta oksidasi
pepton dalam medium menjadi ammonia yang menaikkan pH basa. Hal ini berarti
fermentasi. Hasil ini sesuai dengan pernyataan Bailey dan Scott., (2014) bahwa B.
Pada uji pembentukan H2S, hasil positif terlihat dengan adanya warna
hitam di bagian bawah media dan hasil negatif jika tidak terbentuk warna hitam di
bagian bawah media. Warna hitam terbentuk pada dasar media sebagai hasil
reaksi dengan sulfida (H2S). Kehadiran H2S disebabkan oleh bakteri yang
Fe3+ dalam kandungan media (ferri sulfat) untuk membentuk Fe2S3 dalam
bentuk endapan hitam. Sulfat merupakan sumber energi anorganik untuk bakteri.
Bakteri yang tidak mampu mengurangi sulfur tidak akan menghasilkan H2S
sehingga warna hitam tidak terbentuk pada media (Kepel et al., 2020). Pada uji ini
menunjukkan tidak adanya perubahan warna hitam pada media yang berarti
isolate B.cereus tidak mampu mengurangi metabolit sulfur dari bahan media.
8. Uji Sitrat
menggunakan sitrat sebagai sumber karbon dan energi.Uji sitrat dilakukan pada
bromothymol blue, dan agar.Sitrat merupakan salah satu komponen utama dalam
siklus Krebs yang merupakan hasil reaksi antara asetil koenzim A (CoA) dengan
asam oksaloasetat (4C). Sitrat dibuat oleh enzim sitrase yang menghasilkan asam
oksaloasetat dan asetat kemudian melalui proses enzimatis diubah menjadi asam
piruvat dan karbon dioksida. Selama reaksi tersebut medium menjadi bersifat
alkali (basa) karena karbondioksida yang berikatan dengan sodium (Na) dan air
tidak terdapat glukosa atau laktosa (Kepel et al., 2020).Jika bakteri mampu
menggunakan sitrat sebagai sumber karbonnya maka akan menaikan pH dan
mengubah warna medium biakan dari hijau menjadi biru (Sunarjo, 1994). Hasil
positif apabila terjadi perubahan warna media dari hijau menjadi biru.Sedangkan
hasil negative apabila tidak terjadi perubahan warna media dari hijau menjadi
biru.Isolat bakteri B. cereus menunjukkan hasil yang positif terhadap uji ini yang
berarti isolat bakteri B. cereus menggunakan sitrat sebagai sumber karbon. Hal ini
dapat terjadi karena bakteri memiliki enzim sitrat permease yang berperan dalam
membawa sitrat dari luar sel ke dalam sel. Sitrat akan memasuki siklus Krebs dan
hasilnya yaitu terbentuk asam piruvat dan karbon dioksida. Karbon dioksida
bereaksi dengan air dan natrium yang terkandung dalam media Simmons sitrat
bromthymol blue dalam media berubah dari hijau menjadi biru (Kepel et al.,
2020).
BAB V
PENUTUP
5.1 Simpulan
DAFTAR PUSTAKA
Assani, S., 1994, Ultrastruktur, Morfologi, dan Pewarnaan Kuman, dalam Buku
Ajar Mikrobiologi Kedokteran, 10-17, Binarupa Aksara, Jakarta.
Bottone Edward J.. 2010. Bacillus cereus, a Volatile Human Pathogen. Clin
Microbiol Rev. 2010 Apr; 23(2): 382–398.
CFSAN, 2001, Bacillus cereus and other Bacillus spp. In: Foodborne Pathogenic
Microorganisms and Natural Toxins Handbook, FDA, Washington.
Harmon S.M., Goepfert J.M., and Bennet R.W., 1992, Compendium of Method
For The Microbiological Examination of Food, 3rd ed., American Public
Health Association, Washington.
Kepel B. J., Bodhi W., Fatimawali. 2020. Pengaruh pH dan Suhu terhadap
Aktivitas Pereduksi Merkuri Bakteri Resisten Merkuri Tinggi Bacillus
cereus yang Diisolasi dari Urin Pasien dengan Amalgam Gigi. e-GiGi : Vol.
8 No. 1 : 15-21
Saidah, A.N. 2014.Isolasi Bakteri Proteolitik Termofilik dari Sumber Air Panas
Pacet Mojokerto dan Pengujian Aktivitas Enzim Protease.Jurnal Biologi.
Pp: 1 – 10.
Youssef NH, Duncana KE, Naglea DP, Savagea KN, Knapp RM, McInerney MJ.
2004. Comparison of methods to detect biosurfactant production by diverse
microorganisms. J. Microbiol. Methods 56: 339-347.